Fitur Kontekstual
Kumpulkan data
IPTEKDOK
anamnesis
Kualitas Hidup Riwayat Penyakit Saat Ini
AP-2004
Keluhan
Utama
PILIHAN PASIEN
UPAYA DOKTER / RS
kualitas obat
daya tahan
k o n d i s i
stadium penyakit virulensi
s a k i t
kepatuhan pasien
DILUAR KEKUASAAN & KONTROL DOKTER SEHINGGA DOKTER TIDAK BERTANGGUNGJAWAB BERDASARKAN DOCTRINE OF IMPOSSIBILITY
Dr. Bmslh
Direksi
Kejhtan Prof.
Pidana
Keslhan Prof.
Komite Medik
Dr. Bmslh
K.E.L
The right of self determination Hak atas badan sendiri HAK atas IC HAK memilih dokter/RS Hak MENOLAK Hak MENGHENTIKA N Hak SECOND OPINION Hak memeriksa REKAM MEDIS
PERUBAHAN MASYARAKAT
1. Semakin materialistis & hedonistis. 2. Semakin memahami haknya, namun sayangnya, tidak diimbangi oleh upaya peningkatan pemahaman tentang logika medik dan logika hukum. 3. Semakin gemar menuntut dokter & RS (litigious).
4. Semakin melihat dokter bukan sebagai partnership dalam mengatasi masalah kesehatannya. 5. Semakin menerima konsep HAM sebagai acuan bagi penentuan kebijakan sosial dan hukum. 4. Semakin tinggi penghargaannya terhadap prinsip-prinsip konsumerisme, antara lain prinsip he who pays the piper calls the tune.
6
PERUBAHAN PASIEN
More educated. Easy access to information through internet. Lifestyle change. Looking for value. Demands and expectations different.
(Timothy Low, 2004)
GEBYAH-UYAH PHENOMENON
1. Seorang bayi mati terpanggang di meja operasi.
2. Sebuah RS di Jakarta digugat 50 M oleh seorang Lawyer karena diduga memberikan obat melebihi dosis sehingga isterinya mengalami gagal ginjal.
3. Sebuah rumah sakit di Jakarta digugat oleh bekas pasiennya membayar ganti rugi 1 Milyard serta membiayai pengobatan di Singapore karena bayi yg dilahirkan lewat Cesar mengalami patah tulang. 4. Seorang dokter RS dilaporkan ke Polisi karena anak yg ditolong kelahirannya 3 tahun sebelumnya dengan vakum, menderita kelumpuhan otot leher. 5. Dokter B (ahli THT) dibacok pasiennya karena kecewa atas hasil 2 kali operasi yang dilakukannya.
9
6. Putusan pengadilan negeri Cibinong no. 126/Pdt.G/2003/PN.Cbn dokter THT dipersalahkan pd operasi amandel. 7. Putusan pengadilan negeri Jakarta Selatan no. 1809/Pdt.G/2006/PN.Jaksel dokter SpOG dipersalahkan pd operasi tumor ovarium. 8. Putusan pengadilan negeri Cibinong no. 60/Pdt.G/2004/PN.Cbn dokter anak dipersalahkan pemberian obat. 9. Putusan pengadilan negeri Pati no. 8/1980/Pid.B/Pn.Pt juncto Putusan 203/1981/Pid/P.T Semarang juncto Putusan Mahkamah Agung No. 600K/Pid/1983 dokter S Puskesmas, disalahkan di P.N dan P.T, menang di kasasi. 10. Dugaan malpraktek dokter SpOG dan RSB di Purwokerto.
11
Rangkaian kegiatan yg dilakukan oleh Dokter & Dokter Gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
(UUPK 2004)
MEDICAL PRACTICE (DI FLORIDA) Any person . shall be deemed to be practicing medicine . who holds himself out as being able to diagnose, treat, operate or prescribe for any human disease, pain, injury, deformity or physical condition, or who shall offer or undertake by any means or methods, to diagnose, treat, operate or prescribe for any human disease, pain, injury, deformity or physical condition. The exclusions usually refer to type of activities, such as the administration of home remedies, treatment by prayer or spiritual means
12
WHAT IS
ADVERSE EVENT ?
13
ADVERSE EVENT:
Kejadian yang berlawanan dengan harapan pasien (tentunya juga harapan dokter), bersifat injury dan kejadian tersebut lebih disebabkan oleh intervensi medik daripada oleh penyakitnya sendiri.
(Institute of Medicine)
16
SEBERAPA SERING
ADVERSE EVENT
TERJADI DI RUMAH SAKIT SEBERAPA SERING DI AMERIKA
ADVERSE ? EVENT
TERJADI DI RUMAH SAKIT
17
DI AMERIKA ?
TYPE of ERRORS
DIAGNOSTIC ERROR:
Kesalahan atau keterlambatan membuat diagnosis. Tidak menggunakan tes yang diindikasikan. Menggunakan tes yang sudah ketinggalan zaman. Tidak bertindak terhadap hasil atau monitoring tes.
TREATMENT ERROR:
Kesalahan dalam proses kerja, prosedur atau tes. Kesalahan memberikan terapi. Kesalahan dosis atau cara memberikan obat. Keterlambatan (yang dapat dicegah) utk memberikan terapi atau merespon hasil abnormal suatu tes. Melakukan perawatan yang tak benar atau tak diindikasikan.
19
PREVENTIVE ERROR:
Tidak menyediakan prophylactic treatment. Tidak cukup melakukan monitoring atau follow-up
terhadap terapi / tindakan yang telah diberikan. OTHERS :
Kegagalan komunikasi. Kegagalan peralatan (equipment failure). Kegagalan dari sistem-sistem lainnya.
Leape et al, Quality Review Bulletin, 1993
20
21
Adverse Event
2,9 3,7 %
Adverse Event karena Error yang mungkin dapat dikatagorikan sbg Negligence
22
0,56 0,71 %
Dalam sistem tertentu kecelakaan tak bisa dihindari. Dalam industri yg komplek & berteknologi tinggi maka kecelakaan merupakan hal yang normal. Kecelakaan dapat dicegah dengan desain organisasi dan manajemen yang baik. Mendefinisikan patient safety sbg upaya menghindari dan mencegah adverse outcome yang disebabkan oleh proses layanan serta meningkatkan outcome. Keselamatan (keamanan) pasien tidak hanya tertumpu pada orang, peralatan atau departemen saja, tetapi juga pada interaksi komponen dan sistem.
23
WHAT IS
MEDICAL MALPRACTICE ?
24
MALPRAKTEK (1)
Merupakan istilah yang: Sifatnya umum. Tidak selalu berkonotasi hukum (bisa juga etik). Tidak dikenal dalam merundang-undangan di Ind. Berasal dari kata mal (yang berarti salah) dan kata praktek (yang berarti pelaksanaan atau tindakan) sehingga makna harfiyahnya adalah pelaksanaan atau tindakan yang salah. Hanya digunakan di bidang profesi sehingga makna terminologiknya adalah tindakan yang salah dalam rangka melaksanakan suatu profesi. Oleh sebab itu sering disebut PROFESSIONAL MISCONDUCT.
25
MALPRAKTEK (2)
Di negara Common Law, malpraktek masuk wilayah
hukum tort (civil wrong made against a person or properties).
(alpa) dan dokter tidak dipidana, melainkan membayar ganti rugi kepada pasien. Pidana thd Dr hanya diterapkan jika ada unsur intensional !!! Kecenderungan internasional akhir-akhir ini mulai ada upaya utk mempidanakan dokter yg melakukan malpraktek yang bersifat negligence (utamanya bila meninggal dunia).
26
MALPRAKTEK (3)
Mengingat malpraktek hanya dibatasi pada tindakan medis
yang bersifat negligence maka sering disebut sbg professional negligence.
suka menggunakan pasal keranjang sampah (Psl 359 KUHP) untuk menjerat dokter dalam perkara pidana.
ADVERSE EVENT
DAMAGES
UNFORESEEN RISK
BUKAN MAL PRAKTEK 28
FORESEEN RISK
MALPRAKTEK
DAMAGES
Melakukan ANTISIPASI
Tanpa ANTISIPASI
DIRECT CAUSATION
Hasil positif
Hasil negatif
Cedera
Akibat kesalahan (kesalahan medis) Terkait dengan penyakit pasien yang berat
29
UPAYA DOKTER / RS
kualitas obat
daya tahan
k o n d i s i
stadium penyakit virulensi
s a k i t
kepatuhan pasien
DILUAR KEKUASAAN & KONTROL DOKTER SEHINGGA DOKTER TIDAK BERTANGGUNGJAWAB BERDASARKAN DOCTRINE OF IMPOSSIBILITY
30
Silahkan dokter ditangkap jika benar-benar telah melakukan tindakan medis yang memenuhi rumusan tindak pidana, yaitu: 1. actus reus (adanya perbuatan tercela). 2. mens rea (adanya sikap batin intensional).
Silahkan dokter digugat apabila pasien mengalami kerugian krn dokter ingkarjanji atau tindakan melawan hukum yang dibuktikan dengan adanya: a. Res Ipsa Loqoitur atau b. Adanya 4 unsur D, yaitu: 1. Duty. 2. Dereliction of duty. 3. Damage. 4. Direct causation between damage & dereliction of duty.
31
SEBELUM TERBUKTI MASALAH YANG MUNCUL DALAM HUBUNGAN DOKTER - PASIEN LEBIH TEPAT DISEBUT
2. KONFLIK :
Keadaan dimana para pihak menyadari adanya perasaan tidak puas yang dipicu oleh trigger factors.
3. SENGKETA :
Keadaan dimana konflik dinyatakan dimuka umum atau dilibatkannya pihak ketiga.
33
ALTERNATIF PENYELESAIAN
1. Lumping it: membiarkannya dan menganggap tak perlu diperpanjang. 2. Avoidance: memilih untuk tidak mau lagi berhubungan dengan pihak yang merugikan. 3. Coercion: salah satu pihak memaksakan solusi kepada pihak lain (mis: menggunakan debt collector atau preman). 4. Negotiation: berunding, dimana kedua belah merupakan pengambil keputusan. 5. Mediation: berunding dengan menggunakan pihak ketiga yang bertindak sebagai resource person, educator, catalyst atau translater untuk meluruskan & menemukan kompromi. 6. Arbitration: kedua pihak menyerahkan penyelesaian kpd pihak ketiga (arbitrator) dan sepakat menerima keputusan. 7. Adjudication: ada pihak ketiga (pengadilan yg mempunyai 34 kewenangan mencampuri masalah melalui vonis & eksekusi.
LOGIKA PASIEN
LOGIKA HUKUM
LOGIKA DOKTER
LOGIKA HUKUM bisa bergeser (berpihak) pada logika pasien atau pada logika dokter atau tidak pada keduanya
35
2. 3. 4. 5.
6. 7.
8.
36
Merupakan hubungan kontraktual. Para pihaknya adalah Health Care Provider (dokter atau RS) dan Health Care Receiver (pasien). Diawali kesepakatan kedua pihak (asas konsensual). Diakhiri kesembuhan, hilangnya keluhan, dokter dipecat oleh pasien, pasien atau dokter meninggal dunia. Sebelum berakhir, pemutusan sepihak oleh pihak pasien dapat dibenarkan kapan saja, sedangkan oleh dokter tidak dibenarkan (kecuali ada alasan yang patut). Dari hubungan tersebut lalu muncul perikatan. Jenis perikatan inspannings verbintenis sehingga bentuk prestasi (kewajiban) dokter adalah memberikan upaya. Kontraprestasi yg menjadi kewajiban pasien boleh ditiadakan dalam hal kontrak cuma-cuma, tetapi kewajiban dokter tidak berkurang sedikitpun.
KESALAHAN DIAGNOSIS
Logika medik : 1. Tindakan diagnostik merupakan pekerjaan dokter yang paling sulit. 2. Diagnosis yang salah pasti menghasilkan terapi yang tidak sesuai dengan penyakit yang sebenarnya. 3. Fakta membuktikan bahwa angka kesalahan diagnosis di Teaching Hospital masih tinggi (di Amerika 17%).
4. Penunjang diagnostik canggih hanya bersifat mengurangi angka kesalahan, bukan meniadakan samasekali, disamping hasil dari alat penunjang diagnostik canggih itu sendiri masih bisa keliru. 5. Yang terpenting bagi dokter adalah bahwa dalam membuat diagnosis harus sesuai prosedur yang telah ditetapkan, yang pada intinya menggambarkan telah diterapkannya ilmu, 37 ketrampilan, pertimbangan dan kehati-hatian yang layak.
TANGGUNGJAWAB HUKUM
Criminal Responsibility:
Civil Liability:
Personal (jika dokter merupakan independent contractor). Dapat dialihkan ke ordinate (employer) berdasarkan doctrine of vicarious liability (jika dokter merupakan employee-physician). Ditanggung bersama RS berdasarkan kesepakatan (jika dokter merupakan dokter mitra).
Vicarious liability tidak sama dan sebangun dengan corporate liability !!! 38
RS merupakan artificial entity yang dapat melakukan perbuatan hukum (melalui stafnya).
Sebagai artificial entity maka RS dapat menjadi target gugatan manakala gagal mengimplementasikan kebijakan yang pantas.
Corporate liability dapat diterapkan manakala RS tidak melakukan langkah-langkah manajerial yang pantas atas bidang-bidang dibawah ini : 1. Hospital equipment, supplies, medication and food. 2. Hospital environment. 3. Safety procedures. 4. Selection and retention of employees and conferral of staff privileges. 5. Responsibilities for supervision of patient care.
39
41
Jika kita terbang dengan domestic flight, kecelakaan pasti terjadi setelah terbang terus menerus selama 400 tahun tanpa 42 berhenti. Jadi lebih aman naik pesawat daripada masuk RS.
MEDICAL MALPRACTICE PROPHYLAXIS 1. Refuse to take the case (when you suspect medicolegal trouble may develop). 2. Never guarantee a cure. 3. Watch the time factor. 4. Watch the reverse time factor.
at all times.
11. When in doubt, seek consultations. 12. Cooperate with your profession. 13. Watch your patient relations. 14. Watch your public relations.
(Morris, Moritz)
44
45
UNDERSTANDING SAFETY
PERROW s NORMAL ACCIDENT THEORY :
Dalam industri yg komplek & berteknologi tinggi maka kecelakaan merupakan hal yang normal.
Kecelakaan dapat dicegah dengan desain organisasi dan manajemen yang baik. Mendefinisikan patient safety sbg upaya menghindari dan mencegah adverse outcome yang disebabkan oleh proses layanan serta meningkatkan outcome. Keselamatan (keamanan) pasien tidak hanya tertumpu pada person, peralatan atau departemen saja, tetapi juga pada interaksi komponen dan sistem.
46
PRINSIP-PRINSIP MERANCANG SISTEM YANG AMAN (SAFETY SYSTEM IN HEALTH CARE ORGANIZATIONS) 1. Provide Leadership. 2. Respect Human Limits in Process Design.
47
PROVIDE LEADERSHIP :
- Perlu pemimpin yg mampu menjadikan patient safety sebagai prioritas tujuan organisasi (rumah sakit). - Mampu menjadikan patient safety sbg tanggungjawab setiap orang yang terlibat dalam organisasi. - Mampu merumuskan tugas-tugas dan ekspektasi yang jelas menyangkut patient safety. - Mampu menyediakan human and financial resources guna menganalisis error dan mendisain ulang sistem. - Mampu mengembangkan mekanisme yang efektif untuk mengidentifikasi dan mengatasi para profesional yang bekerja secara sembrono.
48
(Institute of Medicine)
(Institute of Medicine)
(Institute of Medicine)
TERIMA KASIH
52