TEKNOLOGI PUPUK
Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Slow Release
Disusun oleh :
ANIK FITRI ASTUTI
H0711011
DANNY WIBISONO
H0711028
EMMA FEMI P.
H0711039
GUNAWAN SETYO
H0711047
NOVIA CAHYANINGRUM
H0711070
KHOLISHOTU SYAHIDAH
H0711053
RAHAJENG PUTU W
H0711081
SIGIT JUNI P
H0711099
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman, sekitar 20-70 % dari pupuk yang digunakan akan hilang ke
lingkungan. Tanaman membutuhkan N paling besar dibandingkan unsur hara
lainnya. Pupuk N yang banyak digunakan adalah urea dan amonium sulfat
(ZA), pemberiannya disebar merata sebagai pupuk dasar maupun pupuk
susulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan urea dengan cara
disebar dipermukaan tanah menyebabkan efisiensinya rendah, yakni 30-40%,
sisanya hilang melalui pencucian, lerbawa aliran permukaan, volatilisasi NH3,
imobilisasi, denitrifikasi dan kompetisis dengan gulma.
Penelitian efisiensi pemupukan N terhadap padi menunjukkan bahwa
pemupukan 45 kg N pupuk urea cair atau urea brikel dengan cara dibenamkan
satu kali menghasilkan gabah setara dengan pemupukan 90 kg N/ha dalam
bentuk urea pril yang diberikan dua kali. Penelitian tahun 1994 menunjukkan
bahwa dosisi pupuk 200 kg urea/ha baik urea tablet atau pril yang dibenamkan
ke lapisan reduksi menghasilkan gabah setara dengan 300 kg urea pril/ha yang
disebar merata. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa bentuk urea apapun
akan meningkatkan efisiensinya bila pemberiannya dibenamkan di lapisan
reduksi.
Efisiensi penggunaan pupuk N dapat didefinisikan dalam pengertian
perolehan kembali dalam tanaman dari N yang diberikan, metabolisme
tanaman dan kualitasnya dan pengembalian ekonomi dari investasi pupuk.
Peningkatan efisiensi pupuk N dapat dilakukan dengan mencampur bahan slow
release maupuan controled release. Pelepasan N dari sumber pupuk, misalnya
urea secara controlled releae dapat dilakukan dengan mencampur pupuk urea
yang dapat mengikat NH4 sementara seperti zeolit dan bahan lainnya. Tiga
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan pupuk N lambat
tersebut adalah: pengurangan kehilangan N dari tanah melalui pencucian dan
aliran permukaan, pengurangan reaksi imobilisasi kimai dan biologi dalam
TINJAUAN PUSTAKA
A. Slow Release Fertilizer
Menurut Stanger (2009), slow release fertilizer adalah pupuk yang
dapat mengontrol pelepasan unsur-unsur di dalamnya secara lambat atau
bertahap. Selain itu pupuk SRF juga memiliki ciri tidak mudah terbakar dan
sukar larut dalam air. Pupuk SRF dapat berupa organik dan anorganik. Pupuk
SRF organik adalah pupuk yang bahan utamanya berasal dari bahan organik,
sedangkan SRF anorganik adalah pupuk yang terselimuti oleh suatu bahan
tertentu, sehingga membuat pupuk itu menjadi lambat tersedia. Prinsip SRF
adalah pengaturan pelepasan nutrient dari pupuk untuk melindungi pupuk
yang terlarut secara konvensional dengan pelapisan perlindungan dari bahan
semipermeabel, tidak larut dengan air atau bahan berpori yang permeable.
Pengontrolan tersebut meliputi kecepatan air dan kecepatan pemisahan serta
kebutuhan dari pelepasan nutrisi pupuk.
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004), pembuatan pupuk SRF
yang berbahan dasar unsur N sering dilakukan, karena kurang efisiennya
pupuk N ketika diaplikasikan di lapang. Menurut Leiwakabessy et al. (2003),
kehilangan N di dalam tanah terjadi melalui pencucian, transport dalam
bentuk produksi tanaman, dan menguap ke udara dalam bentuk N2, dinitrogen
oksida (N2O), nitrogen oksida (NO), dan gas amoniak (NH3). Gas-gas
tersebut terbentuk karena kegiatan mikrobiologi tanah dan reaksi-reaksi di
dalam tanah, tiga mekanisme yang menyebabkan kehilangan ini adalah
denitrifikasi, reaksi nitrit dalam suasana aerobik, dan penguapan gas NH 3 dari
pemupukanpemupukan tanah alkalis.
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004), untuk meningkatkan
efektifitas pupuk urea yang merupakan salah satu sumber N di dalam tanah
dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain: (1) membuat pupuk lambat
tersedia dengan cara: pembungkusan pupuk dengan pembungkus biasa
maupun membran, pencampuran pupuk dengan matriks pupuk, dan
memperbesar ukuran pupuk (2) memberikan penghambat nitrifikasi atau
diketahui. Konfigurasi kimia dari bahan humat sampai saat ini kurang
diketahui dan tidak dapat didefenisikan secara pasti. Berbeda dengan
bahan bukan humat yang telah banyak dikenal dalam bidang kimia
organik. Berdasarkan kelarutannya dalam asam dan alkali, fraksi humat
(kecuali humin) dapat larut dalam alkali. Asam humat merupakan fraksi
humat yang larut dalam alkali, namun tidak larut (mengendap) dalam asam
dan alkohol (Tan 1994).
Manfaat Slow Release Fertilizer dalam berbagai aspek, diantaranya adalah:
1. Aspek Ekonomi
Pupuk yang diserap tanaman hanya 30%-40%, hal ini dikarenakan
proses release urea cepat sehingga urea yang diberikan terbawa air maupun
udara. Oleh karena itu, dengan teknologi SRF menggunakan polimer dapat
memberikan keuntungan ganda. Keuntungan yang didapat adalah tidak
perlu ada lagi subsidi urea dan proses penyerapan unsur hara N oleh
tanaman meningkat karena pelepasan urea lebih lama (Shaviv dan
Mikkelsen 1993)
2. Aspek Fisiologis
Ada beberapa keuntungan agronomi, terkait dengan perbaikan
kondisi untuk pertumbuhan tanaman, antara lain :
a. Pasokan nutrisi lebih, karena pelepasan unsur haranya terkontrol dan
pasokan nutrisi di sekitar akar terpenuhi.
b. Penggunaan CRF meningkatkan perkecambahan dan kualitas tanaman
dengan berkurangnya gangguan pada daun, patah batang dan infestasi
penyakit.
c. Ammonium dapat meningkatkan ketersediaan Fe dalam tanah akibat
pengasaman sehingga unsur hara tambahan diperoleh tanaman.
3. Aspek Lingkungan
SRF tidak hanya dapat meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi
dalam pemupukan, tetapi juga mengurangi dampak terhadap lingkungan
dan kontaminasi air tanah. Nitrogen yang terlarut dalam air akan bermuara
di suatu tempat secara berlebih yang akan menyebabkan tumbuhnya
pelapisan,
granulasi,
aglomerasi,
adsorpsi,
transportasi
PEMBAHASAN
A. Slow Release Fertilizer (SRF)
Slow Release Fertilizer (SRF) atau pupuk lepas lambat, yaitu suatu jenis
pupuk yang mampu mengendalikan kecepatan pelepasan unsur-unsur hara
yang mudah hilang akibat larut dalam air, menguap dan proses denitrifikasi
terhadap pupuk itu sendiri. Salah satu bentuk pupuk jenis SRF dapat pula
dikatakan sebagai Controlled Release Nitrogen Fertilizer (CRNF). Upaya
membuat SRF atau CRNF bermacam-macam, antara lain dengan cara
memperbesar ukuran, menambah kekerasan pupuk, melapisi dengan bahan
yang dapat melindungi nitrogen yang terkandung terhadap pelarutan dan
penguapan
secara
cepat
atau
menambahkan
aditif
yang
mampu
urea dengan menggunakan suspensi polimer dalam spouted bed dua dimensi,
menghasilkan pelapisan urea dengan menggunakan polimer suspensi eudragit
meningkatkan empat kali holding kapasiti dari urea terlapisi terhadap urea
konvensional (Donida 2002).
Badan
Pengkajian
dan
Penerapan
Teknologi
(BPPT)
berhasil
Mengandung
- Memperbaiki struktur tanah akibat akumulasi
Zeolite (sebagai
pupuk kimia
matrix),
- Mengurangi
kerusakan
lingkungan
persawahan
- Sifat khas dari zeolit sebagai mineral yang
berstruktur tiga demensi,bermuatan negatif,
dan memiliki pori-pori yang terisi ion-ion: K,
Na, Ca, Mg, dan molekul H2O, sehingga
memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan
pelepasan air secara bolak-balik. Pupuk urea
yang diberikan ke tanah yang sebelumnya
sudah diberi zeolit, maka kation NH4+ urea
dapat terperangkap sementara dalam pori-pori
zeolit yang sewaktu-waktu dilepaskan secara
perlahan-lahan untuk diserap tanaman. Zeolit
mempunyai kerangka terbuka dengan
jaringan
pori-pori
yang
mempunyai
permukaan
bermuatan
negatif
dapat
mencegah pencucian unsur hara NH4+ urea
keluar dari daerah perakaran. Zeolit
berperanan untuk menahansementara unsur
hara di daerah perakaran, sehingga pupuk
urea yang diberikan lebih efisien.
Mudah diproduksi - Bagi usaha perkebunan dapat di produksi
dalam skala kecildekat lokasi perkebunan
menengah
- Mengurangi
biaya
produksi/
biaya
pemupukan
Teknologi
- Dapat di buat oleh bengkel bengkel local,
produksi
dimana alat yang dibutuhkan sederhana
sederhana
dalam pengadaannya karena, proses relaif
mudah dilakukan Dapat dioperasikan dengan
sedikit pelatihan
Periode
- Manfaat lain pupuk SRF terhadap petani
pemupukan cukup
diantaranya, aplikasi pemupukan SRF hanya
1 kali
satu kali dilakukan dalam satu musim tanam.
Dibandingkan dengan urea prill yang
diberikan 2 - 3 kali, maka pupuk SRF tersebut
dapat menghemat biaya tenaga kerja. Selain
itu, dari hasil perhitungan prastudi kelayakan
harga SRF relatif lebih murah dibandingkan
dengan pupuk kimia konvensional yang ada
saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2009. BPPT Kembangkan Pupuk SRF dan
.http://www.kabarbisnis.com. Diakses 19 Desember 2013.
Pipa
Apung
Donida, Marta W. and Rocha, Sandra C. S 2002. Coating of urea with an aqueous
polymeric suspension in a two-dimensional spouted bed. Drying
Technology. 20: 3. 685-704.
Leiwakabessy F M dan Sutandi A 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Leiwakabessy F M, U M Wahjudin dan Suwarno 2003. Kesuburan Tanah.
Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Lu, S.M., Lee, S.F., (1992), Slow release of urea through latex film, Journal of
Controlled Release. Vol. 18:171-180.
Mrl L, S Heinrich and M Peglow (2007), Fluidized Bed Spray Granulation, in
Salman, A.D., M.J. Hounslow, J-P-K. Seville, Handbook of Powder
Technology Vol. 11, Granulation, Elsevier, UK.
Mumpton, F A. 1984. Natural Zeolites. in W. G. Pond and F. A. Mumpton (ed.)
Zeo-Agriculture: Use of Natural Zeolites In Agriculture and Aquaculture.
West View Press, Boulder, Colorado.
Mumpton F A 1977. Mineralogy and Geology of naturan Zeolit. Mineralogical
Society of America. Short course notes. Vol. 4. S.
Ormos 1994. Powder Technology and Pharmaceutical Processes, in Amsterdam.
D. Chulia, A. Deleuil, Y. Pourcelot, Handbook of powder technology Vol.
9, Elsevier.
Shaviv A, Mikkelsen R L 1993. Controlled-Release Fertilizers To Increase
Efficiency Of Nutrient Use And Minimize Environmental Degradation : A
Review, Fertilizer Research, 35, 112.
Stanger. 2009. Kind of Fertilizer. Dalam http://web1.msue.msu.edu. Diakes pada
Tanggal 17 Desember 2013.
Tan K H 1994. Environmental Soil Science. Manuel Dekker Inc. New York. USA.
Winarna dan E S Sutarta 2005. Perbaikan Medium Tanam Dan Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit Melalui Aplikasi Zeolit. J. Indonesian. Zeolites. 4: 14116723.