Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEKNOLOGI PUPUK
Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Slow Release

Disusun oleh :
ANIK FITRI ASTUTI

H0711011

DANNY WIBISONO

H0711028

EMMA FEMI P.

H0711039

GUNAWAN SETYO

H0711047

NOVIA CAHYANINGRUM

H0711070

KHOLISHOTU SYAHIDAH

H0711053

RAHAJENG PUTU W

H0711081

SIGIT JUNI P

H0711099

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2013

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman, sekitar 20-70 % dari pupuk yang digunakan akan hilang ke
lingkungan. Tanaman membutuhkan N paling besar dibandingkan unsur hara
lainnya. Pupuk N yang banyak digunakan adalah urea dan amonium sulfat
(ZA), pemberiannya disebar merata sebagai pupuk dasar maupun pupuk
susulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan urea dengan cara
disebar dipermukaan tanah menyebabkan efisiensinya rendah, yakni 30-40%,
sisanya hilang melalui pencucian, lerbawa aliran permukaan, volatilisasi NH3,
imobilisasi, denitrifikasi dan kompetisis dengan gulma.
Penelitian efisiensi pemupukan N terhadap padi menunjukkan bahwa
pemupukan 45 kg N pupuk urea cair atau urea brikel dengan cara dibenamkan
satu kali menghasilkan gabah setara dengan pemupukan 90 kg N/ha dalam
bentuk urea pril yang diberikan dua kali. Penelitian tahun 1994 menunjukkan
bahwa dosisi pupuk 200 kg urea/ha baik urea tablet atau pril yang dibenamkan
ke lapisan reduksi menghasilkan gabah setara dengan 300 kg urea pril/ha yang
disebar merata. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa bentuk urea apapun
akan meningkatkan efisiensinya bila pemberiannya dibenamkan di lapisan
reduksi.
Efisiensi penggunaan pupuk N dapat didefinisikan dalam pengertian
perolehan kembali dalam tanaman dari N yang diberikan, metabolisme
tanaman dan kualitasnya dan pengembalian ekonomi dari investasi pupuk.
Peningkatan efisiensi pupuk N dapat dilakukan dengan mencampur bahan slow
release maupuan controled release. Pelepasan N dari sumber pupuk, misalnya
urea secara controlled releae dapat dilakukan dengan mencampur pupuk urea
yang dapat mengikat NH4 sementara seperti zeolit dan bahan lainnya. Tiga
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan pupuk N lambat
tersebut adalah: pengurangan kehilangan N dari tanah melalui pencucian dan
aliran permukaan, pengurangan reaksi imobilisasi kimai dan biologi dalam

tanah yang dapat menurunkan pasokan N tersedia bagi tanaman dan


pengurangan kehilangan N melalui penguapan amonia atau denitrifikasi setelah
terjadi nitrifikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Slow Release Fertilizer (SRF)?
2. Apa kelebihan dan keuntungan Slow Release Fertilizer (SRF)?
3. Bagaimana cara pembuatan Slow Release Fertilizer (SRF)?
4. Apakah Physical Evidence dalam Slow Release Fertilizer (SRF)?
5. Apakah Chemichal Evidence dalam Slow Release Fertilizer (SRF)?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Slow Release Fertilizer (SRF).
2. Mengetahui kelebihan dan keuntungan Slow Release Fertilizer (SRF).
3. Mengetahui cara pembuatan Slow Release Fertilizer (SRF).
4. Mengetahui Physical Evidence dalam Slow Release Fertilizer (SRF)
5. Mengetahui Chemichal Evidence dalam Slow Release Fertilizer (SRF).

TINJAUAN PUSTAKA
A. Slow Release Fertilizer
Menurut Stanger (2009), slow release fertilizer adalah pupuk yang
dapat mengontrol pelepasan unsur-unsur di dalamnya secara lambat atau
bertahap. Selain itu pupuk SRF juga memiliki ciri tidak mudah terbakar dan
sukar larut dalam air. Pupuk SRF dapat berupa organik dan anorganik. Pupuk
SRF organik adalah pupuk yang bahan utamanya berasal dari bahan organik,
sedangkan SRF anorganik adalah pupuk yang terselimuti oleh suatu bahan
tertentu, sehingga membuat pupuk itu menjadi lambat tersedia. Prinsip SRF
adalah pengaturan pelepasan nutrient dari pupuk untuk melindungi pupuk
yang terlarut secara konvensional dengan pelapisan perlindungan dari bahan
semipermeabel, tidak larut dengan air atau bahan berpori yang permeable.
Pengontrolan tersebut meliputi kecepatan air dan kecepatan pemisahan serta
kebutuhan dari pelepasan nutrisi pupuk.
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004), pembuatan pupuk SRF
yang berbahan dasar unsur N sering dilakukan, karena kurang efisiennya
pupuk N ketika diaplikasikan di lapang. Menurut Leiwakabessy et al. (2003),
kehilangan N di dalam tanah terjadi melalui pencucian, transport dalam
bentuk produksi tanaman, dan menguap ke udara dalam bentuk N2, dinitrogen
oksida (N2O), nitrogen oksida (NO), dan gas amoniak (NH3). Gas-gas
tersebut terbentuk karena kegiatan mikrobiologi tanah dan reaksi-reaksi di
dalam tanah, tiga mekanisme yang menyebabkan kehilangan ini adalah
denitrifikasi, reaksi nitrit dalam suasana aerobik, dan penguapan gas NH 3 dari
pemupukanpemupukan tanah alkalis.
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004), untuk meningkatkan
efektifitas pupuk urea yang merupakan salah satu sumber N di dalam tanah
dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain: (1) membuat pupuk lambat
tersedia dengan cara: pembungkusan pupuk dengan pembungkus biasa
maupun membran, pencampuran pupuk dengan matriks pupuk, dan
memperbesar ukuran pupuk (2) memberikan penghambat nitrifikasi atau

penghambat urease seperti feniil fosdorodiamida, disiandiamida, N-serve, dan


terrazole.
B. Alternatif Bahan Pembuat Slow Release
1. Zeolit
Zeolit adalah mineral alami berbahan dasar kelompok alumunium
silikat hidrat yang berasal dari batuan beku atau tufa vulkanik. Batuan ini
berwarna abuabu sampai kebiru-biruan. Zeolit merupakan mineral kristalin
dari kelompok tektosilikat, yaitu alumino-silikat terhidrasi dengan kation
alkali dan alkali tanah seperti kalium, natrium, kalsium, dan magnesium
yang mengisi rongga-rongga kerangka alumino-silikat dan mempunyai
struktur tiga dimensi. Susunan stuktur dari zeolit adalah (SiAl)O 4
terahedral, memiliki pori yang berisi molekul air dan kation yang dapat
dipertukarkan. Zeolit dicirikan oleh kemampuannya menyerap dan
mengeluarkan air serta menukarkan bagian kationnya tanpa merubah
struktur kristalnya (Mumton 1977).
Menurut Winarna dan Sutarta (2005), zeolit memiliki pori berukuran
2- 12 dan dapat terisi molekul air dengan volume 20-30% dari total
volume mineral zeolit. Keadaan ini menyebabkan zeolit mudah menahan
air dan melepaskannya pada proses timbal balik adsorbsi dan dehidrasi. Di
samping itu, zeolit memiliki muatan listrik negatif baik di permukan
maupun dalam porinya dan umumnya memiliki nilai KTK berkisar 115150 me/100g (bahkan dapat mencapai 545 me/100g ), sehingga dapat
berperan sebagai penukar kation (khususnya kation yang berdiameter lebih
kecil dari diameter pori zeolit), pengadsorbsi dan sebagai katalis. Luas
permukaan zeolit diperkirakan sebesar 900 m2/g.
Penambahan zeolit pada pupuk nitrogen akan menjerap amonium
yang dikeluarkan oleh pupuk. Jika konsentrasi nitrat dalam tanah menurun,
amonium yang telah dijerap oleh zeolit akan dilepaskan kembali ke dalam
larutan tanah, dengan cara demikian N yang diberikan ke dalam tanah
dapat tersedia dalam waktu yang lama. Pupuk dalam bentuk slow release
fertilizers (SRF), dapat mengoptimalkan penyerapan hara oleh tanaman

dan mempertahankan keberadaan hara dalam tanah, karena SRF dapat


mengendalikan pelepasan unsur sesuai dengan waktu dan jumlah yang
dibutuhkan tanaman. Melalui cara ini, pemupukan tanaman, yang biasanya
dilakukan petani tiga kali dalam satu kali musim tanam, cukup dilakukan
sekali sehingga menghemat penggunaan pupuk dan tenaga kerja (Lee and
Lu 1992).
Amonium yang dijerap zeolit tidak segera dilepaskan ke dalam tanah
selama kelarutan N di dalam tanah masih tinggi. Setelah kelarutan N di
dalam tanah menurun, baru amonium yang terjerap dalam zeolit
dilepaskan ke dalam tanah. Hal ini sangat baik untuk menjaga ketersediaan
N secara kontinyu bagi tanaman sehingga pertumbuhan tanaman tidak
terganggu. Mineral zeolit dalam bidang pertanian juga digunakan sebagai
pengontrol dalam pelepasan ion-ion NH4+ dan K+ dari pupuk yang
diberikan ke dalam tanah, penangkap logam berat dari air limbah yang
dipakai untuk pertanian dan sebagai pemantap tanah (Mumpton 1984).
2. Asam humat
Asam humat adalah senyawa organik hasil proses penguraian dan
modifikasi sisa organisme yang berasal dari tanaman dan hewan dalam
tanah. Senyawa ini bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat hitam
dan mempunyai berat molekul relatif tinggi. Menurut Ormos (1994), asam
humat dapat ditemukan pada berbagai jenis tanah, kompos, batu bara,
lignit, sedimen-sedimen yang terdapat pada sungai danau bahkan laut,
dengan jumlah dan karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari jumlah
bahan organiknya. Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan asam
humat adalah pH, yang lebih lanjut akan mempengaruhi disosiasi gugus
yang bersifat asam pada asam humat.
3. Humus dan Asam Humat
Humus mengandung bahan-bahan humat (humic substances) dan
bahan bukan humat (non-humic substances) (Tan 1994). Bahan humat
bersifat amorf (amorphous), polimer (polymeric), dan berwarna kecoklatan
(brown-colored matter) yang mempunyai sifat dan stuktur yang kurang

diketahui. Konfigurasi kimia dari bahan humat sampai saat ini kurang
diketahui dan tidak dapat didefenisikan secara pasti. Berbeda dengan
bahan bukan humat yang telah banyak dikenal dalam bidang kimia
organik. Berdasarkan kelarutannya dalam asam dan alkali, fraksi humat
(kecuali humin) dapat larut dalam alkali. Asam humat merupakan fraksi
humat yang larut dalam alkali, namun tidak larut (mengendap) dalam asam
dan alkohol (Tan 1994).
Manfaat Slow Release Fertilizer dalam berbagai aspek, diantaranya adalah:
1. Aspek Ekonomi
Pupuk yang diserap tanaman hanya 30%-40%, hal ini dikarenakan
proses release urea cepat sehingga urea yang diberikan terbawa air maupun
udara. Oleh karena itu, dengan teknologi SRF menggunakan polimer dapat
memberikan keuntungan ganda. Keuntungan yang didapat adalah tidak
perlu ada lagi subsidi urea dan proses penyerapan unsur hara N oleh
tanaman meningkat karena pelepasan urea lebih lama (Shaviv dan
Mikkelsen 1993)
2. Aspek Fisiologis
Ada beberapa keuntungan agronomi, terkait dengan perbaikan
kondisi untuk pertumbuhan tanaman, antara lain :
a. Pasokan nutrisi lebih, karena pelepasan unsur haranya terkontrol dan
pasokan nutrisi di sekitar akar terpenuhi.
b. Penggunaan CRF meningkatkan perkecambahan dan kualitas tanaman
dengan berkurangnya gangguan pada daun, patah batang dan infestasi
penyakit.
c. Ammonium dapat meningkatkan ketersediaan Fe dalam tanah akibat
pengasaman sehingga unsur hara tambahan diperoleh tanaman.
3. Aspek Lingkungan
SRF tidak hanya dapat meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi
dalam pemupukan, tetapi juga mengurangi dampak terhadap lingkungan
dan kontaminasi air tanah. Nitrogen yang terlarut dalam air akan bermuara
di suatu tempat secara berlebih yang akan menyebabkan tumbuhnya

ganggang dan alga (eutrofikasi). Jumlahnya yang besar menghalangi sinar


matahari untuk mencapai dasar, mereka juga merebut pasokan oksigen
yang dibutuhkan oleh spesies lain yang ada dalam ekosistem tersebut
sehingga dapat menggangu keseimbangan rantai.
C. Teori Dasar Pelapisan
Biasanya, proses pelapisan dilakukan untuk mencapai satu atau lebih
hal berikut:
1. Melindungi bahan dari oksigen, kelembaban, cahaya yang tidak
kompatibel atau unsur-unsur lain.
2. Menunda atau mengontrol pelepasan agen aktif di dalam partikel inti.
3. Memberikan sifat yang diinginkan pada antarmuka partikel, yang
membuat
4. mereka lebih tepat untuk aplikasi dari target akhir (misalnya dispersi
dalam
5. plastik, pulverisation elektrostatik, dll).
6. Mengurangi afinitas bubuk dengan pelarut organik atau air.
7. Menghindari penggumpalan selama penyimpanan dan transportasi.
8. Meningkatkan penampilan, rasa atau bau produk.
9. Menjaga nutrisi yang terkandung dalam produk makanan.
10. Memberi kemampuan bubuk (katalis, enzim deterjen berlapis, dll).
11. Meningkatkan ukuran partikel.
Biasanya dalam pelapisan digunakan teknologi fluidized bed. Teknologi
fluidized bed ditemukan pada tahun 1922 oleh Winkler untuk gasifikasi
batubara. Sejak itu teknologi ini meluas ke dalam banyak bidang aplikasi
yang membutuhkan konstruksi berbeda dari unggun terfluidakan. Fluidized
bed digunakan untuk proses fisik seperti pencampuran, penggolongan,
pengeringan,

pelapisan,

granulasi,

aglomerasi,

pneumatic serta pemanasan dan pendinginan padatan.

adsorpsi,

transportasi

Dalam fluidized bed spray cairan pelapis disemprotkan kedalam


ruangan bersama aliran gas panas dalam tetesan halus. Air akan cepat
diuapkan dari tetesan tersebut meninggalkan partikel padatannya. Ketebalan
dari formulasi coating dan dapat diperoleh sesuai kebutuhan. Dalam sistem
spray, bahan pelapis disemprotkan ke dalam spray chamber sebagai partikel
cair. Zat pelapis tersebut pindah ke lapisan berpori sehingga menbentuk
encapsulated.
Berdasarkan Morl et al. (2007) Keunggulan teknologi fluidized bed
adalah:
1. Keuntungan proses: pencampuran baik, intensitas pertukaran material dan
panas tinggi, temperatur pengeringan rendah (dapat digunakan untuk
bahan yang sensitif terhadap suhu).
2. Proses berjalan secara kontinu: konstan dan mutu produk dapat
direproduksi, produktivitas tinggi karena waktu operasi lama, waktu hilang
kecil, total running time mencapai 8000jam/tahun.
3. Produk: tidak ada masalah dengan debu, tidak ada pemisahan komponen
campuran.

PEMBAHASAN
A. Slow Release Fertilizer (SRF)
Slow Release Fertilizer (SRF) atau pupuk lepas lambat, yaitu suatu jenis
pupuk yang mampu mengendalikan kecepatan pelepasan unsur-unsur hara
yang mudah hilang akibat larut dalam air, menguap dan proses denitrifikasi
terhadap pupuk itu sendiri. Salah satu bentuk pupuk jenis SRF dapat pula
dikatakan sebagai Controlled Release Nitrogen Fertilizer (CRNF). Upaya
membuat SRF atau CRNF bermacam-macam, antara lain dengan cara
memperbesar ukuran, menambah kekerasan pupuk, melapisi dengan bahan
yang dapat melindungi nitrogen yang terkandung terhadap pelarutan dan
penguapan

secara

cepat

atau

menambahkan

aditif

yang

mampu

mempertahankan keberadaan nitrogen dalam pupuk.


Menurut Stanger (2009), slow release fertilizer adalah pupuk yang dapat
mengontrol pelepasan unsur-unsur di dalamnya secara lambat atau bertahap.
Selain itu pupuk SRF juga memiliki ciri tidak mudah terbakar dan sukar larut
dalam air. Menurut Stanger ; Kelly (2009), pupuk SRF dapat berupa organik
dan anorganik. Pupuk SRF organik adalah pupuk yang bahan utamanya berasal
dari bahan organik, sedangkan SRF anorganik adalah pupuk yang terselimuti
oleh suatu bahan tertentu, sehingga membuat pupuk itu menjadi lambat
tersedia.
Teknologi SRF ini telah banyak dikembangkan oleh peneliti sebelumnya
dengan berbeda metoda (rotating drum, fluidized bed, spouted bed, microwave)
dan berbeda material pelapis yang digunakan seperti resin, polimer dan sulfur.
Teknologi fluidized bed untuk proses pelapisan partikulat memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan teknologi lainnya. Fluidized bed memiliki laju
perpindahan panas dan massa yang tinggi, sehingga distribusi suhu lebih
seragam dan proses relatif singkat. Pembuatan komposit wheat straw-gpoly(acrylic acid)(WS/PAA) superabsorban dan release urea, pelepasan urea
dengan WS/PAA sangat cepat dalam air dengan koefisien difusi 6,2 x 10-5
cm2/s, tetapi pelepasan nutrisi urea bisa berlangsung lama 50 hari. Pelapisan

urea dengan menggunakan suspensi polimer dalam spouted bed dua dimensi,
menghasilkan pelapisan urea dengan menggunakan polimer suspensi eudragit
meningkatkan empat kali holding kapasiti dari urea terlapisi terhadap urea
konvensional (Donida 2002).
Badan

Pengkajian

dan

Penerapan

Teknologi

(BPPT)

berhasil

mengembangkan lagi dua produk hasil penelitiannya, yaitu pupuk Slow


Release Fertilizer (SRF) atau pupuk lepas lambat Ada beberapa kelebihan yang
dimiliki jika penggunaan pupuk SRF dibandingkan dengan pupuk kimia
konvensional (prill), yaitu mengurangi in efisiensi penggunaan pupuk yang
dipakai oleh petani di lapangan, kata Direktur Pusat Teknologi Industri Proses
BPPT Dr. Ir. Danny M. Gandana, M.Sc. Ia menjelaskan, saat ini efisiensi
penyerapan pupuk oleh tanaman hanya sekitar 40%. Dengan menggunakan
pupuk SRF dapat meningkatkan efisiensi penyerapan pupuk oleh tanaman
menjadi 65-70%, sehingga terjadi peningkatan efisiensi 25-30%. Efisiensi
terutama terjadi pada penggunaan pupuk nitrogen/urea.
Dampak negatif inefisiensi pemakaian pupuk kimia, terutama pupuk urea
terhadap lingkungan, karena di lapangan terjadi kelebihan pemakaian pupuk
yang tidak termanfaatkan oleh tanaman akibat aliran air dan penguapan. Efek
pemakaian pupuk kimia berlebih, menyebabkan kualitas tanah menurun.
Manfaat lain pupuk SRF terhadap petani diantaranya, aplikasi pemupukan SRF
hanya satu kali dilakukan dalam satu musim tanam. Dibandingkan dengan urea
prill yang diberikan 2-3 kali, maka pupuk SRF tersebut dapat menghemat biaya
tenaga kerja. Selain itu, dari hasil perhitungan prastudi kelayakan harga SRF
relatif lebih murah dibandingkan dengan pupuk kimia konvensional yang ada
saat ini. Dengan adanya penggunaan zeolit dalam formula SRF dapat
membantu meningkatkan kesuburan tanah, karena zeolit mempunyai kapasitas
tukar kation (KTK) yang cukup tinggi. Tanah yang mempunyai KTK tinggi
merupakan salah satu indikator tanah yang subur, katanya menambahkan.
Pupuk SRF dibuat dengan memformulakan bahan pupuk kimia dengan metrik
zeolit alam. Produk SRF dibuat dalam bentuk granul dengan ukuran 3-5 mm

dengan menggunakan binder yang mudah diurai oleh mikroorganisme


(biodegradable).
B. Kelebihan dan Keuntungan Slow Release Fertilizer (SRF)
Pupuk lepas lambat atau Slow Release Fertilizer (SRF) merupakan pupuk
yang mempunyai kemampuan mengontrol untuk proses melepas unsur hara
yang diperlukan tanaman. Beberapa kelebihan dan keuntungan bagi pengguna
pupuk lepas lambat atau (SRF) Slow Release Fertilizer adalah sebagai berikut:
No Kelebihan SRF
1
Berbentuk
Granule

Keuntungan bagi pengguna


- Petani sudah terbiasa dengan bentuk pupuk
granule
- Mudah bagi petani dalam aplikasinya.
Dimana dalam pengaplikasiannya akan lebih
mudah ketika ukuran granul yang lebih besar
dalam menyebar dibanding dengan granul
yang lebih kecil. Hal ini dalam
penyebarannya akaibat daya pegang granul
yang musah disebar maka, akan lebih merata
Pelepasan unsur - Salah satu upaya untuk meningkatkan
hara terkontrol
efektivitas dan efisiensi dapat dilakukan
dengan memodifikasi pro puk urea dalam
bentuk slow release fertilizer. Pupuk urea
yang diberikan pada tanah sawah mudah
hilang.
- Usaha
membendung
kerugian
akibat
kehilangan dalam pemupukan padi sawah
ditempuh dengan berbagai cara antara lain
perbaikan
cara-cara
pemupukan
dan
penciptaan pupuk yang lambat melepaskan
nitrogen.
- Pupuk kimia slow release biasanya unsur hara
dilepaskannya dengan sistem coated atau
binder. Sistem coated, yaitu unsur hara keluar
secara perlahan setelah bahan pembungkus
retak. Sementara sistem binder yaitu unsur
hara dilepaskan sesuai dengan ketersediaan
air di lapangan karena adanya pengikat.
Tanah dengan kondisi. kelembapan tinggi,
unsur hara dikeluarkan akan semakin banyak
dan semakin cepat. Sistem yang kedua ini
disebut juga sistem hidrolisa (penyerapan air)

Mengandung
- Memperbaiki struktur tanah akibat akumulasi
Zeolite (sebagai
pupuk kimia
matrix),
- Mengurangi
kerusakan
lingkungan
persawahan
- Sifat khas dari zeolit sebagai mineral yang
berstruktur tiga demensi,bermuatan negatif,
dan memiliki pori-pori yang terisi ion-ion: K,
Na, Ca, Mg, dan molekul H2O, sehingga
memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan
pelepasan air secara bolak-balik. Pupuk urea
yang diberikan ke tanah yang sebelumnya
sudah diberi zeolit, maka kation NH4+ urea
dapat terperangkap sementara dalam pori-pori
zeolit yang sewaktu-waktu dilepaskan secara
perlahan-lahan untuk diserap tanaman. Zeolit
mempunyai kerangka terbuka dengan
jaringan
pori-pori
yang
mempunyai
permukaan
bermuatan
negatif
dapat
mencegah pencucian unsur hara NH4+ urea
keluar dari daerah perakaran. Zeolit
berperanan untuk menahansementara unsur
hara di daerah perakaran, sehingga pupuk
urea yang diberikan lebih efisien.
Mudah diproduksi - Bagi usaha perkebunan dapat di produksi
dalam skala kecildekat lokasi perkebunan
menengah
- Mengurangi
biaya
produksi/
biaya
pemupukan
Teknologi
- Dapat di buat oleh bengkel bengkel local,
produksi
dimana alat yang dibutuhkan sederhana
sederhana
dalam pengadaannya karena, proses relaif
mudah dilakukan Dapat dioperasikan dengan
sedikit pelatihan
Periode
- Manfaat lain pupuk SRF terhadap petani
pemupukan cukup
diantaranya, aplikasi pemupukan SRF hanya
1 kali
satu kali dilakukan dalam satu musim tanam.
Dibandingkan dengan urea prill yang
diberikan 2 - 3 kali, maka pupuk SRF tersebut
dapat menghemat biaya tenaga kerja. Selain
itu, dari hasil perhitungan prastudi kelayakan
harga SRF relatif lebih murah dibandingkan
dengan pupuk kimia konvensional yang ada
saat ini.

C. Proses Pembuatan Slow Release Fertilizer (SRF)


D. Physical Evidence
E. Chemichal Evidence

DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2009. BPPT Kembangkan Pupuk SRF dan
.http://www.kabarbisnis.com. Diakses 19 Desember 2013.

Pipa

Apung

Donida, Marta W. and Rocha, Sandra C. S 2002. Coating of urea with an aqueous
polymeric suspension in a two-dimensional spouted bed. Drying
Technology. 20: 3. 685-704.
Leiwakabessy F M dan Sutandi A 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Leiwakabessy F M, U M Wahjudin dan Suwarno 2003. Kesuburan Tanah.
Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Lu, S.M., Lee, S.F., (1992), Slow release of urea through latex film, Journal of
Controlled Release. Vol. 18:171-180.
Mrl L, S Heinrich and M Peglow (2007), Fluidized Bed Spray Granulation, in
Salman, A.D., M.J. Hounslow, J-P-K. Seville, Handbook of Powder
Technology Vol. 11, Granulation, Elsevier, UK.
Mumpton, F A. 1984. Natural Zeolites. in W. G. Pond and F. A. Mumpton (ed.)
Zeo-Agriculture: Use of Natural Zeolites In Agriculture and Aquaculture.
West View Press, Boulder, Colorado.
Mumpton F A 1977. Mineralogy and Geology of naturan Zeolit. Mineralogical
Society of America. Short course notes. Vol. 4. S.
Ormos 1994. Powder Technology and Pharmaceutical Processes, in Amsterdam.
D. Chulia, A. Deleuil, Y. Pourcelot, Handbook of powder technology Vol.
9, Elsevier.
Shaviv A, Mikkelsen R L 1993. Controlled-Release Fertilizers To Increase
Efficiency Of Nutrient Use And Minimize Environmental Degradation : A
Review, Fertilizer Research, 35, 112.
Stanger. 2009. Kind of Fertilizer. Dalam http://web1.msue.msu.edu. Diakes pada
Tanggal 17 Desember 2013.
Tan K H 1994. Environmental Soil Science. Manuel Dekker Inc. New York. USA.
Winarna dan E S Sutarta 2005. Perbaikan Medium Tanam Dan Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit Melalui Aplikasi Zeolit. J. Indonesian. Zeolites. 4: 14116723.

Anda mungkin juga menyukai