Anda di halaman 1dari 1

Mencoba membaca apa yang menghadang di pelupuk mata. Seperti harus membedakan antara pagi dan senja.

Taukah mana yang lebih indah? Memikirkannya, seperti memungut kambali benih-benih tersebar di pematang yang mulai bertunas, lalu tumbuh berbuah. Dalam otaknya, hanya berbolak-balik, mengulang dan memutar lagi. Dari dini hari hingga senja yang di kata orang waktu yang paling indah. Sederhana saja kata pewakil dipikirannya hanyalah kata biasa. Semua orang melaluinya, membuat kenangan di setiap waktunya, dan katanya juga merajut jaring-jaring mimpi menjadi kelambu indah bernama cita-cita di masa akan datang. Dia adalah Hari, iya kata itu bernama hari. Di setiap sisi dinding kamarnya menempel kertas-kertas tak beraturan membentuk huru dan menjadi kata. Senin, !abu, Minggu, "amis, Sabtu, serta Selasa semua melekat dico#er dinding berwarna coklat ketuaan. $am dinding merah di atas kepalanya berbunyi seperti jam dinding jarum kebanyakan. Terkadang seperti harmony pelengkap elegi pagi lain waktu seperti kaki-kaki berlari dan mengejar tanpa kenal lelah. Malam berkabut kala itu, Hira berbaring di atas taman kapuknya. badannya serasa terbang diatas punggung awan

Anda mungkin juga menyukai