Journal Reading
Muhammad Farid Azraai, S.Ked Ilona Amanta, S.Ked Ina Fitriana, S.Ked
Latar Belakang
Nyeri abdomen (NA) adalah keluhan umum
pada anak-anak dan remaja. Sebagian besar anak mengalami episode NA sesekali,1,2 yang hilang secara spontan. Namun, sekitar 10 % anak-anak di negaranegara Barat, rasa nyeri tidak hilang dan menjadi kronis,3 sehingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari.4,5 Penyakit organik jarang ditemukan. Tanpa penyebab organik, NA kronis disebut "Fungsional" (NAF). Jika tidak diobati, ada kemungkinan cukup besar NAF akan bertahan sampai dewasa atau mengalami
dipelajari dalam beberapa uji coba acak terkontrol cross sectional (CS).8-13 Meskipun baru-baru ini Cochrane menjelaskan terapi perilaku kognitif (TPK) sebagai pengobatan psikologis yang menjanjikan, ulasan ini juga menggarisbawahi bahwa banyak CS memiliki kekurangan metodologis seperti sedikitnya sampel dan rasio putus sekolah yang tinggi.14
diterbitkan setelah review Cochrane tidak memberikan bukti tegas untuk manfaat TPK karena menunjukkan hasil TPK lebih baik untuk kondisi kontrol tetapi hanya menurut laporan orang tua dari anak yang nyeri, tidak sesuai dengan keluhan anak.
jumlah sampel yang banyak, mengetahui efektivitas enam tahap TPK dibandingkan dengan enam kali kunjungan ke dokter spesialis anak sub bagian gastroenterologi. Sesuai dengan penelitian sebelumnya untuk pengobatan uji coba pada anak dengan nyeri kronis,15,16 jurnal ini meneliti dampak intervensi rasa nyeri dan pada keluhan tidak nyeri abdomen tetapi memiliki keluhan gastrointestinal lainnya
Tujuan Penelitian
Meneliti efektivitas dari enam sesi protokol terapi
perilaku kognitif (TPK) dibandingkan dengan enam kali kunjungan pasien ke dokter spesialis anak (perawatan medis intensif , PMI ) untuk pengobatan nyeri perut fungsional (NAF)
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Desain penelitian ini adalah uji coba acak terkontrol
Hospital Academic Medical Center Amsterdam di Netherlands periode April 2007 dan April 2010
penelitian ini adalah anak anak yang berobat ke dokter spesialis anak di Emma Childrens Hospital Academic Medical Center Amsterdam di Netherlands. - Anak-anak yang setuju untuk berpartisipasi akan mendapat dua sesi terapi (TPK dan PMI) di pusat akademik dan psikiatri anak dan remaja di Amsterdam.
TPK diberikan oleh seorang psikologi yang memiliki sertifikasi khusus, PMI dilakukan oleh dokter spesialis anak atau seorang dokter spesialis anak sub-bagian gastro-entero-hepatologi.
Kriteria inklusi
Anak-anak yang memenuhi syarat, usia 7 sampai
18 tahun dan memenuhi kriteria Rome III untuk anak NA dengan gangguan fungsional gastrointestinal yaitu: (1) NA merupakan keluhan utama, (2) NA ada setidaknya satu kali setiap minggu selama paling sedikit 2 bulan sebelum ditegakan diagnosis, (3) tidak ada kelainan peradangan, anatomi, metabolik, atau proses neoplastik pada pasien
Kriteria tambahan adalah : (4)tidak adanya gangguan kejiwaan sebelum pengobatan NAF (misalnya : gejala psikotik) , (5 ) bisa berbicara bahasa Belanda, dan (6) pasien dengan NA yang setuju mengikuti penelitian harus hadir selama 2 minggu sebelum kriteria inklusi
diharapkan hasil perbedaan 31,8 % pada efektivitas antara CBT dan IMC . Untuk dapat mendeteksi perbedaan itu dengan kekuatan 80 % dan 2-sisi signifikansi 5% tingkat , ukuran sampel dari 45 peserta per kelompok diperlukan . Oleh karena itu, tujuan kami memasukkan 50 peserta per kelompok , diberikan tingkat putus sekolah diantisipasi 10 %
13
Intervensi
TPK diberikan oleh psikologi yang mempunyai
spesifikasi sub bagian terapi perilaku kognitif anak. Semua sampel menerima pelatihan dan pengawasan oleh psikoterapi yang berpengalaman. PMI diberikan oleh dokter spesialis anak atau dokter spesialis anak sub bagian gastro-enterohepatologi. Selama kedua terapi tersebut diberikan, anak anak yang mendapat kedua terapi tersebut diminta untuk menyimpan standardized pain diary18 untuk mengetahui berkurangnya keluhan.
awal setiap sesi / konsultasi, anak-anak dan orang tua mereka diminta untuk melaporkan hasil latihan mereka yang telah dilakukan minggu sebelumnya (TPK) atau pada efek dari saran atau resep obat yang diberikan (PMI). Selanjutnya, hasilnya dijelaskan di pain diary, yang akan dibahas pada setiap anak dan keluarganya.
Hasil Penelitian
HASIL
Antara April 2007 dan April 2010 , 201 anak
anak diskrining untuk partisipasi dalam penelitian ini . 94 anak anak tidak memenuhi kriteria inklusi (Tabel 1). 104 anak dimasukkan dan di acak , 52 anak mendapat terapi sesuai kondisinya. 46 anak mendapat TPK, dan 48 anak mendapat PMI. Data dari semua anak anak ini digunakan untuk analisis.
yang mendapat TPK dan 29,8% anak anak yang mendapat PMI itu diperbaiki keadaannya pada T2 (Tabel 4). Persentase ini meningkat pada T3 dan T4 menjadi 51,2% dan 60,0% untuk anak anak yang mendapat TPK dan 41,5% dan 56,4% untuk anak anak yang mendapat PMI . Tidak ada yang perbedaan signifikan antara kondisi anak anak yang mendapat antara kedua terapi tersebut Persentase perbaikan / pemulihan dari data harian yang jauh lebih tinggi : 66,6%, 65,0%, dan 65,8% untuk TPK pada tiga sesi terakhir, dan 47,5% , 47,4%,dan 62,8% untuk PMI. Persentase
Pembahasan
Penelitian ini menunjukkan selama enam sesi
TPK mengakibatkan penurunan signifikan pada NA. 60% anak dengan NAF sampai satu tahun setelah pengobatan. Tapi, enam sesi kunjungan mingguan ke dokter spesialis anak sub-bagian gastro-enterohepatologi sama sama efektif, dengan 56% dari anak-anak yang sedang disembuhkan satu tahun setelah pengobatan. TPK dan PMI juga sama efektif dalam mengurangi keluhan gastrointestinal lainnya, gangguan fungsional, keluhan somatik lainnya, dan fisik, dan kualitas psikologis hidup .
KESIMPULAN
TPK efektif dalam pengobatan anak anak
dengan NAF sama efektifnya sebagai bentuk intensif dari PMI yang disampaikan oleh dokter spesialis anak atau dalam mengobati anak-anak dengan gangguan pencernaan fungsional. Penelitian selanjutnya harus fokus pada mekanisme kerja TPK sendiri dalam meningkatkan dan menyesuaikan pengobatan anak anak dengan NAF.
Apakah latar belakang penelitian ini dinyatakan dengan jelas? (Is the background of the study clearly stated?)
Ya
Alasan :?
perilaku kognitif (TPK) dibandingkan dengan enam kali kunjungan pasien ke dokter spesialis anak (perawatan medis intensif , PMI ) untuk pengobatan nyeri perut fungsional (NAF)
Desain penelitian ini adalah uji coba acak terkontrol (cross sectional) prospektif.
Apa populasi penelitian ini, dapatkah kamu jelaskan? (What is the population, can you explain)
prevalensi masalah (dalam penelitian in)? (What determine the prevalence of the problem)
Validitas
Cukup Valid
Judul
Nama pengarang tercantum
Importance
Penting karena demam tifoid terus menjadi masalah
kesehatan yang mengakibatkan jumlah signifikan dari anak yang??? Membantu mengurangkan ??
Applicable
Dapat diaplikasikan karena???
Terima Kasih