Anda di halaman 1dari 3

SAAT PENELITI MELAWAN PENGUASA Oleh : Ishak Salim (Peneliti masalah politik, alumni ISS Den aa!

"

George Junus Aditjonro (GJA, 60) adalah peneliti pemberani dan sangat jelas keberpihakannya. Peneliti yang membuka mata banyak orang bahwa kekuasaan adalah sebuah oligarki yang menghisap kesejahteraan rakyat. ligarki, atau meminjam istilah GJA, sang gurita, di mana sekelompok orang saling berinteraksi membangun jejaring kuasa. !alam dunia yang penuh dengan pengaburan dan lautan "itra, GJA hadir menunjukkan eksistensinya sebagai seorang peneliti pembebasan. #eorang peneliti yang bekerja mengumpulkan in$ormasi, mengolahnya menjadi data, dan menganalisisnya menjadi sebuah temuan yang ber$ungsi membuka mata banyak orang tentang penyimpangan penguasa dan %bila& memungkinkan terbangun kesadaran kritis se"ara massi$ untuk kemudian melahirkan solidaritas dan aksi bersama menentang kon$igurasi kuasa yang menghisap itu. 'nilah (kuasa) peneliti. 'a mengandalkan sebuah pisau analisis %ba"a riset dan hasil riset& dalam menunjukkan keberpihakannya. 'a memiliki kontrol atas pisau analisa itu. 'tulah sebabnya, Aris Ananta menganalogikan bahwa riset dan peneliti adalah seperti pisau dan penggunanya. Pisau yang digenggamnya berada dalam kontrolnya. 'a bisa menggunakan pisau tersebut untuk mengupas mangga dan membagi ke khalayak untuk dimakan bersama* sama, namun di lain pihak ia pun dapat menggunakan pisau yang sama untuk menikam orang hingga mati. !emikianlah, buku GJA (+embongkar Gurita ,ikeas) telah diterbitkan beberapa hari yang lalu setelah melalui riset panjang setidaknya tiga tahun terakhir. Gurita ,ikeas yang disinggungnya adalah sebuah kon$igurasi politik yang terdiri dari #-. sebagai presiden, partai politik, pebisnis kelas kakap, dan aneka jaringannya. Gurita ini, kini meronta*ronta mengisi ruang publik dalam media "etak dan media /isual lainnya. #ementara buku itu sendiri, nyaris tak ditemukan sama sekali di toko buku di seluruh 'ndonesia. Akibatnya, publik lalu disodorkan aneka persepsi yang diproduksi melalui media tanpa punya kekuatan untuk membangun penilaiannya sendiri atas buku tersebut. #ebagai peneliti, GJA telah menunaikan tugasnya sebagai peneliti dengan sangat baik. .akni menelusuri area yang selama ini dianggap gelap gulita seperti aneka praktek politik uang dan realitas lingkaran kekuasaan istana menjadi area yang terang benderang. GJA, sebagai peneliti telah memaparkan data yang dibangunnya bukan saja saat kasus -ank ,entury sedang ramai, melainkan jauh sebelumnya pada saat duet keperesidenan masih diduduki oleh #-.*J0. Jadi, aneka $akta ini bukanlah suatu sikap reaksioner dan terburu*buru sehingga beberapa pakar lebih senang (menyerang) GJA dari sisi itu ketimbang mengajukan data atau $akta

alternati$ selain yang telah di"ari, dibangun, dan dipaparkan oleh GJA. -ahkan seorang pro$esor, 1jipta 2esmana, dengan begitu arogan menyebut GJA sebagai !oktor lulusan ,ornel yang bodoh dan tak tahu menulis sebuah karya ilmiah. Pun dari sisi metodologi, GJA sekali lagi telah melakukan tugasnya sebagai peneliti dengan baik yakni mengungkapkan sumber yang jelas dan menanggalkan nama in$orman yang si$atnya rahasia %biasanya atas permintaan in$orman&. #ementara, sang pro$esor, al$a menyebutkan bahwa data yang digali oleh GJA walaupun didominasi oleh data sekunder tidaklah mengurangi nilai keilmiahannya dan sebaliknya sang pro$esor tinggal mengulang*ulang kritiknya tanpa punya data tandingan sama sekali alias tak punya penelitian. Mempe#$e%atkan Meto$olo!i &iset #ebelum melangkah lebih jauh bagaimana seorang GJA menemukan begitu banyak dan begitu luas $akta, maka perlu disampaikan dalam tulisan ringkas ini tentang institusi produsen pengetahuan. 0ita sebutlah institusi pertama sebagai lembaga mainstream yang "ara kerjanya banyak dipengaruhi oleh pemesan di luar diri peneliti. 'nstitusi penelitian pertama adalah uni/ersitas, negara, dan sektor swasta. 3ni/ersitas yang terdiri dari dosen dan mahasiswa punya pekerjaan menghasilkan ilmu, baik sekedar memperbanyak tumpukan buku diperpustakaan maupun untuk kepentingan karir seperti meraih gelar sarjana, master, doktor maupun pro$essor yang berimplikasi pada naiknya status sosial peneliti bersangkutan seperti promosi kepangkatan. #ementara negara dalam melahirkan sebuah kebijakan selalu mendahuluinya dengan penelusuran akademis melalui proses penyusunan naskah akademis. -iasanya, penyusun ini adalah akademisi dari kampus yang dikombinasikan dengan peneliti luar kampus yang tergabung dalam organisasi non*pemerintah. #elain itu terdapat perusahaan yang melakukan penelitian baik se"ara alam maupun sosial sebelum melakukan eksplorasi %eksploitasi&. !i sini juga termasuk lembaga pemasaran yang selalu melakukan sur/ei konsumen untuk kepentingan bisnis. #elain ilmuan mainstream di atas, terdapat juga ilmuan alternati$ atau meminjam istilah GJA (peneliti pembebasan). +ereka bergulat bersama rakyat dalam membangun pengetahuan yang akan digunakan untuk kepentingan rakyat. +ereka ini, hanya segelintir yang berasal dari kampus dan dari organisasi non*pemerintah, atau ilmuan independen yang tidak bera$iliasi dalam suatu lembaga. +ereka menyerap pengetahuan dari rakyat dan menggunakan untuk kepentingan rakyat. Jadi, dari institusi dan aktor pengusung pengetahuan inilah lahir banyak karya yang bisa membuka tabir yang berguna selain untuk men"erdaskan warga negara juga bisa berpretensi mengelabui publik. Apa yang dilakukan GJA adalah membuka tabir untuk men"erdaskan bangsa dan bukan sebaliknya mengelabui publik. 'nilah eksistensi peneliti yang melawan kekuasaan yang menghisap dan bukan berada di bayang*bayang kuasa (gurita). !alam kasus buku GJA, ada pengamat mengatakan bahwa data yang dipaparkan GJA adalah sangat lemah. Alasan mereka karena data yang digunakan adalah data sekunder dan bukan data primer. +enurut hemat penulis, data yang dipaparkan oleh GJA merupakan kombinasi antara data primer melalui wawan"ara mendalam dan data sekunder melalui penelusuran

in$ormasi baik dari media "etak maupun internet, surat elektronik, buku*buku hasil riset, se"ara luas dan jelas. #elain itu, ada juga pengamat yang menyebutkan bahwa buku ini sarat dengan subjekti$itas peneliti. +enurut hemat penulis, subjekti$itas dalam memaparkan hasil penelitian adalah sah sepanjang berangkat dari data dan pengolahan data dengan benar. -ahkan, dalam riset dengan dominasi penggunaan pendekatan kualitati$ sebagaimana yang dilakukan oleh GJA olah data itu membutuhkan kepandaian dalam menyusun alur logika yang benar dan koherensi antara satu data dengan data lainnya. 4anya sekedar memaparkan $akta tanpa sentuhan subjekti$itas peneliti untuk menata alurnya maka penelitian itu bukan saja akan sulit dipahami oleh kaum awam tapi akan mempersulit pemba"a dalam memba"a buku ini di mana data dan $akta berseliweran di sana*sini. !alam dunia riset, peneliti beraliran kuantitati$ memang sangat menjunjung tinggi objekti$itas karena si peneliti sedemikian ketat menjaga diri dari objek risetnya. 5ajarlah bila hasil riset mereka diklaim sebagai kebenaran objekti$. #ementara para peneliti yang concern kepada pendekatan kualitati$ yang kerap tidak begitu menjaga jarak dengan objek risetnya disebut memiliki kualitas kebenaran inter*subjekti$. 0edua*duanya memiliki bobot kebenarannya dan tidak dapat diklaim bahwa riset yang menggunakan pendekatan kuantitati$ lebih hebat dari riset dengan pendekatan kualitati$. -ahkan, kini pertentangan keduanya sudah banyak ditinggalkan dan kombinasi atas dua pendekatan riset itu sudah banyak dilakukan oleh peneliti, baik di kampus maupun di luar kampus. Perdebatan buku (membongkar Gurita ,ikeas) ini memang sudah terjebak dalam perdebatan instrumental. -anyak pihak menyerang GJA dalam hal sumber in$ormasi yang digunakan dan tidak pada proses penelitian yang ia telah lakukan sekurangnya tiga tahun. -anyak pengamat sekedar mempersoalkan remeh temeh yang tak penting ketimbang substansi yang sedang dipaparkan oleh GJA yang dalam perspekti$ ekonomi politik +ar6ian bahwa penguasa selalu "enderung korup dan korupsi yang dilakukan tentu merugikan rakyat yang telah membayar pajak setiap bulan. -agi yang ingin menyerang GJA sebaiknya juga mengemukakan $akta dan data yang akurat dan bukan sekedar mempertentangkan antara subjekti$itas /ersus objekti$itas, atau data primer /ersus data sekunder, karena dua elemen ini kini tidak lagi "enderung saling mengasikan namun justru saling mengisi.

Anda mungkin juga menyukai