Anda di halaman 1dari 15

NASKAH PERJANJIAN KERJASAMA

(NPK)
ANTARA

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DENGAN

PEMERINTAH KABUPATEN
BANDUNG BARAT
TENTANG

PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


MANDIRI PERKOTAAN (PNPM MANDIRI) TAHUN ANGGARAN 2011
Nomor :
Nomor:
Pada hari

ini ...... tanggal ..... bulan ..... tahun dua ribu sepuluh, yang

bertanda tangan di bawah ini :


I. BUDI YUWONO.P

: Direktur

Jenderal

Cipta

Karya

Kementerian

Pekerjaan

Umum,

berdasarkan

Keputusan

Presiden

Republik Indonesia Nomor 2/M/2008


tanggal

Januari

Pemberhentian
Penjabat
Lingkungan

dan

Pimpinan

2008

tentang

Pengangkatan
Eselon

Kementerian

di

Pekerjaan

Umum, dalam hal ini selaku demikian


oleh karenanya sah bertindak untuk
dan

atas

nama

Direktorat

Jenderal

Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan


Umum, berkedudukan di Jakarta, Jalan
Patimura

Nomor

20,

selanjutnya

disebut sebagai PIHAK PERTAMA.


II. H Abu Bakar

: Bupati

Bandung

Keputusan
Nomor

Barat,

Menteri

Dalam

131.32-456

tanggal

berdasarkan
Negeri

Tahun

..............

Pemberhentian
Bandung

tentang

Penjabat

Barat

2008

dan

Bupati

Pengesahan

Pengangkatan Bupati Bandung Barat


Provinsi

Jawa

Barat,

dalam

hal

ini

selaku demikian oleh karenanya sah


bertindak

untuk

dan

atas

nama

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat,


berkedudukan di

Kabupaten Bandung

Barat, Jalan Batujajar km 3,5 Nomor 46,


selanjutnya

disebut

sebagai

PIHAK

KEDUA
Aa Umbara Sutisna

:Ketua

DPRD

Kabupaten

Bandung

Barat.berkedudukan di Jalan Batujajar


km 3,5 Nomor 46 Kabupaten Bandung
Barat , dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah

Kabupaten

selanjutnya

disebut

Bandung

Barat,

sebagai

PIHAK

KEDUA

Dengan Memperhatikan :
1.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara


yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

3.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan


dan Tanggungjawab Keuangan Negara;

5.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional;

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008;
Undang-Undang Nomor 33...................

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

8.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara;

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi


Pemerintah;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

Cara

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 50
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah;

Tahun

2007

tentang

Tata

Cara

15. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi


Penanggulangan Kemiskinan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 15 Tahun 2010;
16. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004;
17. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008;
18. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman
Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan
Kemiskinan;

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah;
22. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-24/PB/2006
tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga
23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 03 Tahun 2008
tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah Lembaran Daerah
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 07 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung
Barat Tahun 2008 Nomor 7);
25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun 2008
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan (Lembaran
Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008 Nomor 13);
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat
26. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 09 Tahun 2010
tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2010 (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2010
Nomor 9);
27. Peraturan Bupati Kabupaten Bandung Barat Nomor 27 Tahun 2010
tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Bandung Barat Tahun Anggaran 2010 (Berita Daerah
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2010 Nomor 27);
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut Para Pihak,
terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut :
1.

Bahwa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan


(PNPM Mandiri Perkotaan) merupakan keberlanjutan dari Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat-Program
Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (PNPM-P2KP) dan merupakan program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas
kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat;

2.

Bahwa penangggulangan kemiskinan merupakan urusan bersama yang


harus diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota, yang salah satunya dilaksanakan melalui
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), antara lain PNPM
Mandiri Perkotaan, sehingga pendanaan/pembiayaan untuk urusan
bersama tersebut dapat dibebankan kepada Dana Urusan Bersama (DUB)
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
serta Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);

3.

Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan


Nomor 168/PMK.07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama
Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan, mengamanatkan
bahwa untuk program penanggulangan kemiskinan seperti halnya PNPM
Mandiri Perkotaan yang didanai melalui APBN yang dialokasikan melalui
bagian anggaran Kementerian/Lembaga dalam bentuk DUB serta APBD
yang dialokasikan melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam bentuk
DDUB, maka pendanaan tersebut dilakukan setelah adanya kesepakatan
kedua belah pihak yang dituangkan dalam suatu naskah perjanjian
antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah;

Sehubungan dengan hal tersebut, maka para pihak dalam kedudukan


sebagaimana termaksud di atas bersepakat untuk membuat Perjanjian
Kerjasama mengenai Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di , dan selanjutnya para pihak saling
mengikatkan diri dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat sebagai
berikut :

BAB I
TUJUAN DAN SASARAN
Pasal 1
(1) Para Pihak sepakat bahwa tujuan perjanjian kerjasama ini adalah dalam
rangka mewujudkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perkotaan secara optimal sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yaitu meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja
masyarakat miskin secara mandiri, yang meliputi perbaikan infrastruktur,
sosial, ekonomi dan tata kepemerintahan lokal.
(2) Sasaran yang akan diwujudkan melalui Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan adalah :
a. Terwujudnya Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) atau Badan
Keswadayaan
Masyarakat
(BKM)
yang
dipercaya,
aspiratif,
representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan
berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat;
b. Tersedianya
Perencanaan
Jangka
Menengah
(PJM)
Program
Penanggulangan Kemiskinan (Pronangkis) sebagai wadah untuk
mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan
yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan
masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman
yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan;
c. Terbangunnya
forum
LKM/BKM
tingkat
Kecamatan
dan
Kota/Kabupaten untuk mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai
program daerah;

d. Terwujudnya kontribusi pendanaan dari PIHAK KEDUA dalam PNPM


Mandiri Perkotaan sesuai dengan Indeks Fiskal dan Kemiskinan
Daerah.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup Perjanjian Kerjasama ini meliputi persiapan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan penyaluran dana bantuan langsung
masyarakat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan di Kabupaten Bandung Barat
BAB III
PERSYARATAN UMUM DAN KETENTUAN PELAKSANAAN
Bagian Kesatu
Pembiayaan
Pasal 3
Biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di
Kabupaten Bandung Barat ini bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dalam bentuk
Dana Urusan Bersama (DUB), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Bandung Barat yang dialokasikan pada Dokumen Pengguna
Anggaran Bendahara Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung Barat dalam
bentuk Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB).
Pasal 4
(1) PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bandung Barat dilaksanakan
melalui penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM).
(2) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat dan bersedia
mengalokasikan dana BLM dengan ketentuan sebagai berikut :

untuk

- PIHAK
PERTAMA
mengalokasikan
dana
sebesar
Rp.
7.055.000.000.,- (Tujuh Milyar Lima Puluh Lima Juta Rupiah);
-

PIHAK KEDUA mengalokasikan dana sebesar Rp. 320.000.000,(Tiga ratus duapuluh juta rupiah).

(3) PIHAK PERTAMA wajib mengalokasikan dana BLM sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) yang menjadi bagian APBN PIHAK PERTAMA melalui Dana
Urusan Bersama (DUB), sesuai dengan surat Menkokesra Nomor
B.210/MENKO/KESRA/XI/2010 perihal Penetapan Daftar Lokasi dan Alokasi
BLM PNPM Mandiri T.A. 2011 untuk Kabupaten Bandung Barat.

(4) PIHAK KEDUA wajib mengalokasikan dana BLM sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) yang menjadi bagian APBD PIHAK KEDUA melalui Dana
Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB), sesuai dengan Keputusan Ketua
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Nasional tentang
Penetapan Lokasi dan Alokasi DDUB PNPM Mandiri Perkotaan di
Kabupaten Bandung Barat.
(5) PIHAK KEDUA berkewajiban mengalokasikan dalam APBD Kabupaten
Bandung Barat dana untuk Biaya Operasional Kegiatan dalam rangka
menunjang pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bandung
Barat, dengan jumlah minimal 5% dari jumlah keseluruhan/total alokasi
dana BLM untuk PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bandung Barat
Bagian Kedua
Persyaratan Umum
Pasal 5
(1) Para Pihak sepakat akan melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan di
Kabupaten Bandung Barat dengan lokasi yang akan ditetapkan kemudian
dalam Keputusan Bupati Kabupaten Bandung Barat
(2) PIHAK KEDUA menunjuk Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten
Bandung Barat sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah pelaksana teknis
kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bandung Barat sesuai
dengan usulan yang telah disampaikan PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA.
(3) Dalam Pelaksanaan pengalokasian dana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) dan (4), PIHAK KEDUA mengusulkan kepada PIHAK
PERTAMA nama Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran Dana Urusan Bersama
pada Satuan Kerja Pengembangan Infrastruktur Pemukiman (Satker PIP)
Kabupaten Bandung Barat sebagai unit pelaksana dengan ketentuan
struktur organisasi kerja dan jabatan sesuai dengan petunjuk teknis yang
ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA.
Bagian Ketiga
Mekanisme Pencairan Dana Bantuan Langsung Masyarakat
Pasal 6
(1) PIHAK PERTAMA akan melaksanakan pencairan Dana Urusan Bersama
melalui Satker PIP Kabupaten Bandung Barat yang disahkan melalui
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum.
(2) PIHAK KEDUA akan melaksanakan pencairan Dana Daerah untuk Urusan
Bersama melalui unit Bendahara Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung
Barat yang disahkan melalui Keputusan Bupati Bandung Barat.
(3) PIHAK KEDUA melalui Bendahara Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung
Barat bertanggungjawab atas hasil validasi dan verifikasi serta

mempertanggungjawabkan seluruh keabsahan alat bukti pengeluaran


atau pembayaran belanja secara detail yang dilakukan untuk penggunaan
dana yang bersumber dari PIHAK KEDUA
(4) Dana BLM disalurkan dan dicairkan melalui rekening BKM yang ditunjuk
untuk kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam 2 (dua)
tahap pencairan, dimana untuk tahap pertama dilakukan pencairan
sebesar 60% dari Pagu BLM dan tahap kedua dilakukan pencairan
sebesar 40% dari Pagu BLM.
(5) Pencairan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. pencairan dana BLM untuk tahap pertama (60%) dilaksanakan melalui
sumber dana yang berasal dari DUB;
b. pencairan dana BLM untuk tahap kedua (40%) dilaksanakan melalui
sumber dana yang berasal dari DDUB dan DUB dengan porsi DDUB
disesuaikan menurut ketentuan;
(6) Waktu dan syarat pencairan dana BLM untuk masing-masing tahap
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pelaksanaannya dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Pedoman Pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan, baik bagi kelurahan yang baru memperoleh bantuan
PNPM Mandiri Perkotaan maupun kelurahan yang lama (pernah
memperoleh bantuan PNPM Mandiri Perkotaan atau P2KP).

Bagian Keempat
Pemanfaatan dan Penggunaan Dana Bantuan Langsung Masyarakat
Pasal 7
(1)Dana Bantuan Langsung Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dapat digunakan untuk :
a. Kegiatan yang secara langsung memberikan dampak/manfaat secara
kolektif pada peningkatan kualitas lingkungan dan permukiman yang
sehat, tertib, aman dan teratur;
b. Kegiatan yang secara langsung mampu menumbuhkan kembali modal
sosial di masyarakat seperti terjalinnya kembali budaya gotong
royong, tolong menolong antar warga, integritas, etos kerja,
kewirausahaan, dan lain-lain;

c. Kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat dan peningkatan


pendapatan bagi individu/keluarga maupun kelompok dan sekaligus
membangun modal sosial.
(2)Dana Bantuan Langsung Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
tidak boleh dipergunakan untuk :
a. Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis;
b. Kegiatan militer atau semi militer;
c. Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga bank;
d. Kegiatan yang memanfaatkan Bantuan Langsung Masyarakat sebagai
jaminan atau agunan atau garansi, baik yang berhubungan dengan
lembaga keuangan dan perbankan maupun pihak ketiga lainnya;
e. Pembebasan lahan;
f. Pembangunan rumah ibadah;
g. Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor Lembaga
Keswadayaan Masyarakat;
h. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan,
penduduk asli dan kelestarian budaya lokal;
i. Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila
dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan
nilai-nilai universal.

BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban PIHAK PERTAMA
Pasal 8
PIHAK PERTAMA dalam rangka melaksanakan perjanjian kerjasama ini,
mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai berikut :

1.

Mengalokasikan dana urusan bersama untuk kegiatan penyaluran BLM


dalam PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bandung Barat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;

2.

PIHAK PERTAMA akan menyediakan pendampingan teknis yang


diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di
Kabupaten Bandung Baratmelalui Konsultan Manajemen Wilayah yang
dibentuk oleh PIHAK PERTAMA dan ditempatkan di Wilayah PIHAK KEDUA;

3.

Memberikan bantuan pendampingan program dengan menunjuk dam


menempatkan Koordinator Kota, para Asisten Koordinator Kota serta Tim
Fasilitator di Kota/Kabupaten dan Kelurahan;

4.

Memberikan pelatihan-pelatihan dalam rangka peningkatan kapasitas


masyarakat dan unsur Pemerintah Daerah;

5.

Melakukan monitoring dan supervisi secara periodik atas penggunaan


dana kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bandung Barat;

6.

Melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri


Perkotaan di Kabupaten Bandung Barat, pada setiap tahun anggaran
secara periodik;

7.

Menerima laporan hasil penatausahaan dan pelaporan Dana Urusan


Bersama untuk PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bandung
Baratyang telah dilakukan oleh PIHAK KEDUA.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban PIHAK KEDUA
Pasal 9

PIHAK KEDUA dalam rangka melaksanakan perjanjian kerjasama ini,


mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai berikut :
1.

Mengalokasikan dana daerah urusan bersama untuk kegiatan penyaluran


BLM dalam PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bandung
Baratsebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;

2.

Melakukan pengelolaan dan pelaksanaan dana Biaya Operasional


Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dengan tetap
berpedoman pada kebijakan pencapaian tujuan pelaksanaan PNPM
Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bandung Barat, khususnya dalam
perincian jenis belanja dan proporsi peruntukan pembinaan secara adil
dan distribusinya kepada Kecamatan maupun Kelurahan;

3.

Membentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten


Bandung Barat;

4.

Membentuk Penanggunjawab Operasional Kegiatan (PJOK) PNPM Mandiri


Perkotaan tingkat Kecamatan dan Kelurahan melalui Keputusan Bupati
Bandung Barat;

5.

Memahami dan menaati pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis


serta ketentuan atau kebijakan lain yang ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA
terkait dengan tugas pembinaan dan fasilitas dalam melaksanakan
program;

6.

PIHAK KEDUA melalui Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya wajib
melaksanakan penatausahaan dan pelaporan Dana Urusan Bersama
kepada PIHAK PERTAMA dan Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN)
secara tertib sesuai dengan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;

7.

Menatausahakan, menyimpan dan menyampaikan seluruh dokumen


pelaksanaan
serta
kelengkapan
alat
bukti
bagi
kepentingan
pemeriksaan/audit;

8.

Membantu kelancaran pelaksanaan audit independen yang dilakukan oleh


Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atau pengawas
fungsional lainnya yang berwenang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;

9.

Melaksanakan segala bentuk penyelesaian temuan hasil pemeriksaan


(audit) serta memamntau tindak lanjut hasil temuan audit
Kota/Kabupaten dan Kelurahan, secara berkala dengan cara berkoordinasi
dengan Pihak BPKP Perwakilan Propinsi Jawa Barat;

10. Membantu kelancaran monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh PIHAK
PERTAMA atau Pihak lain yang ditunjuk, dan/atau oleh Pihak pemberi
pinjaman/hibah dalam rangka misi supervisi pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan di Kabupaten Bandung Barat;
11. Melakukan sosialisasi secara intensif kepada seluruh lapisan masyarakat,
SKPD dan/atau Instansi terkait dalam rangka mendorong dan memastikan
efetivitas serta optimalisasi kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di
Kabupaten Bandung Barat;
12. Menerima laporan hasil kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten
Bandung Barat; dari LKM/BKM melalui Satker PIP Kabupaten Bandung
Barat; untuk selanjutnya disampaikan kepada PIHAK PERTAMA.
BAB V
JANGKA WAKTU DAN BERAKHIRNYA
PERJANJIAN KERJASAMA
Pasal 10
(1) Perjanjian ini mulai berlaku efektif sejak saat ditandatangani oleh PARA
PIHAK.
(2) Jangka waktu perjanjian ini adalah untuk pelaksanaan kegiatan PNPM
Mandiri Perkotaan pada tahun anggaran 2011.

(3) Perjanjian Kerjasama pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ini akan


ditinjau kembali dan atau dapat dibatalkan sepihak oleh PIHAK PERTAMA
dalam hal :
a. Terjadi pemekaran Kabupaten/Kota;
b. Pelaksanaan program dan penggunaan dana tidak sesuai dengan
ketentuan pada Petunjuk Teknis, SOP dan ketentuan lain yang
berlaku;
c.

Kinerja pelaksanaan pembinaan program di lingkup PIHAK KEDUA


yang menjadi tugas dan tanggung jawab PIHAK KEDUA tidak
memuaskan;

d. Terjadi keluhan atau pengaduan masyarakat atas kinerja PIHAK


KEDUA,

adanya

dugaan

penyimpangan

pengelolaan,

terjadinya

pelanggaran etika jabatan dan atau sangkaan tindak pidana yang


dilakukan oleh oknum pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan
program.

BAB VI
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
Pasal 11
(1) Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah
keadaan atau kejadian diluar batas kemampuan manusia seperti
peristiwa hukum atau peraturan, perang saudara, invasi dari negara lain,
bencana alam, pemberontakan, dan halhal lain yang mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan dan tidak dapat diatasi.
(2) Apabila Perjanjian ini tidak dapat dilaksanakan atau pelaksanaannya
tertunda sebagai akibat dari timbulnya Peristiwa Force Majeure, maka
PIHAK KEDUA tidak berkewajiban untuk mengganti kerusakan yang
ditimbulkan dari keadaan force majeure sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), akan tetapi PIHAK KEDUA semaksimal mungkin tetap
memfasilitasi bagi masyarakat dalam mengupayakan adanya langkah
perbaikan terhadap kegiatan/proyek yang mengalami kerusakan, baik
melalui bantuan Pemerintah Daerah, Swadaya Masyarakat dan/atau
bantuan Pihak-Pihak lain yang memungkinkan upaya perbaikan.
BAB VII
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 12

(1) Apabila terjadi perbedaan pendapat antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA mengenai penafsiran dan pelaksanaan syarat-syarat dan
ketentuan dalam Perjanjian Kerjasama ini, Para Pihak sepakat akan
menyelesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat dalam jangka
waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari.
(2) Apabila terjadi kelalaian dan/atau kesengajaan sehingga terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan pengelolaan dan penyaluran Dana
BLM PNPM Mandiri Perkotaan di , yang mengakibatkan kerugian negara
dan/atau daerah maka PARA PIHAK sepakat untuk penyelesaiannya akan
mengacu kepada ketentuan yang mengatur tentang pengelolaan
keuangan negara dan pengelolaan keuangan daerah serta peraturan
perundang-undangan terkait lainnya yang berlaku.
(3) Untuk menjamin kelancaran dan terarahnya pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan sesuai dengan tujuannya serta guna menjaga agar tidak terjadi
hal-hal yang berakibat pada berakhirnya perjanjian kerjasama ini karena
pembatalan sepihak oleh PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA dapat
meminta kepada PIHAK KEDUA untuk memperbaiki kinerja pengelolaan,
mengganti oknum pejabat Satker PIP Kota yang diduga atau dilaporkan
melakukan pelanggaran etika jabatan dan atau sangkaan pidana, serta
apabila terjadi hal-hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

BAB VIII
PEMBERITAHUAN
Pasal 13
(1) Semua surat-menyurat atau pemberitahuan-pemberitahuan atau
pernyataan-pernyataan atau persetujuan-persetujuan yang wajib dan
perlu dilakukan oleh salah satu Pihak kepada Pihak lainnya dalam
pelaksanaan perjanjian kerjasama ini, harus dilakukan secara tertulis dan
disampaikan secara langsung atau melalui surat tercatat atau kurir atau
faksimili, atau teleks yang dialamatkan kepada :
PIHAK PERTAMA : Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum
Jl. Patimura Nomor 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Telepon : (022) 72796158
Fax
: (022) 72796155
PIHAK KEDUA

: Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.


Jl. Raya Batujajar KM 3,5 Nomor 46 Giriasih - Batujajar
Telepon : (022) 6866312
Fax
: (022) 6866312

Atau alamat lain yang dari waktu ke waktu diberitahukan oleh Para Pihak
secara tertulis kepada satu sama lainnya.

(2) Pemberitahuan yang diserahkan secara langsung dianggap telah diterima


pada hari penyerahan dengan bukti tanda tangan penerimaan pada bukti
ekspedisi atau buku tanda terima pengiriman, sedangkan untuk
pengiriman melalui teleks atau fax dianggap telah diterima pada saat
kode jawaban (answerback) pada pengiriman via teleks dan konfirmasi
fax pada pengiriman via fax telah diterima.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
(1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Perjanjian Kerjasama ini, harus
tetap berpedoman pada Pedoman Umum PNPM Mandiri dan Pedoman
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan serta ketentuan-ketentuan lain
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum selaku pelaksana Program PNPM Mandiri Perkotaan, dan
peraturan perundang-undangan terkait lainnya yang berlaku.

BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Bagian Kesatu
Addendum
Pasal 15
Segala sesuatu mengenai Perjanjian Kerjasama ini yang belum diatur atau
tidak cukup diatur dalam Perjanjian Kerjasama ini baik perubahan maupun
tambahannya yang dianggap perlu oleh Para Pihak, akan diatur oleh kedua
belah pihak dalam perjanjian tambahan atau addendum yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerjasama ini.
Bagian Kedua
Ketentuan Perubahan Pimpinan dan Organisasi
Pasal 16
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat bahwa Perjanjian Kerjasama ini
tidak akan berubah atau ditarik kembali bila terjadi perubahan penggantian
pimpinan atau perubahan struktur organisasi pada Para Pihak.

Demikian Perjanjian Kerjasama ini dimufakati dan ditandatangani bersama


oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA di Bandung pada hari dan tanggal
sebagaimana termaksud pada awal Perjanjian Kerjasama ini, serta dibuat
dalam rangkap 4 (empat) semuanya bermeterai cukup masing-masing berlaku
sebagai aslinya dan mempunyai kekuatan hukum yang sama, selanjutnya 1
(satu) eksemplar untuk PIHAK PERTAMA dan selebihnya untuk PIHAK KEDUA.
PIHAK KEDUA
BUPATI BANDUNG BARAT

PIHAK PERTAMA
DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA

H. ABU BAKAR

BUDI YUWONO.P

DPRD
KOTA/KABUPATEN.........................

....................................

Anda mungkin juga menyukai