Anda di halaman 1dari 5

Berdasarkan laporan WHO, dari bulan September 2012 hingga tanggal 7 Juni 2013, telah terjadi 55 kasus konfirmasi

laboratorium terhadap infeksi Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Tiga puluh satu orang diantanya telah meninggal dunia. Penularan secara local, yang berasal dari non-human, muncul dan terjadi di beberapa negara Timur tengah, seperti Jordan, Qatar, Saudi Arabia and the United Arab Emirates (UAE). Selain itu, kasus ini pun pernah dilaporkan di tiga negara eropa (Prancis, Jerman, dan Inggris) dan Tunisia di Afrika Utara.

Apa itu MERS-CoV?


MERS adalah kependekan dari Middle East Respiratory Syndrome (MERS), merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang pertama kali diidentifikasi pada tahun 2012, disebabkan oleh novel coronavirus (CoV). Novel Corona Virus atau nCoV, berasal dari keluarga yang sama dengan virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus SARS sendiri muncul di Asia pada tahun 2003. Namun, virus baru tersebut tidaklah sama dengan SARS.

Bagaimana gejala MERS-CoV?


Gejala MERS ditandai dengan demam, batuk, dan sesak napas. Virus ini juga dapat menyebabkan kematian, apabila virus sudah mengakibatkan pneumonia dan gagal ginjal. Centers for Disease Control and Prevention besama dengan World Health Organization serta pihak lainnya masih mempelajari mengenai risiko dari virus ini terhadap kesehatan masyarakat.

Bagaimana penularan MERS-Cov?


MERS-CoV dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak langsung yang cukup dekat. Sejauh ini, penularan dari manusia ke manusia baru diketahui terjadi pada fasilitas pelayanan kesehatan dan kontak dengan anggota keluarga dekat yang terinfeksi, sedangkan penularan yang berkelanjutkan di masyarakat masih belum diketahui.

Apakah MERS-CoV dapat dicegah?


Penularan virus ini dapat diputus melalui tindakan pencegahan yang biasa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, berupa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan cuci tangan pakai sabun (CTPS).

A: MERS-CoV has been shown to spread between people who are in close contact. Transmission from infected patients to healthcare personnel has also been observed. Clusters of cases in Saudi Arabia, Jordan, the UK, France, Tunisia, and Italy are being investigated.

MERS-CoV is different from any other coronavirus that has been previously found in people. Symptoms of MERS have included fever, cough, and shortness of breath. CDC is working with the World Health Organization and other partners to understand the public health risks from this virus.

Apa itu Novel coronavirus? The nCoV is thought to be of animal origin and to be sporadically transmitted to humans through an as yet unknown route. However, it is clear that the virus can also be transmitted between humans. So far, human-to-human transmission has only been observed in health care facilities and close family contacts and sustained transmission in the community has not been observed. The continued appearance of cases that are not part of larger clusters, and who do not have a history of animal contact, increases concerns about possible community transmission. This possibility is being investigated by authorities in Saudi Arabia.

What Is a Coronavirus?
Coronaviruses are a cause of the common cold. A coronavirus also was the cause of the severe respiratory illness called SARS (severe acute respiratory syndrome). SARS caused a global epidemic in 2003, but there have not been any known cases of SARS since 2004. MERS-CoV is not the same coronavirus that caused SARS.

What is MERS?
A: Middle East Respiratory Syndrome (MERS) is a viral respiratory illness. MERS is caused by a coronavirus called Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS -CoV).

Q: What is MERS-CoV?

A: MERS-CoV is a beta coronavirus. It was first reported in 2012 in Saudi Arabia. MERS-CoV used to be called novel coronavirus, or nCoV. It is different from other coronaviruses that have been found in people before.

Q: How was the name selected?

A: The Coronavirus Study Group (CSG) of the International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) decided in May 2013 to call the novel coronavirus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)
[1.7 MB, 5 pages] .

Q: Is MERS-CoV the same as the SARS virus?

A: No. MERS-CoV is not the same coronavirus that caused severe acute respiratory syndrome (SARS) in 2003. However, like the SARS virus, MERS-CoV is most similar to coronaviruses found in bats. CDC is still learning about MERS.

Q: What are the symptoms of MERS?

A: Most people who got infected with MERS-CoV developed severe acute respiratory illness with symptoms of fever, cough, and shortness of breath. About half of them died. Some people were reported as having a mild respiratory illness.

Q: Does MERS-CoV spread from person to person?

A: MERS-CoV has been shown to spread between people who are in close contact. Transmission from infected patients to healthcare personnel has also been observed. Clusters of cases in Saudi Arabia, Jordan, the UK, France, Tunisia, and Italy are being investigated.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Cegah Virus Corona


Jakarta, 10 Mei 2013 Pemerintah Indonesia kembali meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Novel Corona Virus (nCoV) menyusul kasus infeksi baru pada Rumah Sakit di Arab Saudi yang menimbulkan korban meninggal dunia. Pada Rabu (1/5-2013) lalu, The National IHR Focal Poin of Saudi Arabia melaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 7 kasus baru infeksi virus corona, 5 kasus meninggal dunia dan 2 kasus dalam keadaan kritis. Sebelumnya terhitung sejak bulan September 2012 sampai dengan tanggal 1 Mei 2013 tidak ada kasus baru. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Lingkungan (PP-PL) Kementerian Kesehatan RI Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan pers Senin tanggal 6 Mei 2013 di Jakarta. Saat ini sudah ada 24 kasus diketahui WHO berkaitan dengan serangan virus corona, 16 kasus

diantaranya meninggal, yang mengindikasikan angka case fatality rate (CFR) mencapai 66,66 persen. Hal ini perlu diwaspadai karena banyak jemaah haji dan tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. Sebagai kewaspadaan terhadap kemungkinan kasus Severe Acute Respiratory Infection (SARI) Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran Nomor HK.03.03/D/II.1/1027/2013 tanggal 3 Mei 2013, melanjutkan surat edaran sebelumnya Nomor HK.03.03/D/II.1/633/2013 tanggal 13 Februari 2013 mengenai kewaspadaan, pengawasan virus corona baru ke seluruh Dinas Kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan Rumah Sakit di seluruh Indonesia. Untuk mencegah masuknya virus corona, Kemenkes lebih meningkatkan surveilans terhadap gejala SARI, pemeriksaan kepada orang (kru dan penumpang) dengan gejala demam, batuk dan kesulitan bernapas di pintu masuk negara, memberi penyuluhan kepada masyarakat luas khusus bagi jemaah umroh agar menjaga kesehatan dan disarankan untuk mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan bila sakit serta menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).

Kemenkes Tingkatkan Kewaspadaan Terhadap Virus H7N9 dan Virus NCoV


Jakarta, 14 Mei 2013 Kasus H7N9 di Cina makin meningkat, meskipun masih terbatas di Cina dan Taiwan saja. Hingga kini (13/5) kasus H7N9 berjumlah 131 orang, dengan 32 diantaranya meninggal dunia (CFR/angka kematian 24,42%). Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL), Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama. SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, melalui pesan elektronik kepada Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI, pada (13/5). Sementara itu, kasus novel Corona Virus (nCoV) sudah merambah ke Prancis, walaupun kasus di Prancis memang ada riwayat perjalanan ke jazirah Arab, jelas Prof. Tjandra. Sampai dengan 10 Mei 2013 ada 33 kasus konfirmasi laboratorium infeksi nCoV pada manusia dilaporkan ke WHO yaitu dari Jordan, Qatar, Saudi Arabia, UK, United Arab Emirates, Prancis. Sebagian besar kasus nCoV adalah laki-laki sebanyak 23 orang (79,3%) dari 29 kasus yang dilaporkan dengan rentang usia 24-94 tahun dan 18 kasus diantaranya meninggal (CFR/angka kematiannya 54,54%). Tingkat kematian akibat nCoV jauh lebih tinggi dari kematian akibat H7N9, tambah Dirjen P2PL. Dalam rangka peningkatan kewaspadaan, Prof. Tjandra membuat beberapa langkah, antara lain yaitu, untuk H7N9, Prof Tjandra meminta kepada semua Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) makin meningkatkan kewaspadaan, termasuk menyiapkan tim khusus bila diperlukan, Ditjen P2PL juga berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan RS setempat. Selain itu, di pelabuhan internasional juga sudah terpasang spanduk mengenai pentingnya meningkatkan kewaspadaan terhadap virus H7N9. Kemudian Dinas Perhubungan diminta agar memerintahkan setiap pesawat udara dan kapal laut dari China dan Taiwan untuk melaporkan (declaration) ke tower bandara dan pelabuhan bila ada penumpang atau crew yang datang dari China dan Taiwan dalam kondisi sakit, sehingga KKP setempat dapat segera bertindak.

Sedangkan untuk nCoV, Prof. Tjandra sudah mengirimkan surat kembali ke seluruh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan tembusan ke seluruh KKP tentang penyampaian informasi terbaru mengenai nCoV yang dikeluarkan WHO, memberikan penyuluhan kepada calon jamaah umroh di daerah masing-masing agar menjaga kesehatan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), bila mengalami sakit yang mengganggu agar segera berobat, perlunya mengikuti informasi yang benar tentang penyakit ini, serta tetap menjaga kewaspadaan. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan melalui Pusat Kesehatan Haji juga berkoordinasi dengan Kementerian Agama dalam kaitannya dengan aspek kesehatan perjalanan ibadah umroh, tambah Prof. Tjandra. Untuk mewaspadai H7N9 dan nCoV, Dirjen P2PL secara intens melakukan komunikasi dengan WHO tentang perkembangan ke dua penyakit tersebut. ''Bila sebelumnya komunikasi dilakukan dengan WHO Jenewa dan Jakarta saja, maka sejak minggu yang lalu pihak WHO SEARO juga mengirimkan informasi surveilansnya secara teratur kepada pihak Kemenkes RI,'' kata Prof. Tjandra.

Since April 2012 till 31 May 2013, there have been 50 laboratory-confirmed cases of human infection with Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV). Thirty of these cases have died. Local transmission from non-human exposures appears to have occurred in several countries in the Middle East, including Jordan, Qatar, Saudi Arabia and the United Arab Emirates (UAE). Cases have also been reported by three countries in EuropeFrance, Germany, and the United Kingdom (UK)and by Tunisia, in North Africa. All the European and North African cases have had a direct or indirect connection to the Middle East. Globally, from September 2012 to date (7 June 2013), WHO has been informed of a total of 55 laboratory-confirmed cases of infection with MERS-CoV, including 31 deaths. WHO has received reports of laboratory-confirmed cases originating in the following countries in the Middle East to date: Jordan, Qatar, Saudi Arabia, and the United Arab Emirates (UAE). France, Germany, Italy, Tunisia and the United Kingdom also reported laboratory-confirmed cases; they were either transferred there for care of the disease or returned from the Middle East and subsequently became ill. In France, Italy, Tunisia and the United Kingdom, there has been limited local transmission among patients who had not been to the Middle East but had been in close contact with the laboratory-confirmed or probable cases.
A novel coronavirus called Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS -CoV) was identified in 2012 as the cause of respiratory illness in people. Investigations are being done to figure out the source of MERS-CoV and how it spreads.

Anda mungkin juga menyukai