Anda di halaman 1dari 18

PERENCANAAN LAPANGAN TERBANG

SISTEM OPERASIONAL BANDARA

Bandar Udara Menurut Penggunaannya (KepMen 44 Tahun 2002)


1. Bandara Internasional

Melayani angkutan langsung dari dan keluar negeri Kapasitas pesawat ukuran besar (s.d. (s d pesawat Boeing B747 atau Airbus 300) Memiliki daerah komersil Memiliki fasilitas pemeliharaan M iliki tempat Memiliki t t parkir ki yang luas l Contoh: Bandara Soetta, Bandara Dubai, dll
JEFFRY LIRSA, ST. MT

DUBAI INTERNATIONAL AIRPORT

APRON

Bandar Udara Menurut Penggunaannya (KepMen 44 Tahun 2002)


2. Bandara Domestik

Melayani y angkutan g langsung g g dari dan kedaerah untuk menuju j daerah sekitarnya Terhubung dengan bandara internasional T Tempat t transit t it menuju j daerah d h terpencil t il Kapasitas pesawat ukuran sedang (s.d. pesawatBoeing 737 atau Airbus ( (Jarak dari ujung j g sayap y p kiri ke ujung j g sayap y p kanan: antara 28,3 m sampai 34,3 m), Memiliki bangunan terminal cukup luas Memiliki fasilitas pemeliharaan kecil Memiliki beberapa daerah komersil

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Bandara Sam Ratulangi

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Bandar Udara Menurut Penggunaannya (KepMen 44 Tahun 2002)


3. Bandara Perintis

Melayani y angkutan g penerbangan p g untuk daerah terpencil p Kapasitas hanya untuk pesawat ringan (CN-235, F27 atau Casa 212) M iliki landasan Memiliki l d pacu sempit it dan d pendek d k Memiliki terminal kecil atau tidak ada terminal Terdapat beberapa bangunan untuk pelayanan, contoh: Bandar Lampung, Cilacap, Luwuk, Bontang, Lhokseumawe

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Klasifikasi Bandara Menurut KepMen 44 Tahun 2002


1.

2.

Keputusan Menteri perhubungan No. 44 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, pengklasifikasian Bandar udara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu kelompok A, B dan C, Pembagian klasifikasi menjadi tiga kelompok didasari dari;
Jenis Pengendalian Ruang udara disekitar Bandara, Bandara Fasilitas Bandar Udara dan Kegiatan eg a a Ope Operasi as Bandar a da Uda Udara. a

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Klasifikasi Bandara dengan Tingkat Pelayanan dan Fasilitas Operasional

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Ruang Pengendalian Udara


Sesuai dengan KM. 44 Tahun 2002 Jenis pengendalian g udara disekitar bandara terbagi g menjadi j : ruang
1.

2.

3 3.

Ruang Udara disekitar Bandar udara tidak dikendalikan dan tidak melayani pemberian informasi apapun atau bandara yang tingkat pelayanan LLU Un Un-attended, attended, misalnya bandara bandara-bandara bandara perintis yang masih bersifat Satuan kerja (satker). Ruang Udara disekitar tidak dikendalikan tetapi melayani informasi seperti cuaca dan kondisi landasan atau bandara yang tingkat pelayanan LLU AFIS, misalnya adalah bandara-bandara yang sudah memiliki jadwal penerbangan yang rutin. Ruang Udara disekitar dikendalikan, dikendalikan dimana pengelola bandara sudah melayani informasi cuaca, kondisi landasan dan pengaturan traffic, atau bandara yang tingkat pelayanan LLU ADC.

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Kemampuan Olah Gerak Pesawat


Prinsip dasar dari cara pesawat terbang untuk mengudara sama

untuk semua pesawat, baik pesawat kecil maupun pesawat super jumbo seperti Airbus A380. A380
Pesawat memiliki derajat kebebasan bergerak (degree of freedom)

tingkat 3, artinya pesawat dapat melakukan gerakan berdasarkan sumbu-sumbu x, sumbu y dan sumbu z: sumbu x (longitudinal Axis): sepanjang badan pesawat sumbu y (lateral axis) : sumbu sayap Sumbu z (tegak lurus x dan y)

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Gerakan pesawat
Gerakan pitch (hidung pesawat

naik-turun) takeoff, landing, menggunakan elevator pada ekor (horizontal stabilizer) Gerakan yaw (hidung pesawat k ki i kekiri d dan k k kekanan) ) menggunakan rudder pada ekor (vertical stabilizer) Gerakan roll (berputar pada sumbu x) dengan satu sayap naik dan satu sayap turun, menggunakan aileron pada sayap

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Perjalanan Pesawat
Keberangkatan (Jalur Nyata) Posisi awal pesawat di Apron (aircraft stand) Melewati Taxiway yang ditentukan menuju arah Runway yang ditentukan oleh ATC (Air Traffic Control) Menunggu di holding pad/bay Setelah take off clearance diberikan ATC, masuk pada runway dan melakukan take off
(Setiap pergerakan pesawat di darat maupun diudara harus mendapat ijin (clearance) dari Pengendali Lalu Lintas Udara (PLLU)/Air Traffic Control (ATC)

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Perjalanan Pesawat
Jalur Penerbangan (Jalur Maya)

Jalur penerbangan telah ditentukan secara Internasional Jalur maya secara fisik tidak ada, ada namun tertera dalam peta jalur-jalur jalur jalur penerbangan yang digambarkan sebagai garis lurus dan diberi nomor Garis tersebut menghubungkan titik-titik yang merupakan pemancar radio di (radio ( di beacon) b ) dengan d masing-masing i i frekwensi f k i berbeda b b d Satu jalur penerbangan terdiri dari beberapa lapis lajur dengan perbedaan ketinggian 1000 ft atau sekitar 300 m Untuk penerbangan dengan Instrument Flight Rule (IFR) pilot harus menggunakan radio navigasi pesawat. Untuk penerbangan dengan Visual Flight Rule (VFR), pilot mengandalkan kompas magnit, peta dan tanda-tanda alam

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Jenis Pemancar Radio Navigasi


Non Directional Beacon (NDB)

Biasanya diletakkan diwilayah bandara Jarak jangkauan sinyal terjauh 50 nm atau 90 km Dibutuhkan kompas untuk menemukan letak stasiun Umum digunakan pada banyak bandara Dapat diletakkan disisi udara bandara atau diluar kawasan bandara Memancarkan sinyal kesegala arah dengan frekuensi berbeda tiap arah Jarak pesawat terhadap VOR dapat diketahui melalui peralatan di cockpit untuk tipe VOR dengan measurement equipment yang disebut DVOR Dapat difungsikan sebagai Instrument Landing System (ILS) yang dipasang pada perpanjangan sumbu runway pada jarak 10 nm dari ujung runway
JEFFRY LIRSA, ST. MT

Very High Frequency Omnidirectional Range (VOR)


Peta Jalur Penerbangan

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Perjalanan Pesawat

Kedatangan

Pilot menghubungi ATC meminta panduan Apabila lalu lintas padat, maka pesawat akan diarahkan menuju holding bay kemudian menunggu sambil berputar Pesawat akan dituntun untuk turun bertahap per 1000 ft Pada saat p pendaratan tiba p pesawat akan dibantu oleh Instrument Landing g System (ILS) yang merupakan perpotongan gelombang sinyal dari:

Localizer (LLZ) Glide Path (GP) Marker (Outer marker, Middle Marker dan Inner Marker)

Pilot memeriksa ketinggian pesawat diatas marker apakah sudut pendaratan tepat

Kalau pesawat terlalu tinggi, maka saat touchdown akan terjadi overshoot Kalau pesawat terlalu rendah, maka akan menyentuh tanah sebelum sampai ke runway Keadaan ini disebut missed approach

JEFFRY LIRSA, ST. MT

Instrument Landing System

Localizer
JEFFRY LIRSA, ST. MT

Glid Path Glide P th


JEFFRY LIRSA, ST. MT

Anda mungkin juga menyukai