Anda di halaman 1dari 11

Analisis Tata Niaga Perikanan (Studi Kasus Pemasaran Hasil Produksi Perikanan di Provinsi Bengkulu)

ABSTRACT This research was aim to explain business fisheries sector in Bengkulu Selatan. The Approach model of this research uses contribution sector model, Gini Coefficient number and Relative Inequality. Result of analyses describes that there is direct influence with lowering of fisheries sector contribution and the difference enough among sectors of business fisheries. This matter is vital importance to be done with known manifestly mount disparities earnings of sea fisheries sector. The trouble-shooting by approach of policy of strategy arrange the approach base framework and fisheries sector commercial are approach of business dimension that is; efficiency and efectivity and institute dimension in the form of ecology, justice, regulation, social capital. Keywords : Policy business, , institute dimension ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menjelaskan Tata Niaga sektor perikanan tangkap Di Kabupaten Bengkulu Selatan. Model pendekatan penelitian ini mengunakan model Kontibusi Sektor, angka Gini Coefficient dan Relative Inequality. Hasil analisis mengambarkan bahwa ada pengaruh langsung dengan rendahnya kontribusi sektor perikanan tangkap dan kesenjangan yang cukup tajam antara disektor usaha perikanan. Hal ini sangat penting dilakukan dengan diketahui secara nyata tingkat disparitas pendapatan sektor perikanan laut. Pemecahan masalah tersebut dengan cara pendekatan kebijakan strategi tata niaga sektor perikanan dan kerangka dasar pendekatan tersbut adalah pendekatan dimensi bisnis yaitu; efisiensi dan efektifitas dan dimensi kelembagaan berupa ekologi, keadilan, regulasi, modal sosial. Kata Kunci : Kebijakan Tata Niaga, dimensi kelembagaan

Pendahuluan Kabupaten Bengkulu Selatan sebagai daerah yang perekonomiannya masih bersandar pada sektor pertanian (Kontribusi PDRB Tahun, 2002), sumbangan sektor tersebut yaitu (i) tanam pangan sebesar, (ii) perkebunan, (iii) Peternakan, (iv) kehutanan, (v) perikanan. sektor-sektor tersebut menjadikan sektor pertanian sebagai landasan perekonomi daerah Kabupaten Bengkulu Selatan. Pembangunan sektor perikanan laut sebagai salah satu sumberdaya yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhaan ekonomi daerah. Potensi sumberdaya perikanan laut jika dilakukan pengelolaan yang optimal dapat menjadi salah satu sentra produksi baru dalam perekonomian daerah. Faktor-faktor yang mendukung potensi sumberdaya perikanan laut wilayah pesisir dan prasarana dan sarana cukup mendukung antara lain tempat pendaratan perikanan (TPI) nelayan tangkap jumlahnya cukup banyak dan pusat kegiatan nelayan berjarak tidak terlalu jauh dengan pusat kepemerintahan Kabupaten Bengkulu Selatan (Kota Manna). Phonemena yang terjadi bahwa kontribusi perikanan tangkap belum memberikan sumbangan yang cukup nyata terhadap perekonomin daerah dan disparitas pendapatan masih cukup besar antara pemanfaatan sumberdaya perikanan. Penyebab masih terjadinya disparitas dalam sector prikanan tangkap dikarenakan ada disinformasi dalam informasi pasar antara lain asemistirsnya informasi pasar dengan pusat produksi. Adanya kenaikan harga di pasar tidak langsung mempengaruhi tingkat harga perikanan tangkap di nelayan. Sebaliknya jika terjadi penurun harga ikan di pasar nelayan langsung merasakannya terutama hasil pendapatan yang di dapat berkurang bahkan tidak sesuai dengan upaya yang telah dilakukan. Hal ini di sebabkan belum berjalan tata niaga sektor perikanan tangkap secara optimal. Tata niaga mencakup efeisiensi kepengurusan dan penyelengaraan usaha (Atmo sudirdjo., 1982) dari pendapat tersebut tata niaga adalah mencakup pengolahan hasil panen, distribusi, dan pasar. Pengolahan hasil penen perikanan tangkap adalah kemampuan usaha untuk menambah nilai produksi baik melalui harga maupun tahan lamanya produksi dengan cara menyediakan sarana dan saran produksi yang berkaitan dengan perikanan tangkap antara lain batang es dan teknik pengolahan. Distribusi adalah penyampaian produk yang tepat waktu dan tepat guna. Kotler (1993) menyatakan bahwa sebuah sistem distribusi merupakan subuah sumberdaya eksternal yang penting. Stren dan El-Ansary dalam Kotler (1993) menyatakan distribusi adalah sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lain yang terlibat dalam proses

penyediaan sebuah produk atau pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Pasar adalah tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk didalam pasar terdapat dua konsep yaitu (i) konsep penjualan memusatkan pada kebutuhan penjualan dan (ii) konsep pemasaran memusatkan pada kebutuhan pembeli. Kartajaya (2002) menyatakan tentang pemasaran adalah sebuah displin bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan values dari satu inisiator kepada stake holder. Faktor lainnya berperan penting dalam tata niaga sektor perikanan tangkap adalah dimensi kelembagaan. Kelembagaan adalah himpunan dari pada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan masyarakat (Soekanto dalam Sukmana., 1986). Robert Mac Iver&Charles H. Page dalam Sukmana (2005) menyatakan kelembagaan adalah sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok masayarakat yang dinamakan assosiasi. Sedangkan ekonomi kelembagaan adalah hubungan antar manusia serta mempengaruhi prilaku dan outcomes seperti keragaan ekonomi, efisiensi, pertumbuhaan ekonomi dan pembangunan. Dalam perspektf ekonomi kelembagaan baru Williamson yang diacu dalam Fauzi (2004) menyatakan kelembagaan merupakan rules of the game yang mempengaruhi perilaku dan keragaan ekonomi dimana organisasi dibentuk dan biaya tranksaksi. Eggertsson yang diacu dalam Eriyatno (2001) menyatakan konsep biaya tranksaksi sangat esensial untuk menjelaskan hubungan antara isntitusi dan efisiensi produktif. Biaya tranksaksi dapat dipahami secara baik dalam kontek hak-hak kepemilikan. Dari uraian tersebut tata niaga sumberdaya perikanan tidak saja pada penekanan hanya sematamata tentang bisnis namun dimensi kelembagaan menjadi penting dalam menata kegiatan tata niaga sumberdaya perikanan tangkap. Aspek ini terkandung dalam dua hal bahwa secara dimensi ekonomi tata niaga sektor perikanan tangkap berhubungan erat dengan efisensi ekonomi. Secara Dimensi kelembagaan ini memberikan peranan penting terhadap pengaturan sumberdaya perikanan dengan cara menjamin kelestarian ekosistemnya dan melindungi hak-hak berusaha nelayan dalam menumbuhkembangkan usahanya secara adil. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bengkulu Selatan. Jenis data yang di manfaatkan mencakup:

1) Profil Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan keadan fisik daerah pesisir yang meliputi kondisi alam, (kondisi geologi, iklim, tempratur, dan angin, jenis tanah, topografi, dan peta tematik yang berhubungan dengan wilayah pesisir) 2) PDRB Kabupaten Bengkulu secara periodik 3) Keadaan sosial ekonomi masyarakat terdiri dari: Ketenaga kerjaan, tingkat pendapatan

masyarakat pesisir, produksi perikanan laut, jumlah armada penangkapan, Pengumpulan data Pengumpulan data didapat (i) Bappeda Kabupaten Bengkulu Selatan,(ii) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkulu Selatan (iii) BPS Kabupaten Bengkulu Selatan, (iv) Tempat Pelelangan Ikan (v) Unit Sumberdya dan konservasi Alam Bengkulu (vi) Melakukan wawancara sebagai input untuk penulisan ini terhadap: 1) Tokoh masyarakat, terdiri tokoh politik, tokoh ormas dan kelompok nelayan 2) Pihak swasta (pengusaha) yang memanfaatkan sumberdaya wilayah pesisir. Analisis data Analisis dilakukan secara diskriptif analitik dan Kuantitatif. Secara diskriftip analitik dengan memberikan gambaran tentang data PDRB (Produk Demostik Regional Brutto) tahun 19902002 dan anggaran pembangunan dan pengeluaran Pemerintah daerah, jumlah penduduk yang berada diwilayah pesisir, data potensi dan pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir. Analisis secara kuantitatif digunakan beberapa metode analisis yaitu; (i) analisis kontribusi sektor perikanan tangkap secara priode waktu gunanya untuk mengambarkan besar kontribusi sektor perikanan. Ks= ..(1) Ks = Kontribusi Sektor Vas = Nilai tambah bersih sektor PDRB = Produk Demostik Regional Bruto (ii) pendekatan model angka gini ini di gunakan untuk mengukur koefisien sebaran dari tingakat pendapatan adalah: GC =(2) GC = Angka Koefisien Gini Xi = Proporsi jumlah RT Yi = Proporsi Jumlah pendapatan

Model-model pendekatan analisis tersebut diatas kegunaanya sebagai dasar untuk menganalisis tata niaga sektor perikanan secara jelas digambarkan dalam diagram alir berikut ini. Gambar Diagram Alir Analisis Tata Niaga Sektor Perikanan Tangkap Kabupaten Bengkulu Selatan Pembahasan Hasil analisis bahwa kontribusi sektor perikanan tangkap terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan menunjukan dari selama periode 1993-2001. Mengambar dari tahun- ketahun cukup signifikan laju pertumbuhaannya lihat Tabel Grafik 2 berikut ini. Gambar 1. Kontribusi Sektor Perikanan Tangkap Terhadap PDRB Sektor Perikanan Tahan 19932001 (Atas harga Berlaku) Besarnya kontribusi terhadap PDRB sektor menunjukan bahwa sektor perikanan tangkap di Kabupaten Bengkulu cukup mempengaruhi tingkat produksi perikanan. Namun sektor perikanan tangkap terhadap kontribusi PDRB wilayah sektor perikanan tangkap masih terlalu kecil. Secara jelasnya disajikan dalam gambar 2 grafik tabel berikut ini

Tampilan grafik tabel diatas menunjukan kontribusi sektor perikanan pada tahun 1993 dan 1994 belum mencapai 1 % dari PDRB Wilayah kecilnya sumbangan tersebut disebabkan pada saat itu upaya tangkap masih banyak memakai perahu tanpa motor pada tahun 1997 s/d 2001 kontribusi sektor perikanan tangkap sudah diatas 1 % pada tahun tersebut nelayan tangkap sudah memakai upaya tangkapnya dengan perahu motor tempel. Hal ini menunjukan adanya ada hubungan yang positif tingkat produksi terhadap terhadap upaya tangkap dengan pengunaan teknologi Selengkapnya disajikan dalam gambar berikut ini.

Gambar 3. Perahu Tanpa Motor Dan Perahu Motor Tempel, Laju Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Tahun 1993-2002 Tampilan gambar 3 diatas mengambarkan banyak perahu tanpa motor (PTM) dan perahu motor tempel (PMT) dan laju produksi perikanan tangkap yang didaratkan oleh nelayan.Tahun 1993 s/d 1995 laju upaya tangkap dengan mengunakan motor tempel peningkatanya cukup besar dari 1553 ton meningkat 2357 ton kenaikan ini menunjukan secara nyata adanya hubungan antara pengunaan teknologi usaha tangkap produksi. Namun tahun 1999 s/d 2002 ada kecenderungan laju pertumbuhaan produksi perikanan terlihat stagnasi hal ini dikarenakan pada tahun 1999 s/d 2002 Indonesia belum bangkit terhadap krisis ekonomi. Dampak krisis tersebut cukup besar pengaruhnya terhadap usaha perikanan tangkap terutama dalam hal bahan bakar minyak(BBM) dan suku cadang motor tempel, yang pada umum motor tempel nelayan Kabupaten Bengkulu Selatan adalah buatan dari jepang, meyebabkan pada saat itu motor tempel tidak beroperasi. Tampilan gambar hasil analisis angka Gini Koefisien usaha tangkap nelayan Kabupaten Bengkulu Selatan bahwa dari tahun 1990 s/d 1994 tingkat pendapatan disparitasnya dalam pada level disparitas pendapatan yang cukup tinggi. Tahun 1995 s/d 1997 disparitas mengecil dan sampai tahun 2002 terus mengecil. Angka gini koefisien yang ditampilkan menunjukan laju disparitas pendapatan nelayan makin mengecil. Belumlah mengambarkan tingkat kesejahteraan nelayan secara umum untuk itu dilakukan dengan pendekatan inqualty dari hasil analisis proporsi produksi masih banyak terserap pada usaha nelayan tangkap memakai perahu motor tempel, lihat gambar tabel 5 dibawah ini

Tabel 5. Perkembangan Proporsi Pendapatan Usaha Tangkap Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 1990-2002 PTM Tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Jml Armada 262 400 323 351 363 246 364 287 280 478 % Pendapatan 45.80 45.35 36.83 38.44 38.78 44.65 33.89 29.59 29.02 41.10 PMT Jml Armada % Pendapatan 121 162 262 265 311 317 322 434 438 499 54.20 54.65 63.17 61.56 61.22 55.35 66.11 70.41 70.98 58.90

Sumber: Diolah dari data BPS dan Dinas Kelautan dan Perikanan . Gambar 5 diatas menampilkan bahwa proposi terbesar penyerapan produksi sumberdaya perikanan tangkap terserap oleh perahu motor tempel 1993 s/d 1994 proposi pendapatan usaha perikanan terlihat cukup berimbang. Dari tahun 1995 s/d 2002 seiring dengan bertambahnya perahu motor tempel proporsi produksi banyak terserap pada perahu motor tempel dengan analisis tersebut ada ketidak seimbangan produktivitas dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Strategi Kebijakan Tata Niaga Sektor Perikanan Sektor perikanan tangkap yang terletak diwilayah pesisir mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang beragam dan bernilai ekonomi tinggi antara lain udang lobster jenis-jenis ikan yang berkualitas yang cukup banyak didaratkan diperairan pesisir Kabupaten Bengkulu Selatan dapat menjadi salah satu sumber pendapatan perekonomian daerah. Untuk tercapainya pemanfatan sektor perikanan tangkap optimal harus melakukan kebijakan yang terpadu dengan dimensi bisnis dan dimensi kelembagaan kedua dimensi tersebut haruslah secara terpadu dalam implementasinya dalam mengatur tata niaga sektor perikanan. Straegi kebijakan yang perlu dilakukan dalam tata niaga sektor perikanan adalah; dimensi bisnis mencakup tiga elemen yaitu; (i) efisiensi, (ii) Efektifitas. Sedangkan dimensi kelembaga mencakup; (i) menjamin kelestarian ekosistem perikanan, (ii) menjamin keadilan berusaha, (iii) alat rugulasi terhadap sumberdaya perikanan, (iv) mendorong tumbuh kembangnya modal sosial dalam masyarakat nelayan. Selengkapnya disajikan dalam gambar 6 berikut ini. Faktor Pembangunan Infra struktur yang mendorong pertumbuhan sektor perikanan

Pendukung Pembangunan Sumberdaya Manusia ( Iptek, Skill, Sikap dan Prilaku) Pengembangan Teknologi ramah Lingkungan dan tepat Guna Perdagangan antara Wilayah Faktor Utama Dimensi Bisnis Efisensi Dimensi Kelembagaan Regulasi Modal Sosial Pengunaan Pengolahan kesesuain alat tangkap pasca panen daya yang sesuai dukung ekolgi Memberikan Peraturan ruang kepastian berusaha Tumbuh

Efektifitas Ekosistem Keadilan

dan undang kembangnya yang budaya kerja

mendorong dan kearipan kepastian berusaha lokal

Pengunaan Penguasan Kesesuaian Menjamin sarana Jalur daya dukung ekonomi mendapatkan teknologi

Adanya limited

human relation

produksi yg distribusi tepat dan

entry dalam peman pengunaan faatan

informasi pasar

dalam

sumberdaya sumber-daya per-ikanan dan minimnya konflik

pemanfaatan perikanan sumberdaya perikanan

Pemanfaatan Pengelolaan Adanya bahan bakar pemasaran alokasi minyak dan mendapat profitibilitas dalam usaha

Terjamnya Keaman pemerataan dan

Terbangunan rasa semngat

sumberdaya dalam perikanan proposi produksi

ketertiban untuk dikawasan memelihara sumberdaya sumberdaya perikanan perikanan

Gambar Frame Work Kebijakan Startegi Tata Niaga Perikanan Tangkap Kabupaten Bengkulu Selatan

Kesimpulan.

Hasil analisis yang telah di paparkan diatas bahwa tata niaga sektor perikanan belum berjalan secara optimal hal ini disebabkan masih rendahnya kontribusi sektor perikanan tangkap terhadap perekonomian wilayah yang digambarkan dalam tabel grafik diatas dan masih tingginya laju disparitas serta belum meratanya proposi penyerapan produksi sumberdaya perikanan tangkap untuk itu memerlukan kebijakan strategi dalam meminimumkan permasalahan di sektor perikanan tangkap pilihannya adalah dengan cara kebijakan strategi yang pendekatan keterpaduan dimensi bisnis dan dimensi kelembagaan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta Atmosudirdjo., 1982. Dasar-Dasar Administrasi Niaga. Penerbit Ghalia Indonesia Jakarta Eriyatno., 2001. Sistem Pengembangan Perekonomian Daerah Berlandaskan Kemampuan Sumberdaya Local. Dalam Manajemen Otonomi Daerah. Penerbit PT. Ujung Gading Sakti. Jakarta. Budiharsono Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Lautan. Cetakan Pertama PT Pradnya Paramita Jakarta Badan Pusat Statistik,. 2002. Bengkulu Selatan Dalam Angka. Penerbit Badan Pusat Statistik Bengkulu Selatan Fauzi A., 2004. Kumpulan Pemikiran Kebijakan Ekonomi Perikanan Dan Kelautan. Penerbit PT. HUP Bandung. Kartajaya Hermawan.,2005. Mark Plus On Strategy. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta Kotler Philip., 1993. Manajemen Pemasaran., Penerbit PT. Midas Surya Grafindo., Jakarta Masyhudulhak.2004. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dalam Perspektif Otonomi Daerah Di Provinsi Bengkulu (Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Selatan) Disertasi Sekolah Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Sukmana Oman., 2005. Sosialogi Politik Ekonomi. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang Undang-Undang Otonomi Daerah 1999. 2000. UU.NO.22 TH.1999 tentang Pemerintahan Daerah. UU NO.25 TH.1999 tentang Perimbangan Keuangan Anatar Pemerintahan Pusat Dan Daerah. Penerbit Restu Agung Jakarta

Anda mungkin juga menyukai