Anda di halaman 1dari 32

SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

TERJABAR DALAM UUD PROKLAMASI 45


(MENEGAKKAN JATIDIRI BANGSA NATION AND CHARACTER BUILDING) *

Khazanah kepustakaan mengakui bahwa sistem filsafat dapat berkembang sebagai ideologi
suatu bangsa. Lazimnya, sistem filsafat suatu bangsa dijadikan pandangan hidup sebagai nilai
terbaik, karenanya dijadikan filsafat hidup (Weltanschauung). Nilai fundamental ini
dipraktekkan sepanjang sejarah bangsanya; karenanya teruji kebenaran dan keunggulannya;
bahkan manunggal dengan budaya dan peradaban bangsa --- karena itu pula diakui sebagai jiwa
bangsa (Volksgeist) atau jatidiri nasional.
Nilai fundamental demikian, senantiasa menjadi sumber nilai dan sumber cita nasional
(=ideologi nasional) yang ditegakkan sebagai Sistem Kenegaraan sebagaimana terjabar dalam
UUD Negara. Semua warganegara dan lembaga-lembaga negara, yang diwakili kepemimpinan
nasional berkewajiban (imperatif) untuk menegakkan dan membudayakan Asas Budaya dan
Moral Filsafat Negara (Ideologi Nasional)!;
Bagi bangsa Indonesia filsafat Pancasila sebagai filsafat hidup dijadikan dasar negara
(filsafat negara; ideologi negara) sebagaimana dirumuskan dan disahkan oleh PPKI sebagai the
founding fathers dalam UUD Proklamasi 45. NKRI sebagai negara Proklamasi berdasarkan
Filsafat Pancasila; dalam makna, nilai sistem filsafat Pancasila sebagai ideologi nasional dan
konstitusi Proklamasi 45 manunggal dan fungsional dalam integritas kebangsaan dan
kenegaraan. Sejak Indonesia merdeka dapat diakui --- secara filosofis-ideologis dan legal
konstitusional --- bahwa NKRI Proklamasi 45 dengan predikat sebagai Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Kaidah fundamental filsafat negara berfungsi pula sebagai asas kerokhanian bangsa dan
negara; mulai ajaran hak asasi manusia (HAM) sampai teori negara; in casu : teori kedaulatan di
dalam negara. Maknanya, teori kedaulatan adalah jabaran dari ajaran atau teori HAM;
bagaimana kedudukan, hak dan kewajiban manusia di dalam negara bahkan dalam alam semesta
dan di hadapan Maha Pencipta. Terkandung pula makna bahwa manusia (SDM) adalah subyek
mandiri: subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral.
Kedudukan SDM dalam ajaran HAM berdasarkan filsafat negaranya, dibentuklah sistem
kenegaraan (berkedaulatan rakyat / demokrasi; dan atau negara hukum). Sistem kenegaraan ini
ditegakkan dan dikembangkan secara niscaya (a priori, imperatif) berdasarkan asas fundamental
sistem filsafat dan atau ideologi nasional yang memberikan identitas dan integritas bagaimana
sistem hukum, sosial, politik, ekonomi dan ketatanegaraan seutuhnya ditegakkan; dalam
wawasan nasional dan internasional (universal).
Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 memancarkan keunggulan sistem
kenegaraan Indonesia Raya (baik sebagai negara berkedaulatan rakyat, maupun sebagai negara
hukum); sehingga sempurna keunggulannya mulai nilai natural (SDA dan SDM), dan kultural
(sistem budaya, filsafat dan peradaban) sekaligus Sistem Kenegaraan yang diwariskan sebagai
peradaban bangsa yang bermartabat.
Visi-misi dan tantangan bangsa dan NKRI terutama mampu menegakkan integritas Sistem
Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 potensial didukung dengan berbagai keunggulan;
terutama integritas sebagai negara demokrasi dan negara hukum, demi kesejahteraan dan
keadilan sosial yang lebih bermartabat. Nilai-nilai fundamental: filosofis-ideologis dan
konstitusional secara imperatif menjadi amanat dan kewajiban nasional untuk ditegakkan dan
dibudayakan oleh SDM sebagai subyek dalam negara, perwujudan integritas dan martabat
nasional.
I. LATAR BELAKANG SEJARAH NILAI DAN FUNGSI SISTEM FILSAFAT
*

) Makalah disajikan dalam Forum Pendidikan Kemasyarakatan Produktif dalam Rangka Penguatan Etika Kehidupan
Berbangsa dan Bernegara; bagi komponen masyarakat Kabupaten dan Kota Blitar, 23-2-2011
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

Budaya dan peradaban umat manusia berawal dan berpuncak dengan nilai-nilai filsafat
yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai sistem ideologi. Maknanya nilai filsafat sebagai
jangkauan tertinggi pemikiran untuk menemukan hakekat kebenaran ( kebenaran hakiki;
karenanya dijadikan filsafat hidup, pandangan hidup, (Weltanschauung); sekaligus memancarkan
jiwa bangsa (Volksgeist), jatidiri bangsa dan martabat nasional!. Demi masa depan, bangsa dan
negara berkewajiban melaksanakan visi-misi Nation and Character Building sebagai
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 45: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa.
SDM yang mewarisi jiwa bangsa dan jatidiri nasional, demi cita-cita dan martabat
nasional akan membentuk kesatuan nasional (integritas nasional, martabat nasional) dengan
kesetiaan dan kebanggaan nasional!. Semangat demikian dikenal sebagai jiwa nasionalisme
(wawasan kebangsaan, wawasan nasional, Nation State), sebagai martabat nasional sebagai
diamanatkan dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya sebagai visi-misi: Mencerdaskan kehidupan
bangsa (nation and character building)!. Untuk Indonesia Raya, dalam integritas Wawasan
Nusantara!
Integritas sistem filsafat Pancasila (=sistem ideologi nasional, ideologi negara) yang
memancarkan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat dan ideologi theisme-religious.
Bangsa Indonesia melalui PPKI dengan hikmat kebijaksanaan, kepemimpinan dan
kenegarawanan dengan mufakat menetapkan dan mengesahkan Sistem Kenegaraan Pancasila
dengan visi-misi sebagai diamanatkan dalam UUD Proklamasi 45.
Wawasan kebangsaan yang dijiwai sistem filsafat dan ideologi nasional (in casu : Filsafat
Pancasila) insyaAllah akan lebih tegar menghadapi berbagai tantangan zaman, karena integritas
Sistem Filsafat Pancasila sebagai asas-kerokhanian bangsa dan negara --- sekaligus sebagai
pandangan hidup (Weltanschauung), jiwa bangsa, jatidiri bangsa (Volksgeist) dan integritas
martabat nasional; terpancar dalam karakter kepribadian SDM yang berjiwa Pancasila (theismereligious)! Kesetiaan dan kebanggaan nasional atas nilai fundamental Filsafat Pancasila, dengan
sadar dan kebanggaan nasional semua komponen bangsa, bahkan semua warganegara
menegakkan dan membudayakan asas budaya dan moral Filsafat Pancasila.
Jiwa dan semangat demikian, menjadi sumber motivasi dan energi nasional untuk
senantiasa menegakkan integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan visimisi Pembudayaan Filsafat Pancasila dan ideologi nasional Indonesia Raya! Maknanya, sebagai
bangsa dan negara, kita menegakkan dan membudayakan asas budaya dan moral politik
(filsafat, ideologi) Pancasila. Secara formal dan fungsional, bermakna sebagai sistem dan asas
normatif etika dan moral politik nasional (berdasarkan) Filsafat Pancasila.
A. Ajaran Sistem Filsafat Pancasila sebagai Sistem Ideologi Nasional.
Ajaran berbagai nilai filsafat --- sebelum berkembang sebagai sistem ideologi!--- terutama
menampilkan nilai fundamental sebagai essensi dan integritas ajarannya; berupa ajaran sistem
filsafat: polytheisme, pantheisme, secularisme, dan atheisme . yang berpuncak sebagai ajaran
monotheisme, universalisme --- sering disamakan sebagai sistem filsafat : theisme-religious ---.
Peradaban modern menyaksikan, bahwa sistem filsafat Pancasila memancarkan identitas dan
integritas martabatnya sebagai sistem filsafat monotheisme-religious!. Integritas ini secara
fundamental dan intrinsik memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari
sistem filsafat Timur (yang berwatak : theisme-religious).
Ajaran dan nilai filsafat amat mempengaruhi pikiran, budaya dan peradaban serta moral
umat manusia!. Semua sistem kenegaraan ditegakkan berdasarkan ajaran atau sistem filsafat
yang mereka anut (sebagai dasar negara, ideologi negara). Dalam dinamika berbagai negara
modern mempromosikan keunggulan masing-masing, dan terus memperjuangkan supremasi
ideologi dan dominasi sistem kenegaraannya: theokratisme, liberalisme-kapitalisme, marxismekomunisme-atheisme, zionisme; sosialisme, naziisme-fascisme, fundamentalisme. Juga termasuk
negara berdasarkan (nilai ajaran) agama: negara Islam .. termasuk sistem ideologi Pancasila
(=sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45). Bangsa Indonesia
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

menegakkan sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 sebagai aktualisasi filsafat hidup


(Weltsanschauung) yang diamanatkan oleh PPKI sebagai pendiri negara!.
Sistem filsafat dan atau ideologi secara a-priori ajarannya menjadi sumber dan landasan
Grandtheory (Metatheory dan Megatheory). Bagi bangsa merdeka dan berdaulat sistem filsafat
dan atau sistem ideologi ditegakkan sebagai sistem kenegaraan--- sebagaimana nampak dalam
uraian di atas!---. Demikianlah, sistem filsafat Pancasila ditegakkan sebagai Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang memancarkan integritas dan keunggulan (berbagai
keunggulan sebagai diuraikan dalam Bagian berikut). Karenanya, secara filosofis-ideologiskonstitusional bersifat imperatif (mengikat, memaksa) semua rakyat warganegara, lembaga
negara, kepemimpinan nasional dan produk kelembagaannya wajib dijiwai, bersumber, dilandasi
dan dipandu oleh Dasar Negara dan Ideologi Nasional Pancasila. Maknanya, siapapun dan
organisasi apapun, yang tidak setia untuk menegakkan nilai dasar negara dan ideologi negara
Pancasila dikategorikan: tidak setia (tidak loyal) atau mengkhianati/makar kepada bangsa dan
negara; atau melakukan separatism ideology!.
B. Integritas Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi
Bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya dijiwai nilai-nilai budaya dan moral Pancasila, yang
dikutip di muka merupakan sari dan puncak nilai sosio budaya Indonesia. Nilai mendasar ini
ialah filsafat hidup (Weltanschauung, Volksgeist) Indonesia Raya.
Sistem Filsafat Pancasila adalah sistem filsafat theisme-religious adalah asas kerokhanian
dan asas moral SDM Indonesia sekaligus sebagai keunggulan intrinsik dan fungsional! Asas-asas
moral fundamental ini menjadi sumber motivasi, asas budaya dan moral politik bangsa dan
NKRI dalam tatanan nasional dan global (internasional)!
Integritas Sistem Filsafat dan Ideologi (Negara) Pancasila
Berdasarkan kepercayaan dan cita-cita bangsa Indonesia, maka diakui sistem filsafat
Pancasila mengandung multi - fungsi dalam kehidupan bangsa, negara dan budaya Indonesia.
Kedudukan dan fungsi nilai dasar Pancasila, dapat dilukiskan sebagai berikut:

7.

Nilai Dasar
Filsafat Pancasila

Sistem Nasional (cermati skema 4!)


6. Sistem Filsafat Pancasila, filsafat dan budaya Indonesia: asas
dan moral politik NKRI.
5. Ideologi Negara, ideologi nasional.
4. Dasar Negara (Proklamasi, Pembukaan UUD 45): asas
kerokhanian bangsa, jiwa UUD 45; Grundnorm, basic norm,
sumber dari segala sumber hukum.
3. Jiwa dan kepribadian bangsa; jatidiri nasional (Volksgeist)
Indonesia.
2. Pandangan hidup bangsa (Weltanschauung).
1. Warisan sosio-budaya bangsa.

Skema 1
Sesungguhnya nilai dasar filsafat Pancasila demikian, telah terjabar secara filosofisideologis dan konstitusional di dalam UUD Proklamasi (pra-amandemen) dan teruji dalam
dinamika perjuangan bangsa dan sosial politik 1945 1998 (1945 1949; 1949 1950; 1950
1959 dan 1959 1998). Reformasi 1998 sampai sekarang, mulai amandemen I IV: 1999
2002 cukup mengandung distorsi dan kontroversial secara fundamental (filosofis-ideologis dan
konstitusional) sehingga praktek kepemimpinan dan pengelolaan nasional cukup
memprihatinkan.
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

1. Aktualisasi Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45;


2. Aktualisasi nilai kebangsaan dan kenegaraan Indonesia Raya, sebagai terlukis dalam
skema 1-2-3-4!
3. Secara ontologis-axiologis bangsa Indonesia belum secara signifikan melaksanakan visimisi yang diamanatkan oleh sistem filsafat Pancasila, sebagaimana terjabar dalam UUD
Proklamasi 45 ---terutama dalam era reformasi 1998 sekarang
Dalam dinamika peradaban modern, sistem ideologi Pancasila berpacu merebut supremasi
ideologi demi integritas Indonesia Raya, daripada didominasi supremasi ideologi liberalismekapitalisme yang berpuncak neo-imperialisme!
C. Asas, Budaya dan Moral Sistem Filsafat dan Ideologi Pancasila
Bangsa Indonesia dengan syukur dan kebanggaan nasional diberkati dengan berbagai
keunggulan nasional; sebagai terpancar dalam keunggulan integritas Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45 (sebagai terlukis dalam beberapa Skema dalam makalah ini).
Integritas normatif-kultural-konstitusional terlukis dalam struktur nilai dalam NKRI dan
Nusantara Indonesia Raya, sebagai dijelaskan dalam skema 2.
Integritas Struktur Nilai dalam Sistem Kenegaraan RI
TAP

MPR - RI

PASAL PASAL
BATANG TUBUH

P
E U
N U
Skema 2
J D
P E M B U K A A N UUD 1945
E 1
L 9
MEMORANDUM NASIONAL (I)
A 4
Berdasarkan analisis normatif filosofis-ideologis dan konstitusional demikian,
integritas
S 5
nasional dan NKRI
juga memprihatinkan.
Karena,
berbagai
jabaran di dalamAamandemen
UUD
FILSAFAT
NEGARA DAN
IDEOLOGI
PANCASILA
45 (sebagai UUD 2002)
b
e
l
u
m
sesuai
dengan
amanat
filosofis-ideologis
filsafat
Pancasila
SOSIO BUDAYA; FILSAFAT HIDUP
N
secara intrinsik dan imperatif,
sebagaimana
kandungan
BANGSA
INDONESIA
RAYA =integritas
SDM nilai dalam Skema 1 dan 2.
Terbukti UUD 2002, dihayati
sebagai
berbeda
dengan nilai-nilai fundamental filsafat Pancasila
ALH
SDA
= NUSANTARA
sebagaimana jabaran dalam UUD Proklamasi 45. Artinya, terjadi penyimpangan (distorsi) yang
melahirkan pula kontroversial dalam tatanan dan praktek kenegaraan yang cukup
memprihatinkan; terutama dalam fenomena praktek budaya: demokrasi liberal dan ekonomi
liberal, serta berbagai kontroversial budaya dan moral sosial politik! Fenomena demikian adalah
akibat degradasi nilai dalam konstitusi dan wawasan nasional, dan Wawasan Nusantara serta
Asas Kekeluargaan; bahkan degradasi kebanggaan mental dan moral filsafat dan ideologi
Pancasila! --- berbagai komponen bangsa tergoda dan terlanda neo-liberalisme dengan memuja
kebebasan (=liberalisme), atas nama demokrasi (demokrasi liberal), HAM (HAM
individualisme) yang bersumber dari sistem filsafat Natural Law Theory yang melahirkan
ideologi liberalisme-kapitalisme! ---.
Bila kita menilai dengan filsafat Pancasila, akan jelas perbedaan fundamental denga
ajaran HAM yang bersumber dari Sistem Filsafat Pancasila (hayati Bagian II Makalah ini).
Karenanya, visi-misi: Nation and Character Building adalah keniscayaan yang amat mendesak;
demi integritas SDM Indonesia Raya yang unggul-kompetitif-bermartabat!.
II. INTEGRITAS SISTEM KENEGARAAN PANCASILA--UUD PROKLAMASI 45
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

Sebagai aktualisasi sistem filsafat Pancasila dan atau sistem ideologi (nasional) Pancasila
secara ontologis dan axiologis dikembangkan dan ditegakkan sebagai integritas Sistem
Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan asas-asas fundamental berikut :
Sebagai aktualisasi sistem filsafat Pancasila dan atau sistem ideologi (nasional) Pancasila secara
ontologis dan axiologis dikembangkan dan ditegakkan sebagai integritas Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan asas-asas fundamental berikut :
Sistem Filsafat Pancasila (sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara) mengandung
ajaran tentang hak asasi manusia (HAM) yang mengakui asas-asas :
1. Bahwa HAM adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia; sebagai hak
kodrati yang fundamental sebagai integritas martabat kepribadian manusia. HAM,
dianugerahkan untuk disyukuri, dinikmati dan dikembangkan ---untuk diabdikan sebagai
amal kebajikan selama hidupnya---.
2. Bahwa HAM adalah juga sebagai amanat untuk dipelihara (hidup sehat dan berjasa),
mengabdi kepada sesama manusia, berbakti kepada alam dan budaya; dan berkhidmat
kepada Allah Maha Pencipta Yang Maha Berdaulat. Karenanya, pribadi manusia
menerima HAM (sebagai anugerah) sekaligus sebagai amanat (berwujud : Kewajiban
Asasi Manusia = KAM). Jadi, HAM berdasarkan filsafat Pancasila ditegakkan oleh setiap
pribadi manusia dalam asas-keseimbangan HAM dan KAM ! Maknanya, pribadi yang
baik ialah yang menunaikan (amanat) KAM untuk menikmati (anugerah) HAM.
Kesadaran martabat kepribadian manusia (SDM) berdasarkan filsafat Pancasila,
memancarkan integritas asas moral SDM Indonesia Raya sebagai subyek budaya, subyek moral
yang bermartabat. Maknanya, SDM warganegara Indonesia Raya menegakkan asas kedaulatan
rakyat yang bermartabat!
A. Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Negara
Filsafat Pancasila memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas martabat manusia,
sebagai pancaran asas moral (sila I dan II); karenanya ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila
yang bersumber asas normatif theisme-religious, secara fundamental sbb:
1. Bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II: hidup,
kemerdekaan dan hak milik/rezki); sekaligus amanat untuk dinikmati dan disyukuri oleh
umat manusia.
2. Bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan kewajiban
asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia
menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.
3. Kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:
a. Manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan Maha
Pencipta (sila I).
b. Manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas semesta,
termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan
c. Manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta (Tuhan Yang
Maha Esa), atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada (kepribadian).
Manusia terikat dengan hukum alam dan hukum moral !.
Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM;
sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.
Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas potensi
jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat anugerah
kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai subyek budaya
(termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2007: 147-160)
Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk wawasan
nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem kenegaraan ditegakkan;
sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (sistem
demokrasi) dan negara hukum (Rechtsstaat). Asas-asas fundamental ini memancarkan identitas,
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

integritas dan keunggulan sistem kenegaraan RI (berdasarkan) Pancasila UUD 4, sebagai


sistem kenegaraan Pancasila.
Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious sebagai
keunggulan sistem filsafat Pancasila dan filsafat Timur umumnya --- karena sesuai dengan
potensi martabat dan integritas kepribadian manusia---.
Jadi, bagaimana sistem kenegaraan bangsa itu, ialah jabaran dan praktek dari ajaran sistem
filsafat dan atau sistem ideologi nasionalnya masing-masing. Berdasarkan asas demikian, kami
dengan mantap menyatakan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila, dan terjabar (pedoman
penyelenggaraanya) dalam UUD Proklamasi 45 --- yang orisinal, bukan menyimpang sebagai
terjemahan era reformasi yang menjadi UUD 2002 --- yang kita rasakan amat sarat
kontroversial, bahkan menjadi budaya neo-liberalisme !
Secara filosofis-ideologis dan konstitusional inilah amanat nasional dalam visi-misi
Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila dan Ideologi Nasional! Visi-misi mendasar dan
luhur ini menjamin integritas SDM dalam Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD 45.
B. Dasar Negara Pancasila Sebagai Asas Kerokhanian Bangsa dan Sistem Ideologi Nasional
dalam Integritas UUD Proklamasi 45
Secara ontologis-axiologis (filsafat Pancasila) terjabar dalam UUD Proklamasi 45 secara
imperatif (filosofis-ideologis dan konstitusional) bangsa dan NKRI adalah integral (manunggal)
dan bersifat t e t a p (integritas, jatidiri / Volksgeist) sebagai kepribadian dan martabat nasional.
Tegaknya suatu bangsa dan negara ialah kemerdekaan dan kedaulatan sebagai wujud
kemandirian, integritas dan martabat nasional. Bagi bangsa Indonesia dapat dinyatakan sebagai:
Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila UUD Proklamasi 45.
Dalam analisis kajian normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional atas UUD
Proklamasi 45 dalam hukum ketatanegaraan RI, dapat diuraikan asas dan landasan filosofiideologis dan konstitusional berikut:
1. Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky, maupun Hans Kelsen dan
Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental yang bersifat
tetap; sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari segala sumber hukum dalam negara.
Karenanya, kaidah ini tidak dapat diubah, oleh siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah
ini ditetapkan hanya sekali oleh pendiri negara (Nawiasky1948: 31 52; Kelsen 1973: 127
135; 155 162; Notonagoro 1984: 57 70; 175 230; Soejadi 1999: 59 81). Sebagai
kaidah negara yang fundamental, sekaligus sebagai asas kerokhanian negara dan jiwa
konstitusi, nilai-nilai dumaksud bersifat imperatif (mengikat, memaksa). Artinya, semua
warga negara, organisasi infrastruktur dan suprastruktur dalam negara imperatif untuk
melaksanakan dan membudayakannya.
Sebaliknya, tiada seorangpun warga negara, maupun organisasi di dalam negara yang dapat
menyimpang dan atau melanggar asas normatif ini; apalagi merubahnya.
2. Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan bagi negara
Proklamasi 17 Agustus 1945 (baca: NKRI) ialah berwujud: Pembukaan UUD Proklamasi
45. Maknanya, PPKI sebagai pendiri negara mengakui dan mengamanatkan bahwa atas
nama bangsa Indonesia kita menegakkan sistem kenegaraan Pancasila UUD 45. Asas
demikian terpancar dalam nilai-niai fundamental yang terkandung di dalam Pembukaan
UUD 45 sebagai kaidah filosofis-ideologis Pancasila seutuhnya. Karenanya dengan jalan
apapun, oleh lembaga apapun tidak dapat diubah. Karena Pembukaan ditetapkan hanya 1x
oleh pendiri negara (the founding fathers, PPKI) yang memiliki legalitas dan otoritas
pertama dan tertinggi (sebagai penyusun yang mengesahkan UUD negara dan lembagalembaga negara). Artinya, mengubah Pembukaan dan atau dasar negara berarti mengubah
negara; berarti pula mengubah atau membubarkan negara Proklamasi (membentuk negara
baru; mengkhianati negara Proklamasi 17 Agustus 1945). Siapapun dan organisasi apapun
yang tidak mengamalkan dasar negara Pancasila ---beserta jabarannya di dalam UUD
negara---; bermakna tidak loyal dan tidak membela dasar negara Pancasila; maka sikap dan
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

tindakan demikian dapat dianggap sebagai makar (tidak menerima ideologi negara dan
UUD negara). Jadi, mereka dapat dianggap melakukan separatisme ideologi dan atau
mengkhianati negara.
3. Penghayatan kita diperjelas oleh amanat pendiri negara (PPKI) di dalam Penjelasan UUD
45; terutama melalui uraian: keempat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45 (sebagai
asas kerokhanian negara (geistlichen Hinterground dan Weltanschauung ) bangsa terutama:
Jadi, kedudukan Pembukaan UUD 45 berfungsi sebagai perwujudan dasar negara
"4. Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam "pembukaan" ialah negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
III. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya.
Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari UndangUndang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita
hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis
(Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.
Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasalpasalnya."
Pancasila; karenanya memiliki integritas filosofis-ideologis dan legalitas supremasi otoritas
secara konstitusional (terjabar dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 45). Asas demikian
secara imprative berfungsi sebagai sumber dari segala sumber hukum, dan kaidah negara
yang fundamental (Grundnorm).
Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan
menegakkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai
kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa
(nation state) sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya. Karenanya, secara a
priori (kodrati dan imperatif-filosofis-ideologis-konstitusional), bangsa dan negara
berkewajiban menegakkan, mengembangkan, membudayakan, mewariskan dan
melestarikannya!
Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan integritasnya sebagai
negara berkedaulatan rakyat (demokrasi Pancasila) dan negara hukum (Rechtsstaat)
berdasarkan moral Pancasila, wajarlah fungsional dalam praktek budaya demokrasi Pancasila
dan Negara hukum berdasarkan asas moral dan sistem hukum nasional Pancasila. Maknanya,
demokrasi berdasarkan moral Pancasila (UUD 45 Pasal 1, 2 dan 3; serta Pasal 37). Negara
hukum Indonesia menegakkan cita hukum (demi keadilan) berdasarkan Sila I-II-V; oleh
semua SDM Indonesia dan untuk kemanusiaan!
Visi-misi demikian hanya terwujud terutama dengan melaksanakan amanat nation
and character building sekaligus (sinergis) dengan membudayakan N-Sistem Nasional (in
casu: jabaran dasar Negara Pancasila dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan berbudaya);
demi jatidiri bangsa dan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang
bermartabat!
Dinamika budaya sosial politik abad XXI, dipelopori ideologi liberalisme-kapitalisme
(neoliberalisme, dan neoimperialisme) atas nama kebebasan, demokrasi dan HAM, individu
manusia cenderung memuja kebebasan (=neoliberalisme!), sehingga kesetiaan (loyalitas) dan
kebanggaan nasionalnya mengalami degradasi; bahkan dapat terkikis!. (=fenomena keruntuhan
mental-moral-martabat nasional!)
Menyelamatkan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 mutlak
dengan terlaksananya visi-misi Nation and Character Building, dalam wujud kepribadian SDM
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

Indonesia Raya unggul-kompetetif-bermartabat yang mampu menegakkan Ketahanan Nasional


dan integritas NKRI secara fundamental!
Sikap demikian, bukan hanya a-nasionalisme, dan a-moral (tidak sesuai dengan
kewajiban nasional warganegara untuk setia dan bela negara sebagai asas demokrasi: bahwa
bangsa, pemerintah dan negara adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat!. Negara dan
pemerintah tidak terjamin kedaulatannya, tanpa kesetiaan rakyat warganegaranya!.
Nilai-nilai Dasar Negara Pancasila terjabar dan diaktualisasi melalui Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45 dan sebagai Sistem Ideologi Nasional Indonesia Raya masa
depan!
Asas-asas fundamental filosofis-ideologis dan konstitusional diatas, adalah jabaran dan
aktualisasi asas filsafat Pancasila (ontologis-axiologis), terutama :
1.
Asas filsafat Pancasila sebagai sistem ideologi secara ontologis-axiologis tegak dalam
aktualisasi Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45
2.
Menjamin ranah (in casu : HAM) privat dan publik berdasarkan asas keseimbangan
HAM dan KAM sebagai diamanatkan Bagian II seutuhnya!. Tegasnya, individualitas dan
komunitas berkembang dalam asas keseimbangan dalam wujud asas kekeluargaan sebagai
asas integralisme fungsional Filsafat Pancasila!
3.
Menjiwai dan melandasi asas moral dan budaya politik nasional : politisi, kepemimpinan
nasional, bahkan warganegara dalam pergaulan nasional dan internasional senantiasa
menegakkan integritas moral dan martabat nasional!
4.
Asas HAM, hak kemerdekaan (kebebasan) tetap dijamin selama warganegara, golongan /
parpol tetap setia (loyal, bangga) kepada dasar negara (ideologi negara) Pancasila dan UUD
Proklamasi 45 dalam asas ajaran HAM berdasarkan Filsafat Pancasila (=Asas
Keseimbangan HAM dan KAM)!.
5.
Secara filosofis-ideologis dan UUD Pasal 29 bangsa dan NKRI menganggap ideologi
marxisme-komunisme-atheisme bertentangan dengan ideologi Pancasila yang beridentitas
theisme-religious; karenanya dikategorikan sebagai : separatisme ideologi dan makar !
Sebaliknya, siapapun atas nama kebebasan (=liberalisme) dan demokrasi (=kedaulatan
rakyat) mengembangkan / memperjuangkan nilai ideologi selain ideologi negara Pancasila (nonPancasila), dikategorikan sebagai melakukan tindakan : separatisme ideologi, makar dan atau
mengkhianati sistem kenegaraan Pancasila! ---Waspadalah kepada berbagai sistem ideologi yang
mengancam integritas ideologi Pancasila, seperti : ideologi liberalisme-kapitalisme, sekularisme;
dan marxisme-komunisme-atheisme!--- karena semua bermuara: neoimperialisme!.
Amanat filosofis-ideologis dan konstitusional Pancasila, integral (utuh) dalam UUD
Proklamasi 45, karenanya bersifat imperatif baik secara hukum, sosial-politik, ekonomi; bahkan
mental dan moral SDM Indonesia Raya. Asas fundamental demikian adalah bukti kesetiaan dan
kebanggan nasional. Sebaliknya, penyimpangan (distorsi) dan atau degradasi nasional, lebihlebih kesetiaan-ganda (=bicara sebagai warganegara Pancasila, dalam praktek memperjuangkan
ideologi neo-liberalisme, sekularisme, komunisme-atheisme). Sesungguhnya, sikap dan tindakan
demikian adalah separatisme ideologi (=mengkhianati dasar negara dan ideologi
Pancasila=makar!). Inilah makna fundamental dan imperatif dari asas Bagian III A-B yang
dimaksud oleh Notonagoro, Nawiasky dan Kelsen di atas!
Amanat menegakkan NKRI dalam integritas sebagai sistem kenegaraan Pancasila,
bermakna bahwa bangsa Indonesia (rakyat, warganegara RI) berkewajiban membela NKRI
dalam integritasnya sebagai sistem kenegaraan Pancasila ---antar sistem kenegaraan: kapitalisme
liberalisme, dan marxisme komunisme atheisme --- yang dapat mengancam integritas
bangsa dan NKRI. Jadi, bangsa Indonesia senantiasa waspada dan siap bela negara atas
tantangan dan ancaman bangsa dan negara yang mengancam integritas ideologi Pancasila: baik
neoimperialisme Amerika maupun ideologi marxisme komunisme atheisme dari manapun
datangnya; termasuk kebangkitan PKI, neo-PKI atau KGB.

MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

III. KEUNGGULAN NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA-UUD


PROKLAMASI 45
Berdasarkan asas-asas ontologis-axiologis Pancasila (asas kerokhanian bangsa dan negara,
sebagai jatidiri nasional); maka aktualisasinya sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD
Proklamasi 45 sesungguhnya diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa (Pembukaan alinea 3)
dengan berbagai keunggulan yang potensial menjadikan Indonesia Raya dapat menjadi negara
jaya-sentosa dan bermartabat!, sebagai terkandung dalam pemikiran mendasar dalam Makalah
ini.
A.

1.

2.

3.

4.
5.

Keunggulan Indonesia Raya


Bangsa dan negara Indonesia diberkati Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai
keunggulan yang wajib dikembangkan dan dilestarikan demi kesejahteraan rakyat dan
Ketahanan Nasional.
Keunggulan Indonesia Raya terpancar dari mulai alam nusantara, warisan budaya, sistem
filsafat dan ideologi sampai potensi kuantitas kualitas SDM Indonesia
Kita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasa bahwa bangsa dan NKRI diberkati dengan berbagai keunggulan potensial (sebagai
keunggulan natural dan kultural/SDA), terutama:
Keunggulan natural (alamiah): nusantara Indonesia amat luas (15 juta km2, 3 juta km2
daratan + 12 juta km2 lautan, dalam gugusan 17.584 pulau); amat subur dan nyaman
iklimnya; amat kaya sumber daya alam (SDA); amat strategis posisi geopolitiknya.
Kekayaan SDA alam khatulistiwa (berwujud: inersi matahari) terbesar, sebagai sumber inersi
masa depan! Juga SDA alam tropis (hutan tropis) sebagai paru-paru dunia, sumber O2 demi
kehidupan dan kesehatan umat manusia!
SDA kelautan sebagai negara bahari (maritim, kelautan) di silang benua dan samudera
sebagai transpolitik-ekonomi dan kultural postmodernisme dan masa depan. SDA kelautan
dengan sumber protein hewani (ikan) menjadi sumber gizi dan energi umat manusia yang
tidak ternilai!
Keunggulan kuantitas-kualitas manusia (SDM) sebagai rakyat dan bangsa; merupakan asset
primer nasional: 238 juta (Sensus Nasional 2010) dengan karakteristika dan jatidiri yang
diwarisinya sebagai bangsa pejuang (ksatria) ---silahkan dievaluasi bagaimana identitas
dan kondisi kita sekarang!--- dalam era reformasi.
Keunggulan sosiokultural dengan puncak nilai filsafat hidup bangsa (terkenal sebagai
filsafat Pancasila) yang merupakan jatidiri nasional, jiwa bangsa, asas kerokhanian negara
dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional.
Keunggulan historis; bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah keemasan: kejayaan negara
Sriwijaya (abad VII - XI); dan kejayaan negara Majapahit (abad XIII - XVI) dengan wilayah
kekuasaan kedaulatan geopolitik melebihi NKRI sekarang (dari Taiwan sampai
Madagaskar). Dengan nilai warisan filsafat Pancasila sebagai sari dan puncak budaya luhur
dan peradaban Indonesia Raya.

B.

Keunggulan Sistem Kenegaraan Filsafat Pancasila Terjabar dalam UUD Proklamasi 45


Keunggulan Sistem Filsafat Pancasila sebagai sistem ideologi negara (ideologi nasional)
terjabar dalam UUD Proklamasi 45, terutama:

MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

Keunggulan sistem kenegaraan Pancasila sebagai negara Proklamasi 17 Agustus 1945;


terjabar dalam asas konstitusional UUD 45:
1. NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi);
2. NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat);
3. NKRI sebagai negara bangsa (Nation State);
4. NKRI sebagai negara berasas kekeluargaan (paham persatuan, wawasan nasional
dan wawasan nusantara);
5. NKRI menegakkan sistem kenegaraan berdasarkan UUD Proklamasi 45 yang
memancarkan asas konstitusionalisme melalui tatanan kelembagaan dan kepemimpinan
nasional dengan identitas Indonesia, dengan asas budaya dan asas moral filsafat
Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theismereligious. Asas demikian memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila (sebagai
bagian dari sistem filsafat Timur) dalam menghadapi tantangan dan godaan masa
depan: neo-liberalisme, neo-kapitalisme dan neo-imperialisme serta neo-PKI dalam
pascamodernisme yang menggoda dan melanda bangsa-bangsa modern abad XXI.

Keunggulan potensial (A-B) demikian sinergis dan berpuncak dalam kepribadian SDM
Indonesia Raya sebagai penegak kemerdekaan dan kedaulatan NKRI yang memancarkan budaya
dan moral Pancasila dalam mewujudkan cita-cita nasional. Potensi nasional dan keunggulan
NKRI akan ditentukan oleh kuantitas-kualitas SDM yang memadai + UUD Negara yang mantap
terpercaya ---bukan kontroversial sebagaimana UUD 45 amandemen---.
Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan
mewujudkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah
fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state,
negara nasional)!.
NKRI adalah negara bangsa (nation state) sebagai pengamalan sila III yakni nilai
Wawasan Nasional yang ditegakkan dalam NKRI dan Wawasan Nusantara. Jadi, aktualisasi asas
ontologis-axiologis filsafat Pancasila ditegakkan dalam sistem kenegaraan Pancasila sebagai
terjabar dalam UUD Proklamasi 45; diuraikan secara ringkas terlukis dalam skema berikut :

Perwujudan Sistem NKRI (Berdasarkan) Pancasila - UUD 45*

TAP

MPR

45

P A N C A S I L A

(MNS, 1985: 2005)

Skema 3
*) = NKRI sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45
C. Sistem Ideologi Pancasila ditegakkan dalam N-Sistem Nasional
Maknanya, secara das Sein und das Sollen dasar negara Pancasila (ideologi nasional)
sebagai terlukis dalam skema 3 dan 4, dikembangkan, ditegakkan dan dibudayakan dalam NMNS, Lab. Pancasila UM, 2011

10

Sistem Nasional sebagai aktualisasi integritas sistem kenegaraan Pancasila (UUD Proklamasi
45).
Secara skematis, terlukis dalam skema berikut.
N-SISTEM NASIONAL
SISTEM HUKUM NASIONAL
SISTEM POLITIK

SISTEM EKONOMI

N E G A R A

H U K U M

FILSAFAT HUKUM
FILSAFAT NEGARA
SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP
NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA

*) =

N = sejumlah sistem nasional, terutama:


1. Sistem filsafat Pancasila
2. Sistem ideologi Pancasila
3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila
4. Sistem hukum (berdasarkan) Pancasila
5. Sistem ekonomi Pancasila
6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi Pancasila)
7. Sistem budaya Pancasila
8. Sistem Hankamnas, Hankamrata
(MNS, 1988)
Skema 4

Skema ini melukiskan bagaimana sistem filsafat Pancasila dijabarkan secara normatifkonstitusional dan fungsional sebagai terlukis dalam struktur (nilai) kenegaraan yang dimaksud
komponen-komponen dalam skema 1-2-3-4 dimaksud !.
Sesungguhnya, menegakkan Sistem Nasional adalah imperatif dari Sistem Kenegaraan
Pancasila UUD Proklamasi 45---- sebagaimana sistem negara liberalisme-kapitalisme akan
menegakan sistem demokrasi-liberal dan ekonomi-liberal; sistem komunisme menegakan sistem
demokrasi-rakyat dan ekonomi-etatisme---! Sungguh, adalah mengingkari (baca: mengkhianati
dasar negara dan ideologi negara Pancasila, Indonesia: elite reformasi mempraktekkan
demokrasi liberal, dan ekonomi liberal)!. Karena kebijakan demikian, keterpurukan multidimensional tak kunjung teratasi!. Karena secara mental-ideologis telah terjadi konflik psikologis
dan dilemma moral dari pejabat dan kepemimpinan nasional!
Secara filosofis-ideologis dan konstitusional (imperatif) Bangsa Indonesia berkewajiban
membudayakan (aktualisasi) kesetiaan dan kebanggan nasional dengan menegakkan N-Sistem
Nasional sebagai perwujudan jatidiri nasional dan integritas-martabat Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45.
IV. AMANAT BUDAYA DAN MORAL FILSAFAT DAN IDEOLOGI PANCASILA-UUD
PROKLAMASI 45
Amanat budaya dan moral Filsafat Pancasila (baik sebagai Dasar Negara maupun
Ideologi Negara, Ideologi Nasional), sesungguhnya terjabar secara konstitusional di dalam UUD
Proklamasi 45. Maknanya, Dasar Negara Pancasila integral dan terjabar seutuhnya dalam UUD
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

11

Proklamasi 45 sebagai landasan legalitas dan pedoman pengamalan, pembudayaan dan


pewarisannya.
A. Asas Budaya dan Moral Kelembagaan Negara dan Kepemimpinan Nasional Indonesia Raya
Secara filosofis-ideologis dan konstitusional maka kelembagaan negara dan
kepemimpinan nasional secara imperatif berkewajiban menegakkan dan membudayakan asas
budaya dan moral filsafat dan ideologi Pancasila-UUD Proklamasi 45 seutuhnya (secara murni
dan konsekuen); sebagai Asas Budaya dan Moral Nasional Indonesia Raya!
MEMBUDAYAKAN ASAS MORAL DAN ETIKA POLITIK PANCASILA
Asas-asas fundamental dimaksud, terutama secara normatif-integral meliputi:
1. Pembukaan UUD Proklamasi 45, istimewa alinea 3-4:
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan
dengan ini kemerdekaannnya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2. Batang Tubuh (Pasal-Pasal) UUD Proklamasi 45; istimewa
a. Bab I Pasal 1 ayat: (1), (2) dan (3)
b. Bab II Pasal 2 dan 3
c. Bab VII Pasal 19, 20, 21 dan 22
d. Bab X Pasal 26, 27 dan 28;
e. BAB XI
AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
f. Bab XIII Pasal 31 dan 32;
g. Bab XIV Pasal 33 dan 34
Ketentuan Konstitusional demikian adalah sebagai jabaran normatif: Asas Kerokhanian
(asas moral Pancasila dan martabat nasional) bangsa dan negara Indonesia Raya.
3. Penjelasan UUD Proklamasi 45, istimewa

MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

12

"4. Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam "pembukaan" ialah
negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh citacita moral rakyat yang luhur.
III. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya.
Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita
hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang
tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.
Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasalpasalnya."
Penghayatan kita diperjelas oleh amanat pendiri negara (PPKI) di dalam Penjelasan
UUD 45; terutama melalui uraian: keempat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45 (sebagai
asas kerokhanian negara (geistlichen Hinterground dan Weltanschauung) bangsa terutama:
Asas-asas fundamental di atas mulai daripada asas dasar negara Pancasila sebagai
ideologi nasional, sampai asas konstitusional secara integral berfungsi sebagai asas budaya,
dan moral terpancar dalam etika politik Pancasila --- sebagai asas budaya dan moral politik
NKRI! ---. Asas budaya dan moral demikian inilah yang mengalami distorsi bahkan
degradasi dalam budaya dan moral politik elite NKRI dalam era reformasi!
Jadi, kedudukan Pembukaan UUD 45 berfungsi sebagai perwujudan dasar negara
Pancasila; karenanya memiliki integritas filosofis-ideologis dan konstitusional sebagai
legalitas supremasi otoritas secara kenegaraan (terjabar dalam Batang Tubuh dan Penjelasan
UUD 45). Asas demikian secara imprative berfungsi sebagai sumber dari segala sumber
hukum, dan kaidah negara yang fundamental (Grundnorm) yang bersifat tetap (tidak dapat
diubah oleh siapapun dan lembaga apapun, dengan jalan apapun; termasuk MPR hasil
Pemilu!). Jadi, juga mengandung makna imperatif (wajib) bagi kelembagaan negara dan
kepemimpinan nasionaldengan semua jajarannyauntuk melaksanakan, mengembangkan,
membudayakan, mewariskan dan melestarikannya!
Berdasarkan asas normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional di atas, secara
imperatif setiap elite, bahkan warganegara dalam NKRI berkewajiban untuk imenegakkan
dan membudayakan asas moral politik Dasar Negara Pancasila!
B. Asas-Asas Moral dan Etika Politik Nasional (Berdasarkan) Filsafat Pancasila
Secara filosofis-ideologis dan konstitusional, kewajiban nasional semua warganegara
dalam Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, sebagai pusat kesetiaan dan
kebanggaan nasional, secara fundamental dan integral meliputi:
1. Menghayati dan menegakkan mental-moral SDM yang setia dan bangga dengan Sistem
Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45;
2. Kita warganegara setia dan bangga menegakkan dan membudayakan mental-moral
filsafat dan ideologi Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45.
3. Kita warganegara setia dan bangga dengan keunggulan-keunggulan Indonesia Raya, dan
dengan penuh tanggungjawab mewujudkan demi kesejahteraan rakyat dan
melestarikannya.
Jabaran dari pusat kesetiaan dan kebanggan nasional ini, dapat dirumuskan secara
mendasar:
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

13

1. Membudayakan asas budaya dan moral politik nasional berdasarkan Filsafat dan Ideologi
Pancasila.
Maknanya, semua organisasi sosial-politik dan budaya secara filosofis-ideologis dan
konstitusional (imperatif) formal dan fungsional senantiasa berdasarkan Filsafat dan
Ideologi Pancasila.
Sebaliknya, apabila ada organisasi berdasarkan asas non-Pancasila, akan melahirkan
masalah berikut:
a. Apa tujuan organisasi dimaksud?
b. Bagaimana kewajiban perjuangan pendukung organisasi tersebut kepada bangsa dan
negaranya (sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45)?
c. Dapatkah disimpulkan bahwa organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ideologi
dan Sistem Kenegaraan Non-Pancasila. Karenanya, dikategorikan sebagai gerakan
separatism ideology (mengkhianati ideologi Negara; = makar!).
d. Sikap dan tindakan warganegara yang tidak setia dan bangga dengan filsafat dan
ideologi negaranya, berarti kesadaran nasionalnya telah runtuh! Dapat juga SDM
demikian mengalami konflik kejiwaan, split personality; bahkan hypocrite!
Jadi, mereka bukanlah warganegara yang baik.
2. Setia dan bangga dengan (kebangsaannya) Indonesia Raya yang merdeka, berdaulat dan
bermartabat sebagai subyek dalam Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45,
diantara berbagai sistem kenegaraan bangsa-bangsa modern dalam dinamika
internasional!
3. Kesadaran dan tanggung jawab siap dan rela bela negara demi kemerdekaan dan
kedaulatan Indonesia Raya dalam integritas dan martabat Sistem Kenegaraan PancasilaUUD Proklamasi 45.
4. Kesadaran cinta dan bela negara dengan asas dan wawasan: Ketahanan Nasional dalam
asas Hankamnas-Hankamrata. Asas imperatif ini, adalah konsekuensi konstitusional dari
sistem negara berkedaulatan rakyat (=sistem demokrasi). = dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat dalam integritas negara-bangsa (nation state) dan wawasan nusantara! Jadi,
rakyat yang sadar demokrasi mengakui amanat dan kewajiban nasional dan
konstitusionalnya untuk bela negara demi ketahanan nasionalbukan menyerahkan
tanggung jawab hanya kepada TNI!.
5. TNI adalah Tentara Nasional (baca: Tentara Rakyat Indonesia, Tentara Bangsa dan
Negara Indonesia). Jadi, TNI adalah bhayangkari dan ksatria pembela integritas Sistem
Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45. Maknanya, TNI senantiasa sadar untuk
menegakkan politik nasional (integritas budaya dan moral politik negara); bukan
membela politik partai politik yang berkuasa; melainkan membela integritas moralpolitik NKRI sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dari tantangan
internal maupun eksternal: separatism ideology, ideologi yang bertentangan dengan
Pancasila (marxisme-komunisme-atheisme; ekstrim kiri maupun ekstrim kanan; termasuk
neo-liberalisme dan neo-imperialisme)!
6. Amanat filosofis-ideologis dan konstitusional dikukuhkan dalam TAP MPR RI No.
VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa (seyogyanya dipelopori
pembudayaannya oleh anggota MPR RI: DPR RI dan DPD RI) bersama Pimpinan dan
Anggota Kelembagaan Negara (Tinggi) dan jajarannya!
7. Amanat konstitusional dalam TAP MPR RI No. VII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia (yang dijiwai ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila)!.
Jadi, asas dan perangkat normatif dalam NKRI sesungguhnya sudah mantap dan
signifikan (bersumber dari Dasar Negara Pancasila-UUD Proklamasi 45); tantangan nasional
terutama bagaimana membudayakannya!

MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

14

V. INTEGRITAS SISTEM KENEGARAAN PANCASILA DALAM TANTANGAN


GLOBALISASI-LIBERALISASI DAN POSTMODERNISME
Dinamika Globalisasi-Liberalisasi dan Postmodernisme sesungguhnya adalah gelombang
negara adidaya untuk merebut supremasi ideologi liberalisme-kapitalisme; sebagai otoritas neoimperialisme dunia. Dinamika ini juga sinergis dengan gelombang Postmodernisme yang laksana
badai menggoda dan melanda bangsa dan negara modern, terutama bangsa negara berkembang.
Fenomena dimaksud nampak dalam karsa elite untuk mempelopori reformasi---karena merasa
warisan nilai lama perlu di reformasi---, meskipun ternyata menjadi bencana yang dapat
meruntuhkan integritas nasional dan integritas negara!.
Kita menyaksikan bagaimana reformasi glasnost dan perestroika yang dicanangkan
Michael Gorbachev di Unie Soviet kemudian r u n t u h menjadi negara tidak berdaya dan m
u r t a d dari ideologi marxisme-komunisme-atheisme! (McCoubrey & White 1996:117-120).
Dengan asas glasnost dan perestroika, negara Unie Soviet memberi kebebasan dan membuka
5000 gereja bagi umat Kristiani dan 2500 masjid bagi umat Islam.
Catatan: Sejarah dunia menyaksikan: runtuhnya negara adidaya Unie Soviet menjadi negara
tidak berdaya, namun rakyatnya bersyukur dapat kembali memuja Tuhan (Agama, Theisme)
sehingga negara Rusia sekarang amat sangat meningkat kemakmuran dan kejayaannya.
A. Tantangan Nasional : Globalisasi-Liberalisasi dan Postmodernisme
Menyelamatkan bangsa dan NKRI dari tantangan demikian (baca: keruntuhan
sebagaimana yang dialami Unie Soviet), maka bangsa Indonesia wajib meningkatkan
kewaspadaan nasional dan ketahanan mental-ideologi Pancasila. Visi-misi demikian terutama
meningkatkan wawasan nasional dan kepercayaan nasional (kepercayaan diri) agar SDM
warganegara kita mampu mewaspadai tantangan: globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme
dan neo-PKI/KGB!
Kemampuan menghadapi tantangan yang amat mendasar dan akan melanda kehidupan
nasional ---sosial-ekonomi dan politik, bahkan mental dan moral bangsa---maka benteng terakhir
yang diharapkan mampu bertahan ialah keyakinan nasional atas kebenaran dan kebaikan (baca:
keunggulan) dasar negara Pancasila baik sebagai jatidiri bangsa dan filsafat hidup bangsa
(Volksgeist, Weltanschauung), sekaligus sebagai dasar negara (ideologi negara, ideologi
nasional). Hanya dengan keyakinan nasional ini manusia Indonesia tegak-tegar dengan
keyakinannya yang benar dan terpercaya: bahwa sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari
filsafat Timur memancarkan identitas dan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat
theisme-religious. Sebagai jiwa UUD negara yang menjiwai dan melandasi budaya dan moral
politik Indonesia dalam integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Bandingkan dengan ajaran filsafat kapitalisme-liberalisme yang beridentitas
individualisme-materialisme-sekularisme-pragmatisme (neo-imperialisme) akan hampa spiritual
religius sebagaimana juga identitas ideologi marxisme-komunisme-atheisme! Kapitalismeliberalisme memuja kebebasan dan HAM demi kapitalisme (baca: materi, kekayaan sumber daya
alam yang dikuasai neoimperialisme): dalam praktek politik dan ekonomi liberal, yang menjajah
Irak awal abad XXI ---negara adidaya yang bergaya pembela HAM di panggung dunia!--ternyata HAM yang HAMPA!. Mengapa bangsa-bangsa beradab, bahkan PBB sebagai
organisasi dunia yang beradab tetap bungkam ?!
Tantangan globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme dapat berwujud adanya degradasi
wawasan nasional dan wawasan ideologi nasional. Demikian pula adanya degradasi mental
ideologi, seperti budaya demokrasi liberal dan HAM individualisme-egoisme--- bukan kesatuan
dan kerukunan sebagai asas moral filsaafat dan ideologi bangsanya---. Perhatikan beberapa
fenomena sosial politik dan ekonomi (neo-liberal) dalam era reformasi sebagai praktek budaya:
kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme dalam hampir semua bidang kehidupan Indonesia,
bermuara sebagai neoimperialisme! Sinergis dengan kondisi global maka dalam NKRI juga
tantangan kebangkitan neo-PKI / KGB;!
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

15

1. Watak setiap ajaran filsafat dan ideologi dengan asas dogmatisme senantiasa merebut
supremasi dan dominasi atas berbagai ajaran filsafat dan ideologi yang dipandangnya
sebagai saingan. Ideologi kapitalisme-liberalisme yang dianut negara-negara Barat
sebenarnya telah merajai kehidupan berbagai bangsa dan negara: politik kolonialismeimperialisme. Karena itulah, ketika perang dunia II berakhir 1945, meskipun mereka
meraih kemenangan atas German dan Jepang, namun mereka kehilangan banyak negara
jajahan memproklamasikan kemerdekaan, termasuk Indonesia. Sejak itulah negaranegara penganut ideologi kapitalisme-liberalisme menetapkan strategi politik neoimperialisme untuk melestarikan penguasaan ekonomi dan sumber daya alam dan SDM
di negara-negara jajahan yang bangkit merdeka; karenanya, mereka (Sekutu menyusun
strategi rekayasa global, 1947).
2. Melalui berbagai organisasi dunia, mulai PBB, World Bank dan IMF sampai APEC
dipelopori Amerika Serikat mereka tetap sebagai kesatuan Sekutu dan Unie Eropa dalam
perjuangan merebut supremasi politik dan ekonomi dunia (neo-imperialisme). Lebihlebih dengan berakhirnya perang dingin (1950-1990) mereka makin menunjukkan
supremasi politik neoimperialisme!
3. Hampir semua negara berkembang yang kondisi ipteks, industri dan ekonomi amat
tergantung kepada negara maju (G-8)---kemudian berkolaborasi dalam visi-misi
G20---maka melalui bantuan modal pembangunan baik bilateral maupun multilateral,
seperti melalui IMF dan World Bank, termasuk IGGI kemudian CGI semuanya
mengandung strategi politik ekonomi negara Sekutu (USA dan UE).
4. Melalui kesepakatan APEC, mereka mempropagandakan doktrin ekonomi liberal, atas
nama ekonomi pasar ---tidak boleh ada proteksi demi peningkatan kemampuan dan
kemandirian---. Sementara potensi ekonomi berbagai negara berkembang tanpa proteksi,
tanpa daya saing yang memadai...... semuanya dilumpuhkan dan ditaklukkan. Tercapailah
politik supremasi ekonomi kapitalisme-liberalisme, sebagai neo-imperialisme.
5. Sesungguhnya sejak dimulai perang dingin (sekitar 1950 1985) Sekutu telah
menampilkan watak untuk merebut dominasi dan supremasi politik internasional.
Kondisi perang dingin yang amat panjang meskipun menguras dana dan biaya perang
(angkatan perang dan persenjataan), namun juga dijadikan media propaganda bahwa
otoritas supremasi politik dan ideologi dunia tetap dimiliki Blok Barat. Supremasi politik
dan ideologi ini juga didukung oleh supremasi ipteks .......sehingga banyak intelektual
negara berkembang (baca: negara GNB) yang belajar ipteks ke negara-negara blok Barat.
Sebagian intelektual kita itu telah tergoda dan terlanda wawasan politiknya, sehingga
sebagai elite reformasi mempraktekkan demokrasi liberal, ekonomi liberal, bahkan juga
budaya negara federal!
Ternyata kemudian, mereka telah dididik juga sebagai kader pengembang ideologi dan
politik ekonomi kapitalisme-liberalisme ---termasuk dalam NKRI---. Kepemimpina mereka
belum membuktikan keunggulannya dalam mengatasi multi krisis nasional yang makin
menghimpit rakyat warga bangsa tercinta!. Kondisi buruk ini dapat menjadi lahan subur
bangkinya neo-PKI/KGB yang berpropaganda menjadi penyelamat kaum miskin dan
buruh tani dalam NKRI, melalui revolusi rakyat (proletar)!
Inilah fenomena dan bukti sebagian elite dalam NKRI tergoda dan terlanda ideologi neoliberalisme dan neo-komunisme! Apakah fenomena dan bukti aktual dalam era reformasi
sebagian elite reformasi memang berjuang untuk ideologi non-Pancasila (baca : separatisme
ideologi : ekstrim kiri, eksrim kanan dan neo-imperialisme) yang mengancam integritas
negara Pancasila?
Tantangan globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme yang sinergis dengan neoPKI/KGB (marxisme-komunisme-atheisme) t i d a k dihayati sebagai tantangan yang
mengancam integritas: kemerdekaan dan kedaulatan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD
Proklamasi 45, termasuk mental dan moral SDM bangsa Indonesia Raya!
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

16

Bila demikian kondisinya, inilah tragedi reformasi; bahkan tragedi mental dan moral bagi
bangsa Indonesia Raya --- karena SDM kita diruntuhkan mental wawasan nasional sekaligus
moral theisme-religious: berganti menjadi: memuja kebebasan (=liberalisme), demokrasi
(demokrasi liberal); atas nama HAM (HAMPA=konflik horizontal sampai anarkhisme)!
Dinamika dan tantangan demikian kita hadapi dengan kesetiaan dan kebanggaan
nasional, terutama menegakkan dan membudayakan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD
Proklamasi 45; termasuk membudayakan Pilar-Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
yang menjadi program MPR sekarang!
Amanat nasional dan konstitusional ini menjadi makin mendesak, sebagai jawaban (demi
Ketahanan Nasional) sebagai terlukis dalam Skema 5.
Perhatikan dan hayati nilai dan tantangan neo-imperialisme dan neo-komunismeatheisme-etatisme sebagai terlukis dalam Skema 5!

MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

17

INTEGRITAS NASIONAL DAN NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA

TAP MPR *
NEO-IMPERIALISME
NEO-LIBERALISME
SEKULARISME-PRAGMATISME
DEMOKRASI LIBERAL,
INDIVIDUALISME AN. HAM
KAPITALISME (MATERIALISME)

45

NEO-KOMUNISME, NEO-PKI, KGB


KEDAULATAN NEGARA (= ETATISME),
KOLEKTIVISME INTERNASIONALISME
MARXISME KOMUNISME ATHEISME,
DIALEKTIKAHISTORISMATERIALISME

P A N C A S I L A
ERA REFORMASI
POSTMODERNISME
GLOBALISASI LIBERALISASI

7.
6.
5.
4.
3.
2.
1.

*) =

UU No. 27 TAHUN 1999 TENTANG KEAMANAN NEGARA (YANG DIREVISI):


TERUTAMA PASAL 107a 107f. SEBAGAI JABARAN UUD 45 DAN TAP MPRS No.
XXV/MPRS/1966 (KARENANYA DAPAT DITEGAKKAN SEBAGAIMANA MESTINYA).
TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo. Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal 2 dan 4
UUD Proklamasi 45 SEUTUHNYA . (PEMBUKAAN, PASAL 29 DAN
PENJELASAN )
NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA
DASAR NEGARA (IDEOLOGI NEGARA, IDEOLOGI NASIONAL) PANCASILA
FILSAFAT HIDUP (WELTANSCHAUUNG), JATIDIRI INDONESIA : PANCASILA
SOSIO BUDAYA NUSANTARA INDONESIA

UUD 45 Amandemen, dengan kelembagaan negara (tinggi) : = Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK (+ KY)
(MNS, 2007)
skema: 5
MNS, Lab. Pancasila UM, 2011

18

B. Tantangan Nasional dalam Era Reformasi


Pemerintahan dan kelembagaan negara era reformasi, bersama berbagai komponen bangsa
berkewajiban meningkatkan kewaspadaan nasional yang dapat mengancam integritas nasional
dan NKRI.
Tantangan nasional yang mendasar dan mendesak untuk dihadapi dan dipikirkan alternatif
pemecahannya, terutama:
1. Amandemen UUD 45 yang sarat kontroversial; baik filosofis-ideologis bukan sebagai
jabaran dasar negara Pancasila, juga secara konstitusional amandemen cukup
memprihatinkan karena berbagai konflik kelembagaan. Berdasarkan analisis demikian
berbagai kebijaksanaan negara dan strategi nasional, dan sudah tentu program nasional
mengalami distorsi nilai ---dari ajaran filsafat Pancasila, menjadi praktek budaya
kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme---. Terutama demokrasi liberal dan ekonomi
liberal..bermuara sebagai supremasi neo-imperialisme!
2. Elite reformasi dan kepemimpinan nasional hanya mempraktekkan budaya demokrasi
liberal atas nama HAM; yang aktual dalam tatanan dan fungsi pemerintahan negara
(suprastruktur dan infrastruktur sosial politik) hanyalah: praktek budaya oligarchy,
plutocracy.......bahkan sebagian rakyat mempraktekkan budaya anarchy (anarkhisme)!
3. Rakyat Indonesia mengalami degradasi wawasan nasional ---bahkan juga degradasi
kepercayaan atas keunggulan dasar negara Pancasila, sebagai sistem ideologi
nasional---. Karenanya, elite reformasi mulai pusat sampai daerah mempraktekkan
budaya kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme. Jadi, rakyat dan bangsa Indonesia
mengalami erosi jatidiri nasional!
4. NKRI sebagai negara hukum, dalam praktek justru menjadi negara yang tidak
menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Pancasila UUD 45. Praktek dan
budaya korupsi makin menggunung, mulai tingkat pusat sampai di berbagai daerah:
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kekayaan negara dan kekayaan PAD bukan dimanfaatkan
demi kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat, melainkan dinikmati oleh elite reformasi.
Demikian pula NKRI sebagai negara hukum, keadilan dan supremasi hukum; termasuk
HAM belum dapat ditegakkan.
5. Tokoh-tokoh nasional, baik dari infrastruktur (orsospol), maupun dalam suprastruktur
(lembaga legislatif dan eksekutif) hanya berkompetisi untuk merebut jabatan dan
kepemimpinan yang menjanjikan (melalui pemilu dan pilkada). Berbagai rekayasa sosial
politik diciptakan, mulai pemekaran daerah sampai usul amandemen UUD 45 (tahap V)
sekedar untuk mendapatkan legalitas dan otoritas kepemimpinan demi kekuasaan.
Sementara kondisi nasional rakyat Indonesia, dengan angka kemiskinan dan
pengangguran yang tetap menggunung belum ada konsepsi alternatif strategis
pemecahannya. Kondisi demikian dapat melahirkan konflik horisontal dan vertikal,
bahkan anarchisme sebagai fenomena sosio-ekonomi-psikologis rakyat dalam wujud
stress massal dan anarchisme!
6. Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong bangkitnya
primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan budaya negara
federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan degradasi nasional
telah makin parah dan mengancam integritas mental ideologi Pancasila, integritas
nasional dan integritas NKRI, dan integritas moral (komponen pimpinan, manusia,
bangsa) !
7. Momentum pemujaan kebebasan (neo-liberalisme) atas nama demokrasi dan HAM,
dimanfaatkan partai terlarang PKI untuk bangkit. Mulai gerakan pelurusan sejarah
---terutama G.30S/PKI--- sampai bangkitnya neo-PKI sebagai KGB melalui PRD dan
Papernas. Mereka semua melangkahi (baca: melecehkan Pancasila UUD 45) dan
rambu-rambu (= asas-asas konstitusional) yang telah berlaku sejak 1966, terutama:
a. Bahwa filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan integritas sebagai sistem filsafat
dan ideologi theisme-religious. Artinya, warga negara RI senantiasa menegakkan
19

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

b.
c.
d.
e.

C.

moral dan budaya politik yang adil dan beradab yang dijiwai moral Pancasila
berhadapan dengan separatisme ideologi: marxisme-komunisme-atheisme yang
diperjuangkan neoPKI / KGB dan antek-anteknya.
UUD Proklamasi seutuhnya memancarkan nilai filsafat Pancasila: mulai Pembukaan,
Batang Tubuh (hayati: Pasal 29) dan Penjelasan UUD 45.
Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan dikukuhkan Tap MPR RI No. I/MPR/2003
Pasal 2 dan Pasal 4.
Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa; dan
Undang Undang No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara ( yang direvisi,
terutama Pasal 107a107f).
Perhatikan dan hayati isi nilai dalam Skema 5, Bagian bawah.

Praktek dan Budaya Neo-Liberalisme Menggoda dan Melanda Rakyat dan NKRI
Dunia postmodernisme makin menggoda dan melanda dunia melalui politik supremasi
ideologi. Kita semua senang dan bangga, menikmati kebebasan dan keterbukaan atas nama
demokrasi dan HAM, tanpa menyadari bahwa nilai-nilai neoliberalisme menggoda dan
melanda sehingga terjadi degradasi wawasan nasional, sampai degradasi mental dan moral
sebagian rakyat bahkan elite dalam era reformasi.
Sebagian elite reformasi bangga dengan praktek reformasi yang memuja kebebasan
(=liberalisme) atas nama demokrasi (demokrasi liberal) dan HAM (HAM yang dijiwai
individualisme, materialisme, sekularisme) sehingga rakyat Indonesia masih terhimpit dalam
krisis multi dimensional.
Harapan berbagai pihak dengan alam demokrasi dan keterbukaan, nasib rakyat akan
dapat diperbaiki menjadi lebih sejahtera dan adil sebagaimana amanat Pembukaan UUD 45 :
........ memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa .... dapat
terlaksana, dalam makna SDM Indonesia cerdas dan bermoral! Tegasnya, bukan euforia
reformasi dengan budaya demokrasi neo-liberal dalam praktek oligarchy, plutocracy dan
anarchy.berwujud konflik horisontal..degradasi wawasan nasional dan moral (korupsi
menggunung) dapat bermuara disintegrasi bangsa dan NKRI.
Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan
HAM, ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh kekuasaan neoimperialisme melalui
ekonomi liberal. Analisis ini dapat dihayati melalui bagaimana politik pendidikan nasional
(UU RI No: 9 tahun 2009 tentang BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 / 1999) yang membuat
rakyat miskin makin tidak mampu menjangkau. Meskipun UU tersebut dibatalkan oleh MKRI, April 2010 namun praktek budaya BHP cenderung tetap berlangsung --- termasuk adanya
fungsi BLU ---!.
Bidang sosial ekonomi, silahkan dicermati dan dihayati Perpres No. 76 dan 77 tahun
2007 tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka, yang mengancam hak-hak sosial
ekonomi bangsa; istimewa kesejahteraan generasi penerus!
Demokrasi liberal dengan biaya amat mahal beserta social cost yang cukup
memprihatinkan ---konflik horisontal, sampai anarkhisme yang bermuara disintegrasi bangsa
--- adalah tragedi penyimpangan elite reformasi dalam menegakkan sistem kenegaraan
Pancasila! ----lebih-lebih pasca Amandemen UUD Proklamasi 45, menjadi : UUD 2002 !

VI. KEBIJAKAN DAN STRATEGI : PENDIDIKAN DAN PEMBUDAYAAN FILSAFAT


DAN IDEOLOGI (NEGARA) PANCASILA
Sesungguhnya sub thema ini adalah aktualisasi pembudayaan ontologis-epistemologisaxiologis filsafat Pancasila seutuhnya demi integritas SDM Indonesia Raya dan Sistem
Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Demi tegaknya integritas nilai filsafat Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional
---dan tegaknya integritas Sistem Kenegaraan Pancasila--- negara berkewajiban melaksanakan
amanat Pendidikan dan Pembudayaan Filsafat Pancasila dan Ideologi Nasional.
20

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

Demi SDM warganegara NKRI sebagai generasi penerus, penegak dan bhayangkari negara
Pancasila wajarlah semua rakyat warga bangsa Indonesia Raya menghayati dan mengamalkan
filsafat Pancasila (sebagai filsafat hidup, dasar negara, ideologi negara!). Visi-Misi demikian
makin mendesak sebagai kesiapan Ketahanan Nasional sebagai wujud terbinanya Nation and
Character Building, baik integritas SDM sebagai subyek budaya, subyek hukum, dan subyek
moral; sekaligus integritas Sistem Nasional Pancasila! Hanya dengan integritas demikian
keunggulan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 tegak sebagai martabat
Indonesia Raya menghadapi TANTANGAN GLOBALISASI-LIBERALISASI DAN
POSTMODERNISME sebagai terlukis dalam Skema 5.
Negara berkewajiban membentuk Kelembagaan yang melaksanakan visi-misi Pendidikan
dan Pembudayaan Filsafat Pancasila; dengan alternatif : lintas kelembagaan Kementerian
dan Non Kementerian, terutama : Kemendiknas, Kemenag, Kemendagri; Lemhannas,
Wantannas, LIPI; Kemeneg. Pemuda dan Olah Raga, Kemenkominfo.
Kelembagaan dimaksud dapat bekerjasama dan atau dibantu oleh berbagai PTN-PTS yang
diperlukan.
Pembudayaan dilaksanakan mulai dan melalui keluarga, media komunikasi (cetak dan
elektronika) dengan program : Mimbar Nasional Filsafat Pancasila. Maknanya, setiap media
elektronik khususnya, diminta Negara aktif berpartisipasi melaksankan Pembudayaan Nilai
Dasar Negara Pancasila (15 menit, 3x seminggu)!
Program dimaksud sinergis dengan peningkatan program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKN) mulai pendidikan dasar sampai pendidikan menengah! Khusus untuk
Pendidikan Tinggi juga dikembangkan matakuliah : Filsafat Pancasila sebagai Ideologi Nasional.
Amanat pendidikan dan pembudayaan Filsafat Pancasila sebagai Ideologi Nasional sejiwa
dengan visi-misi yang diamanatkan Pembukaan UUD Proklamasi 45 : ......memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ........ yang dijabarkan sebagai : nation
and character building. Karenanya, menjadi kewajiban moral dan konstitusional (imperative)
untuk kita laksanakan sebagai visi-misi Nasional mendasar dan mendesak!.
Guna melaksanakan visi-misi ini secara memadai, mulai kelembagaan, tenaga pembina dan
dosen perlu dipersiapkan; termasuk : kurikulum dan kepustakaannya. Jadi, Kelembagaan
Pendidikan dan Pembudayaan Dasar Negara Pancasila dan Ideologi Nasional merupakan
peningkatan kesadaran asas kerokhanian bangsa sekaligus asas moral politik nasional yang dapat
tergoda dan terlanda dinamika globalisasi-liberalisas dan postmodernisme; berwujud neoimperialisme!
Dinamika globalisasi-liberalisas dan postmodernisme nampak dalam fenomena sosial
politik, ekonomi; bahkan mental dan moral berbagai komponen bangsa yang mengalami
degradasi wawasan nasional, dengan mempratekkan budaya neoliberalisme dan sekularisme;
demokrasi liberal, ekonomi liberal; HAM liberal dan individualistik; sampai kebebasan moral
(terutama: korupsi, konflik horisontal; termasuk antar suku dan agama yang bermuara
anarkhisme dan disintegrasi nasional!)
Sesungguhnya, kondisi dan fenomena demikian adalah tantangan nasional mendasar dan
mendesak; karena mengancam integritas mental dan moral SDM Indonesia Raya sekaligus
integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45!. Hanya dengan subyek SDM
bermoral Pancasila sebagai wujud Ketahanan Nasional untuk menjamin integritas NKRI,
wawasan nasional dan wawasan nusantara yang aktual dan bermartabat.
VII. MEMORANDUM NASIONAL
Kewajiban nasional para pemimpin bangsa; lebih-lebih sesepuh (pejuang dan pemimpin)
bangsa --- sebagai amanat moral dan konstitusional --- demi integritas Sistem Kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45 dan integritas SDM generasi penerus, untuk mengupayakan
bagaimana menegakkan dan membudayakan nilai-nilai fundamental Indonesia Raya.

21

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

Nilai-nilai fundamental Indonesia Raya demikian adalah sebagai tersurat dan tersirat
dalam thema makalah ini : FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI
NASIONAL TERJABAR DALAM UUD PROKLAMASI 45 DINAMIKA PEMBUDAYAAN
DAN TANTANGANNYA (MEMBUDAYAKAN ASAS MORAL DAN ETIKA POLITIK
PANCASILA)
Mulai dengan menegakkan budaya asas moral dan etika politik Pancasila bagi
kepemimpinan nasional --- kelembagaan tingkat Pusat sampai Daerah ---, juga meningkatkan
asas dan wawasan nasional dan ideologi nasional bagi generasi penerus, kita percaya dapat
mewariskan Negara Proklamasi dalam integritas sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD
Proklamasi 45 seutuhnya.
Secara moral dan konstitusional (imperatif) dengan dipelopori elite Indonesia Raya di
atas, marilah kita laksanakan pembudayaan nilai filsafat Pancasila sebagai ideologi nasional,
sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45; terutama melalui penghayatan dan praktek nilainilai berikut.
A. Asas Budaya dan Moral Politik Pancasila
MEMORANDUM NASIONAL DAN MORAL
1. Sebagai bangsa kita berkewajiban bersyukur dan bangga atas anugerah dan amanat Allah
Yang Maha Kuasa berwujud Indonesia Raya dalam Nusantara Indonesia; mewarisi budaya
luhur dan unggul, sekaligus wilayah nusantara yang amat strategis, kaya SDA; potensi
unggul SDM dan luhur budaya, sistem filsafat dan ideologi Pancasila.
2. Kita bersyukur dan bangga nilai-nilai fundamental dikembangkan dan ditegakkan oleh the
founding fathers (PPKI) dalam integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45
seutuhnya dengan keunggulan sistem negara berkedaulatan rakyat (demokrasi Pancasila)
dan negara hukum (Rechtsstaat); b u k a n neo-liberalisme yang bermuara : neoimperialisme!.
3. Kita bersyukur Indonesia Raya yang merdeka, berdaulat, bersatu dan cukup bermartabat
sebagai pancaran nilai filsafat Pancasila sebagai sistem filsafat theisme-religious terjabar
secara signifikan dalam UUD Proklamasi 45. Amanat konstitusional ini telah ditegakkan
mulai Proklamasi 45, Dekrit Presiden RI 5 Juli 1959; sampai Kebangkitan Orde Baru
dengan thema Melaksanakan Pancasila-UUD 45 secara Murni dan Konsekuen!
4. Oleh berbagai komponen bangsa, kepemimpinan Orde Baru dianggap menyimpang dari
amanat nilai Pancasila-UUD 45, terutama berwujud KKN! Karenanya, bangkitlah gerakan
reformasi untuk mengikis fenomena dan praktek KKN!
Catatan : secara rasional, konstitusional dan moral tentulah hujatan itu berdasarkan kaidah
dan norma dasar (filsafat Pancasila dan UUD 45)! Tetapi, adalah ironis dan tragis, norma
dasar (Grundnorm) justru mengalami reformasi = diamandemen 1999 2002, yang sarat
kontroversial bahkan degradasi nilai dan makna secara filosofis-ideologis dan
konstitusional.
5.

6.

Sebagai bangsa, kita berkewajiban mawas diri dan menilai (audit) apakah reformasi sungguh
benar (valid, terpercaya) dan demikian pula amandemen UUD 45 menjadi UUD 2002. Kita
menghayati bahwa kita mengalami degradasi wawasan nasional, wawasan ideologisfilosofis dan wawasan konstitusional. .. yang bermuara konflik horizontal bahkan dapat
dibawah kekuasaan neo-imperialisme!
Sesungguhnya, reformasi dan amandemen akan kita pertanggungjawabkan secara
konstitusional dan moral, kepada : Allah Yang Mengamanatkan Kemerdekaan Indonesia
Raya, kepada generasi pendahulu yang berkorban demi bangsa; dan kita juga
bertanggungjawab pula kepada generasi masa depan (=pewaris dan pemilik Indonesia Raya)
: apakah akan menerimanya dalam keadaan merdeka, berdaulat, sejahtera dan bermartabat?
Ataukah justru dikuasai supremasi ideologi neo-liberalisme dan neo-imperialisme!
22

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

7.

Marilah kita menghayati nilai-nilai dalam uraian ringkas makalah ini seutuhnya; dalam
beberapa skema!. Bagaimana tanggungjawab konstitusional dan moral kita apabila
reformasi telah menyimpang secara filosofis-ideologis dan konstitusional yang TERGODA
DAN TERLANDA demokrasi liberal, ekonomi liberal (baca : neo-lib); neo-imperialisme
(sekularisme) yang sinergis dengan kebangkitan : neo-PKI/KGB (atheisme!). Inilah
TRAGEDI PERADABAN DAN MORAL KEMANUSIAAN yang dapat terjadi bila
reformasi TIDAK DI-AUDIT berdasarkan asas filosofis-ideologis Pancasila yang dijiwai
moral Ketuhanan Yang Maha Esa (sebagai sistem filsafat theisme-religious)! Karenanya,
visi-misi Nation and Character Building diakui sebagai mendasar dan mendesak untuk
diwujudkan!

B. Alternatif Pembudayaan Filsafat Pancasila sebagai Ideologi Nasional


ASAS MORAL DAN ETIKA POLITIK INDONESIA RAYA
(ASAS MORAL POLITIK PANCASILA)
Kami Bangsa Indonesia Raya bersyukur dan bangga mewarisi dan memiliki Sistem
Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang unggul-bermartabat. Keunggulan dan martabat
Indonesia Raya seutuhnya: meliputi keunggulan Indonesia Raya (Keunggulan SDM,
Natural/SDA dan Kultural) sinergis dengan keunggulan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD
Proklamasi 45.
Bahwa Kami sebagai bangsa dan warganegara berkewajiban untuk menegakkan dan
membudayakan Sistem Kenegaraan yang diberkati Tuhan Yang Maha Esa dalam ASAS
MORAL DAN ETIKA POLITIK INDONESIA RAYA (ASAS MORAL POLITIK
PANCASILA) demi melaksanakan anugerah dan amanat Allah Yang Maha Kuasa, dengan
kesadaran mendasar berikut.
I. Kita sebagai manusia dan bangsa bermartabat berkewajiban mengabdi kepada Tuhan Maha
Pencipta, yang menganugerahkan dan mengamanatkan hidup, keimanan, kemerdekaan dan
kesejahteraan dalam budaya dan peradaban yang menegakkan asas kerukunan, kerjasama
dan keadilan berdasarkan asas moral dan agama!.
II. Kami sebagai manusia dan bangsa Indonesia Raya bersyukur dan bangga diberkati dengan
asas budaya dan Dasar Negara Pancasila sebagai amanat Tuhan Yang Maha Esa untuk
ditegakkan. Karenanya, kami sebagai manusia dan bangsa bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
III. Kami senantiasa bersyukur dan bangga sebagai bangsa Indonesia Raya dengan menyadari
sepenuhnya bahwa kita adalah bagian integral dari martabat umat manusia dan kemanusiaan
sepanjang sejarah budaya dan peradaban. Karenanya, kami berkewajiban untuk menegakkan
kemerdekaan, kedaulatan, perdamaian, persahabatan dan kerjasama antar-bangsa sebagai
perwujudan moral kemanusiaan dan peradaban yang bermartabat.
Sebagai warganegara dan bangsa Indonesia, kami berkewajiban menegakkan budaya dan
martabat Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, dengan menegakkan dan
membudayakan Asas Moral Budaya Politik Pancasila:
1. Kami adalah manusia dan pribadi warganegara Indonesia Raya senantiasa bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kami senantiasa menegakkan asas-asas HAM dan KAM demi martabat kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Kami berkewajiban mengembangkan wawasan nasional dalam negara bangsa dengan
asas kekeluargaan dan wawasan nusantara demi integritas dan martabat Indonesia Raya
dalam integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
4. Kami menegakkan dan membudayakan Asas Kerakyatan sebagai amanat kedaulatan
rakyat (berdasarkan) Moral Dasar Negara Pancasila-UUD Proklamasi 45 dalam budaya
NKRI.
23

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

5.

Kami dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab berkewajiban Membudayakan Asas


Moral Keadilan Sosial bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia demi Martabat Nasional dan
Kemanusiaan.

PENUTUP
POKOK-POKOK PIKIRAN
Berdasarkan uraian ringkas makalah dengan thema : Sistem Filsafat dan Ideologi
Pancasila (Landasan Integritas Nasional dan Tegak sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD
Proklamasi 45) secara mendasar dapat dirumuskan pokok-pokok pikiran berikut :
1. Sistem Filsafat dan Ideologi Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang
memancarkan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Ajaran filsafat
Pancasila yang dikembangkan sebagai sistem ideologi nasional dikembangkan dan
ditegakkan dalam integritas Sistem Kenegaraan Pancasila (sebagai terjabar dalam UUD
Proklamasi 45).
2. Filsafat Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI memberikan integritas
keunggulan sistem kenegaraan Indonesia Raya.
Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila
(Weltanschauung) sebagai ideologi nasional (ideologi negara); asas kerokhanian bangsa dan
negara; jatidiri bangsa. Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional
bangsa; menjiwai dan melandasi cita budaya dan moral politik nasional, sebagai terjabar
dalam asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional dan bersifat imperatif :
a. Negara kesatuan, negara bangsa (Nation State, wawasan nasional dan wawasan
nusantara: sila III), ditegakkan sebagai NKRI.
b. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: asas normatif sila IV).
c. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang
adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan dan kenegaraan RI;
ditegakkan sebagai budaya dan moral manusia (warganegara) dan politik Indonesia.
d. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan
keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum
Pancasila. Demi integritas dan martabat NKRI (Sila III).
e. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungi seluruh
tumpah darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia, negara mengatasi paham
golongan dan paham perseorangan: sila III-IV-V) dijiwai dan dilandasi sila I-II; dan
ditegakkan dalam sistem ekonomi Pancasila, sebagai demokrasi ekonomi dan
pemberdayaan rakyat sebagai SDM subyek penegak integritas NKRI dan Ketahanan
Nasional Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45!.
3. Dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme bermuara supremasi (ideologi neoliberalisme) sebagai neo-imperialisme, menjadi tantangan nasional yang mengancam
integritas Sistem Kenegaraan Pancasila; sekaligus integritas mental-moral-SDM Indonesia
masa depan!. Tantangan ini makin mendesak karena sinergis dengan fenomena kebangkitan
neo-PKI / KGB dalam NKRI yang cucitangan atas tanggung jawab G 30 S / PKI ---dengan
dalih : pelurusan sejarah--- (versi PKI-atheisme)!
4. Secara ontologis-axiologis era reformasi jauh menyimpang dari kaidah fundamental filsafat
Pancasila dan ideologi Pancasila sebagai diamanatkan UUD Proklamasi 45 --- yang telah
diubah menjadi UUD 2002 ---. Karenanya, pemerintah dan elite reformasi mempraktekkan
budaya dan moral demokrasi liberal, ekonomi liberal ......bahkan memuja kebebasan
(=liberalisme), demokrasi liberal (bukan demokrasi berdasarkan moral Pancasila); atas nama
HAM (HAM yang individualistik, yang dipropagandakan oleh USA sementara fenomena
sosial politik global mereka menindas HAM, dengan menjajah beberapa negara Timur
Tengah : seperti Irak .... dan Afghanistan ! ). Fenomena demikian menunjukkan HAM
mereka hanyalah propaganda H A M P A !
5. Dinamika neo-liberalisme dan neo-imperialisme dalam era postmodernisme ---termasuk era
reformasi--- menggoda dan melanda bangsa-bangsa, termasuk Indonesia ! Bilamana kita
24

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

tidak tegak-tegar dengan integritas nilai filsafat Pancasila, rakyat kita mengalami degradasi
nasional ...... bahkan degradasi mental dan moral (theisme-religious menjadi sekularisme;
bahkan materialisme-kapitalisme-individualisme dan atheisme!) Fenomena demikian
bermuara sebagai bencana nasional, tragedi moral dan peradaban bangsa-bangsa masa depan!
6. Multikrisis dimensional nasional dalam NKRI belum teratasi, kita dihimpit dengan global
crisis financial dari negara adidaya (USA dan UE) yang dapat memacu politik supremasi
neo-imperialisme dari ideologi neo-liberalisme dan neo-imperialisme!
7. Adalah kewajiban nasional, bahkan kewajiban moral kita semua --- terutama elite reformasi
dan Pemerintah --- untuk merenung dan mawasdiri sebagai audit nasional, khususnya
sebagai audit reformasi! Maknanya, apakah kita sudah sungguh-sungguh setia dan bangga
dengan sistem kenegaraan Pancasila sebagai diamanatkan PPKI dalam UUD Proklamasi 45;
ataukah kita telah tergoda dan terlanda oleh kejayaan negara liberalisme-kapitalisme --sehingga kita ikut membudayakan demokrasi liberal dan ekonomi liberal (mungkin juga
mental dan moral liberal), --- bermuara sebagai neo-imperialisme! ---.
8. Pembudayaan Pilar-Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara secara konstitusional dan
imperatif adalah amanat filosofis-ideologis Pancasila-UUD Proklamasi 45.
9. Visi-Misi demikian makin mendesak sebagai kesiapan Ketahanan Nasional sebagai wujud
terbinanya Nation and Character Building, baik integritas SDM sebagai subyek budaya,
subyek hukum, dan subyek moral; sekaligus integritas Sistem Nasional Pancasila! Hanya
dengan integritas demikian keunggulan Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45
tegak sebagai martabat Indonesia Raya menghadapi TANTANGAN GLOBALISASILIBERALISASI DAN POSTMODERNISME sebagai terlukis dalam Skema 5.
10. Sebagai bangsa yang mewarisi sistem filsafat Pancasila yang memancarkan martabatnya
sebagai sistem filsafat theisme-religious, adalah kewajiban dan amanat moral semua
warganegara Indonesia Raya untuk menegakkan dan menunaikan amanat fundamental
sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara, yang secara imperatif konstitusional
diamanatkan UUD Proklamasi 45 seutuhnya.
11. Aktualisasi asas-asas fundamental ini, terutama tegaknya asas moral demokrasi Pancasila
dan asas moral negara hukum, termasuk keadilan sosial dan demokrasi ekonomi dalam
kehidupan bangsa demi Ketahanan Nasional Indonesia Raya yang aktual dan essensial
dalam integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Demikian sebagai bahan pertimbangan dan renungan kita generasi tua untuk diwariskan
dan diabdikan bagi generasi muda, generasi penerus bangsa!
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mengayomi dan memberkati Indonesia Raya
dalam integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, demi rakyat dan bangsa
Indonesia Raya yang jaya, adil dan bermartabat!
Malang, 23 Februari 2011
Laboratorium Pancasila
Universitas Negeri Malang (UM)
Ketua,
Mohammad Noor Syam
(Guru Besar Emeritus UM)

25

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

Kepustakaan:
Avey, Albert E. 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble, Inc.
Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and
Government, Calabasas, California, U.S Departement of Education.
Huston Smith, 1985: The Religions of Man, (Agama-Agama Manusia, terjemah oleh :
Saafroedin Bahar), Jakarta, PT. Midas Surya Grafindo.
Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung,
Penerbit Alumni.
Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell
McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell
& Bain Ltd.
Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai
Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang,
Laboratorium Pancasila.
------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural,
Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.
MPR RI: TAP MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
MPR RI: TAP MPR RI No. VII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to
Jurisprudence, San Francisco, Westview Press.
Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe,
Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.
Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.
Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al 1953: History of Philosophy Eastern and Western, London,
George Allen and Unwind Ltd.
UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO
UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001,
2003) dan PP RI No. 6 tahun 2005.
UU RI No. 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.
UU RI No. 27 tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat.
Dewan Perwakilan Daerah danDewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York,
Harvard College, University Press.

LAMPIRAN I:
26

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

Untuk lebih memahami HAM berdasarkan ajaran Filsafat Pancasila, dilengkapi dengan studi
perbandingan dengan ajaran HAM berdasarkan Natural Law Theory (Teori Hukum Alam) yang
dianut Ideologi Liberalisme-Kapitalisme dan dengan ajaran HAM berdasarkan Filsafat Idealisme
Murni (Hegel) yang dianut ideologi marxisme-komunisme-atheisme; perhatikan Skema 6-8
terlampir;
HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA
(Asas Keseimbangan HAM dan KAM)

Manusia

Hak Asasi Manusia (HAM)

1.

Hak Hidup
Hak Kemerdekaan

2.

HAM berdasarkan filsafat Pancasila


(1 - 7), termasuk HAKI dilandasi asas
KAM:

= Life
=

Liberty
3.

Hak Milik
Property

Kewajiban Asasi Manusia (KAM)

1.

+
Hak Pribadi (Personal rights) = hak hidup,
beragama, berkeluarga (cinta).
Hak Ekonomi (Economical rights) = hak
memiliki, bekerja dan usaha, hidup-sejahtera,
kontrak kerja.
Hak Hukum (Legal rights) = hak mendapat
kewarganegaraan, hak mendapat keadilan,
hak membela diri, praduga tak bersalah.
Hak Politik (Political rights) = hak
berserikat-berkumpul, menyatakan pendapat
lisan & tertulis, hak memilih & dipilih, hak
suaka politik.
Hak Sosial-budaya (Social-cultural rights) =
hak mendapat & memilih pendidikan, hak
menikmati seni, hak cipta (HAKI), hak
menikmati mode.

2.

3.

4.

5.

Kewajiban mengakui dan


menerima bahwa Allah Yang Maha Esa
adalah Maha dan Sumber alam
semesta, termasuk manusia.
Kewajiban mengakui dan
menerima Kedaulatan Allah Yang
Maha Berdaulat (Kuasa) atas semesta,
termasuk nasib manusia.
Kewajiban berkhidmat
(berterima kasih/bersyukur) kepada
Allah Yang Maha Rahman (dan
mencintai Allah dan agama yang
diamanatkan-Nya).
Kewajiban setia dan bangga
kepada bangsa negaranya;
kewajiban setia ideologi dan
konstitusi.
Kewajiban bela negara, dan
membayar pajak.

HAM berdasarkan filsafat Pancasila


(meliputi asas fundamental 1 - 7) dijiwai
dan dilandasi asas keseimbangan HAM
dan KAM sebagai asas moral sistem
filsafat Pancasila yang beridentitas
theisme-religious.

Asas HAM dan Substansi HAM di atas,


adalah pokok-pokok ajaran HAM
berdasarkan teori Hukum Alam (Natural
theory) yang dianut negara Barat
(liberalisme-kapitalisme)

(MNS, 2000: 85 98)


skema 6

27

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA


(DALAM BANDINGAN DENGAN: TEORI NATURAL LAW & TEORI HEGEL)
Allah Maha Pencipta Semesta, termasuk umat manusia,
Allah Yang Maha Berdaulat dan Maha Pengayom
(Maha Rahman dan Rahim)
HAM =
Hak hidup,
Kemerdekaan,
Hak Milik

ANUGERAH untuk disyukuri, dinikmati


sekaligus sebagai AMANAT
(= Kewajiban Asasi Manusia/KAM)

Asas HAM seimbang dengan KAM


NKRI sebagai Sistem Negara Berkedaulatan Rakyat, dan
Sistem Negara Hukum (Rechtsstaat)
HEGEL THEORY
Sumber HAM = Tuhan (God)
Life, Liberty & Property
For humankind, collectivity, State
(Theocratism, Etatism) for State
as Represents of God Idea.
------------------------------------Dijiplak dan diterapkan Karl
Marx dalam Sistem Kedaulatan
Negara (Etatisme, Atheisme,
Totalitarianisme)

NATURAL LAW
Sumber HAM = Alam Semesta
Life
Liberty
Property
For Men as Individuality
Ditegakkan dalam sistem
demokrasi liberal kapitalisme:
Individualisme, Secularisme,
Pragmatisme

(MNS, 1983 1993; 2003)


Skema 7
Catatan:
Dalam filsafat Islam, sesungguhnya HAM (hidup, kemerdekaan dan hak milik) sebagai
anugerah hanyalah untuk manusia secara universal. Martabat mulia dan agung manusia, pada
hakikatnya berwujud integritas keimanan sebagai martabat kerokhanian manusia. Keimanan (dan
ketakwaan) inilah sesungguhnya yang manjadi mahkota dan integritas kemuliaan martabat
manusia di hadapan Maha Pencipta dan Maha Berdaulat Jadi, kategori keimanan adalah
anugerah dan amanat khusus bagi pribadi manusia yang setia dengan komitmen kerokhaniannya,
sebagaimana dimaksud (Q 7: 172; dan 49: 17; 51: 56).
Sesungguhnya, hakekat HAM dalam asas keseimbangan dengan KAM ialah kemuliaan martabat
manusia jasmani-rohani, dan dunia-akhirat. Hakekat demikian menjamin martabat HAM yang
hidup dengan kerohaniannya dalam alam keabadian (akhirat), yang dipercaya umat beragama
(sekaligus sebagai pengamalan Dasar Negara Pancasila, sila I dan II).

LAMPIRAN II :
28

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

MEMANTAPKAN DAN MEMBUDAYAKAN KESADARAN


JATI DIRI BANGSA DAN NATION AND CHARACTER BUILDING
A. Hakekat dan Perwujudan Jatidiri Nasional
Kepustakaan mengakui bahwa sistem filsafat dapat berkembang sebagai ideologi suatu
bangsa. Lazimnya, sistem filsafat suatu bangsa dijadikan pandangan hidup sebagai nilai terbaik,
karenanya dijadikan filsafat hidup (Weltanschauung). Nilai fundamental ini dipraktekkan
sepanjang sejarah bangsanya; karenanya teruji kebenaran dan keunggulannya; bahkan
manunggal dengan budaya dan peradaban bangsa --- bahkan diakui sebagai jiwa bangsa
(Volksgeist) atau jatidiri nasional.
Nilai fundamental demikian, senantiasa menjadi sumber nilai dan sumber cita nasional
(=ideologi nasional) yang ditegakkan sebagai Sistem Kenegaraan sebagaimana terjabar dalam
UUD Negara. Semua warganegara dan lembaga-lembaga negara, yang diwakili kepemimpinan
nasional berkewajiban (imperatif) untuk menegakkan dan membudayakan Asas Budaya dan
Moral Filsafat Negara (Ideologi Nasional)!;
Bagi bangsa Indonesia filsafat Pancasila sebagai filsafat hidup dijadikan dasar negara
(filsafat negara; ideologi negara) sebagaimana dirumuskan dan disahkan oleh PPKI sebagai the
founding fathers dalam UUD Proklamasi 45. NKRI sebagai negara Proklamasi berdasarkan
Filsafat Pancasila; dalam makna, nilai sistem filsafat Pancasila sebagai ideologi nasional dan
jiwa konstitusi Proklamasi 45 manunggal dan fungsional dalam integritas kebangsaan dan
kenegaraan (perwujudan jatidiri nasional). Sejak Indonesia merdeka dapat diakui --- secara
filosofis-ideologis dan legal konstitusional --- bahwa NKRI Proklamasi 45 sesungguhnya secara
imperatif dinamakan dengan predikat sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi
45: analog dengan berbagai sistem kenegaraan yang ditegakkan bangsa-bangsa modern: sistem
theokratisme, zionisme, liberalisme-kapitalisme; sosialisme, marxisme-komunisme-atheisme;
naziisme-fascisme, fundamentalisme; dan negara Pancasila!
Berdasarkan kaidah fundamental demikian, tiap warganegara dan kepemimpinan nasional
berkewajiban (imperatif) untuk:
1. Setia dan bangga atas dasar negara (ideologi negara, ideologi nasional);
2. Setia dan bangga atas UUD Negara (konstitusi); dan
3. Setia dan bangga atas cita-cita nasional dan siap bela negara
Sebaliknya, siapapun yang tidak setia dan bangga dapat dikategorikan sebagai melakukan
pengkhianatan (makar); termasuk organisasi dan partai politik yang tidak berdasarkan dasar
negara Pancasila dapat dianggap tidak setia dan bangga; karenanya, dikategorikan sebagai
tindakan separatisme ideology (=makar!). Karenanya, warganegara dan pemimpin nasional yang
setia dan bangga berkewajiban pula mewaspadai anasir-anasir sosial politik demikian, yang
sesungguhnya mengancam integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45; bahkan
juga mengancam integritas mental dan moral SDM Pancasilais!
Budaya dan peradaban umat manusia berawal dan berpuncak dengan nilai-nilai filsafat
yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai sistem ideologi. Maknanya nilai filsafat sebagai
jangkauan tertinggi pemikiran untuk menemukan hakekat kebenaran ( kebenaran hakiki;
karenanya dijadikan filsafat hidup, pandangan hidup, (Weltanschauung); sekaligus memancarkan
jiwa bangsa (Volksgeist), jatidiri bangsa dan martabat nasional!. Demi masa depan, bangsa dan
negara berkewajiban melaksanakan visi-misi Nation and Character Building sebagai
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 45: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Jadi, visi-misi nation and character building yang tersirat di dalam Pembukaan UUD
Proklamasi 45 sesungguhnya adalah tekad dan jiwa kesetiaan dan kebanggaan nasional demi
integritas dan martabat SDM generasi penerus yang unggul terpercaya menjamin kemerdekaan,
kedaulatan dan integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
29

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

B.

Amanat Filosofis-Ideologis sebagai Sumber dan Landasan Sistem Nasional

Amanat filosofis-ideologis dan konstitusional dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45;


tentang peningkatan kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama:
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.. dapat dijabarkan sebagai
visi-misi nation and character building.
Makna amanat fundamental ini fokus, berpusat kepada pemberdayaan SDM bangsa
Indonesia sebagai subyek penegak, pewaris dan bhayangkari NKRI sebagai sistem kenegaraan
Pamcasila-UUD Proklamasi 45 yang merdeka, berdaulat dan bermartabat!
Demi terlaksanannya amanat fundamental ini dapat dijabarkan dalam visi-misi sebagai
landasan tujuan pendidikan nasional Indonesia Raya!.
Menegakkan dan Membudayakan Visi-Misi Nation and Character
Building
Amanat filosofis-ideologis dan konstitusional ini terutama
dipercayakan kepada kelembagaan dan fungsi sistem pendidikan
nasional. Pemberdayaan SDM mandiri-unggul-bermartabat!
Visi-misi ini terutama sebagai amanat nasional, dapat dijabarkan secara mendasar,
terutama:
1. memajukan kesejahteraan umum, berarti :
a. seluruh rakyat warganegara terjamin kesejahteraan sosial ekonominya (sila V)
Pancasila;
b. bahwa kesejahteraan adalah prasyarat untuk sehat dan cerdas, berkemampuan sosial
ekonomi untuk meraih pendidikan yang memadai.
c. dengan kondisi sejahtera semua warganegara lebih mampu melaksanakan visi-misi
nasional dan menegakkan kedaulatan dan Ketahanan Nasional!.
2. mencerdaskan kehidupan bangsa, bermakna :
a. cerdas secara mental-moral, berbudi luhur sesuai dengan sila I dan agama masingmasing : bermartabat, dan bertaqwa; dan tegaknya kepemimpinan yang memiliki
integritas dalam NKRI !
b. cerdas secara sosial politik : mampu menegakkan kepemimpinan dan pengelolaan yang
efektif sebagai subyek pemimpin yang adil dan beradab dalam NKRI dan dalam
pergaulan antar bangsa dan negara dengan kesadaran dan kebanggaan nasional;
c. cerdas secara ilmiah dan kebudayaan : kreatif, mandiri, unggul dan bermartabat dalam
peradaban modern.
Visi-misi nasional untuk membina bangsa dan watak bangsa ini dikembangkan dalam
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Negara sebagai kelembagaan nasional
berkewajiban melaksanakannya dalam sistem pendidikan nasional sebagai wujud tanggung
jawab negara --- in casu :
Visi-misi nation and character building dapat bermakna :
1.
Terbinanya SDM berkepribadian mandiri, unggul dan bermartabat (dengan
integritas-adil-beradab dan taqwa) *
2.
SDM unggul sinergis dalam pergaulan dunia modern sebagaimana dikehendaki
dalam tujuan MDGs dan UNESCO ---- namun sebagai SDM yang setia dan bangga
dengan jatidiri nasionalnya! ---

30

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

Catatan 1 :
Penamaan Departemen Pendidikan Nasional dalam era reformasi, menurut kami tidak tepat (dan
tidak bijaksana) berdasarkan alasan :
1. Secara internasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Department of Education
and Culture); dalam makna :
a. Nama Departemen Pendidikan sebagai kelembagaan (kementerian, secara nasional,
membawahi semua provinsi RI); sebagai lembaga tertinggi penanggungjawab dan
pengelola bidang pendidikan nasional!
b. Nama gandanya : dan Kebudayaan menunjukkan i s i (contents) yang berwujud
nilai-nilai kebudayaan --- baik nasional, maupun universal; baik ilmiah maupun
humaniora dan filsafat ---.
c. Sedangkan Depdiknas sekarang, hanya ada kelembagaan pengelola dengan scope
wilayah nasional (nusantara, NKRI). Fungsinya untuk melaksanakan pendidikan.
Masalah : tujuan dan isi pendidikan belum tentu terkandung dalam visi-misi
kelembagaannya, dalam makna : sebagai isi dan wujud kebudayaan (culture, dan
atau civilization).
Catatan 2 :
Dulu ada yang menjawab : bahwa kebudayaan sudah dimasukkan dalam Departemen/Menteri
Negara Pariwisata dan Kebudayaan.
Jawaban kami :
1. Kebudayaan dalam Menteri Negara Pariwisata dan Kebudayaan, adalah kebudayaan
sebagai komuditas --- wujud budaya yang sudah ada, untuk dipasarkan bagi para
turis/wisatawan sebagai industri pariwisata!
2. Sedangkan kebudayaan dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai
nilai dan isi yang menjadi bagian dari tujuan pendidikan nasional untuk diwariskan,
dikembangkan, ditingkatkan (kuantitas dan kualitasnya) yang pada gilirannya akan
dipasarkan oleh Menteri Negara Pariwisata dan Kebudayaan sebagai industri pariwisata.
Berdasarkan analisis rasional dan normatif-konstitusional, supaya NKRI tidak terasing
dalam pergaulan negara-negara di dunia modern, wajarlah nama Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan ditegakkan kembali!
Demi sistem kenegaraan yang bermartabat, hendaknya semua nama Departemen dalam
NKRI sebagai Kabinet setiap Lembaga Kepresidenan RI imperatif ditetapkan dengan Undangundang --- jadi bukan menurut selera Tuan Presiden secara subyektif! ---.
C. Integritas Jatidiri Nasional Indonesia Raya
Sebagai perwujudan jatidiri nasional (jiwa bangsa), maka Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD
Proklamasi 45 secara imperatif ditegakkan (dan dibudayakan) serta dilestarikan demi integritas
dan martabat (jatidiri) nasional.
Asas normatif dan hakekat menegakkan dan membudayakan jatidiri nasional, terutama dalam
fungsi dan pelaksanaan visi-misi Nation and Character Building, meliputi:
1. Melaksanakan Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) filsafat Pancasila---bukan filosofi
dan ideologi non-Pancasila: liberalisme dan neo-liberalisme, sosialisme, maupun Marxismekomunisme-atheisme sebagai paham internasionalisme dan etatisme!
Wajib diwaspadai ideologi dimaksud makin menggoda dan melanda dunia dalam era Postmodernisme! (perhatikan skema 5 dalam Makalah).
2. Membina SDM Indonesia Raya yang setia dan bangga dengan:
a. Dasar negara dan ideologi nasional Pancasila;

31

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

b.

3.

4.

5.

UUD Negara (UUD Proklamasi 45) yang diwariskan the founding fathers sebagai
amanat cita-cita Proklamasi 45; dan
c. Setia dan bangga dengan cita-cita nasional sepanjang sejarah budaya dan peradaban
Indonesia Raya.
Bukti kesetiaan dan kebanggaan nasional demikian, terutama perjuangan untuk
mengembangkan dan membudayakan Sistem Nasional Pancasila sebagai dimaksud dalam
skema 3 dan 4 dalam Makalah ini.
Perhatikan: era reformasi, elite reformasi sudah menyimpang (baca: mengkhianati) Sistem
Nasional Pancasila, dengan membudayakan:
+ Demokrasi liberal,
+ Ekonomi liberal;
+ Etika politik liberal ; dan
+ HAM individualisme (=HAM liberal) yang berpuncak dengan sekularisme, kapitalisme,
materialisme, bahkan atheisme --- dalam fenomena: free love, free sex atas nama
kebebasan dan HAM!
Budaya demokrasi liberal atas nama kebebasan (=liberalisme), demokrasi (=demokrasi
liberal) yang individualistik, super-mahal atas nama HAM --- padahal, HAM yang
dipropagandakan negara adidaya Amerika Serikat dan Sekutunya hanyalah HAMPA
(terbukti : mereka menjajah Afghanistan, Irak dan mengancam Iran + Korea Utara); bahkan
juga senantiasa membela penindas dan penjajah bangsa Palestina, yaitu: zionisme Israel!
Kebebasan atas nama demokrasi dan HAM sesungguhnya bermuara neo-imperialisme --melalui penguasaan SDA dan sumber ekonomi nasional oleh PMA yang bersinergi dengan
kebangkitan neo-PKI/KGB dalam meruntuhkan integritas Sistem Kenegaraan PancasilaUUD Proklamasi 45! Perhatikan (skema 5).

32

MNS, Lab.Pancasila UM, 2011

Anda mungkin juga menyukai