Anda di halaman 1dari 44

BAB VII

BAB VII LINGKUNGAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Kegiatan penambangan dari waktu ke waktu memiliki konsep dasar pengolahan yang relatif tidak berubah, yang berubah ialah skala kegiatannya yang semakin bertambah besar yang disebabkan oleh mekanisasi

peralatan penambangan. Perkembangan teknologi pengolahan yang semakin canggih dapat membuat atau dengan kata lain mengekstraksi bijih yang memiliki kadar rendah menjadi lebih bernilai ekonomis sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus digali. Hal ini menyebabkan kegiatan penambangan dapat menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan sangat riskan. Mengingat besarnya dampak yang disebabkan oleh aktivitas penambangan maka diperlukan upaya-upaya pengelolaan yang baik dan tepat.

7.1.

LINGKUNGAN Seperti kita ketahui bahwa lingkungan kerja yang baik dapat berpengaruh

besar terhadap keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja, dimana akan menambah kualitas dan produktivitas dari para pekerja yang ada pada PT. Nickelback Marampak Resources. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan penambangan dapat mengakibatkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya, seperti terhadap air permukaan dan air tanah, tanah dan tata guna lahan setempat,

Studi Kelayakan Sorowako

147

BAB VII

tumbuhan alam serta populasi fauna yang ada pada daerah sekitar. Hal-hal ini kemudian dikaji sebagai bagian dari proses yang mengarah kepada pemberian izin penambangan oleh pihak yang berwenang. Berikut adalah contoh komponen-komponen di alam yang dapat terkena dampak dari kegiatan penambangan yang dilakukan. A. Komponen Fisika Kimia 1. Iklim Lokal
Dampak negatif yang diperkirakan terjadi pada tahap persiapan dan operasi penambangan yaitu dampak terhadap perubahan iklim lokal yang terjadi akibat kegiatan pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah pucuk (top soiling) dan tanah penutup (overburden) untuk penggalian nikel serta pembersihan lahan untuk areal penempatan tanah penutup atau tanah pucuk. Sedangkan dampak positifnya akan dirasakan pada saat pelaksanaan kegiatan reklamasi atau penimbunan tanah dan revegetasi atau penanaman kembali lahan yang dilakukan pada areal bekas bukaan tambang (pit) serta waste dump area. Kegiatan reklamasi dan revegetasi ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemajuan tambang. Parameter lingkungan yang dipantau adalah tingkat kenaikan temperatur udara dimana mutu temperatur normal pada umumnya berkisar 21 - 35oC.

2. Kualitas Udara Dampak dari kegiatan penambangan pada umumnya menghasilkan partikel debu. Kegiatan pada tahap operasi penambangan seperti pengupasan tanah pucuk (top soiling) maupun tanah penutup (overburden), penambangan nikel, dan pengangkutan nikel ke stock

Studi Kelayakan Sorowako

148

BAB VII

pile merupakan sumber dari partikel debu tersebut. Sebagai dampak dari kegiatan tersebut adalah terjadinya penurunan kualitas udara. Kualitas udara yang mengalami penurunan adalah berupa

peningkatan kandungan kadar debu atau TSP (Total Suspended Particulate). Parameter lingkungan yang dipantau adalah kualitas debu udara ambien (TSP) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 3. Kualitas Air Kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soiling), penambangan nikel, pembersihan lahan untuk areal waste dump dan penimbunan tanah (tanah pucuk dan tanah penutup), penimbunan nikel dan pengolahannya merupakan sumber dampak penurunan kualitas air di sungai atau pada daerah sekitar pelabuhan. Meningkatnya erosi dan adanya aliran air asam tambang yang masuk ke perairan akan mengakibatkan kekeruhan air permukaan dan sifat keasaman air meningkat. Selain itu pengoperasian sarana penunjang seperti generator dan alat-alat perbengkelan akan menghasilkan limbah berupa oli yang dapat tercecer ke badan sungai maupun di daerah pelabuhan yang ada di sekitar daerah penambangan. 4. Kebisingan Kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak terhadap

kebisingan yaitu pada tahap operasi, dimana kita ketahui bahwa

Studi Kelayakan Sorowako

149

BAB VII

suara mesin dari alat-alat berat pada saat kegiatan penambangan akan menimbulkan kebisingan. Parameter kebisingan yang dipantau adalah tingkat kebisingan tidak melebihi baku mutu menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-

48/MENLH/11/1996 untuk baku mutu nilai kebisingan. 5. Erosi atau Longsor Seluruh aktivitas pembukaan lahan dan pembuatan jalan akan berdampak pada terjadinya erosi atau longsor. Faktor-faktor penting yang harus dipelajari adalah besarnya curah hujan bulanan, sifat-sifat tanah, lereng serta penggunaan lahan. 6. Drainase Drainase digunakan sebagai tempat mengalir air sungai setempat. Tolok ukurnya adalah tidak terjadinya banjir maupun kekeringan baik pada lokasi bekas kegiatan penambangan mapun pasca penambangan. 7. Sedimentasi Sumber dampak yang diperkirakan yaitu berasal dari kegiatan penambangan seperti pengupasan lahan, penggalian nikel dan pengangkutan nikel ke stockpile. Tolok ukurnya yaitu tidak terjadinya pengendapan atau pendangkalan pada badan-badan sungai atau parit.

Studi Kelayakan Sorowako

150

BAB VII

8. Kualitas Tanah Penurunan kualitas tanah diperkirakan terjadi pada tahap persiapan, penambangan dan pasca penambangan. Sifat-sifat kimia tanah terdiri dari kandungan bahan organik tanah seperti P dan K yang tersedia serta pH tanah. Tolok ukur kualitas tanah adalah pada sifat fisik dan sifat kimia tanah serta ketebalan tanah pucuk (top soil). 9. Fisiografi Kegiatan penambangan nikel merupakan sumber dampak pada perubahan bentuk fisiografi lahan. Parameter lingkungan yang dipantau adalah perbedaan ketinggian topografi sebelum dan sesudah penggalian pada areal wilayah penambangan, tumpukantumpukan tanah longsoran di sekitar areal penimbunan dan berkurangnya nilai estetika lingkungan.

B. Komponen Biologi a. Biota Darat 1. Vegetasi Sumber dampak negatif yang diperkirakan terjadi pada tahap persiapan adalah kegiatan pembersihan lahan (land clearing). Parameter yang dipantau yaitu perubahan jumlah populasi dan perbandingan kondisi awal dari lingkungan tersebut.

Studi Kelayakan Sorowako

151

BAB VII

2. Satwa Liar Sumber dampak negatif yang diperkirakan terjadi pada tahap persiapan adalah kegiatan pembersihan lahan (land clearing). Parameter yang dipantau adalah penyebaran, kekayaan jenis, kelimpahan dan kondisi habitat satwa liar pada kawasan penambangan. b. Biota Air Plankton, terumbu karang serta hewan-hewan air seperti ikan akan terganggu ketersediaannya yang disebabkan oleh adanya aliran air asam tambang dan limbah oli yang tercecer masuk ke perairan di sekitar daerah penambangan.

7.1.1. Dampak dari Kegiatan Penambangan di Wilayah PT. Nickelback Marampak Resources pada Lingkungan Sekitar A. Aspek Geofisika-Kimia 1. Perubahan Bentang Alam Akibat dari metode penambangan terbuka (open pit) yaitu terjadinya perubahan bentang alam (morfologi), dimana perbukitan menjadi lembah dan lembah berbalik menjadi perbukitan serta merubah aliran air permukaan (run off) yang diikuti dengan tingginya erosi tanah dan suspended solid atau sedimentasi pada air sungai terdekat. 2. Penurunan Kualitas Air

Studi Kelayakan Sorowako

152

BAB VII

Timbulnya erosi tanah pada areal penambangan yang tidak ada vegetasinya akan berdampak pada menurunnya kualitas air permukaan dan masuk ke badan sungai. Dampak penurunan kualitas air ini akan menimbulkan dampakdampak lainnya berupa terganggunya kehidupan biota air pada daerah aliran sungai maupun di daerah pelabuhan dan menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat yang bertempat tinggal di daerah sekitar. 3. Penurunan Kualitas Udara dan Getaran Dampak yang akan timbul dari seluruh kegiatan

penambangan nikel adalah peningkatan kadar debu disekitar areal penambangan serta getaran yang ditimbulkan dari alat-alat berat yang digunakan pada kegiatan penambangan akan menggangu kehidupan warga sekitar maupun satwasatwa yang ada pada daerah sekitar. 4. Peningkatan Erosi Tanah Kegiatan pengupasan tanah penutup (overburden) dan penimbunan waste akan menimbulkan erosi tanah di lokasi tersebut. Dampak ini akan mempengaruhi komponen lingkungan lainnya yaitu meningkatkan kekeruhan air, terjadinya sedimentasi dan berakibat terhadap pendangkalan sungai serta menurunnya kesuburan tanah karena pada top soil yang berada di permukaan tanah akan ikut terkikis

Studi Kelayakan Sorowako

153

BAB VII

bersama-sama air yang mengalir. Selain itu, dampak lanjutannya seperti terganggunya kehidupan biota air akibat kekeruhan air yang terjadi. 5. Dampak Air Asam Tambang Acid Rock Drainage (ARD) atau air asam batuan diareal pertambangan yang berasal dari tempat pembuangan batuan yang tidak terencana dengan baik sehingga menyebabkan air asam tambang. Hal ini terjadi karena adanya oksidasi mineral-mineral sulfida dalam batuan yang dipercepat oleh bakteri, cuaca panas dan curah hujan yang tinggi. ARD dan limpasan sedimen merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kualitas air. B. Aspek Kesehatan Air asam dari kegiatan penambangan yang tidak dikelola dengan baik akan berakibat terhadap menurunnya

kesuburan tanah karena air asam dapat melarutkan unsur hara yang ada ditanah. Dampak kesehatan dalam jangka panjang yaitu apabila termakan oleh manusia maupun mahkluk hidup lainnya maka dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti menurunnya IQ pada anak, Idiot serta dapat menyebabkan penyakit kanker. Dampak kesehatan dalam jangka pendek adalah timbulnya penyakit ISPA

akibat dari debu yang dihasilkan dari kegiatan penambangan.

Studi Kelayakan Sorowako

154

BAB VII

7.1.2. Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah Upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan pemeliharaan, lingkungan penataan, pemulihan, hidup. pemanfaatan, pengawasan, dan pengembangan, pengendalian hidup yang

Pengelolaan

lingkungan

diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan mewujudkan

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sasaran pengelolaan lingkungan hidup adalah : a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup; b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindak melindungi dan membina lingkungan hidup; c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup;

Studi Kelayakan Sorowako

155

BAB VII

e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana; f. Terlindunginya Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap dampak usaha dan/atau kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku mutu kerusakan lingkungan hidup sebagaimana terdapat pada pasal 14 ayat 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997. Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan sebagaimana tercantum dalam pasal 16. Mengigat besarnya dampak yang mungkin akan timbul akibat dari aktivitas tambang, diperlukan upaya pengelolaan yang terencana dan terukur. 7.1.3. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) AMDAL merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk menjaga agar lingkungan dikelola dengan baik. Menurut

Soemarwoto ( 2003), konsep AMDAL yang mempelajari dampak pembangunan terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap pembangunan juga didasarkan pada konsep ekologi, yang secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari

Studi Kelayakan Sorowako

156

BAB VII

interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Pasal 16 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup berbunyi sebagai berikut : Setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah Seringkali proyek dibuat dalam porsi ruang lingkup yang sangat luas tetapi disusun kurang cermat sehingga dipertanyakan manfaat dan fungsinya terutama dalam jangka panjang, misalnya beberapa proyek bendungan terancam kegagalan karena penyusunan rencana yang kurang baik, selain terjadinya laju erosi yang tinggi dan meningkat dengan waktu di DAS hulunya. Seluruh program mungkin saja dapat dianalisis sebagai suatu proyek, tetapi pada umumnya akan lebih baik bila proyek dibuat dalam ruang lingkup yang lebih kecil yang layak ditinjau dari segi sosial, administrasi, teknis, ekonomis, dan lingkungan. Menurut Fandeli (1995) pembangunan dengan proyek yang dikaji dari aspek kelayakan lingkungan bisa disebut sebagai upaya pembangunan berwawasan lingkungan yang pada hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable

development). Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih terinci dampak negatif dan positif yang akan timbul dari suatu usaha atau kegiatan tersebut, sehingga sejak dini telah dapat

Studi Kelayakan Sorowako

157

BAB VII

dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya. Menurut Hardjasoemantri (2002) dampak penting ditentukan antara lain oleh: a) Besar jumlah manusia yang akan terkena dampak; b) Luas wilayah penyebaran dampak; c) Lamanya dampak berlangsung; d) Intensitas dampak; e) Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak; f) Sifat kumulatif dampak tersebut;

g) Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak. Sesuai Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana salah satu pasalnya memberikan kewenangan kepada daerah untuk pengelolaan lingkungan hidup, sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam pembinaan, pengawasan dan penertibannya. Zain (2006) menjelaskan kebijakan penerapan AMDAL, yaitu; a) AMDAL merupakan instrumen efektif untuk pengendalian terutama pencegahan dampak lingkungan hidup; b) AMDAL merupakan kajian dari studi kelayakan suatu rencana usaha/kegiatan (Ayat 1 Pasal 2 PP No 27 Tahun 1999). Implikasi dari ketentuan ini adalah AMDAL harus dapat

Studi Kelayakan Sorowako

158

BAB VII

digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan atas kelayakan altenatif rencana usaha/kegiatan proyek dari sudut lingkungan; Manfaat studi AMDAL pada saat studi kelayakan: Ruang pengambilan keputusan untuk menolak/menyetujui suatu altenatif rencana usaha/kegiatan dari segi lingkungan masih fleksibel. Pencegahan dampak lingkungan dapat dilakukan dengan lebih efektif. Untuk meningkatkan mutu penerapan AMDAL melalui

akuntabilitas proses penilaian AMDAL, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam hal ini Bapedalda Prov. Sulawesi Selatan melaksanakan beberapa kebijakan yang menyangkut proses AMDAL seperti: 1. Peningkatan terus menerus kompetensi dan integritas Komisi Penilai dan Komisi Teknis AMDAL; 2. Meningkatkan dan mengembangkan teknis pengujian/penilain AMDAL yang bersifat praktis, logis dan sistematis serta dapat dipertanggung jawabkan; 3. Pemrakarsa wajib melibatkan masyarakat dalam proses penyusunan Kerangka Acuan, Penilaian Kerangka Acuan, AMDAL dan RKL/RPL;

Studi Kelayakan Sorowako

159

BAB VII

4.

Melakukan pengawasan, pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan AMDAL,RKL/RPL berdasarkan kewenangan Provinsi (lintas Kab/Kota);

5.

Inventarisasi data pelaksanaan wajib AMDAL yang disetujui oleh Pemkab/Kota.

Bapedalda sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam pengendalian lingkungan hidup di daerah telah mengembangkan berbagai kebijakan dan program guna mengatasi berbagai permasalahan lingkungan hidup yang dirasakan semakin besar dan kompleks yang pada akhirnya diharapkan dapat mengeliminir dampak yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan pembangunan yang berpotensi mengurangi kualitas dan kuantitas lingkungan hidup di daerah. Dalam menjalankan fungsi tersebut, beberapa program/kegiatan strategis yang dilaksanakan antara lain: a) Program Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran

Lingkungan (Penilaian Peringkat Kinerja/PROPER yang meliputi sektor Industri dan Jasa, Pertambangan serta Sektor Kehutanan dan Pertanian. b) Program Penaatan dan Penegakan Hukum serta Penyelesaian Sengketa Lingkungan;

Studi Kelayakan Sorowako

160

BAB VII

c)

Program Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan dan pemanfaatan teknologi Remote Sensing melalui data citra satelit;

d)

Program penilaian AMDAL bagi kegiatan-kegiatan yang wajib AMDAL;

e)

Penanganan kasus lingkungan hidup yang mencuat di masyarakat.

7.1.4. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan oleh PT. Nickelback Marampak Resources Menurut pengamatan oleh pihak manajemen PT. Nickelback Marampak Resources, pengelolaan lingkungan telah dilaksanakan dengan baik. Perbaikan-perbaikan terhadap pengelolaan

lingkungan telah dimulai dengan penghematan energi dengan pemakaian solar cell untuk keperluan kantor dan penerangan, mengurangi debu dengan melakukan penyiraman jalan, memasang jaring penghalang penyebaran debu dan alat penyiram air dari debu yang dipasang pada ujung alat conveyor di pelabuhan, membuat gorong-gorong sebagai tempat aliran air pada jalan, membuat tempat penampungan limbah dengan ijin KLH, melaksanakan penimbunan pada lokasi bekas tambang untuk kegiatan reklamasi dan revegetasi dan membuat kolam pengendapan air limbah.

Studi Kelayakan Sorowako

161

BAB VII

Kenyamanan bertempat tinggal warga dan kesehatan dinilai masyarakat masih kurang, namun untuk penyerapan tenaga kerja dan perkembangan di bidang ekonomi dinilai cukup baik. PT. Nickelback Marampak Resources dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui tindakan tindakan yang bermotif sosial ekonomi meliputi sebagai berikut : a. Kompensasi atas lahan milik penduduk untuk keperluan rencana usaha dan/atau kegiatan yang menguntungkan kedua pihak b. Penerimaan karyawan terutama yang tidak memerlukan keterampilan diutamakan dari masyarakat lokal sekitar lokasi kegiatan. c. Rencana PT. Nickelback Marampak Resources untuk Program Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagai berikut: 1) Perusahaan bekerja sama dengan pemerintah setempat melakukan pengarahan dan pembimbingan, antara lain mengadakan pelatihan untuk beralih mata pencaharian atas berubahnya lingkungan. 2) Pemberian pelatihan keterampilan baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan nikel PT. Nickelback Marampak Resources, seperti pelatihan mengenai perbengkelan, kursus

Studi Kelayakan Sorowako

162

BAB VII

mengemudi dll, sehingga jika kegiatan tambang nikel berakhir tidak akan menimbulkan gejolak sosial. 3) Meningkatkan pendidikan masyarakat khususnya anak-anak untuk semua suku-suku yang ada di sekitar. Kegiatan dengan cara membantu SD dan SMP yang ada antara lain pelatihan guru, pengembangan perpustakaan dan

memberikan bea siswa bagi siswa yang berprestasi. 4) Melibatkan penduduk setempat dalam penyediaan benih untuk kegiatan revegetasi. 5) Di bidang kesehatan mencakup antara lain penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, pelayanan pengobatan gratis untuk masyarakat yang waktunya ditentukan oleh

perusahaan. 6) Membantu pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat antara lain pembangunan dan perbaikan jalan, pembangunan dan perbaikan drainase, pembangunan instalasi air bersih, membantu pembangunan fasilitas umum seperti rumah ibadah sesuai dengan kebutuhan. Berikut merupakan tabel Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan oleh PT. Nickelback Marampak Resources.

Studi Kelayakan Sorowako

163

BAB VII

Tabel 7.1. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan oleh PT. Nickelback Marampak Resources
Pela ksan aan N o Rencana Pengelolaan Y d a a k 1 Pengelolaan Debu Sesuai Sesuai / Tidak Sesuai T Dilakukan i Pengelolaan Yang Seharusnya

Melakukan penyiraman pada jalan lintas produksi dan dekat dengan pemukiman penduduk. Memperlambat laju kendaraan. Melakukan revegetasi di kiri-kanan jalan tambang. Menggunakan sarana K3 bagi karyawan. Melakukan pengerasan jalan.

Studi Kelayakan Sorowako

164

BAB VII

Mengatur lalu lintas jalan Melakukan pengujian dan pengukuran emisi debu. 2 Pengelolaan Tingkat Kebisingan Sesuai

Membuat buffer zone. Merawat dan mengontrol peralatan yang mengeluarkan suara bising. Melakukan pengujian/pengukuran kebisingan. 3 Pengelolaan Emisi Udara

Melakukan penanaman pohon dengan tingkat kerapatan yang cukup. Melakukan pengaturan pada ujung conveyor dan memasang selongsongan kain pada ujung conveyor.

Sesuai

Pengelolaan Limbah Cair

Studi Kelayakan Sorowako

165

BAB VII

Membuat oil trap dan oli bekas dikumpul dalam drum. Membuat tempat untuk penimbunan sementara limbah. Menyalurkan limbah kepada pembeli yang telah memiliki ijin KLH. 5 Pengelolaan Kualitas Tanah

Sesuai

Melakukan penataan lahan (rekontoring lahan) Mengamankan top soil. Melakukan segera penanaman kembali Membuat, menata dan merawat saluran drainase 6

Sesuai

Pengelolaan Kerusakan Lahan Penduduk Sesuai

Melaksanakan ganti rugi/kompensasi pada pembebasan lahan sesuai kesepakatan. Melaksanakan program

Studi Kelayakan Sorowako

166

BAB VII

Corporate Social Responsibility. Melakukan revegetasi dengan jenis tanaman yang bernilai ekonomis, ekologis dan estetis. Mengaktifkan kegiatan penyiraman jalan disekitar pemukiman penduduk secara periodik. Membangun terasering untuk mencegah erosi.

7.1.5. Pemantauan Lingkungan Tujuan pemantauan lingkungan adalah untuk merumuskan seperangkat kegiatan pemantauan lingkungan yang dianggap perlu dan tepat dilaksanakan oleh berbagai pihak. Selain itu tujuan penyusunan program pemantauan lingkungan adalah untuk membagi tugas dan wewenang yang jelas antar pihak yang berkepentingan dalam pengoperasian dan pengembangan kegiatan pertambangan nikel dalam rangka mengurangi, mencegah, dan menanggulangi risiko dampak negatif serta meningkat dampak positif yang timbul. Kegunaan pemantauan lingkungan hidup adalah sebagai berikut:

Studi Kelayakan Sorowako

167

BAB VII

a. Sebagai pedoman dalam mencegah, menanggulangi dan mengendalikan dampak negatif dalam keterpaduan yang harmonis. b. Sebagai pedoman bagi instansi pemerintah dalam mengelolah dan mengevaluasi lingkungan hidup di tempat yang diperkirakan akan terpengaruh oleh kegiatan pembangunan, serta pengelolaan wilayah yang lebih luas. c. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat dalam kaitannya dengan keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan. 7.1.6. Pemantauan Lingkungan oleh PT. Nickelback Marampak Resources Berdasarkan hasil pengamatan atau penelitian mengenai

pemantauan lingkungan

oleh PT. Nickelback Marampak

Resources dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh PT. Nickelback Marampak Resources adalah melakukan pengujian kualitas udara berupa kadar debu, kebisingan dan emisi udara jenis tidak bergerak dan bergerak. Pemantauan kualitas

udara/penyebaran (kadar debu) penting dilakukan agar tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan dan lingkungan sekitarnya. Pengukuran debu dilakukan di sekitar lokasi jalur angkutan nikel, kantor dan daerah pemukiman penduduk

Studi Kelayakan Sorowako

168

BAB VII

dengan jarak pengukuran dari sumber debu sekitar 20 meter. Dengan frekuensi pemantauan dilakukan 2 kali dalam setahun. Pemantauan lingkungan yang telah dilakukan PT. Nickelback Marampak Resources menurut pengamatan peneliti bahwa untuk pemantauan kualitas udara/debu telah dilaksanakan dengan baik sesuai ketentuan Baku Mutu Lingkungan dan hasil yang dicapai dalam penilaian swapantau pada kualitas udara/debu di daerah operasional penambangan nikel PT. Nickelback Marampak Resources menunjukkan bahwa

percemaran terhadap kualitas udara/debu masih bersifat normal karena masih berada dibawah ambang batas

sebagaimana dengan ketetapan baku mutu lingkungan. 2. Pemantauan lingkungan yang dilakukan PT. Nickelback Marampak Resources adalah pemantauan kebisingan yang dilakukan terhadap akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan seperti misalnya suara bising dari operasional tambang seperti alat angkut, alat berat dan alat prosesing yang dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan sekitarnya. Kebisingan diukur dengan menggunakan alat Sound Level Meter (dBA), lama pengukuran 1 jam. Pengukuran dilakukan di sekitar lokasi jalur angkutan nikel, kantor dan daerah pemukiman penduduk dengan interval jarak

Studi Kelayakan Sorowako

169

BAB VII

pengukuran 20 m. Frekuensi pemantauan dilakukan 2 kali dalam setahun. Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pihak manajemen PT. Nickelback Marampak Resources menurut pengamatan peneliti bahwa pemantauan kebisingan telah dilaksanakan dengan baik dan pengukuran tingkat kebisingan dari hasil swapantau berada dibawah ambang batas baku mutu lingkungan. 3. Pemantauan lingkungan yang dilakukan PT. Nickelback Marampak Resources adalah pada pemantauan kualitas tanah (erosi dan kesuburan tanah) dengan cara : Pengambilan contoh tanah
Pengujian di laboratorium tanah

Pelaksanaan pemantauan dilakukan sejak tanah buangan bekas galian telah ditata dan tertutup oleh tanah penutup dan daerah untuk dilakukan reklamasi tersebut ditumbuhi vegetasi dengan dilakukan pemantauan untuk pengujian sample tanah dengan frekuensi setahun sekali. Pemantauan lingkungan yang dilakukan pihak manajemen PT. Nickelback Marampak Resources telah dilakukan dengan baik sesuai ketentuan peraturan yang telah ditetapkan dan upaya untuk perbaikan terhadap kualitas kesuburan tanah telah dilakukan dilapangan dengan program reklamasi. Pemantauan

Studi Kelayakan Sorowako

170

BAB VII

lingkungan yang dilakukan oleh PT. Nickelback Marampak Resources adalah melakukan pemantauan secara visual dengan menggunakan teropong, kemudian mencocokan jenis satwa dengan buku pengenalan jenis-jenis margasatwa dengan maksud untuk mengetahui masih adanya satwa-satwa yang dapat beradaptasi dengan keadaan sekitarnya. Frekuensi dan kontinuitas pelaksanaan pemantauan seharusnya selama

kegiatan berlangsung. Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pihak manajemen PT. Nickelback Marampak Resources menurut pengamatan peneliti tetap ada perlakuan untuk pemantauan terhadap satwa namun upaya tersebut tidak didukung dengan data tentang jumlah satwa namun tetap dilakukan upaya yg serius untuk pemantauan jenis satwa sehingga kedepannya memiliki database dari swapantau satwa. 4. Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pihak PT. Nickelback Marampak Resources adalah pada pemantauan lingkungan yang dilakukan yaitu mengamati secara visual dan mendata jenis vegetasi yang tumbuh dan jenis tersebut dicocokan kedalam buku pengenalan jenis tumbuhan atau menanyakan kepihak masyarakat sekitar. Pemantauan ini dilakukan untuk indikasi terjadinya perubahan satwa karena tipe vegetasi penutup /rona awalnya di lokasi tersebut. Lokasi

Studi Kelayakan Sorowako

171

BAB VII

pemantauan

dilakukan

pada

lahan-lahan

yang

telah

direklamasi berupa lahan terbuka dan lahan tergenang bekas kegiatan tambang, sekitar areal disposal dan pada kiri-kanan jalan angkut menuju ke stockpile maupun lingkungan perumahan dan perkantoran. Frekuensi dan kontinuitas pelaksanaan pemantauan dilakukan satu kali setahun dimaksudkan pada musim kemarau untuk mengetahui ada tidaknya rekahan pada permukaan tanah dan pada musim penghujan untuk mengetahui adanya erosi. Pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan PT. Nickelback Marampak Resources menurut pengamatan peneliti bahwa pemantauan revegetasi telah dilakukan dengan baik dan tetap melakukan peningkatan dengan perlakuan secara kontinu dengan pemeliharaan yang intensif agar tanaman dapat tumbuh dan resisten dengan kondisi tanah yang ada. Tabel 7.2. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan PT. Nickelback Marampak Resources
Pelaksanaan Pengelolaan Yang Seharusnya N Rencana Pengelolaan o T Dilakukan Y a i d a Sesuai / Tidak Sesuai

Studi Kelayakan Sorowako

172

BAB VII

k 1 Pemantauan Kualitas Air Sesuai

Melakukan analisi air limbah pada kolam pengendapan untuk memantau kualitas air limbah. Untuk mengetahui parameter hasil dilakukan uji sampel dengan bantuan jasa laboratorium. Pengambilan sampel air pada titik penaatan oleh karyawan perusahaan PT. BBE yang disaksikan oleh petugas Bapedalda Kab. Kukar dan Kota Samarinda. Pengujian sampel air limbah pada titik swapantau dilakukan pemantauan setiap 1 bulan sekali.

Studi Kelayakan Sorowako

173

BAB VII

Pemantauan Emisi Udara Sesuai

Melakukan pengujian emisi gas buang yang tidak bergerak seperti pada genset dan yang bergerak seperti peralatan alat-alat berat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat high volume sampling meter selama + 1 jam (mg/m3) dari sumber debu berjarak + 20 meter. Pengukuran dilakukan disekitar jalan angkutan nikel, perkantoran, areal tambang dan pemukiman penduduk. Frekuensi pemantauan dilakukan 2 kali setahun dengan menggunakan jasa teknis Hiperkes Samarinda.

Studi Kelayakan Sorowako

174

BAB VII

Pemantauan Kebisingan Sesuai

Pemantauan dilakukan pada kegiatan operasional tambang yang menimbulkan suara bising seperti alat angkut, alat-alat berat dan prosesing yang menganggu kesehatan dan lingkungan. Kebisingan diukur dengan menggunakan alat sound level meter (dBA) selama + 1 jam dengan interval jarak + 20 meter. Frekuensi pemantauan dilakukan 2 kali dalam setahun dengan menggunakan jasa teknis Hiperkes Samarinda. 4 Pemantauan Kualitas Tanah Pengambilan sampel

Sesuai

Studi Kelayakan Sorowako

175

BAB VII

pada contoh tanah yang telah direklamasi. Pengujian sampel tanah dilakukan dengan bantuan jasa laboratorium tanah Universitas Mulawarman Samarinda. Frekuensi pemantauan dilakukan 1 kali setahun. 5 Pemantauan Satwa Sesuai

Melakukan pengamatan langsung dengan menggunakan teropong untuk mengetahui jenisjenis satwa yang masih berada dilokasi tambang. 6 Pemantauan Revegelasi

Pemantauan dilakukan untuk mengamati secara visual dan mendata jenis

Sesuai

Studi Kelayakan Sorowako

176

BAB VII

vegetasi yang tumbuh. Pemantauan dilakukan untuk indikasi terjadinya perubahan satwa karena tipe vegetasi penutup/rona awalnya dilokasi tersebut. Lokasi pemantauan dilakukan pada lahanlahan terbuka yang telah direklamasi. Frekuensi pemantauan dilaksanakan 1 kali setahun pada saat musim kemarau.

7.2.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Sesuai dengan visi dan misi atau tujuan perusahaan dalam bidang

keselamatan kerja yaitu mencegah karyawan dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja,meminimalkan kerugian biaya dan material serta membangun suasana lingkungan kerja yang sehat dan aman maka PT. Nickelback Marampak Resources meletakkan pengelolaan Keselamatan Kerja dalam prioritas yang utama. a. Strategi Implementasi Sistem Manajemen LK3

Studi Kelayakan Sorowako

177

BAB VII

Meningkatkan Safety perfomance para pengawas sehingga mampu melakukan identifikasi bahaya dan penilaian resiko serta

pengawasan safety di area masing-masing Meningkatkan awareness safety seluruh karyawan Pelaksanaan seluruh sistem, prosedur dan standart safety PT. Nickelback Marampak Resources Melaksanakan audit keselamatan kerja b. Program Kerja Program kerja disusun berdasarkan strategi yang dijalankan yaitu: 1) Implementasi Sistem Manajemen LK3 Implementasi Sistem Manajemen LK3 meliputi: green strategi, green process, green product, dan green employe. 2) Menyempurnakan struktur organisasi keselamatan kerja .Untuk mendukung tercapainya visi, misi dan program kerja keselamatan kerja dilakukan penyempurnaan bentuk organisasi keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dengan adanya

penambahan section loss control, berfungsi sebagai bagian yang menyelenggarakan campaign,dan audit. 3) Membangun Organisasi P2K3 Untuk efektifnya program keselamatan kerja maka organisasi P3K3 yang sudah ada akan lebih diaktifkan lagi. Organisasi P3K3 yang beranggotakan departemen-departemen di PT. Nickelback training, inspeksi terencana, safety

Studi Kelayakan Sorowako

178

BAB VII

Marampak Resources dan Kontraktor dan secara struktur menempatkan Kepala Teknik Tambang di level yang paling tinggi dan sebagai koordinator kerja adalah Departemen Keselamatan Kerja. 4) Membuat Job Safety Analysis semua pekerjaan Program kerja ini diharapkan dapat diterapkan guna mendukung adanya analisa penyebab kecelakaan yang mungkin terjadi dalam pekerjaan serta dapat mencari cara-cara yang aman sehingga kecelakaan dapat dihindari. 5) Membuat Safety Manual Book PT. Nickelback Marampak Resources Safety Manual Book PT. Nickelback Marampak Resources disusun sebagai panduan karyawan melaksanakan pekerjaan yang aman dan sesuai ketentuan keselamatan kerja perusahaan. Isi dari Safety Manual Book PT. Nickelback Marampak Resources meliputi kebijakan Kepala Teknik

Tambang, peraturan umum keselamatan kerja di lingkungan pertambangan nikel yang dimaksud, prosedur keselamatan kerja, Pertolongan pelanggaran. 6) Penerapan PPE Violation Regulation Untuk mengurangi besarnya kecelakaan kerja maka disusunlah peraturan sangsi pelanggaran alat pelindung diri atau PPE Violation Regulation. Peraturan ini berisi jenis-jenis pelanggaran Pertama Pada Kecelakaan dan sangsi-sangsi

Studi Kelayakan Sorowako

179

BAB VII

beserta sangsi yang akan diterima. Jenis sangsi adalah mulai dari peringatan lisan sampai dikeluarkan dari perusahaan. 7) Penerapan Sanksi Pelanggaran Lalu lintas Sanksi Pelanggaran Lalu Lintas diterapkan mulai kegiatan pertambangan dan akan berjalan terus di tahun berikutnya. 8) Implementasi Kep Men No. 555 Program ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan keselamatan kerja yang dipersyaratkan di dalam Kep Men No 555. Meningkatkan tingkat kesadaran K-3 dengan pelatihan, publikasi dan program kampanye keselamatan kerja. 9) Menyiapkan Safety Contest Program Untuk mengukur kepedulian karyawan terhadap keselamatan kerja dan untuk merangsang karyawan memperdalam ilmu keselamatan kerja maka dilaksanakan safety contest program yaitu program perlombaan keselamatan kerja. 10) Menyelenggarakan Safety Training Guna meningkatkan pemahaman keselamatan kerja bagi para karyawan, maka telah disusun matrik training, antara lain: Annual Safety Training For Refreshing: program ini adalah program pelatihan keselamatan kerja yang diselenggarakan secara in house oleh PT. Nickelback Marampak Resources diperuntukkan kepada seluruh karyawan dengan instructor adalah safety officer PT. Nickelback Marampak Resources.

Studi Kelayakan Sorowako

180

BAB VII

Materi dari program ini adalah: pengenalan peraturan perusahaan, standar keselamatan kerja umum, pemadaman api ringan dan penanganan keadaan darurat serta first aid. In House Training Safety & Health: pelatihan ini ditujukan untuk level pengawas, dengan instructor dari badan pelatihan keselamatan kerja yang sudah bersertifikat In House Training Emergency Response (Fire & Rescue): pelatihan ini merupakan pelatihan pembekalan bagi para

anggota emergency response team atau rescue perusahaan. Instrukturnya adalah tim dari Basarnas (Badan Search & Rescue Nasional) Fire Drill/Fire Brigade: pelatihan ini diselenggarakan oleh departemen keselamatan kerja diperuntukkan bagi anggota tim pemadam kebakaran dan para pengawas shift. Emergency Handling: pelatihan untuk penanganan gawat darurat Safety Management: pelatihan untuk memperkenalkan sistem manajemen keselamatan kerja Job Safety Analysis: pelatihan bagaimana proses pembuatan job safety analysis Sistem Manajemen Lingkungan dan Keselamatan &

Kesehatan Kerja: pelatihan dalam rangka sosialisasi dan

Studi Kelayakan Sorowako

181

BAB VII

implementasi sistem LK3 Resources.

PT. Nickelback Marampak

Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko (IMBR) : pelatihan bagaimana para pengawas maupun karyawan

mengidentifikasi bahaya ditempat kerjanya dan menilai tingkat/derajat potensi bahaya, sehingga dapat memberikan prioritas berdasarkan tingkat bahayanya dan mengambil langkah-langkah pengendaliannya. 11) Meningkatkan kualitas sistem pemadam kebakaran dan lalu lintas tambang serta sistem penanganan keadaan gawat darurat Pelayanan dan memonitor kebutuhan Simper & Sticker Program ini berisi pengecekan persyaratan pembuatan simper dan stiker,pengujian calon pemegang simper dan

pemeriksaan kelengkapan kendaraan. Memonitor dan merawat keberadaan Traffic & Safety Sign Program ini merupakan perawatan dan pengadaan rambu keselamatan kerja dan rambu lalu lintas di area kerja. Memonitor Speed Limit Program ini dilaksanakan guna memonitor batas kecepatan kendaraan yang diijinkan di jalan tambang maupun jalan angkut nikel. Meningkatkan kemampuan Emergency Response Team PT. Nickelback Marampak Resources

Studi Kelayakan Sorowako

182

BAB VII

Semitunggal dan program ini dilaksanakan untuk lebih mengefektifkan kemampuan team tanggap darurat

(emergency response) pada setiap shift dan area kerja. Mengirimkan the PT. Nickelback Marampak Resources Emergency Rescue Team ke Rescue Challenge, program ini dimaksudkan untuk memberikan bekal pengalaman yang cukup bagi team tanggap darurat (emergency response) PT. Nickelback Marampak Resources. 12) Pelaksanaan koordinasi keselamatan kerja, inspeksi dan

investigasi meliputi: Melaksanakan Safety Coordination and Safety Meeting Program ini dilaksanakan guna membahas permasalahan keselamatan kerja di lokasi kerja. Program ini dilaksanakan dengan kontraktor dan anggota P2K3 dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Melaksanakan Joint Inspection and Occasionally Inspection Program ini dilakukan untuk mengecek kondisi area kerja dan berjalan tidaknya sistem keselamatan kerja di setiap area kerja. Dilakukan oleh para safety officer, pengawas lapangan, manager produksi serta secara berkala dilakukan oleh wakil Kepala Teknik Tambang dan Project Manager Kontraktor. 13) Melakukan Audit Keselamatan Kerja Melakukan audit di daerah kerja kontraktor

Studi Kelayakan Sorowako

183

BAB VII

Program ini secara berkala dilaksanakan untuk mengukur kinerja Keselamatan kerja di area kontraktor Melakukan internal audit : LK3 Program ini dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja keselamatan kerja dari berbagai aspek. Melakukan eksternal audit oleh badan independent Program ini dilaksanakan guna mengetahui unjuk kerja pelaksanaan sistem keselamatan kerja di perusahaan dengan pelaksana dari badan audit independen. Komitmen PT. Nickelback Marampak Resources dalam mengurangi dampak akibat penambangan nikel akan mengalokasikan dana untuk lingkungan & K3. Adapun program-program secara umum yang akan dijalankan dalam kaitannya dengan lingkungan dan K3 terdiri dari program lingkungan penambangan, program pengembangan masyarakat, program pasca tambang, serta program K3. Kajian lebih detil program-program ini akan dibahas lebih mendalam dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). c. Program Lingkungan Pertambangan 1) Melakukan reklamasi dan revegetasi pada lahan bekas tambang, daerah penimbunan dan daerah terbuka lainnya. Daerah yang terbuka tersebut perlu ditimbun kembali dengan material tanah penutup. 2) Membuat kolam pengendap pada aliran air sebelum masuk ke perairan umum.

Studi Kelayakan Sorowako

184

BAB VII

3) Penyiraman jalan tambang secara rutin dua kali sehari. 4) Monitoring kualitas air sungai, air laut, airtanah, air limbah dan kualitas udara ambien terutama partikel (debu) serta kebisingan di sekitar daerah penambangan dan permukiman terdekat. 5) Monitoring erosi untuk daerah yang terbuka dan kesuburan tanah di daerah reklamasi. d. Program Pengembangan Masyarakat 1) Menempatkan CD officer yang langsung berhubungan dengan masyarakat dengan tujuan untuk menjembatani kepentingan masyarakat dengan kepentingan perusahaan. 2) Mendirikan poliklinik yang dapat dimanfaatkan oleh karyawan dan masyarakat sekitar. 3) Membantu penyediaan sarana keagamaan, pendidikan, olah raga dan transportasi. 4) Penyerapan tenaga kerja lokal. 5) Memberikan kesempatan magang bagi lulusan SMU dan SMK serta pendidikan dan pelatihan dalam bidang teknisi, pertanian, perikanan, kewirausahaan. 6) Penggunaan jasa lokal dalam bidang transportasi, kontraktor kegiatan penunjang, dan penyediaan bahan-bahan logistik. 7) Pemakaian produk lokal/dalam negeri berupa bahan makanan, perabotan mess,kantor dan workshop, peralatan/spare parts

penambangan, pengolahan dan transportasi.

Studi Kelayakan Sorowako

185

BAB VII

8) Program kemitraan berupa pembelian produk dan mendirikan koperasi bagi masyarakat. e. Program Pasca Tambang 1) Penyusunan perencanaan kegiatan pasca tambang bersama-sama dengan seluruh stake holders. 2) Rehabilitasi lahan bekas tambang dan monitoring hasilnya. 3) Pengamanan bekas bukaan tambang dan monitoring hasilnya. 4) Pengelolaan air dan monitoring hasilnya. 5) Penanganan aset dan infrastruktur. 6) Penyerahan dokumen bahan galian yang tersisa dalam areal pertambangan. 7) Penanganan masalah sosial ekonomi (pekerja, pengembangan bisnis lokal, partisipasi pelayanan sosial masyarakat) f. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K-3) 1) Memasang rambu dan tanda bahaya sesuai standar yang berlaku. 2) Mewajibkan penggunaan alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan seperti helm, masker, sepatu safety, sarung tangan. 3) Menerapkan sistem manajemen K3 di lingkungan kerja dengan penerapan sanksi atau peringatan bagi yang melanggar aturan K3. 4) Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja/karyawan secara rutin dan kontiyu.

Studi Kelayakan Sorowako

186

BAB VII

5) Pihak

perusahaan

menyediakan

fasilitas

kesehatan

untuk

penanganan tingkat pertama dan berkerjasama dengan rumah sakit/puskesmas terdekat. 6) Pemeriksaan (pembaharuan) secara rutin alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja yang digunakan sesuai standar kesehatan dan standart kerja. 7) Setiap pekerja wajib mamatuhi dan melaksanakan SOP (Standart Operation Procedure), pada setiap kegiatan yang telah dibuat. 8) Pihak perusahaan sebagai pemrakarsa sebaiknya membentuk divisi khusus yangmenangani Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang bertugas memberikan penerangan dan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan peralatan K3

seperti masker, ear plug, sepatu safety, helm, kacamata kerja dan lain sebagainya dalam bekerja untuk melindungi kesehatan dan keselamatan kerja. 7.2.1. Pengelolaan K3 Pertambangan Pengelolaan K3 pertambangan dilakukan secara menyeluruh baik oleh pemerintah maupun oleh perusahaan. Pengelolaan tersebut didasarkan pada peraturan sebagai berikut: 1. UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Nikel 2. UU No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah 3. UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 4. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Studi Kelayakan Sorowako

187

BAB VII

5. PP No. 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi 6. PP No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemprov dan Pemkab/Kota 7. PP No.19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang Pertambangan 8. Permen No.06.P Tahun 1991 tentang Pemeriksaan

Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Teknik Migas dan Panas Bumi 9. Permen No.02 P. Tahun 1990 tentang Keselamatan Kerja Panas Bumi 10. Kepmen No.555.K Tahun 1995 tentang K3 Pertambangan Umum 11.Kepmen.No.2555.K Tahun 1993 tentang PIT Pertambangan Umum. Elemen pemerintah dalam pengelolaan K3 pertambangan terdiri atas: 1. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang / Inspektur Tambang Adalah Kepala dari Pelaksana Inpeksi Tambang / Inspektur Tambang dalam hal ini dijabat oleh Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral, Nikel dan Panas Bumi, Kepala Dinas ESDM di Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) / Inspektur Tambang (IT) PIT adalah aparat pengawas pelaksanaan peraturan K3 di lingkungan pertambangan umum (Pasal 1, Kepmen No. 555.K

Studi Kelayakan Sorowako

188

BAB VII

Tahun 1995) baik di Pusat maupun Daerah. IT adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melakukan inspeksi tambang (Pasal 1, Keputusan Bersama Menteri ESDM dan Kepala BKN No. 1247 K/70/MEM/2002 dan No. 17 Tahun 2002) baik di Pusat maupun Daerah. 3. Buku Tambang Adalah buku catatan yang memuat larangan, perintah dan

petunjuk PIT yang wajib dilaksanakan Kepala Teknik Tambang (KTT) (Pasal 1, Kepmen No.555. K Tahun 1995). Sedangkan elemen perusahaan dalam pengelolaan K3

pertambangan terdiri atas: 1. Kepala Teknik Tambang (KTT) Adalah seseorang yang jabatannya tertinggi di Job Site untuk memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-undangan K3 pada suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung jawabnya (Pasal 1,Kepmen No. 555.K Tahun 1995). 2. Organisasi dan Personil K3 3. Program K3 4. Anggaran dan Biaya 5. Dokumen dan laporan K3

Studi Kelayakan Sorowako

189

BAB VII

Manajer Tambang

Ka. Devisi K-3 & Lingkungan

Pengawas Tambang

Pengawas Sarana Tambang

Pengawas Peralatan

Gambar 7.1. Struktur Organisasi K-3 dan Lingkungan

Studi Kelayakan Sorowako

190

Anda mungkin juga menyukai