Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN HOME CONSELLING I KABIN

I. Nama Peserta BP II. Data Keluarga 1.Bapak

: RIRI HEYETTILLAH : 0810312053

Nama TTL Pendidikan Pekerjaan 2.Ibu Nama TTL Pendidikan Pekerjaan III. Data keluarga yang dibina Jumlah Anak : 7 No . 1 Nama Jenis Kelami n P

: Bardi : Padang, 12 September 1954 : SD : Sopir

: Yar : Padang, 25 Agustus 1951 : SD : Melulur

Nuriyenti

Desrimayenti

Miranovi Yanti Nina Febriyeti Riri Oktaniarti

Tempat, Status Pendidika Pekerjaan tanggal dalam n lahir keluarga Padang, Anak SD IRT November 1965 Padang, 30 Anak SD Melulur Desember 1973 Padang, 30 Anak SD IRT November 1976 Padang, 14 Anak Ex. SMEA Catering Februari 1984 Padang, 2 Anak Ex. SMEA Salon/ Oktober Pelamina 1985 n

Keterangan

Domisili di rumah yang dibina

Seprinaldi

Robi Sepwardi Rio Yuliardi

Padang, 17 September 1987 Padang, 25 September 1991 Padang, 30 Juli 1993 Padang, Juli 2009

Anak

Ex. STM

Pegawai toko Pelajar

Anak

SMK

Anak

SMP

Pelajar

9.

Rapel

Cucu

Domisili di rumah yang dibina Domisili di rumah yang dibina Domisili di rumah yang dibina Domisili di rumah yang dibina

Problem : 1. Pak Bardi seorang sopir angkutan Siteba. Bekerja tidak tetap dengan menumpang pada sopir lain. Pendapatan sehari-hari Rp 15.000,- sampai Rp 20.000,-. Untuk itu, istrinya berusaha untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan menjadi tukang lulur keliling, biasanya ke Tabing, RS M.Djamil. 2. Pak Bardi sebenarnya memiliki 9 orang anak. Namun, anak bungsunya, Tuti, meninggal dunia pada usia 2 tahun karena sejak lahir menderita palatoskizis dan leukemia. Ketika itu ia harus ditransfusi tetapi meninggal sebelum dilaksanakan transfusi. 3. Sekarang Pak Bardi tinggal di Jati Kampung Baru no. 249 dengan 1 orang istri, 4 orang anak (1 sudah menikah -Riri Oktaniarti-, suaminya sekarang di Pesisir), dan 1 orang cucu -anak dari Riri Oktaniarti-, (sedangkan anaknya yang lain sudah menikah dan ikut suami), di rumah kontrakan yang sangat sederhana dengan luas lebih kurang 50 m2.Rumah tersebut dibagi menjadi 2 kamar tidur kecil, ruang tamu, dan kamar mandi. Sedangkan WC terletak di luar rumah dan dipakai bersama dengan para tetangganya yang juga mengontrak. WC tersebut dialirkan ke Bandar dan bermuara di Bandar kali Jati. 4. Air sumur di rumah Pak Bardi tidak bersih, sehingga keluarganya menyaring air untuk keperluan mencuci. Sedangkan untuk memasak dan minum keluarga Pak Bardi mengonsumsi air mineral/ gallon atau PDAM yang diminta pada anaknya yang tinggal disekitaran Jati. 5. Dari pengamatan saat kunjungan, rumah Pak Bardi cukup bersih. Di rumah ini, sampahsampah biasanya ditumpuk di depan kemudian langsung dibakar.

6. Anak bungsu Pak Bardi , Rio Yuliardi, tidak lulus SMP, karena sering bolos sekolah dan sekarang timbul penyesalan. Sekarang ia berniat untuk melanjutkan sekolah dengan mengikuti Paket C. 7. Keluarga Pak Bardi sudah memiliki Jamkesmas ,kecuali cucunya, namun jarang digunakan. Karena menurut istrinya, anggota keluarga jarang sakit. Kalaupun kurang enak badan biasanya istri Pak Bardi meminta obat pada petugas RS M.Djamil kenalannya. 8. Menurut Istri Pak Bardi, cucunya rutin mengikuti Posyandu setiap bulannya dan letak Posyandu juga tidak jauh dari rumahnya. 9. Istri Pak Bardi, dulu pernah memakai KB jenis pil kurang lebih 4 tahun, tetapi terdapat keluhan sakit di ulu hati, kemudian KB dihentikan dan hamil. Setelah anaknya tersebut berusia 1 tahun, istrinya kembali menggunakan KB, jenis suntik, tetapi mengeluh sakit kepala dan pinggang yang tak henti-henti dan akhirnya KB dihentikan. 10. Pak Bardi perokok berat, menghabiskan kurang lebih 1,5 bungkus rokok per hari. Ketika ditanya usaha untuk menghentikan atau menggantinya dengan yang lain seperti permen, Pak Bardi mengatakan sudah dicoba dan tidak bisa. Menurutnya, merokok dapat membantunya dalam bekerja karena dapat menghilangkan kantuk saat menyetir, ketika pernah diganti dengan permen ia menjadi mengantuk saat menyetir dan hampir menyerempet orang. Dan ketika dikonfirmasi pada istrinya apakah si ibu pernah melarang bapak merokok, ternyata Pak Bardi tetap tidak mau. Akhirnya istrinya membiarkan, apalagi menurut istrinya dokter dan petugas kesehatan saja merokok (Karena itulah realita yang dilihat si Ibu ketika ia mencari sesuap nasi ke RS dengan pekerjaannya sebagai tukang lulur).

Anda mungkin juga menyukai