Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif.1 Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang

penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan saja, dan disamping merupakan sindroma kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat.1 Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan istilah Human

Development Index ( HDI ). Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.2 Data Susenas menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk menurun dari 37,5% ( 1989 ) menjadi 24,6% ( 2000 ) dan 14% (2007). Namun kondisi tersebut tidak diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk bahkan prevalensi gizi buruk cenderung meningkat dari 5,8% (2005) menjadi 6,36% (2007). Di Puskesmas Genuk tahun 2011 terdapat 2 balita dengan gizi buruk Kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreatifitas dan produktifitas penduduk. Timbulnya krisis 1

ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan penurunan kegiatan produksi yang drastis akibatnya lapangan kerja berkurang dan pendapatan perkapita turun. Hal ini jelas berdampak terhadap status gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan dan timbulnya berbagai penyakit menular akibat lingkungan hidup yang tidak sehat.2 Mulai tahun 1998 upaya penanggulangan balita gizi buruk mulai ditingkatkan dengan penjaringan kasus, rujukan dan perawatan gratis di Puskesmas maupun Rumah Sakit, Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) serta upaya-upaya lain yang bersifat Rescue. Bantuan pangan ( beras Gakin dll ) juga diberikan kepada keluarga miskin oleh sektor lain untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman kelaparan. Namun semua upaya tersebut nampaknya belum juga dapat mengatasi masalah dan meningkatkan kembali status gizi masyarakat, khususnya pada balita. Balita gizi buruk dan gizi buruk yang mendapat bantuan dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul yang terkadang malah lebih banyak sehingga terkesan penanggulangan yang dilakukan tidak banyak artinya, sebab angka balita gizi buruk belum dapat ditekan secara bermakna. 2

B. Rumusan Masalah Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penyakit gizi buruk berdasarkan HL-Blum di Puskesmas Genuk?

C. Tujuan 1. Tujuan umum Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kasus gizi buruk pada anak Ummi Aulia Luthfiana dari aspek lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, maupun genetika.

2.

Tujuan khusus a. Mengetahui kondisi lingkungan pasien yang berpengaruh terhadap terjadinya kasus gizi buruk b. Mengetahui perilaku pasien yang berpengaruh terhadap terjadinya kasus gizi buruk c. Mengetahui kemudahan akses pelayanan kesehatan dengan rumah pasien d. Mengetahui keadaan genetik pasien e. Menganalisis penyebab masalah gizi buruk pada pasien dengan pendekatan HL Blum f. Mencari alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi kasus gizi buruk

D. Manfaat 1. Bagi Masyarakat : a. b. 2. Masyarakat mengetahui manfaat perilaku hidup bersih dan sehat Masyarakat jadi tahu apa itu kasus gizi buruk

Bagi Mahasiswa a. Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di lapangan b. Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai penemuan masalah sampai memberikan alternative pemecahan masalah.

BAB II ANALISIS SITUASI

A. Demografi 1. Data Wilayah Wilayah kerja Puskesmas Genuk terletak di bagian Timur dari Kota Semarang. Berada di Kelurahan Genuksari di wilayah Kecamatan Genuk. Kecamatan Genuk terdiri atas 13 kelurahan dengan 2 Puskesmas Induk yaitu Puskesmas Genuk dan Puskesmas Bangetayu.

2. Batas Wilayah Utara : Laut Jawa Selatan : Kabupaten Demak Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Gayamsari

3. Luas Wilayah Luas wilayah kerja Puskesmas Genuk adalah seluas 1.318,203 Ha

4. Jumlah Kelurahan Puskesmas Genuk mempunyai 7 Kelurahan binaan yaitu : a. Genuksari b. Banjardowo c. Trimulyo

d. Muktiharjo Lor e. Terboyo Kulon f. Terboyo Wetan g. Gebangsari

5. Keadaan Geografis Ketinggian tanah dari permukaan air laut 1,5 2 meter, makin kearah utara makin rendah sehingga bila hujan lebat hampit semua wilayah (2/3 wilayah) tergenang banjir. Selain itu juga terdapat 3 Kelurahan yaitu Trimulyo, Terboyo wetan dan Terboyo Kulon yang terkena air pasang (rob) yang mengakibatkan banjir.

6. Keadaan Penduduk Tabel. 1. Luas Wilayah, Jumlah Desa / Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan Puskesmas Genuk Tahun 2012
LUAS WILAYAH (km2) 2445 3241,62 3323,64 2425,9 497,99 1172,86 1975,01 15.082 JUMLAH PENDUDUK 13.128 7.109 3.283 1.366 7.286 4.300 610 37.082 JUMLAH RUMAH TANGGA (KK) 2.765 1.905 864 288 1.654 1.261 174 8.911 RATARATA JIWA / RUMAH TANGGA 4,7 3,7 3,8 4,7 4,4 3,4 3,5 4,2 KEPADATAN PENDUDUK (km2) 5 2 1 1 15 4 0 2

NO

KELURAHAN

1. 2. 3. 4.

GENUKSARI BANJARDOWO TRIMULYO TERBOYO WETAN 5. GEBANGSARI 6. MUKTIHARJO LOR 7. TERBOYO KULON JUMLAH

B. Pengamatan Pengamatan dilakukan dua tahap yaitu di Puskesmas saat pemeriksaan tanggal 18 Juli 2013 dan saat kunjungan rumah tanggal 20 Juli 2013. Pengamatan dilakukan kepada balita gizi buruk dan ibu nya dengan cara observasi dan wawancara.

C. Daftar Penderita (Pasien ) 1. Identitas Pasien a) Nama b) Jenis kelamin c) Umur d) Berat badan e) Tinggi badan f) Agama g) Anak ke-1 dari 1 bersaudara h) Riwayat persalinan normal i) Alamat j) Tanggal mulai berobat : Banjar Sari 05/03 Karang Tengah II : 11 Juli 2013 : Ummi Aulia Luthfiana : Perempuan : 37 bulan : 8,5 kg : 82,1 cm : Islam

2. Keluhan Pasien Batuk pilek dan berat badan sulit naik.

3. Anamnesis a. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh sering batuk pilek dan tubuhnya lebih kecil dari teman-teman seusianya, baik berdasarkan tinggi badan maupun berat badan. Pasien mulai mendapatkan pemberian PMT tanggal 16 Juli 2013. b. Riwayat kehamilan dan persalinan Kehamilan ke 1 dengan ANC : 4 kali (1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan dua kali menjelang kelahiran) di Puskesmas Genuk. Persalinan normal dibantu oleh bidan dengan usia kandungan 9 bulan di Puskesmas Genuk dengan berat lahir 3300 gram dan panjang badan 47 cm. c. Riwayat Imunisasi Sudah imunisasi lengkap dan memiliki sertifikat imunisasi lengkap. d. Riwayat Tumbuh Kembang Miring 2 bulan, merangkak 8 bulan, dan berjalan 23 bulan. e. Riwayat keluarga Tidak ada keluarga pasien yang menderita gizi buruk. f. Riwayat Sosial Ekonomi Ayah pasien sebagai buruh, ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal bersama kedua orangtua dan dua keluarga lain berjumlah sebelas orang. Kesan ekonomi: kurang dengan pendapatan rata-rata Rp. 800 .000 per bulan.

g. Pemenuhan kebutuhan dasar Pasien minum ASI dan susu formula dari usia 0 - 23 bulan. Makan bubur tim dari usia 6 bulan. Makan nasi dari usia 12 bulan hingga sekarang. Frekuensi makan 3 kali sehari dalam porsi kecil tanpa makanan selingan.

4. Pemeriksaan Fisik a. Tanda Vital 1) Kesadaran : Composmentis 2) Suhu : 36,7 C 3) Nadi : 88 x per menit 4) Pernafasan : 18 x per menit b. Anak tampak sangat kurus c. BB : 8,5 kg d. TB : 82,1 cm e. Kepala : Mesocephal, rambut kecoklatan dan tipis serta tidak mudah dicabut f. Leher : Pembesaran KGB (-), Deviasi trakea (- ) g. Mata : CA -/-, SI -/h. Hidung : Sekret mukupurulen (+), nafas cuping hidung (-) i. Telinga : Gangguan pendengaran (-) j. Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-) k. Kulit : Tidak keriput l. Thorak : Paru :

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi m. Abdomen inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi n. Ekstremitas : dbn

: gerak simetris saat statis dan dinamis : gerakan dada tidak ada yang tertinggal : sonor seluruh lapang paru : suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan. : : ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis teraba, kuat angkat : dalam batas normal : Bunyi jantung I dan II murni, regular:

: cembung : supel : thympani : peristaltik usus (+) normal

5. Status Gizi: a. BB = 8,5 kg ; TB = 80,2 cm ; umur = 3 tahun 1 bulan

b. WAZ = (BB-median)/SD = (8,5-14,1)/1,5 = -3,7 (berat badan sangat rendah/gizi buruk)

c. HAZ = (TB-median)/SD = (82,1-93,9)/3,7 = -3,2 (sangat pendek) d. WHZ = (BB-median)/SD = (8,5-10,7)/0,9 = -2,4 (kurus) 6. Diagnosis : Status Gizi buruk menurut BB/TB, TB/U dan BB/U 7. Terapi : PMT (pemberian makanan tambahan) : biscuit MP-ASI diberikan Juli 2013 D. Data Perkesmas 1. Identitas keluarga Tabel 14. Identitas Keluarga
No. Anggota Keluarga 1. 2. 3. Paryoto Antika Umi Ayah Ibu Anak (Pasien) Status Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan 29 22 3 SLTP SLTP Paud Swasta IRT Islam Islam Islam Umur Pendidikan Pekerjaan Agama

2. Data Lingkungan a) Data Individu : Pasien tinggal serumah dengan dengan orang tua dan dua keluarga lain berjumlah sebelas orang. Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini. b) Ekonomi Pasien belum sekolah. Ayah pasien bekerja sebagai buruh dengan pendapatan rata-rata Rp. 800 .000 per bulan. Ibu pasien adalah ibu rumah

10

tangga. Pasien berobat dengan Jamkesmas. Status rumah pasien adalah rumah bersama dengan dua keluarga lain. c) Masyarakat Pasien tinggal di daerah padat penduduk dimana tingkat kebersihan lingkungan kurang baik dengan kesadaran kebersihan dan kesehatan penduduknya kurang baik. d) Lingkungan Rumah - Berdasarkan data hasil laporan kasus didapatkan luas tanah rumah pasien 10 m x 9 m = 90 m2 yang dihuni oleh 14 orang sehingga didapatkan kepadatan rumah 6,4 m2/orang. - Ventilasi rumah pasien berupa lubang atas pintu sebanyak 1 buah @ 40 cm x 80 cm, tidak ada jendela, dan 1 pintu di depan rumah sehingga udara dalam ruangan terasa pengap.. Rumah pasien kelembabannya tinggi karena udara yang masuk terbatas dan pencahayaan juga kurang sehingga memicu mudahnya terkena penyakit. - Terdapat MCK - Terdapat saluran pembuangan limbah dan tidak tertutup. - Lantai rumah : lantai rumah masih tanah. 3. Data Perilaku a. Keluarga pasien kurang mengetahui pentingnya penataan rumah yang baik dan sehat. Hal ini terlihat dengan penataan barang- barang yang kurang baik di dalam rumah sehingga rumah terasa pengap.

11

b. Ibu pasien tidak memiliki pengetahuan tentang gizi buruk. Hal ini diketahui dari keluhan utama ibu pasien dan pasien datang ke puskesmas adalah hanya karena pasien batuk pilek dan tidak mengeluhkan gizi pasien. Pasien baru diketahui gizi buruk saat dokter memeriksa pasien tersebut. c. Ibu tidak memberi asi eksklusif, tetapi ibu memberi asi bersamaan dengan susu formula saat pasien berumur 0-6 bulan. d. Porsi makanan pasien sedikit dan tidak memenuhi 4 sehat 5 sempurna, apalagi di dalam rumah tersebut terdapat 14 orang. e. Kebiasaan cuci tangan tidak dilakukan, sehingga memicu diare sehingga gizi buruk bertambah parah. 4. Data Akses Pelayanan yang Terdekat Rumah pasien dekat dengan tempat pelayanan kesehatan yaitu di dekat dengan Puskesmas Genuk ( 2 km) dan RS. Islam Sultan Agung Semarang ( 5 km). Petugas Puskesmas Genuk dan kader kesehatan cukup aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan atau pelayanan kesehatan di daerah tersebut. 5. Data Genetika Tn. Paryoto Ny. Antika

Ummi Keterangan genogram: Pasien anak pertama belum memiliki adik. : pasien balita gizi buruk

12

BAB III PEMBAHASAN A. Analisis Penyebab Masalah Berikut ini adalah fakta-fakta yang didapatkan saat survey kesehatan di rumah pasien yang dapat mempengaruhi terjadinya kasus gizi buruk : 1. Perilaku a. Keluarga pasien kurang mengetahui pentingnya penataan rumah yang baik dan sehat. b. Ibu pasien tidak memiliki pengetahuan tentang gizi buruk. c. Ibu tidak memberi asi eksklusif. d. Porsi makanan pasien sedikit dan tidak memenuhi 4 sehat 5 sempurna. e. Kebiasaan cuci tangan tidak dilakukan.

2.

Lingkungan a. Kepadatan rumah Secara umum penilaian kepadatan Penghuni dengan

menggunakan ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni 10m2/ orang. Berdasarkan data hasil pengamatan didapatkan luas tanah rumah pasien 10 m x 9 m = 90 m2 yang dihuni oleh 14 orang sehingga didapatkan kepadatan rumah 6,4 m2/orang. Hal ini

menunjukkan kepadatan rumah pasien tidak memenuhi syarat yang seharusnya.

13

Kepadatan penghuni dalam 1 rumah tinggal akan memberikan pengaruh bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini tidak sehat karena disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

b. Lingkungan rumah 1) Ventilasi Fungsi ventilasi adalah untuk proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk kedalam rumah, agar kuman tidak berkembang dengan cepat. Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah. Pada kasus ini rumah penderita memiliki ventilasi rumah berupa lubang atas pintu sebanyak 1 buah @ 40 cm x 80 cm, tidak ada jendela, dan 1 pintu di depan rumah sehingga udara dalam ruangan terasa pengap. 2) Pencahayaan Pada rumah pasien, pencahayaan masih kurang, karena cahaya yang masuk hanya berasal dari pintu rumah yang dibuka dan satu genting bening di tengah ruangan. Kamar tidur pasien dan keluarga kurang mendapat cahaya matahari yang cukup karena tidak terdapat jendela yang bisa dibuka.

14

3) Kelembaban Rumah pasien kelembabannya tinggi karena udara yang masuk terbatas dan pencahayaan juga kurang sehingga memicu mudahnya terkena penyakit. c. Sosial ekonomi Tingkat ekonomi pasien bisa dikatakan rendah. Keadaan sosial ekonomi sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat tinggal yang buruk dapat dikaitkan dengan pendapatan keluarga sangat erat juga dengan kejadian gizi buruk karena pendapatan yang kurang membuat orang tidak dapat hidup layak terutama hubungannya dengan asupan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. 3. Pelayanan kesehatan Jarak rumah pasien dekat dengan tempat pelayanan kesehatan yaitu dekat dengan Puskesmas Genuk ( 2 km) dan RS. Islam Sultan Agung Semarang ( 5 km). Petugas Puskesmas Genuk dan kader kesehatan cukup aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan atau pelayanan kesehatan di daerah tersebut. Puskesmas Genuk menangani pasien gizi buruk pada fase rehabilitasi, dimana lebih menitik beratkan pada pertumbuhan pasien hingga mencapai Zscore BB/TB = >-2SD (kriteria sembuh). Pada fase ini diberikan PMT (pemberian makanan tambahan) berupa biskuit MP-ASI. Hal ini sesuai dengan manajemen penanganan gizi buruk yang sudah ditetapkan oleh Dinas

15

Kesehatan. Akan tetapi ibu pasien tidak diedukasi kapan ia harus kembali k puskesmas untuk memeriksa status gizi anaknya. 4. Kependudukan / Genetik Kasus gizi buruk tidak dipengaruhi oleh genetik, karena gizi buruk bukan penyakit keturunan melainkan penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya konsumsi karbohidrat dan protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga tidak memenuhi Angka Asupan Gizi. Ayah pasien saat balita mengalami keluhan seperti pasien yaitu kurus pendek, akan tetapi sekarang memiliki BB ideal.

B. Alternatif Pemecahan Masalah 1. Masalah Individu/Perilaku a. Tujuan : 1) Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien tentang gizi buruk 2) Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien tentang pola makan gizi seimbang 3) Meningkatkan pengetahuan orang tua pasien tentang asi eksklusif 4) Meningkatkan kesadaran orang tua pasien agar berperilaku hidup bersih dan sehat b. Sasaran Orang tua pasien c. Strategi pelaksanaan Memberikan informasi dan edukasi tentang gizi buruk, pola makan gizi seimbang, asi eksklusif, serta perilaku hidup bersih dan sehat.

16

d. Pengembangan alternatif kegiatan 1) Penyuluhan mengenai gizi buruk dan asi eksklusif 2) Memotivasi ibu pasien untuk meningkatkan asupan gizi seimbang untuk anaknya 2. Masalah Lingkungan a. Tujuan : 1) Memperbaiki sirkulasi udara di dalam rumah 2) Mengurangi kelembaban udara 3) Memperbaiki ventilasi dan pencahayaan di dalam rumah 4) Meningkatkan kebersihan rumah b. Sasaran Rumah pasien c. Strategi pelaksanaan Memberikan informasi dan edukasi tentang manfaat kebersihan lingkungan. d. Pengembangan alternatif kegiatan 1) Menyarankan pada keluarga pasien untuk membuka pintu pada pagi hari sampai sore hari dan menutup pintu saat petang 2) Memotivasi untuk menata rumah dengan baik dan membuat ventilasi udara agar sirkulasi udara di dalam rumah baik 3) Memotivasi untuk menambah genteng kaca agar pencahayaan yang masuk rumah cukup

17

3. Masalah Pelayanan Kesehatan a. Tujuan : Meningkatkan usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif kasus gizi buruk b. Sasaran Petugas kesehatan dan orang tua pasien c. Strategi pelaksanaan 1) Lebih gencar memberdayakan kader, PKK, dan tokoh masyarakat untuk bekerja sama memberantas kasus gizi buruk. 2) Bekerjasama dengan pemerintah untuk membantu perekonomian rakyat kecil terutama dengan kasus gizi buruk d. Pengembangan alternatif kegiatan Bekerjasama dengan pemerintah untuk membuka lapangan kerja ibu rumah tangga agar meningkatkan perekonomian rakyat kecil terutama dengan kasus gizi buruk. Bekerjasama dengan kader bertugas : 1) Kunjungan rumah pasien agar pasien gizi buruk makan dengan pola seimbang 2) Memberikan dorongan kepada ibu pasien agar mau mengontrol anaknya ke puskesmas secara teratur

18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN Dari kegiatan yang telah dilakukan selama kunjungan rumah pada pasien An Ummi Aulia Luthfiana dengan usia 37 bulan mempunyai BB/TB : 8,5kg / 82,1 cm. dan Z-score menurut BB/TB = -2,4 SD dan BB/U = -3,7 SD sehingga termasuk dalam gizi buruk, maka dapat diambil kesimpulan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi penyakit tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan o Keadaan lingkungan rumah: rumah pasien terlalu sempit, ruangan gelap dan pengap. o Sosial ekonomi : Pasien juga jarang mendapatkan makanan yang bergizi karena keterbatasan ekonomi keluarga o Masyarakat : kesadaran masyarakat tentang gizi kurang

2. Perilaku a. Asupan makanan tidak memenuhi kebutuhan kalori, protein dan cairan yang searusnya didapatkan b. Makanan yang masuk tidak terjamin kebersihannya c. Pola makan tidak terkontrol d. Pertumbuhan dan perkembangan pasien tidak terkontrol 3. Akses Pelayanan Kesehatan terjangkau oleh pasien. Edukasi petugas penanganan fase rehabilitasi untuk kembali lagi ke puskesmas tidak dilakukan.

19

4. Genetika Penyakit Gizi Buruk bukan merupakan penyakit yang diturunkan, maupun penyakit yang ditularkan B. Saran 1. Untuk keluarga a. Memotivasi keluarga agar makan makanan dengan gizi seimbang secara teratur. b. Memotivasi keluarga untuk memperbaiki kondisi lingkungan rumah sehingga tercipta rumah sehat. Yaitu dengan cara memperbaiki tatanan rumah agar lebih rapi, mengganti 1 atau 2 genteng menjadi genteng kaca c. Memotivasi keluarga untuk memperbaiki pola asuh dan pola makan pasien. 2. Untuk Puskesmas a. Melakukan pencegahan meluasnya kasus dengan lebih meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor. Memberikan bantuan pangan, memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), pengobatan penyakit, penyediaan air bersih, memberikan penyuluhan gizi dan kesehatan terutama peningkatan ASI Eksklusif sejak lahir sampai 6 bulan dan diberikan Makanan Pendamping ASI setelah usia 6 bulan, menyusui diteruskan sampai usia 2 tahun. b. Memberikan penanganan rehabilitatif yang sesuai dengan ketentuan yang sudah ada pada pasien-pasien gizi buruk yang sudah ada, sehingga jumlahnya semakin berkurang. 3. Dinas Kesehatan dan Pemerintah

20

a. Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi, pendidikan dan bidang ketahanan pangan untuk meningkatkan pengetahuan dan daya beli keluarga. b. Advokasi dan Pendampingan untuk meningkatkan komitmen ekskutif dan legislatif, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat dan media massa agar peduli dan bertindak nyata di lingkungannya untuk memperbaiki status gizi anak c. Revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) pemantauan terus menerus situasi pangan dan gizi masyarakat, untuk melakukan tindakan cepat dan tepat untuk mencegah timbulnya bahaya rawan pangan dan gizi buruk.

21

DAFTAR PUSTAKA 1. http://keslamsel.wordpress.com/2009/04/28/laporan-program-gizi-masyarakat-kasusgizi-buruk/

2. http://www.dinkespurworejo.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4&
Itemid=1&limit=1&limitstart=0 3. http://74.125.153.132/search?q=cache:d35K90c8TjsJ:www.pediatrik.com/isi03.php%3 Fpage%3Dhtml%26hkategori%3Dpdt%26direktori%3Dpdt%26filepdf%3D0%26pdf% 3D%26html%3D07110rswg255.htm+pedoman+penatalaksanaan+kurang+protein+gizi&cd=2&hl=id&ct=clnk &gl=id&client=firefox-a 4. Dinkes. 2005. Modul Manajemen Gizi Buruk. Dinkes : Semarang

5. Dinkes. 2007. Pedoman Penyelenggaraan pelatihan tatalaksana anak gizi buruk bagi tenaga kesehatan. Dinkes : Jakarta 6. Dinkes. 2006. Petunjuk Teknis Tatalaksana anak gizi buruk. Dinkes : Jakarta 7. Puskesmas Genuk, Rencana Tingkat Puskesmas, Semarang, 2012 8. Soehardi R., Karnaini, Tedjo SaputroW., et al.Ed : Pedoman Praktis Pelaksaan Puskesmas, Balai Pelatihan Kesehatan Salaman Magelang

22

Anda mungkin juga menyukai