Anda di halaman 1dari 1

Dekrit Presiden

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 terjadi karena kegagalan lembaga Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar baru sebagai pengganti Undang-Undang Dasar 1950 sehingga timbul ketidak stabilan politik yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Anggota Konstituante yang bersidang sejak 10 November 1956 sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UndangUndnag Dasar yang diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat pendapat untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 semakin kuat. Menanggapi hal itu pada 5 Juli 1959, presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisi : 1. Pembubaran Konstituante. 2. Berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak berlakunya Undang-Undang Dasar 1950 3. MPRS dan DPAS akan dibentuk dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dekrit Presiden ini disambut baik oleh semua kalangan masyarakat. Dan menimbulkan dampak positif maupun negatif : Dampak Positif : 1. Menyelamatkan bangsa dari perpecahan dan krisis politik yang berkepanjangan. 2. Memberikan pedoman yang jelas bagi bangsa dan negara yaitu UUD 1945. 3. Merintis pembentukan lembaga tinggi negara yaitu MPRS dan DPAS yang selama masa demokrasi liberal tertunda pembentukanya. Dampak Negatif : 1. Memberi kekuasaan yang tinggi terhadap Presiden. 2. Memberi peluang bagi kalangan militer masuk dalam bidang politik. Sejak Dekrit Presiden, kalangan militer menjadi kekuatan politik yang disegani.

Istilah pada masa itu : a. Manipol/USDEK => Manifesto Politik / Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia. Yang dikemukakan oleh Presiden Soekarno dan oleh MRS dan DPAS ditetapkan sebagai Garis Besar Haluan Negara (GBHN) b. Nekolim => Neo, Kolonialis, dan Imperialisme. Atau yang disebut Penjajahan.

Anda mungkin juga menyukai