Anda di halaman 1dari 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1.

Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, !!"#. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bah$a pengetahuan merupakan %akta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, !!"#.

2.1.2. Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kogniti% yang mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, !!"# : a. Tahu (Know# &emampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. 'ara kerja untuk mengukur bah$a orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidenti%ikasikan dan mengatakan. b. (emahami (Comprehension# &emampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. )plikasi (Aplication# &emampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. )plikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum*hukum, rumus, metode, prinsip*prinsip dan sebagainya. d. )nalisis (Analysis# &emampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam suatu komponen* komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. &emampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan. e. Sintesis (Sinthesis# &emampuan untuk menghubungkan bagian*bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun %ormulasi baru dari %ormulasi yang ada. %. +,aluasi (Evaluation# &emampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, !!"#. 2.1.3. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan $a$ancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden. &edalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan*tingkatan diatas (Notoadmojo, !!"# a. Tingkat pengetahuan baik bila skor - "./*0!!/ b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 1!/*"./ c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor 2 1!/

2.2 Perilaku 2.2.1. Definisi Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang ter$ujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. 3engan kata lain, perilaku merupakan respon4reaksi seorang indi,idu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. 5espon ini dapat bersi%at pasi% (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, bersikap# maupun akti% (melakukan tindakan# (Sar$ono, !!"#. Perilaku juga dapat diartikan sebagai akti%itas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, !!"#. Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh %aktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. 6aktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. 3engan demikian kita juga dapat menyimpulkan bah$a banyak perilaku yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia adalah perilaku kesehatan. Proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa %aktor yang berasal dari diri indi,idu itu sendiri, antara lain susunan syara% pusat, persepsi, moti,asi, emosi dan belajar. Susunan syara% pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan perpindahan dari rangsangan yang masuk ke respon yang dihasilkan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syara% pusat dengan unit*unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron memindahkan energi dalam impuls*impuls syara%. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi ini adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra pendengaran, penciuman dan sebagainya ()7$ar, !!8#. (enurut ilmu sosiologi, perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang ter$ujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Sesuai dengan batasan perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi indi,idu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sar$ono, !!"#.

Sementara itu ilmu antropologi menyatakan perilaku merupakan ganjaran dari perilaku atau tingkah laku yang tidak disukai, sehingga ancaman dari penyakit tersebut memainkan peranan penting dalam masyarakat untuk mempertahankan aturan*aturan yang ada. 3engan demikian perilaku yang menyimpang dari pola*pola umum yang berlaku dalam hubungan antar pribadi, baik antara sesama manusia atau antara manusia dengan makhluk lain ()nderson, !!1#.

2.2.2. Jenis-jenis Perilaku Perilaku dapat dijabarkan dalam tiga bentuk operasional, yaitu: a# Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui reaksi atau rangsangan dari luar. Secara umum sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi beberapa proses sebagai berikut: 0. Awareness (kesadaran#, seseorang menyadari dan mengetahui adanyastimulus. . Interest, mulai tertarik kepada stimulus. 8. Evaluation, menimbang*nimbang4menge,aluasi baik tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya. 9. Trial, mencoba perilaku baru. .. Adoption, telah terjadi perilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri subjek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak sendiri perilaku manusia yang ada di dalamnya sesuai dengan si%at dan keadaan alam tersebut.. c. Perilaku dalam bentuk tindakan yang konkrit, yaitu berupa perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar. (enurut Notoatmodjo ( !!"# tindakan adalah sesuatu yang dilakukan: perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu:

0. Perception (Persepsi#, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. . Guided response (5espon terpimpin#, melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. 8. Mechanism ((ekanisme#, apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 9. Adoption ()dopsi#, suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Tindakan itu sudah dimodi%ikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan. Perilaku manusia merupakan re%leksi dari berbagai gejala keji$aan, seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, si%at, moti,asi, reaksi dan sebagainya, namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala keji$aan yang menentukan perilaku seseorang. )pabila ditelusuri lebih lanjut, gejala keji$aan ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai %aktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana %isik, sosio budaya masyarakat (Notoatmodjo, !!"#. 2.2.3. akt!r-fakt!r "ang #e$%engaruhi Perilaku (enurut Notoatmodjo ( !!"#, ada beberapa %aktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan, yaitu: a. ;atar <elakang ;atar belakang yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dibedakan atas: pendidikan, pekerjaan, penghasilan, norma*norma yang dimiliki dan nilai*nilai yang ada pada dirinya, serta keadaan sosial budaya yang berlaku. b. &epercayaan dan &esiapan (ental Perilaku seseorang dalam bidang kesehatan dipengaruhi oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan serta kesiapan mental yang dipunyai. &epercayaan tersebut setidak*tidaknya menjadi man%aat yang akan diperoleh, kerugian yang didapat, hambatan yang diterima serta kepercayaan bah$a dirinya dapat diserang penyakit.

c. Sarana Tersedia atau tidaknya sarana yang diman%aatkan adalah hal yang penting dalam munculnya perilaku seseorang di bidang kesehatan, betapapun positi%nya latar belakang, kepercayaannya dan kesiapan mental yang dimiliki tetapi jika sarana kesehatan tidak tersedia tentu perilaku kesehatan tidak akan muncul. d. 6aktor Pencetus 3alam bidang kesehatan peranan %aktor pencetus cukup besar untuk memunculkan perilaku kesehatan yang diinginkan. Seringkali dijumpai seseorang baru berperilaku kesehatan tertentu bila sudah ada masalah kesehatan sebagai pencetus, seperti penyakit kulit. 2.2.&. Peru'ahan Perilaku Perubahan perilaku berarti indi,idu mulai menerapkan sesuatu yang baru (inno,asi#, lain daripada yang sebelumnya. Tetapi merubah perilaku seseorang agar mau menerima sesuatu yang baru bukanlah merupakan sesuatu hal yang mudah, karena menyangkut suatu proses yang terjadi dalam diri indi,idu itu sendiri maupun dalam masyarakat. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah sebagai perubahan perilaku yang melembaga atau lestari serta merupakan bahagian dari hidupnya. (enurut Notoatmodjo ( !!"#, ada berbagai macam perubahan perilaku masyarakat, yaitu: a. Perubahan )lamiah (Natural Changes#: Perubahan itu sendiri disebabkan oleh kejadian yang alamiah. b. Perubahan Terencana (Planned Changes#: Perubahan itu terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. c. &esediaan untuk <erubah ( eadiness to Change#: Sebahagian orang sangat cepat untuk menerima ino,asi atau perubahan tersebut, tetapi sebahagian orang lagi sangat lambat untuk menerima ino,asi atau perubahan tersebut. =al ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda*beda.

2.3 De$a$ Ber(arah Dengue )DBD* 2.3.1 Definisi

3emam <erdarah 3engue (3<3# adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh ,irus 3engue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda*tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia#, ruam (purpura#. &adang*kadang terdapat mimisan, bercak darah, muntah darah, kesadaran menurun dan bertendensi menimbulkan renjatan (syo!# dan kematian ((ubin, !!.#.

2.3.2

+ti!l!gi

3<3 disebabkan oleh ,irus dengue yang merupakan bagian dari %amili "laviviridae. >irus ini terbagi menjadi empat, yaitu 3+N*0, 3+N* , 3+N*8, 3+N*9, untuk mengetahui jenis ,irus dapat dilakukan melalui uji serologi. ((ubin, !!.#.

2.3.3

#anifestasi Klinis

Pada hari pertama, mani%estasi klinis yang khas pada penderita 3<3 adalah demam tinggi yang mendadak dan badan terasa lemah atau lesu. Pada hari kedua atau ketiga akan timbul bintik* bintik perdarahan, lebam atau ruam pada kulit di muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati serta kadang*kadang mimisan, bercak darah atau muntah. )ntara hari ketiga sampai ketujuh, panasnya turun secara tiba*tiba. &emungkinan yang selanjutnya adalah penderita sembuh atau keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin dan banyak mengeluarkan keringat. <ila keadaan berlanjut, akan terjadi renjatan (lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tidak teraba#. &adang*kadang kesadarannya menurun ((ubin, !!.#. Pembesaran hati (hepatomegali# pada umumnya dapat ditemukan di permulaan penyakit. 3erajat pembesaran hati tidak sejajar dengan berat penyakit. <iasanya nyeri tekan seringkali ditemukan tanpa disertai ikterus. Trombositopeni yaitu jumlah trombosit di ba$ah 0!!.!!!4mm8 biasanya ditemukan diantara hari ketiga sampai ketujuh sakit (Soedarmo, !!.#.

2.3.&

Klasifikasi

?=@, 0AA" membagi derajat 3<3 menjadi empat yaitu: 3erajat B : 3emam mendadak *" hari diikuti gejala tidak spesi%ik. Satu*satunya mani%estasi perdarahan adalah tes tourniCuet positi%. 3erajat BB : Dejala yang ada pada tingkat 0 ditambah dengan perdarahan spontan. Perdarahan bias terjadi di kulit atau tempat lain. 3erajat BBB : 3itandai oleh gejala kegagalan sirkulasi yaitu, denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah, kulit lembab dan penderita gelisah. 3erajat B> : Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa.

2.3., Diagn!sis 3emam dengue biasanya menunjukkan gejala yang nonspesi%ik seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan persaan lelah. Tapi dapat berkembang menjadi demam berdarah dengue jika terdapat mani%estasi hemoragik atau syok yang %atal (sindrom renjatan dengue#. Bn%eksi asimptomatik terlihat pada E!/ bayi dan anak*anak. Penyakit menjadi lebih parah pada usia de$asa. 3emam dengue merupakan penyakit demam akut selam *" hari, ditandai dengan dua atau lebih mani%estasi berikut: nyeri kepala, nyeri retro*orbital, mialgia4artralgia, ruam kulit, petechiae (mani%estasi hemoragik#, dan leukopenia. 3iagnosis demam berdarah dengue (3<3# dapat ditegakkan bila semua hal diba$ah ini dipenuhi (Soedarmo, !!.#: 3emam atau ri$ayat demam akut, antara *" hari Terdapat minimal satu dari mani%esatsi hemoragik seperti petekie, ekimosis, purpura, epistaksis, perdarahan gusi, melena, hemetemesis, dll Trombositopenia (20!!.!!!4ul# Terdapat minimal satu tanda*tanda plasma leakage (kebocoran plasma#:

*Peningkatan hematokrit - !/ dibandingkan standar umur dan jenis kelamin *Penurunan hematokrit - !/ setelah terapi cairan, dibandingkan dengan nilai sebelumnya *+%usi pleura, asites, atau hipoproteinemia hematokrit

2.3.-

.ekt!r Penular

Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes al#opictus merupakan ,ektor penularan ,irus 3engue dari penderita kepada orang lain melalui gigitan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan %aktor penting di daerah perkotaan sedangkan di daerah pedesaan, kedua jenis spesies nyamuk Aedes tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes aegypti berkembang biak di tempat lembab dan genangan air bersih. Sedangkan Aedes al#opictus berkembang biak di lubang*lubang pohon dalam potongan bambu, dalam lipatan daun dan dalam genangan air lainnya (Soedarmo, !!.#. Tempat pembiakan utama adalah tempat*tempat penyimpanan air di dalam atau di sekitar rumah, atau di tempat*tempat umum, biasanya berjarak tidak lebih .!! meter dari rumah. Nyamuk ini tidak dapat berkembangbiak di genangan air yang berhubungan langsung dengan tanah (Soedarmo, !!.#. Fenis*jenis tempat pembiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Tempat penampungan air (TP)# untuk keperluan sehari*hari seperti drum, tangki air, tempayan, bak mandi4?', ember dan lain*lain b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari*hari seperti: tempat minum burung, ,as bunga, dan barang*barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain*lain#. c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu dan lain*lain. 2.3./. Pat!genesis

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung ,irus 3engue merupakan sumber penular penyakit 3<3. >irus 3engue berada di dalam darah selama 9*" hari mulai 0* hari sebelum demam. <ila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka ,irus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya, ,irus akan bermultiplikasi dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk dalam kelenjar liurnya (3epkes 5B, !!.#.>irus 3engue di dalam tubuh manusia mengalami masa inkubasi selama 9*" hari (,iremia# yang disebut dengan masa inkubasi intrinsik. 3i dalam tubuh nyamuk, ,irus berkembang setelah 9*" hari kemudian nyamuk siap untuk menularkan kepada orang lain yang disebut masa inkubasi ekstrinsik. >irus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. @leh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang menghisap ,irus 3engue ini menjadi penular (in%ekti%# sepanjang hidupnya. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit, sebelum menghisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (probocis#, agar darah yang dihisap tidak membeku. <ersama air liur itulah ,irus 3engue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. Nyamuk Aedes aegypti betina umurnya dapat mencapai *8 bulan (3epkes 5B, !!.#.

2.3.0.

akt!r- akt!r "ang #e$%engaruhi Penularan Pen"akit DBD

1ingkungan ;ingkungan merupakan tempat interaksi ,ektor penular penyakit 3<3 dengan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit 3<3. =al*hal yang diperhatikan di lingkungan yang berkaitan dengan ,ektor penularan 3<3 antara lain: a. Sumber air yang digunakan )ir yang digunakan dan tidak berhubungan langsung dengan tanah merupakan tempat perindukan yang potensial bagi ,ektor 3<3. b. &ualitas Tempat Penampungan )ir (TP)# Tempat penampungan air yang berjentik lebih besar kemungkinan terjadinya 3<3 dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak berjentik. &ebersihan lingkungan dari kaleng4ban

bekas, tempurung, dan lain*lain juga merupakan %aktor terbesar terjadinya 3<3 (Soegijanto, !!1#. 2.3.2 Pen3egahan

Partisi%asi #as"arakat Gpaya masyarakat dalam pencegahan penyakit 3<3 dapat dilakukan secara indi,idu atau perorangan dengan jalan meniadakan sarang nyamuk dalam rumah. 'ara terbaik adalah pemasangan kasa penolak nyamuk. 'ara lain yang dapat dilakukan adalah melalui: (a# menggunakan mos$uito repellent (anti nyamuk oles# dan insektisida dalam bentuk spray, (b# menuangkan air panas pada saat bak mandi berisi air sedikit, (c# memberikan cahaya matahari langsung lebih banyak kedalam rumah (Soedarmo, !!.# Peningkatan partisipasi masyarakat adalah suatu proses di mana indi,idu, keluarga, dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pemberantasan ,ektor di rumahnya. Peningkatan partisipasi masyarakat memberikan berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat secara akti% berkontribusi dalam pembangunan (3epkes 5B, !!.#. Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan*permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, !!.#. Peningkatan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada masyarakat, menciptakan rasa memiliki terhadap program yang sedang berjalan, penyuluhan kesehatan dan memobilisasi serta membuat suatu mekanisme yang mendukung kegiatan masyarakat (3epkes 5B, !!.#. Partisipasi masyarakat dalam tingkat indi,idu dapat dilakukan dengan mendorong atau menganjurkan dalam kegiatan PSN dan perlindungan diri secara memadai. Pelaksanaan kempen kebersihan yang intensi% dengan berbagai cara merupakan upaya di tingkat masyarakat. (emperkenalkan program pemberantasan 3<3 pada anak sekolah dan orang tua, mengajak sektor s$asta dalam program pemberantasan ,irus dengue, menggabungkan kegiatan

pemberantasan

berbagai jenis penyakit

yang

disebabkan serangga dengan program

pemberantasan 3<3 agar memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu peran partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan dengan pemberian insenti% seperti pemberian kelambu atau bubuk abate secara gratis bagi yang berperan akti% (Soegijanto, !!1#.

Ke'ijakan Pe$erintah <ila dilihat dari aspek sistem kebijakan dalam peningkatan derajat kesehatan melalui pemberantasan penyakit 3<3 maka ada tiga elemen, bahkan ada empat elemen yang mencakup hubungan timbal balik dan mempunyai andil di dalam kebijakan karena memang mempengaruhi dan saling dipengaruhi oleh suatu keputusan (&oban, !!.#. )dapun elemen tersebut antara lain adalah: 0. &ebijakan publik (Gndang*Gndang4Peraturan, &eputusan yang dibuat oleh <adan dan Pejabat Pemerintah#. . Pelaku kebijakan (kelompok $arga negara, partai politik, agen*agen pemerintah, pemimpin terpilih#. 8. ;ingkungan kebijakan (geogra%i, budaya, politik, struktural sosial dan ekonomi#. 9. Sasaran kebijakan (masyarakat#. Sejalan dengan teori sistem kebijakan maka keberhasilan program pemberantasan ,irus %engue sangat didukung dengan pembuatan peraturan perundang*undangan tentang penyakit menular dan $abah. Perundang*undangan ini memberikan $e$enang kepada petugas kesehatan untuk mengambil tindakan yang diperlukan saat terjadi $abah atau &;< di masyarakat (&oban, !!.#. Penyusunan undang*undang harus mempertimbangkan komponen penting dalam program pencegahan dan penga$asan ,irus 3engue dan nyamuk Aedes aegypti, yaitu mengkaji ulang dan menge,aluasi e%ekti%itas undang*undang, dirumuskan berdasarkan perundang*undangan sanitasi yang telah diatur oleh 3epartemen &esehatan, menggabungkan ke$enangan daerah sebagai pelaksana mencerminkan koordinasi lintas sektor, mencakup seluruh aspek sanitasi lingkungan, mencerminkan kerangka administrasi hukum yang ada dalam konteks administrasi secara

nasional dan sosialisasi undang*undang kepada masyarakat. 3i Bndonesia kelompok kerja pemberantasan 3<3 disebut dengan P@&F)N); 3<3 dan P@&F) 3<3 tingkat 3esa4&elurahan (&oban, !!.#. 3iharapkan perilaku masyarakat akan berubah jika ada peraturan dan kepastian hukum (law en"orcement# yang mengikat dan me$ajibkan setiap anggota masyarakat untuk melakukan upaya*upaya pencegahan penyakit 3<3 di lingkungan keluarga dan masyarakat. )pabila dilanggar akan dikenakan sanksi4hukuman yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (&oban, !!.#.

2.3.14 Pe$'erantasan .ekt!r Pemberantasan ,ektor dapat dilakukan terhadap nyamuk de$asa dan jentiknya. (enurut Soedamo ( !!.# jenis kegiatan pemberantasan nyamuk penularan 3<3 meliputi:

a* Pe$'erantasan N"a$uk De5asa Pemberantasan terhadap nyamuk de$asa, dilakukan dengan cara penyemprotan

(pengasapan4"ogging# dengan insektisida. =al ini dilakukan mengingat kebiasaan nyamuk yang hinggap pada benda*benda tergantung, karena itu tidak dilakukan penyemprotan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk penular malaria. Bnsektisida yang dapat digunakan adalah insektisida golongan organophosphat, misalnya malathion, %enitrothion, dan pyretroid, sintetik misalnya lambda sihalotrin dan permetin (Soedamo, !!.#. Penyemprotan insektisida ini dalam $aktu singkat dapat membatasi penularan, akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan jentiknya agar populasi nyamuk penular tetap dapat ditekan serendah*rendahnya. Sehingga apabila ada penderita 3<3 tidak dapat menular kepada orang lain (Soedamo, !!.#.

'* Pe$'erantasan 1ar6a )Jentik* Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN# dilakukan dengan cara (3epkes 5B, !!.#:

a. &imia, yaitu dengan cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (lar,asida#. Bni dikenal dengan istilah lar,asidasi. ;ar,asida yang biasa digunakan adalah temephos. 6ormulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand granules#. 3osis yang digunakan 0 ppm atau 0! gr (HI0 sendok makan rata# untuk setiap 0!! liter air. ;ar,asida dengan temephos ini mempunyai e%ek residu 8 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golonga insect growth regulator. b. <iologi, yaitu dengan memelihara ikan pemakan lar,a yaitu ikan nila merah ( &reochromosis niloticus gam#usia sp'#, ikan guppy (Poecillia reticulata#, dan ikan grass carp (Etenopharyngodonidla#. Selain itu dapat digunakan pula (acillus Thuringiensis var Israeliensis (<TB# atau golongan insect growth regulator. c. 6isik, yaitu dengan kegiatan 8( ((enguras, (enutup, (engubur#. (enguras bak mandi, bak ?', menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum dll#, mengubur atau memusnahkan barang*barang bekas (kaleng, ban dll# Pengurasan tempat*tempat penampungan air perlu dilakukan secara teratur sekurang*kurangnya seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembang biak di tempat itu. )pabila PSN ini dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka diharapkan nyamuk Aedes aegypti dapat dikurangi sehingga tidak menyebabkan penularan penyakit. Gntuk itu diperlukan usaha penyuluhan dan moti,asi kepada masyarakat secara terus* menerus dalam jangka $aktu lama, karena keberadaan jentik nyamuk tersebut berkaitan erat dengan perilaku masyarakat (3epkes 5B, !!.#.

2.& Peru'ahan Pengetahuan (an Perilaku I'u Fika menelaah dari kedua %aktor tersebut maka nampak proses perubahan perilaku sangat berhubungan dengan %aktor*%aktor sebagai berikut: a. &epercayaan terhadap kesehatan dengan dimensi pembentukan ( determinant# adalah pengetahuan dan perilaku. &edua dimensi ini berkaitan erat dengan karakteristik demogra%is indi,idu.

b. &emampuan mendapatkan in%ormasi, kemudahan mendapatkan pelayanan serta ketersediaan alat dan bahan dalam melakukan pencegahan. Pengetahuan dan perilaku ibu yang kurang mengetahui tentang tanda4gejala, cara penularan dan pencegahan penyakit 3<3 mempunyai risiko terkena penyakit 3<3. 3engan demikian upaya peningkatan pengetahuan mengenai gejala4tanda, cara penularan dan pencegahan serta pemberantasan penyakit 3<3 perlu mendapat perhatian utama agar golongan ibu lebih berperan akti% (Sar$ono, !!"#.

3)6T)5 PGST)&) 0. )nderson 6, !!1. Antropologi Kesehatan' Penerbit Gni,ersitas Bndonesia. Fakarta. . )7$ar S, !!8. Si!ap Manusia Teori dan Pengu!urannya Edisi ). Pustaka Pelajar @%%set. Fakarta 8. Notoatmodjo S, !!". Promosi Kesehatan dan Ilmu Perila!u. 5ineka 'ipta. Fakarta. 9. Sar$ono S, !!". Sosiologi Kesehatan (e#erapa Konsep (eserta Apli!asinya' 6akultas &esehatan (asyarakat Gni,ersitas Bndonesia. Dadjah (ada Gni,ersity Press. Jogyakarta .. Soedarmo SSP, !!.. 3emam <erdarah (3engue# pada )nak. Penerbit GB . Press. Fakarta. 1. Soegijanto S, !!1. 3emam <erdarah 3engue. +disi . )irlangga Gni,ersity Press. Surabaya. ". ?=@, 0AA". 3emam <erdarah 3engue, 3iagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. +disi +D'. Fakarta. E. &oban, )ntonius ?i$an, !!.. &ebijakan Pemberantasan ?abah Penyakit: &;< 3emam <erdarah 3engue. A. (ubin, ) =, !!.. Blmu Penyakit dalam 3iagnosis dan Terapi. +D'. Fakarta. 0!. 3epkes 5B, !!.. 3irektorat Fendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan ;ingkungan. Fakarta.

Anda mungkin juga menyukai