Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah
meningkatkan kesadaran, kemajuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat bahagia dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya, hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal seluruh
wilayah Republik Indonesia. Sasaran pembangunan kesehatan yang
komprehensif dan berkesinambungan, ada kecenderungan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat dan pencapaian sasaran Millenium Development Goal
(MDGs) (Depkes RI, 2004).
Usaha peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan suatu tantangan
yang cukup besar yang dihadapi negara-negara berkembang saat ini. Setiap
tahun hampir sekitar 530.000 wanita meninggal dunia dengan persalinan. Dan
dari total 136 juta kelahiran hanya sepertiga mendapat bantuan petugas
kesehatan yang terampil (WHO. media center, 2005).
Berdasarkan survei terakhir SDKI tahun 2007 AKI (angka kematian Ibu)
di Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian
angka tersebut masih tertinggi di Asia. Penyebab tingginya angka kematian
ibu tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain Perdarahan 28%,
Eklamsia 24%, Infeksi 11%, Abortus 5%, P. lama/macet5%, Emboli obst 3%,
Kompl masa puerpureum 8%, Lain-lain 11%. (Depkes, RI).
Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong
oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-
2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand
di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir

1

2

mencapai 90%.. Melihat hal tersebut diatas sudah sepatutnya dilakukan
berbagai usaha untuk menanggulangi kematian ibu saat persalinan.
Disektor pelayanan kesehatan, upaya kesehatan yang dilakukan akan
lebih mengutamakan upaya kuratif dan promotif tanpa meninggalkan upaya
preventif dan rehabilitatif.
Sektio sesaria didefenisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di
dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi)
(Cunningham,dkk. 2006).
Tindakan bedah sektio sesaria umumnya merupakan suatu prossedur
kedaruratan sebagai upaya terakhir dari proses persalinan. Sekarang sektio
sesaria ditawarkan sebagai pilihan. Alasan yang paling umum untuk
melakukan operasi seasar adalah karena ibu sebelumnya pernah melakukan
tindakan sectio, bayi kembar, kelainan fisik ibu atau bayi dan mengurangi
rasa nyeri (Chrissie Gallagher, Mundy. 2005). Untuk beberapa perempuan,
sektio sesaria dianggap cara melahirkan yang baik, yang tidak menyusahkan,
meskipun tindakan ini ada bahayanya (Imam Rasjidi, 2009).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus sektio sesaria yang disusun oleh
Peel dan Chamberlain (1968), indikasi sektio sesaria yang terbanyak adalah
disproporsi cepalo pelvik (21%), sedangkan indikasi lain adalah gawat janin
(14%), plasenta previa (11%), pernah sektio sesaria (11%), Incoordinate
Uterine Action (9%), preeklamsi dan hipertensi (7%) (Hanifa Wiknjosostro,
1994), namum berkat kemajuan antibiotik, transfusi darah, anastesi dan
teknik operasi lebih sempurna kecendrungan untuk melakukan operasi ini
tampa dasar indikasi yang cukup kuat.
Data lain yang didapat dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, J akarta,
tahun 1999 - 2000, menyebutkan bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404
perbulan, 30% diantaranya merupakan persalinan cesar, 52,5% adalah
persalinan spontan, sedangkan sisanya dengan bantuan alat seperti vacum
dan forsep. Berdasarkan persentase kelahiran saesarea tersebut, 13.7%
disebabkan oleh gawat janin (denyut jantung janin lemah menjelang
persalinan) dan 2,4% karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat
3

melewati pinggul ibu. Sisanya, sekitar 13,9% operasi cesarea dilakukan tanpa
melakukan pertimbangan medis (Dini Kasdu, 2003).
Dilihat dari data di ruang kebidanan RS Puri Cinere pada bulan J anuari
2011 sampai Oktober 2011 tercatat jumlah ibu yang melahirkan dengan
sektio sesaria sebanyak 435 orang (62.32%) dari 698 pasien yang melakukan
persalinan dengan indikasi Bekas Sectio 46,5 %, Ketuban Pecah Dini (KPD)
9,6 %, Cevalovelvik Disproporsi (CVD) 8,9 %, Gagal Induksi 8,5%, Gawat
J anin 5,1 %, Pre Eklamsi Berat 5,1 %, Letak Sungsang 3,6 %, Partus tak maju
1,9 %, Letak Obliq 1,7 %, letak lintang dan indikasi lain seperti kelainan
kongenital, myopi tinggi, placenta previa dan eklamsi dibawah 1 %.
Lama hari rawat inap pasien post sektio sesaria dirawat antara 4 - 5 hari
98 % dan 3,4 % dirawat lebih dari 5 hari. Kontrol ulang hari 2 setelah pasien
pulang meninggalkan rumah sakit. Sedangkan menurut Dini Kasdu dalam
bukunya Operasi Cesarea, Masalah dan Solusinya, lama perawatan untuk
pasien post sektio sesaria normal sekitar 3 - 5 hari. Proses mengangkat jahitan
pada luka post operasi bersih 5 7 hari atau sesuai dengan penyembuhan
luka yang terjadi (Eni Kusnyati, 2006). Namun teknik penutupan luka operasi
saat ini telah mengalami perkembangan dimana pada penutupan akhir dinding
abdomen yaitu pada penutupan kulit dengan teknik subcutikuler. Dan
menggunakan benang yang dapat diabsorsi. Hal ini tentu akan meningkatkan
kenyamanan pasien pasca bedah.
Pengawasan luka post operasi di Rumah Sakit Puri Cinere hanya
mencatat pada hari ke 3 4 post operasi sektio sesaria dengan tingkat
infeksi 0 %. Sementara dari hasil wawancara beberapa spesialis kebidanan
masih ditemukan beberapa infeksi luka operasi diatas hari ke 7 dengan
penyebab yang belum diketahui pasti. Belum ada standard prosedur
keperawatan untuk mobilisasi dini pada pasien-pasien post Sektio sesaria,
semua pelaksanaan tindakan mobilisasi dini merupakan hasil konsul dari
spesialis ObGyn kepada spesialis rehab medik, sementara pemenuhan
kebutuhan aktifitas juga menjadi tanggung jawab perawat dan hal tidak kalah
penting adalah dengan pemenuhan kebutuhan aktifitas pasien yang lebih
4

cepat memungkinkan lama rawat inap menjadi pendek dan dapat menekan
biaya rawat inap di rumah sakit.
Sesuai dengan paradigma sehat dan tanpa meninggalkan upaya pemulihan
kesehatan penderita, perlu adanya mobilisasi dini secara bertahap bagi pasien
post operatif sectio caesarea selama di rumah sakit. Mobilisasi dini
merupakan suatu tindakan rehabilitatif (pemulihan) yang dilakukan setelah
pasien sadar dari pengaruh anastesi dan sesudah operasi. Mobilisasi berguna
untuk membantu dalam jalannya penyembuhan luka (Rustam Moctar, 1998).
Karena bergerak secepat mungkin sangat disarankan bagi ibu selepas operasi
cesarea. Operasi dan anesthesi dapat menyebabkan pneumonia sehingga
penting bagi pasien untuk bergerak. Mobilitas meningkatkan fungsi paru-
paru, semakin dalam nafas yang ditarik semakin meningkat sirkulasi darah
(Mundy, Chrissie Gallagher, 2005). Dan dengan bergerak, hal ini akan
mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga mengurangi nyeri, menjamin
kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang akhirnya justru
mempercepat penyembuhan luka (Abdul Majid, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi masalah
Masih adanya pasien post sektio sesaria yang dirawat lebih dari 5 hari
dan masih terdapat luka basah diatas hari ke 5. Dan belum diketahui
masalah yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien post sektio
sesaria di RS Puri Cinere Tahun 2012.
Berdasarkan masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Operasi Pada Pasien Post Sektio sesaria di Rumah
Sakit Puri Cinere Tahun 2012 .
2. Pertanyaan Penelitian
Apakah ada hubungan antara mobilisasi dini pasien dengan proses
penyembuhan luka pada pasien post sektio sesaria di RS Puri Cinere ?
5

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan analisa tentang hubungan mobilisasi dini
terhadap proses penyembuhan luka operasi pada pasien post sektio sesaria
di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi usia pasien sektio sesaria di Rumah Sakit Puri Cinere.
b. Mengidentifikasi tingkat pendidikan pasien sektio sesaria di Rumah
Sakit Puri Cinere.
c. Mengidentifikasi mobilisasi aktif yang dilakukan pada pasien post
sektio sesaria di Rumah Sakit Puri Cinere.
d. Mengidentifikasi mobilisasi pasif yang dilakukan pada pasien post
sektio sesaria di Rumah Sakit Puri Cinere.
e. Menganalisa hubungan mobilisasi aktif dengan proses penyembuhan
luka.
f. Menganalisa hubungan mobilisasi pasif dengan proses penyembuhan
luka.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan di bangku perkuliahan
tentang riset dan keperawatan medikal bedah serta ilmu lain yang
mendukung.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah
sakit tentang pengaruh mobilisasi dini terhadap proses penyembuhan luka
operasi pada pasien post sektio sesaria.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi
institusi pendidikan khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan
J urusan Keperawatan sebagai data pendukung bagi peneliti yang ingin
melanjutkan penelitian dalam bidang yang sama.
6

Anda mungkin juga menyukai