Abstrak Biomassa adalah bahan kering dari material organik. Biomassa sangat penting sebagai potensi sumber energi ( bahan bakar ). Sifat yang sangat penting dari bahan bakar adalah nilai kalor. Maka dari itu perlu dilakukan penentuan nilai kalor dengan cara pengujian untuk kemudian diterapkan pada korelasi-korelasi yang telah ada guna dikembangkan dalam penelitian teknologi lebih lanjut.Dalam penelitian ini jenis limbah biomassa yang digunakan berasal dari kotoran hewan yaitu kotoran sapi, kotoran kelelawar, serta kotoran kambing. Pengujian dilakukan dengan alat pengukur nilai kalor bahan bakar biomassa Kalorimeter. Selanjutnya hasil pengujian dibandingkan dengan hasil perkiraan menggunakan korelasi. Nilai HHV untuk sampel uji kotoran Sapi besarnya 10,90874 MJ/kg, kotoran Kambing 10,37851 MJ/kg dan kotoran Kelelawar sebesar 17,09983 MJ/kg. Secara umum korelasi yang paling mendekati dari penelitian tiga macam sampel rata-rata bahan bakar Biomassa limbah hewan adalah korelasi Beckman dengan didapat selisih rata-rata 3,88%. ( Kata Kunci : Biomassa, Nilai Kalor, Kalorimeter)
1. PENDAHULUAN
Ketergantungan energi di Indonesia kepada bahan bakar minyak dan gas sangat tinggi, akibatnya ketika Pemerintah Pusat memutuskan kebijakan untuk menaikan harga BBM dan gas baru-baru ini, berdampak sangat berat dirasakan oleh seluruh rakyat khususnya masyarakat menengah kebawah. Terlepas dari itu upaya mengembangkan energi alternatif sangat diperlukan. Dan alternatif energi yang mulai di kembangkan adalah energi dari limbah biomassa serta sampah yang dapat menjadi salah satu pilihan sumber energi alternatif bahan bakar, sebab biomassa ini sangat mudah ditemukan dari aktivitas pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan, perikanan di berbagai daerah. Biomassa secara umum lebih dikenal sebagai bahan kering material organik atau bahan yang tersisa setelah suatu tanaman atau material organik dihilangkan kadar airnya (dikeringkan). Material organik hidup seperti manusia, tumbuhan, hewan dan kotorannya, umumnya mengandung 80 90% air, namun setelah kering sekitar 6 % kandungan air lembabnya akan mengandung senyawa
hidrokarbon yang sangat tinggi. Karena ketersedian limbah yang sangat banyak menyebabkan timbulnya permasalahan limbah biomassa tidak termanfaatkan secara optimal. Berawal dari itu dimungkinkan bahwa biomassa dapat digunakan untuk potensi energi alternatif karena senyawa hidrokarbon merupakan hal terpenting juga dalam suatu bahan bakar. Untuk membuktikan hal tersebut maka diambilah beberapa sampel biomassa dari limbah kotoran hewan yang banyak diternakkan yaitu kotoran Sapi dan kotoran Kambing sedangkan sebagai bahan pembanding diambil kotoran Kelelawar. Salah satu sifat yang sangat penting dari suatu energi alternatif bahan bakar adalah nilai kalor. Dalam hal ini beberapa korelasi untuk estimasi nilai kalor telah diberikan oleh para peneliti sebelumnya, tetapi korelasi tersebut diberikan untuk batubara. Maka dari itu perlu dilakukan pengujian untuk korelasi-korelasi yang sesuai diterapkan pada biomassa. 2. Nilai Kalor Bahan Bakar
Nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan menjadi dua golongan berdasarkan fasa salah
208
satu produk pembakaran yaitu air (H2O), yaitu : 1. HHV (Higher Heating Value) Suatu besaran yang menyangkut bahan bakar yang mengandung hidrogen di mana air yang terbentuk dalam produk pembakaran berbentuk fase cair. 2. LHV (Lower Heating Value) Suatu besaran yang menyangkut bahan bakar yang mengandung hidrogen : di mana air yang terbentuk dalam produk pembakaran berbentuk fase uap. Hubungan antara HHV dan LHV adalah sebagai berikut :
LHV = HHV
Dengan : LHV : Lower Heating Value (kJ/kg bahan bakar) HHV : Higher Heating Value (kJ/kg bahan bakar) mair : Massa air yang mengembun setelah proses pembakaran (kg) mbb : Massa bahan bakar (kg) hfg.air : Panas laten penguapan air (=2440 kJ/kg) (Borman,G. L., 1998:29) Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang nilai kalor bahan bakar padat yang kebanyakan dengan bahan batubara. Estimasi nilai kalor berdasarkan komposisi dasar bahan bakar telah disampaikan oleh beberapa peneliti ( Channiwala, 2002 ), seperti : 1. Dulong memberikan korelasi nilai kalor HHV = 0,3383 C + 1,443 ( H (O/8))-0,0942 S MJ/kg ...pers.( 2.2 ) Korelasi tersebut berdasarkan pada reaksi pembakaran. Hal tersebut diperoleh dari sifat batubara. 2. Strache dan Lant ( 1924 ) memberikan korelasinya HHV = 0,3406 C + 1,4324 H -0,1532 O + 0,1047 S.. pers.( 2.3 ) 3. Steuer menyempurnakan korelasi diatas pada tahun 1926 menjadi
HHV = 0,3391 ( C - ((3/8) O )) + 0,2386 ((3/8) O) + 1,444 ( H - ((1/16) O) + 0,1047 S ...pers.( 2.4 ) 4. Vondrecek pada tahun 1927 memberikan korelasinya HHV = ( 0,373 0,00026 C) C + 1,444 ( H (1/10) O) + 0,1047 S .....pers.( 2.5 ) 5. DHuart (1930) mendapatkan korelasi HHV = 0,3391 C + 1,4337 H + 0,0931 S 0,127 O....Pers.( 2.6 ) 6. Schuster pada tahun 1931 memberikan korelasi HHV = ( 1,0632 1,486x10-3 O)(C / 3 + H (O-S)/ 8) MJ/kg....pers.( 2.7 ) Aplikasi untuk berbagai korelasi untuk cakupan bahan bakar yang lebih luas .(2.1) dilakukan oleh Van Krevelon. 7. Grummel dan Davis memberikan rumus korelasinya pada tahun1933 sebagai berikut : HHV = (0,0152 H + 0,9875) (( C/3) + H - ((O S)/8)) ...pers. ( 2.8 ) 8. Beberapa analisa untuk biomassa dilakukan oleh Grabosky yang menyatakan bahwa korelasi IGT dinyatakan lebih valid untuk biomassa dan arang, dimana : HHV = 0,31 C + 1,323 H + 0,0685 0,0153 A 0,1194 (O+N) MJ/kg pers.( 2.9 ) 9. Channiwala memberikan korelasinya HHV = 0.349C+1.1783 H-0.1034 O-0.021 A + 0.1005 S -0.0151 N pers.( 2.10 ) 10. Beckman ( 1990), memberikan
209
Bahan Bakar Limbah Biomassa Adalah suatu sumber energi yang berasal dari material organik yang telah mengalami proses kimiawi sehingga mengandung senyawa hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon ini bila dikonversi dapat digunakan untuk menghasilkan panas, membuat bahan bakar. Limbah yang berasal dari hewani semua dapat digunakan untuk bahan bakar, sebab didalamnya banyak terkandung unsur senyawa karbon. Sebagai contoh : Kotoran Kambing Dari hasil pengujian Proximate yang telah dilakukan ternyata didalam kotoran kambing ini terkandung air lembab sebanyak 6.32 %, kadar abu 39.35 %, zat terbang 43.23 % dan karbon padat 11.10 %. Sedangkan untuk pengujian Ultimate, belerang total sebanyak 0.52 %, Karbon 26.38 %, Hidrogen 4.17 %, Nitrogen 2.37 % dan Oksigen 27.21 % ( sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral RI 02/01/06 ) Kotoran Sapi Dari hasil pengujian Proximate yang telah dilakukan ternyata didalam kotoran Sapi ini mempunyai kadar air lembab sebanyak 3.06 %, kadar abu 41.18 %, zat terbang 43.56 % dan karbon padat 12.20 %. Sedangkan dari pengujian Ultimate diperoleh, belerang total sebanyak 0.37 %, Karbon 29.35 %, Hidrogen 4.38 %, Nitrogen 1.85 % dan Oksigen 22.87 % ( sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral RI 02/01/06 ) Kotoran Kelelawar Dari hasil pengujian Proximate yang telah dilakukan ternyata didalam kotoran kelelawar ini mempunyai kadar air lembab sebanyak 6.00 %, kadar abu 18.92 %, zat terbang 57.43 % dan karbon padat 17.65 %. Sedangkan dari pengujian Ultimate diperoleh, belerang total sebanyak 1.40 %, Karbon 40.59 %, Hidrogen 5.51 %, Nitrogen 0.47 % dan Oksigen 33.49 % ( sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral RI 02/01/06 )
Kalorimetri Suatu bentuk energi yang menyebabkan materi mempunyai suhu disebut kalor. Kalor Juga dapat menyebabkan perubahan wujud. Apabila suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat itu akan naik sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan mencair ( jika zat padat ) atau akan menguap ( jika zat cair ). Sebaliknya jika kalor dilepaskan dari suatu zat, maka zat itu akan turun hingga tingkat tertentu hingga zat itu akan mengembun ( jika zat gas ) atau membeku ( jika zat cair ). Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram zat sebesar 1oC disebut kalor jenis. Sebagai contoh, kalor jenis air 4,18 J/goC ini berarti untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar 1oC diperlukan 4,18 J. Secara umum berlaku rumus :
q = m c t
Dengan
q = Jumlah kalor ( J )
210
Alumunium
f l
m
Batas sistem
Es
mt
glasswool siste m
Hukum I Termodinamika sistem tertutup adalah sebagai berikut : E dilepas = E diterima ..pers.(2.12)
mBB : Massa bahan bakar (kg) HHV : Nilai kalor pembakaran bahan bakar (kJ/kg) ma : Massa air (kg) cpa : Kalor jenis rata-rata air ( = 4,18 kJ/kg.oK) : Kalor spesifik tabung ( = 0,46 cptb kJ/kg.oK) T0 : Suhu awal air (oC) T1 : Suhu maksimum air (oC) m0 : Massa bahan bakar sebelum pembakaran (kg) m1 : Massa bahan bakar setelah pembakaran (kg) Alat dan Bahan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bahan bakar dari limbah kotoran hewan yang sudah dikeringkan dan dihaluskan. Dengan hasil analisis proksimat dan ultimat seperti tabel berikut:
. HHV
BB
= Cv . T m
Stimulan
. HHV
stimulan
dimana
Cv
= (m a .Cp
) + (m tb .Cp
tb
pers.(2.13 )
Cv .T - mstimulan . HHVstimulan m BB
Tabel .2 Hasil Analisis Ultimat Belerang Karbon Hidrogen (%) (%) (%) 0.52 0.37 1.40 26.38 29.35 40.59 4.17 4.38 5.51
211
Tabel 3 Data hasil pengujian analisa ultimat limbah hewan C H O N S Ash Nama limbah (%) (%) (%) (%) (%) (%) Limbah Sapi Limbah Kambing Limbah Kelelawar 29.35 26.38 40.59 4.38 4.17 5.51 22.87 27.21 24.62 1.85 2.37 8.96 0.37 0.52 1.4 41.18 39.35 18.92
Tabel 4. Data pengujian sampel uji kotoran kambing Massa BB Awal ( gram ) No 1. 2. 3. Percobaan I II III Perubahan suhu / T
o
( C) 1.5 1 1.5 1 1.5 1 Tabel 5 Data hasil pengujian sampel uji kotoran sapi Massa BB Awal ( gram ) Perubahan suhu / T ( C) 1 1 1
o
No 1. 2. 3.
Percobaan I II III
Tabel 6 Data hasil pengujian untuk sampel uji kotoran kelelawar Massa BB Awal ( gram ) No 1. 2. 3. Percobaan I II III 1.4 1.2 1.2 Perubahan suhu / T ( C) 2 1 1.5
o
212
HHV Bkk =
(10 .14905