Anda di halaman 1dari 12

BAB II KONSEP MAP APENDISITIS Pengertian Apendisitis adalah peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ

apendiks. ( Price dan Wilson 2012) Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Mansjoer, 2000: 307) Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen. (Smeltzer, 2001:80) Appendisitis adalah inflamasi akut pada appendicitis verniformis dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner & Suddart, 1997) Anatomi dan Fisiologi

ETIOLOGI Apendisitis akut merupakan infeksi

bakteri. Berbagai hal berperan sebagai factor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan fakor yang diajukan sebagai factor pencetus. Di samping hiperplasia jaringan limfe, vekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris, dapat pula menyebebkan sumbatan. Penyebab lain
yang di duga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendisitis akibat parasit seperti E.histolytica.

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10cm ( kisaran 3-15cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kea rah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insidens apendisitis pada usia itu. Pada 65 % kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak, dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya.

Manifestasi Klinik
5

1. Nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus, dalam beberapa jam nyeri akan

Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau di teri lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis di tentukan oleh letak

Komplikasi 1. Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks 2. Tromboflebitis supuratif 3. Abses subfrenikus 4. Obstruksi intestinal

FISIOLOGI Apendiks menghasilkan lender sebanyak 1-2ml/ hari. Lendir itu normalnya di curahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. di Hambatan muara berperan aliran

Pemeriksaan diagnostik
1. Sel darah putih : lekositosis di atas 12000/mm
3,

netrofil

meningkat

sampai 7osit/leukosit 75 % 2. Urinalisis : normal tetapi

lender

apendiks pada

eritrosit/leukosit mungki ada 3. Foto abdomen adanya pergeseran

tampaknya pathogenesis

apendiksitis.

material pada apendiks ( fekalis) ileus terokalisis. 4. Tanda rovsing ( + ): : dengan mlakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah 5. C-Reactive Protein ( CRP ): sintesis dari reaksi fase akut oleh hati sebagai respons dari infeksi atau inflamasi.

Imonoglobulin sekretoar yang di hasilkan oleh GALT (gut

asosiated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna, termsuk apendiks ialah IgA. Immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung

terhadap infeksi.

Penatalaksanaan Medis 1. Pada apendisitis meliputi

Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi

penatalaksanaan gawat darurat a. Tujuan intervensi kedaruratan yang dilakukan pada pasien apendiks adalah memberikan cairan untuk mencegah

sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika di bandingkan dengan

jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.

dehidrasi dan septicemia. b. Pasien dipuasakan dan tidak ada asupan apapun secara oral c. Pemberian analgetik dan 1. Discharge planning Anjurkan kepada klien untuk menjaga agar luka operasi untuk infeksi 2. tetap kering dan bersih untuk mencegah infeksi. Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk mencegah atau mengurangi faktor-faktor yang berpengaruh seperti kebiasaan makan. 3. Anjurkan kepada klien dan keluarga program dokter untuk mematuhi dari

antibiotic melalui intravena 2. Terapi farmakologis Preoperative menurunkan pascabedah. 3. Terapi bedah Bila diagnosis klinis sudah jelas, maka tindakan paling tepat adalah apendektomi dan merupakan satusatunya pilihan yang baik. antibiotic resiko

Penundaan tindakan bedah sambil pemberian mengakibatkan antibiotic abses dapat dan

pengobatan dan

direncanakan

poloferasi. Apendektomi bisa di lakukan secara terbuka (Prosedur terlampir)


komplikasi

selanjutnya. 4. Ajurkan kepada klien untuk segera sakit infeksi membawa jika ada kerumah tanda-tanda pengeluaran

ataupun
biasanya tidak

dengan
perlu

Laparascopy. Pada apendisitis tanpa

seperti

diberikan antibiotic, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate.

nanah dari luka operasi, adanya pembengkakan dan rasa sakit pada daerah luka operasi.

1.

A. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian a. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan Jarang mengkomsusi makanan berserat Sering mengalami nyeri perut kanan bawah Sering menggunakan obat anti nyeri Tidak pernah melakukan pemerikasaan kesehatan Tidak mengetahui penyakit yang dialami Meminta informasi tentang penyakit yang dialami b. Pola Nutrisi Metabolik Anoreksia Mual, muntah Mukosa Bibir kering Pucat Demam

c. Pola Eliminasi Konstipasi Diare (kadang-kadang) Distensi abdomen Penurunan atau tak ada bising usus Dehidrasi

d. Pola Aktikitas Latihan Kelemahan Keterbatan dalam aktifitas Gelisah

e. Pola Tidur dan Istirahat


8

Perubahan pola istirahat Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti, nyeri Gelisah Berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk

f. Pola Persepsi dan Konsep Diri Menegeluh nyeri lepas, nyeri tekan Ketidak mampuan menghadapi keadaanya Meringis Cemas

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri Merasa tidak enak dalam dirinya

h. Pola Peran dan Hubungan dengan sesama Data subyektif : Adanyaperubahan peran

- Adanya perubahan hubungan dalam keluarga Data obyektif : Adanya gangguan dalam interaksi dengan

anggota keluargan atau orang lain. i. Pola Reproduksi dan Seksualitas Libido menurun Perubahan fisik karena pembedahan

j. Pola Mekasnisme Koping dan Intoleransi Terhadap Stres Penggunaan obat-obatan terlarang Perasaan takut, cemas Gelisah

k. Pola Sistem Nilai Kepercayaan Adanya alat-alat untuk berdoa di dekat klien, Seperti, Alkitab, Al-Quran, Rosario, Tasbi dll.

2. Diagnosa Keperawatan
9

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul : a. Pre operasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera biologi 2. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah 3. Hipertermi berhubungan dengan penyakit

b. Post Operasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera fisik 2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

3. Perencanaan a. Nyeri berhubungan dengan obtruksi dan peradangan apendiks. Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang dalam waktu 3-5 hari. Intervensi :

1. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, intensitas, durasi, lokasi) R/ Rasa nyeri sebagai pengalaman subjektif harus digambarkan oleh pasien untuk menilai nyeri dengan membandingkan pengalaman yang lain. 2. Beri posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan R/ Posisi yang nyaman dapat merenggangkan otot abdomen. 3. Anjurkan untuk mengurangi gerakan berhubungan dengan kaki kanan R/ Jika terlalu banyak beraktivitas dapat merangsang timbulnya nyeri (kram pada kaki kanan). 4. Anjurkan eknik relaksasi dengan menarik nafas dalam, jika nyeri timbul R/ Membentu dalam penurunan persepsi/respon nyeri. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan apendiktomi R/ Sebagai tindakan selanjutnya untuk mencegah terjadinya komplikasi. b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Output yang berlebihan
10

yang tidak penting, khusus yang

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Intervensi : 1. Monitor intake dan output R/ Membantu dalam mengetahui keseimbangan intake dan output. 2. Beri makanan yang lunak dalam porsi kecil tapi sering R/ Untuk mencegah mual dan muntah. 3. Perhatikan oral Hygiene R/ Mulut yang kotor mengurangi selera makan pasien. 4. Beri suport pada saat makan R/ Agar pasien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan. c. Hipertermi berhubungan dengan adanya peradangan pada apendiks Tujuan : Suhu tubuh kembali normal dalam jangka waktu 2 hari Intervensi :

1. Kaji tingkat Hipertermi R/ Untuk mengetahui berapa derajat panas dan untuk mengambil tindakan pengobatan selanjutnya. 2. Observasi tanda-tanda vital R/ Untuk mengetahui perkembangan umum pasien. 3. Beri kompres hangat R/ Dengan memberikan kompres hangat dapat terjadi vasoliditasi sehingga diharapkan panas tubuh pasien menurun.

4. Anjurkan pasien untuk banyak minum R/ Diharapkan dengan pasien minum banyak dapat terjadi perpindahan metabolisme tubuh dengan keringat-keringat dan urine. 5. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat R/ Agar pasien tidak lebih panas dan penyerapan keringat lebih cepat. 6. Kolaborasi dengan dokter alam pemberian obat Antipiretika
11

R/ meurunkan panas d. Resiko tinggi terjadi komplikasi peritonitis berhubungan dengan perforasi atau rupture apendiks. Tujuan : Tidak terjadi komplikasi peritonitis. Intervensi :

1. Pantau secara teratur tanda-tanda perotonis R/ Untuk mencegah terjadi tanda-tanda gelisah, dehidrasi dan acral tidak terasa dingin. 2. Observasi tanda-tanda vital R/ Untuk mengetahui perkembangan umum pasien. 3. Beri posisi semi fowler R/ Posisi yang nyaman dapat meregangkan otot abdomen. 4. Beri support pada pasien R/ Untuk mengalihkan pasien terhadap rasa nyeri. 5. Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian terapi antibiotik dan apendektomi.

e. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuaitas jaringan Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang dalam waktu 3-5 hari. Intervensi : 1. Kaji karakteristik nyeri (frekuensi, intensitas, lokasi, durasi) R/ Berguna dalam pengawasan keefektifan, kemajuan dan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan adanya abses atau peritonitis.

2. Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler R/ Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam bawah/Pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang. 3. Observasi Tanda-tanda vital (T,N,S,P)
12

R/ Memberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi dan keefektifan intervensi. 4. Ajar dan praktekkan teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam bila nyeri timbul R/ Dengan menarik nafas dalam akan merelaksasi otot sehingga mengurangi rasa nyeri. 5. Mobilisasi secara bertahap sesuai kemampuan pasien R/ Meningkatkan normalisasi fungsi organ. f. Resiko tinggi berhubungan dengan adanya luka operasi Tujuan : Tidak terjadi infeksi Intervensi : 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan R/ Menurunkan resiko penyebaran infeksi. 2. Monitor keadaan luka operasi (Infeksi : Demam, kemerahan, oedema, cairan pada luka) R/ Deteksi dini adany tanda-tanda radang. 3. Observasi TTV (T,N,S,P) R/ Membantu mengindentifikasi adanya tanda-tanda radang. 4. Rawat luka secara steril R/ Menurunkan resiko penyebaran infeksi. 5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik R/ Untuk membunuh jumlah organisme pathogen (Pada infeksi yang telah ada sebelumnya). 6. Anjurkan pada pasien untuk tidak menyentuh daerah luka R/ Tangan yang kotor mempermudah kontaminasi denga luka. 7. Ganti alat tenun pasien R/ Menurunkan resiko penyebaran infeksi.

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Tujuan : Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
13

Intervensi : 1. Kaji keterbatasan pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari R/ Untuk mengetahui sejauh mana pasien dapat melakukan kegiatannya sendiri dalam hal kebutuhan sehari-hari. 2. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan dalam jangkauan pasien R/ Agar pasien dapat melakukan kegiatannya sendiri tanpa dibantu oleh perawat dan keluarga. 3. Berikan bantuan Pemenuhan pada pasien (Nutrsi, cairan, eliminasi, personal hygiene, obat-obatan dan cairan infus). R/ Untuk dapat memenuhi kebutuhan pasien. 4. Libatkan keluarga dalam tindakan keperawatan R/ Agar keluarga mampu dan mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. 5. Anjurkan pasien untuk mobilisasi secara betahap sesuai keadaanya R/ Dengan adanya mobilisasi secara bertahap diharapkan pasien dapat kembali beraktifitas kembali dan membantu dalam hal peristaltik. 6. Beri semangat pada pasien bila dapat melakukan aktifitas sendiri R/ Dengan adanya support diharapkan pasien dapat beraktifitas kembali. h. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Pasien dapat memahami tentang perawatan di rumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan berhubungan informasi. Intervensi : 1. Ajarkan perawatan luka secara bersih dan kering R/ Menurunkan resiko penyebaran infeksi. 2. Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada luka, bila terjadi infeksi laporkan pada dokter. R/ Upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi serius. 3. Anjurkan untuk menghindari makanan yang mudah merangsang persitaltic usus.
14

R/ Menurunkan mual/muntah yang dapat meningkatkan tekanan/nyeri intra abdomen. 4. Jelaskan fungsi latihan secara bertahap dan istirahat yang seimbang. R/ Mencegah kelemahan, meiningkatkan penyembuhan dan perasaan sehat dan mempermudah kembali ke aktifitas normal. 5. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk menghindari latihan fisik yang berat untuk beberapa minggu. R/ Memberikan informasi kepada pasien untuk merencanakan kembali rutinuitas biasa tanpa menimbulkan masalah. 6. Kontrol kembali ke dokter sesuai tanggal yang ditentukan R/ Pemahaman menigkatkan kerja sama dengan menigkatkan perbaikan dan proses penyembuhan. program terapi dan

15

16

Anda mungkin juga menyukai