SKENARIO II :
KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Soraya Karlita Putri.M Rochida Virdaus T. Irwanda Bahardinul Haq Suci Widiastuti Aris yunandar Desti Lestari Akbar Rizki Srimuna Andayana Ardial Pursya Husnah Rizal Iskandar : Ketua : Sekretaris : Notulen : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota : Anggota
Judul Skenario
: KURANG ENEGI PROTEIN (KEP) : Edokrin dan Metabolisme : dr.Yuseriana : : : : : B4 Soraya Karlita Putri.M Rochida Fikriani Virdaus 1. Desti Lestari 2. T. Irwanda 3. Ardial Pursya 4. Srimuna Andayana 5. Akbar Rizki 6. Aris yunandar 7. Suci Widiastuti 8. Bahadinul Haq 9. Husna Rizal 10. Iskandar
(dr.yuseriana)
(Akbar Rizki)
HALAMAN ISI
1. Halaman Pengesahan .............................................................................................. i
7. Bagian III. Analisis Masalah . 8. Bagian IV. Strukturisasi . 9. Bagian V. Learning objective . 10. BagianVI.Hasil Belajar Mandir ...............................................................................
PENDAHULUAN
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).
Agar upaya penanggulangan KEP di puskesmas dan rumah tangga dapat mencapai sasaran yang diharapkan secara optimal diperlukan adanya Buku Pedoman sebagai acuan.