KEPERCAYAAN DIRI, KOMPETENSI SOSIAL REMAJ A PERKOTAAN DAN
PEDESAAN
Abstract
The aim of this research was compairaing the effect of rural and urban environment on adolescents self esteem and social competence on postmodernism setting. The subjects were 86 students from SMP 13 Kota Yogyakarta and 107 students from SMP 1 Hargotirto, Kecamatan Kokap Kulonprogo. Statistical analysis invented that adoleescents rural self esteem higher than urban, there was not diference on adolescents social competence between two group, and girls had higher score on self esteem and social competence than boys
ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa sosial yang menyebabkan individu sangat membutuhkan lingkungan untuk mengembangkan diri secara optimal. Era postmodernisme diandai dengan pengakuan pentingnya lingkungan teknologi dan informasi yang semakin hari semakin canggih. Untuk menghadapi masalah yang timbul dalam lingkungan dibutuhkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menggunakan sarana dan fasilitas sosial yang tersedia di lingkungannya. Lingkungan dan fasilitas sosial masyarakat perkotaan lebih lengkap dan canggih dibanding dengan pedesaan, karenanya masyarakat perkotaan memiliki kesempatan lebih besar untuk memanfaatkannya dalam mnghadapi persoalan sehari-hari sehingga lebih percaya diri dan trampil memanfaatkan untuk membentuk sikap dan perilaku yang objektif dan realistis. Subjek penelitian terdiri dari 86 siswa SMP 13 Yogyakarta mewakili remaja kota dan 107 siswa SMP Hargitirto mewakili remaja desa. Analisis data dengan Analisa Variansi memperoleh hasil yang menyatakan bahwa kepercayaan diri remaja desa lebih tinggi dibanding remaja kota (p<.01), kompetensi sosial remaja kota tidak berbeda dibanding remaja desa (p>.05), kepercayaan diri remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki (p<.05), demikian juga kompetensi sosial remaja peempuan lebih baik dibanding laki-laki (p<.05)
LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa yang sangat dinamis dan peka bagi individu dan seringkali menimbulkan berbagai masalah, baik yang bersifat emosional, sosial maupun kognitif. Dalam kehidupan yang bersifat multikultural dan penuh tantangan, kepercayaan diri seseorang menjadi salah satu aspek kehidupan yang banyak mempengaruhi aspek 2 kehidupan yang lain sehingga dengan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, individu memiliki kesiapan yang baik untuk memasuki dunia persaingan yang sangat terbuka. Kehidupan remaja dipengaruhi oleh dua pengaruh penting sebagai lingkungan primernya yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sebaya. . Sebagai makluk yang berada pada masa sosial seorang remaja sangat mudah terlibat dengan lingkungannya, sehingga faktor lingkungan tersebut memberi pengaruh yang signifikan bagi terbentuknya sikap dan perilaku remaja. Dalam situasi demikian remaja yang merasa mampu menggunakan fasilitas yang tersedia di lingkungannya, akan dapat menghadapi masalah sehari-hari dengan baik tanpa perasaan tertekan Kompetensi sosial merupakan kemampuan untuk menggunakan sumber sosial yang berupa kesempatan,fasilitas di lingkungan dan memanfaatkan sumber personal, untuk menghadapi masalah yang timbul dalam interaksi sosial. Perkembangan yang sehat akan ditandai dengan adanya kepercayaan diri remaja yang dimanifestasikan dalam sikap tegar ketika menghadapi situasi sosial yang menyediakan berbagai kegiatan yang mewadahi kebutuhan dan keinginannnya untuk menjalin interaksi sosial, namun pada kenyataan banyak juga remaja yang merasa kurang mampu menampilkan diri scara wajar di lingkungan, bahkan tidak jarang menarik diri dari lingkungannya. Remaja pedesaan menghadapi tuntutan yang sama dengan remaja perkotaan, tetapi mereka memiliki lingkungan yang kurang memberikan stimulasi dan fasilitasi untuk menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh lingkunganya. Kemajuan teknologi memberi kemudahan untuk menyebarluaskan informasi sehingga tuntutan kemajuan yang terjadi di perkotaan segera bisa diakses oleh masyarakat di pedesaan, tetapi dukungan sosial, termasuk dukungan kultural masyarakat di pedesaan tidak sebesar masyarakat perkotaan. Kurangnya dukungan ini dapat mengakibatkan remaj menjadi kurang bisa bertindak objektif dan realistis sehingga memunculkan tindakan artifisial yang kurang menguntungkan Masa remaja merupakan masa sosial, artinya pada masa itu mereka sangat membutuhkan lingkungan sosial sebagai tempat untuk mewujudkan keinginan dan memenuhi kebutuhan perkembangannya Untuk dapat melaksanakan tugas kehidupannya dengan baik, seorang remaja dituntut untuk memiliki kepercayaan diri atau kemampuan mengelola situasi tanpa bantuan orang lain yang dilakukan secara terarah dan objektif. 3 Kepercayaan diri adalah suatu perasaan dan keyakinan bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk menguasai dan melakukan sesuatu . Keyakinan ini diperoleh dan dikembangkan melalui pengalaman berhasil yang diperoleh ketika dia menghadapi persoalan dan merasa telah melakukan usaha terarah sehingga diperoleh keberhasilan.Catsworth (2005) menemukan bahwa keberanian untuk mengekspresikan diri berkorelasi positif dengan penentuan tujuan dan kelancaran dalam bertindak. Hal ini menunjukkan bahwa apabila seseorang memiliki arah tindakan yang jelas, dia tidak akan mudah kebingungan untuk mewujudkannya dalam tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari kepercayaan diri dapat dirumuskan dalam sikap bagaimana orang merasa, meyakini dan mengetahui diri sendiri.Orang yang memiliki kepaercayaan diri akan dapat merasakan dngan benar adanya kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, meyakini kekurangan dan kelebihan itu merupakan kenyataan yang adan pada dirinya, sehinga akan mampu mengelola dengan baik. Dengan dmikian akan mengetahui dengan objektif tentang kondisi tersebut sebagai kondisi nyata yang dimiliknya ( Ubaydillah,2006) Neil (2005) mengatakan bahwa kepercayaan diri merupakan perpaduan antara harga diri dengan efikasi diri karena orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi adalah orang yang pandai menilai dengan tepat atas kelebihan objektif yang dimiliki dan manpu menghargai kepantsan yang ada pada dirinya. Efikasi diri menggambarkan adanya kesiapan untuk belajar karena adanya perasaan mampu sehingga akan menimbulkan dorongan dan usaha untuk berhasil dalam studi.(Pajares&Schunk,2002) Kehidupan masyarakat pedesaan dan perkotaan tentulah berbeda baik dari sisi kewilahan maupun kependudukan, akibatnya kesempatan untuk menggunakan sarana dan fasilitas untuk menghadapi masalah kehidupanpun juga berbeda Pada umumnya perbedaan kedua lokasi tersebut ditandai dengan kepadatn penduduk per kilometer persegi, jenis mata pencaharian antar pertanian dan non pertanian, kepemilikan alat komunikasi, penggunaan jenis penerangan , dan keberadaan sarana kehidupan masa kini yang dikaitkan dengan sarana hiburan dan sarana produktivitas finansial ( Tarigan, 2006 ). Dalam kaitan pengembangan wilayah dikenal adanya wilayah pusat dan wilayah pinggiran , yang berkaitan juga dengan wilayah kemakmuran dari pnduduknya, sehingga dikenal adanya 4 klasifikasi wilayah sebagai berikut : 4 a. Wilayah dengan penghasilan perkapita rendah dan kurang berkembang atau Low per capita and stagnant regions (LS) b. Wilayah dengan pendapatan per kapita tinggi tetapi kurang berkembang atau High per capita income and stagnant regions ( HS ) c. Wilayah dengan pendapatan per kapita rendah tetapi berkembang atau Low per capita income and growing region (LG) d. Wilayah dengan pendapatan per kapita tinggi dan berkembang atau High per capita income and growing region ( HG)
Klasifikasi di atas digunakan untuk mengetahui pengaruh mobilitas internal sumberdaya penduduk , modal, dan faktor produksi lain ( Adisasmita, 2008 ) Dalam kehidupan sosial senantiasa akan terjadi sikap pro dan kontra antar individu dalam kelompoknya. Banyak perbedaan dan kesamaan yang dimiliki pada setiap anggota masyarakat. Perbedaan yang ada harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan konflik yang berkelanjutan. Seorang remaja butuh ketrampilan sosial yang baik untuk dapat mengelola konflik lingkungan tersebut, sehingga mampu menjalin interaksi dan kerjasama saling menguntungkan dengan sebayanya. Ramdhani (1995) membuktikan bahwa pelatihan ketrampilan sosial dapat menjadi sarana efektif untuk meminimalkan hambatan bergaul, meminimalkan kecemasan dalam hubungan sosial dan dapat meningkatkan harga diri Ketrmpilan individu dalam menjalin hubungan serasi dengan orang lain akan mengembangkan perasaan bahwa dirinya mampu menghadapi masalah sosial yang dihadapi tanpa tergantung pada orang lain (Cartledge & Milbum,1995), dengan demikian akan tumbuh perasaan untuk mampu menguasai dan mengelola berbagai sumber yang ada di lingkungannya untuk menyelesaikan masalah sosial yang disebut sebagai kompetensi sosial. Remaja dengan kompetensi sosial yang tinggi akan menunjukkan kesanggupan yang baik untuk memahami dan menguasai masalah sosial secara objektif dan tidak mudah mengalami kebingungan untuk menentukan sikap dan tindakannya.. Kehidupan modern semakin menuntut kesiapan bagi warganya untuk menyiapkan diri menghadapi masalah yang semakin kompleks dengan cakupan masalah yang smakin luas pula. Era postmodernisme akan menghadirkan 5 perubahan ( Furhmann,1990) yang meliputi : 5 1. Sektor produksi barang yang berubah menjadi jasa yang menuntut orang lebih kompetitif. 2. Untuk memenangkan persaingan dituntut memahami teknologi dan sikap profesional 3. Semakin dikembangkannya pengetahuan teoritik . 4. Pandangan yang lebih berpihak pada masa depan. 5. Pengambilan keputusan yang berorientasi pada teknologi Perubahan ini disertai dengan penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat untuk dapat menanggapinya dengan baik.
Gambar 1. Dinamika Psikologis
Dalam hal ini masyarakat perkotaan memperoleh dukungan lebih baik daripada masyarakat pedesaan baik dalan sarana teknologi maupun pranata sosial yang menyertainya. Selaras dengan konsep perkembangan Brenferbronner ( dalam Rice & Dolgin,2008) yang menyatakan bahwa perkembangan remaja tidak bisa dipisahkan dari lingkungan baik fisik maupun sosial tempat tinggal mereka, sehingga perbedaan sarana dan fasilitas sosial akan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangannya. Tuntutan Sarana Dukungan Sosial Stimulasi
Pengalaman Pemenuhan Usaha 6 Dalam menyikapi perbedaan kesempatan tersebut sering muncul keluhan yang menggambarkan dirinya kurang beruntung, sehingga timbul perasaan kurang berharga, yang bisa memunculkan sikap kurang objektif dan tindakan over kompensatoris yang justru menambah beban bagi dirinya untuk menampilkan diri secara optimal.(Herbert,2005). Pengalaman negatif seperti hal tersebut memungkinkan turunnya kepercayaan diri remaja dan kemampuan untuk memanfaatkan segala sarana dan fasilitas untuk menghadapi masalah kehidupan yang timbul di lingkungannya. Dari penjelasab tersebut di atas.penelitian sebagai berikut : Kepercayaan diri remaja kota lebih tinggi dibandingkan kepercayaan diri remaja desa Kompetensi soaial remaja kota lebih tinggi dibandingkan denag kompetensi remaja desa Tidak terdapat perbedaan kepercayaan diri antara remaja laki-laki dan perempuan Tidak terdapat perbedaan antara kompetensi sosial antara remaja laki-laki dan perempuan
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian a. Remaja perkotaan diambil dari siswaSMP 13 kota Yogyakarta sebanyak 86 orang dan terdiri dari 43 siswa laki-laki dan 43 perempuan. Mereka tinggal di Yogyakarta dan belajar di Yogyakarta
b. Remaja pedesaan diambil dari siswa SMP negeri 2 Hargotirto , yang berjumlah 107 orang terdiri dari 52 laki-laki dan 55 perempuan. Mereka tinggal disekitar Kecamatan Hargotirto, dan sekolah di sekolah setempat. Secara lengkap gigambarkan dalam tabel 1. Tabel 1 Distibusi subjek penelitian Sumber J umlah subjek 7
Desa Kota
Laki-laki Peempuan
107 86
95 98
Pengumpulan data Untuk mengumpulkan data dipergunakan: 1. Angket kepercayaan diri yang terdiri dari 40 item 2. Angket Kompetensi sosial yang terdiri dari 35 item Analisis data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan Analisis Variansi untuk mengetahui perbedaan : 1. Kepercayaan diri remaja pedesaan dan perkotaan 2. Kompetensi diri remaja pedesaan dan perkotaan 3. Kepercayaan diri antara siswa laki-laki dan perempuan 4. Kompetensi sosial antara siswa laki-laki dan peempuan
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Tests of Between-Subjects Effects Source Dep.var Type III SS df Mean square F Sig. Corr.model Skala 1 Skala 2 643.986(a) 630.423(b) 3 3 214.662 210.141 6.261 1.735 .000 .161 Intercept Skala 1 Skala 2 135617.380 2696889.847 1 1 135637.380 2696889.847 3956.025 22264.902 .000 .000 wilayah Skala 1 Skala 2 423.087 38.126 1 1 423.087 38.126 12.340 .315 .001 .575 J K Skala 1 Skala 2 224893 595730 1 1 224.893 495.730 6.559 4.918 .011 .028 Wilayah*J K Skala 1 Skala 2 .299 9.284 1 1 .299 9.284 .009 .077 .926 .782 8 Error Skala 1 Skala 2 6480.107 22893.080 189 189 34.286 121.127
Total Skala 1 Skala 2 142950.000 2752552.000 193 193
Corr total Skala 1 Skala 2 7124.093 23523.503 192 192
a. R Squared =.090 ( Adjusted R Squared =.076 ) b. R Squared =.027 ( Adjusted R Squared =.011 )
Sementara itu deskripisi data statistik menunjukkan bahwa
Data deskrptif Mean Stand.deviation N WILAYAH J K SKALA 1 SKALA 2 1.45 1.51 26.52 181.91
.498 .501 6.091 11.089 193 193 193 193
Dari analisis data ditemukan hasil sebagai berikut : 1. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan kepercayaan diri remaja desa dan kota, dengn F=12.340, p <.001 desa lebih tinggi 2. Tidak ada perbedaan kompetensi sosial antara remaja desa dan kota, dengan F=.315 p>.05 3. Terdapat perbedaan kepercayaan diri signifikan antara remaja perempuan dan remaja laki-laki dengan F=6.559. p<.05 perempuan lebih tinggi daripada laki- laki 4. Terdapat perbedaan signifikan kompetensi sosial remaja perempuan dan remaja laki-laki dengan F=4.918 p<.05 perempuan lebih tinggi daripada laki- laki.
9 PEMBAHASAN : Remaja desa yang diwakili oleh siswa SMP Hargotirto adalah siswa terpilih di desanya karena dibanding teman-temannya yang tidak diterima di SMP Negeri merasa memiliki kelebihan .Hal seperti ini menimbulkan kepercayaan dirinya meningkat. Di lain pihak remaja kota yang diwakili oleh siswa SMPN 13 merupakan sekelompok remaja yang merasa kurang berhasil sehingga mereka seringkali menempatkan diri dalam kondisi yang kurang menguntungkan, dengan demikian kurang meningkatkan rasa bangga yang pada akhirnya tidak menggembangkan rasa pecaya diri. Secara teritori sekolah tersebut berada di pinggiran kota yang justru dekat dengan wilayah pedesaan, sehingga sangat besar kemungkinan siswa yang belajar di sana berasal dari wilayah pedesaan yang belajar di wilayah perkotaan. Kompetensi sosial merupakan ketrampilan menggunakan sarana lingkungan untuk mengatasi masalah sosial, dan dapat ditumbuhkan melalui pengalaman berhasil dari individu yang bersangkutan.Setiap lingkungan yang berbeda memiliki kekhasan masalah sosial yang harus dipecahkannya, dan sarana yang tersediapun berbeda pula. Kekhasan masalah dan perbedaan sarana dan fasilitas sosial yang ada akan membuat keseimbangan dalam mengembangkan kompetensi sosial yang selaras dengan kondisi lingkungan masing-masing. Dari gambaran tersebut dapat dijelaskan bahwa sebenarnya ada perimbangan antara besarnya tuntutan lingkungan dengan tersedianya sarana pencapaian.Bila di kota, tuntutan lingkungan lebihbesar, namun sarana yang tersediapun juga lebih lengkap. Sebaliknya apabila tunttan di desa dianggap lebih kecil namun tersedianya saranapun juga tidak selengkap di kota. Dalam perkembangan remaja, tingkat kematangan antara laki-laki dan perempuan berbeda trutama pada aspek fisiologik. Kematangan seksual remaja laki-laki yang ditandai dengan peristiwa wet dreaming lebih lambat dibandingkan dengan terjadinya menarche.Wet dreaming terjadi pada usia 11:8, sedangkan menarche terjadi pada usia 10:4 (Rice & Dolgin, 2008).Hal ini berkonsekuensi dengan perbedaan perkembangan aspek sosial pada remaja laki-laki dan perempuan
10
Daftar Pustaka
Adisasmita R. (2008) Pengembangan Wilayah, konsep dan Teori. Yogyakarta: graha Ilmu
Ampuni S. dan Nuryoto S. (2006) Konsep Diri dan Kompetensi Sosial Remaja yang Tinggal di Panti Sosial dan Dalam Keluarga. Laporan Penelitian. Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Cartledge G. dan Milbum J .F.(1995) Teaching Social Skill to Children and Youth, An Innovative Approach. New York : Allyn & Bacon
Fuhrmann B.S. (1990) Adolescence, Adolescents. London : Scott,Foresman/Little Brown Higher Education
Herbert M. (2005), Developmental Problems of Childhood and Adolescence, Prevention,Treatment and Training. Victoria : Blackwell Publishing
Pajares P.H & Schunk S.R (2002) The Development of Achievement . San Diego : Academic Press
Rahmdhani N. (1995) Efektivitas Pelatihan Ketrampilan Sosial untuk Kepercayaan Diri Remaja. Laporan Penelitian Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Rice F.P and Dolgin K.G (2008) The Adolescence, Development,Relationships, and Culture Boston : Pearson International Edition
Santrock J .S (2002) Life Span Developmental Psychology. New J ersey : J ohn Wiley and Sons
Tarigan R. ( 2006 ) Perencanaan Pembangunan Wilayah. J akarta: PT Bumi Aksara
Ubaydillah A.N ( 2006 ) Bagaimana menjadi Percaya Diri dikutip dari www.e- psikologi.com. Tanggal 10 November 2006.