+
=
P
P P Z Z
n
) 1 ( R
R
P
+
=
Keterangan :
n = Jumlah sampel
R = Perkiraan Odds Rasio = 2,2 dari hasil penelitian terdahulu (Dariansyah,
2006)
= Tingkat kemaknaan (0,05)
= Besar perkiraan yang diperlukan (0,10)
Z = Deviat baku normal untuk (1,96)
Z = Deviat baku normal untuk (1,28)
P = Dugaan Proporsi atau insiden dalam populasi (0,68)
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
37
[ ]
7 , 76
) 5 , 0 68 , 0 (
) 68 , 0 1 ( 68 , 0 28 , 1 2 / 96 , 1
2
2
=
+
= n
a. Kasus
Kasus adalah santri yang menderita penyakit skabies, yang telah dilakukan
diagnosa oleh dokter spesialis penyakit kulit atau dokter umum yang telah dilatih
oleh dokter spesialis penyakit kulit, besar sampel dalam penelitian ini yaitu 77
orang. Besarnya sampel untuk masing-masing pesantren ditentukan secara
proporsional sehingga diperoleh besarnya sampel sebagai berikut.
Tabel 3.1. Pengambilan Sampel Berdasarkan Pesantren
Pesantren Jumlah kasus Besar sampel
1. Oemar Diyan
2. Al-Falah
3. Ulumul Quran
287
108
125
42
16
19
Total 520 77
Besarnya sampel untuk masing-masing kelas ditentukan secara
proporsional sehingga diperoleh besarnya sampel sebagai berikut.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
38
Tabel 3.2. Pengambilan Sampel Berdasarkan Kelas
Pesantren
Kelas
Oemar Diyan Al-Falah Ulumul Quran
1. II SLTP
2. III SLTP
3. I SLTA
4. II SLTA
5. III SLTA
56
72
49
41
69
7
18
8
36
39
19
31
25
6
44
Jumlah 287 108 125
Pengembilan sampel dilakukan secara sistimatis.
b. Kontrol
Kontrol adalah santri yang berada dalam pesantren yang sama dengan
kasus namun tidak menderita penyakit skabies dalam penelitian ini diambil sesuai
dengan jumlah kasus yaitu 77 sampel, kemudian dilakukan matching (kelas, umur
dan jenis kelamin). Pengambilan sampel juga dlakukan hal yang sama dengan
jumlah kasus.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data primer
Data yang diperoleh dari peninjauan langsung pada objek penelitian yaitu
ke lapangan melalui wawancara dengan menggunakan format kuisioner.
3.4.2. Data sekunder
Data yang diperoleh sebagai pendukung data utama yaitu melalui
pesantren, Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, Dinas
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
39
Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, serta instansi-instansi
yang terkait yang ada hubungannya dengan pengumpulan data seperti
Badan Statistik dan Departemen Agama.
3.4.3. Pengujian validitas dan reliabilitas
a. Pengujian validitas
Pengujian validitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen
sebagai alat ukur penelitian yang dapat mengukur apa yang ingin diukur dan
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu
data, koofisien korelasi dikatakan valid jika nilai r hasil hitung > dari r tabel, dan
berdasarkan tabel dengan taraf kepercayaan 95% dengan responden 30 orang
nilai r tabel adalah 0,351 (df = n - 2). Berdasarkan hasil hitung dapat disimpulkan
semua pertanyaan dalam intrumen penelitian ini valid karena semua hasil dari
nilai r hitung > 0,351. Nilai r dapat dilihat pada lampiran colom corrected item-
total correlation.
b. Pengujian reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan instrumen
penelitian yang tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dan dengan alat ukur yang sama, koofisien korelasi
dikatakan valid dan reliabel jika nilai r hasil hitung > dari r tabel, dan berdasarkan
tabel pada taraf kepercayaan 95% dengan responden 30 orang nilai r tabel adalah
0,351 (df = n - 2), dapat disimpulkan semua pertanyaan dalam intrumen penelitian
ini reliabel karena nilai r hitung > 0,351.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
40
3.5. Definisi Operasional
3.5.1. Kejadian penyakit skabies adalah berdasarkan diagnosis dokter.
3.5.2. Pengetahuan adalah kemampuan santri mengetahui cara penularan dan
pencegahan penyakit skabies diukur dengan menggunakan kuisioner.
3.5.3. Sikap adalah respon melibatkan faktor pendapat dan emosi santri terhadap
penyakit skabies.
3.5.4. Tindakan
a. Kebersihan diri
1) Pakaian adalah kebersihan akan pakaian yang meliputi menggantikan
pakaian serta mencuci pakaian.
2) Handuk adalah yang digunakan untuk membersihkan diri setelah mandi
dan frekuensi mencuci handuk.
3) Tempat tidur adalah kebersihan tempat tidur berdasarkan frekuensi
menjemur kasur dan bantal serta mengantikan sprei dan sarung bantal
dalam seminggu. Diukur dengan menggunakan kuisioner yang masing-
masing bobot dijumlahkan yaitu pakaian, handuk dan tempat tidur karena
merupakan satu kesatuan (kebersihan), diberikan kategori baik, sedang dan
kategori kurang.
b. Kebiasaan
1) Pinjam handuk adalah suatu hal yang sering dilakukan terhadap
kelengkapan mandi (handuk) tidak digunakan sendiri atau
meminjamkan/mengambil handuk orang lain
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
41
2) Pinjam pakaian adalah ada tidaknya atau sering meminjamkan pakaian
orang lain
3) Tempai tidur adalah kebiasaan santri tidur berpindah-pindah tempat tidur
baik pada malam hari maupun pada saat istirahat siang hari. Terhadap
ketiga kebisasan tersebut diukur dengan menggunakan kuisioner yang
masing-masing bobot dijumlahkan yaitu pinjam pakaian, pinjam handuk
dan tempat tidur karena merupakan satu kesatuan (kebiasaan) kemudian
diberikan kategori baik, sedang dan kurang.
3.6. Metode Pengukuran
Untuk mempermudah melakukan penilaian, maka diperlukan suatu cara
pengukuran variabel sebagai berikut :
3.6.1. Pengetahuan
a. Baik : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan pencegahan dan penularan penyakit skabies
bila didapatkan bobot nilai 75% ( 27).
b. Sedang : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan dan penularan penyakit
skabies bila didapatkan bobot nilai 40% - 75% (15 - 26).
c. Kurang : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan dan penularan penyakit
skabies bila didapatkan bobot nilai < 40% (< 14).
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
42
3.6.2. Sikap
a. Baik : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan pencegahan dan penularan penyakit skabies
bila didapatkan bobot nilai 75% ( 22).
b. Sedang : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan dan penularan penyakit
skabies bila didapatkan bobot nilai 40% - 75% (13 21)
c. Kurang : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan dan penularan penyakit
skabies bila didapatkan bobot nilai < 40% (< 12).
3.6.3. Kebersihan
a. Baik : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kebiasaan pinjam meminjamkan pakaian,
handuk dan tukar menukar tempat tidur bila didapatkan bobot nilai
75% ( 16).
b. Sedang : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kebiasaan pinjam meminjamkan
pakaian, handuk dan tukar menukar tempat tidur bila didapatkan bobot
nilai 40% - 75% (9 15).
c. Kurang : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kebiasaan pinjam meminjamkan
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
43
pakaian, handuk dan tukar menukar tempat tidur bila didapatkan bobot
nilai < 40% (< 8).
3.6.4. Kebiasaan
a. Baik : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kebiasaan pinjam meminjamkan pakaian,
handuk dan tukar menukar tempat tidur bila didapatkan bobot nilai
75% ( 16).
b. Sedang : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kebiasaan pinjam meminjamkan
pakaian, handuk dan tukar menukar tempat tidur bila didapatkan bobot
nilai 40% - 75% (9 15).
c. Kurang : apabila responden menjawab seluruh pertanyaan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kebiasaan pinjam meminjamkan
pakaian, handuk dan tukar menukar tempat tidur bila didapatkan bobot
nilai < 40% (< 8).
3.7. Metode Analisa Data
3.7.1. Analisi univariat
a. Untuk menjelaskan variabel independen yaitu pengetahuan, sikap dan
tindakan (kebersihan diri, kebiasaan) yang dibuat dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan dideskripsikan.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
44
b. Untuk menjelaskan variabel dependen yaitu kejadian penyakit skabies
dan dideskripsikan.
3.7.2. Analisa bivariat
Untuk melihat hubungan satu variabel independen dengan variabel
dependen diuji dengan uji Chi square dengan menggunakan program komputer
(software), dimana taraf signifikan () sebesar 5%.
3.7.3. Analisis multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan,
sikap dan tindakan (kebiasaan, kebersihan) sekaligus kejadian penyakit skabies,
melalui analisis regresi logistik dengan rumus :
) . . .......... 3 3 2 2 1 1 (
1
1
biXi X b X b X b a
e
P
+ + + +
+
=
P = Peluang terjadinya efek
e = Bilangan natural (2,718)
a = Konstanta
b = Keofisien regresi
x = Variabel independen
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
45
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum dan Keadaan Wilayah
4.1.1. Letak geografis
Kabupaten Aceh Besar terletak di ujung pulau sumatera yaitu 5,20
0
5,8
0
Lintang Utara dan 95
0
95,8
0
Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut ; sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Aceh Barat, sebelah barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie.
Kabupaten Aceh Besar memiliki wilayah pantai yaitu terletak dibagian
utara dan barat, mulai dari Kecamatan Lhoong sampai dengan Kecamatan Mesjid
Raya, wilayah tengah merupakan dataran rendah dan tergolong lebih padat
penduduknya, dan wilayah dataran tinggi, terletak di sebelah timur yang dibatasi
oleh gunung Seulawah. Disamping dataran tinggi di wilayah Kabupaten Aceh
Besar terdapat juga gugus kepulauan, yaitu kepulauan Aceh, terdiri dari Pulau
Breuh, Pulau Nasi dan pulau-pulau kecil lainnya.
4.1.2. Luas wilayah dan jumlah penduduk
Luas wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah 2.969 Km
2
, dibagi menjadi 22
kecamatan yang terdiri dari 68 Mukim dan 593 desa. Kecamatan Jantho,
Kecamatan Lembah Seulawah, Kecamatan Cot Glie merupakan kecamatan terluas
dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya, tetapi mempunyai jumlah mukim
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
44
46
dan desa yang sedikit. Kemukiman yang terbanyak terdapat di Kecamatan Ingin
Jaya, Kuta Baro, Seulimum, Darul Imarah. Jumlah keseluruhan yang ada di
Kabupaten Aceh Besar berjumlah lima kelurahan yang terdapat di Kecamatan
Seulimum. Indrapuri, Suka Makmur, Ingin Jaya dan Kecamatan Lhooknga
masing-masing satu kelurahan. Desa terbanyak adalah Kecamatan Ingin Jaya,
Kuta Baro, Montasik, Indrapuri dan Kecamatan Seulimum.
4.2. Latar Belakang Pesantren
4.2.1. Pesantren Oemar Diyan
Pesantren Oemar Diyan merupakan salah satu pesantren modern terpadu,
bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Islam Oemar Diyan yang berlokasi di
Desa Krueng Lamkareung Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar yang
telah diresmikan oleh Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 27
Oktober 1990. Pesantren ini berdiri atas prakarsa dan usaha almarhum H.
Saaduddin Djamal, SE. Beliau adalah seorang aktifis muslim yang lama
sehidupnya aktif di berbagai organisasi Islam seperti PII, HMI, MI dan dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia. Sejak berdiri pesantren ini sampai saat ini sistim
dan kurikulum yang dipakai sama yaitu sistim pendidikan terpadu.
a. Lokasi
Pesantren Oemar Diyan merupakan salah satu pusat pendidikan agama
yang dilengkapi dengan Sekolah Tsanawiyah dan Aliyah, yang berlokasi di Desa
Krueng Lamkareung dengan luas tanah 12 Ha. Fasilitas-fasilitas yang ada di
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
47
Pesantren Oemar Diyan antara lain 6 asrama Putri (12 kamar/asrama), 4 asrama
putra (8 kamar/asrama). Ruangan belajar sebanyak 19 ruang, 1 lapangan bola
kaki, 2 lapangan voli dan basket, 1 tenis meja, 1 mushalla, 1 ruangan untuk
kantor, 1 ruangan untuk pustaka, 1 ruangan untuk laboratorium, 10 WC untuk
santri putri dan 10 WC untuk santri putra serta satu Puskesmas pembantu. Jumlah
santri setiap kamar 20 santri dengan 10 ranjang yang bertingkat.
Adapun batasan lingkungan Pesantren Oemar Diyan adalah sebagai
berikut :
1) Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai.
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Krueng Jrue
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan dan perkebunan penduduk
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai
b. Keadan santri
Pesantren Oemar Diyan saat ini memiliki santri 735 santri yang terdiri dari
540 santri dari Tsanawiyah (laki-laki sebanyak 279 orang dan perempuan
sebanyak 261 orang) dan 195 santri dari Aliyah (laki-laki sebanyak 96 orang dan
perempuan sebanyak 99 orang). Sementara guru pengasuh sekaligus merangkap
sebagai tenaga pengajar saat ini berjumlah 90 orang.
4.2.2. Pesantren Al-Falah
Pesantren Al-Falah merupakan salah satu pesantren modern terpadu di
Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Pesantren ini sampai saat ini sistem
dan kurikulum yang dipakai sama yaitu sistem pendidikan terpadu.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
48
a. Lokasi
Pesantren Al-Falah merupakan salah satu pusat pendidikan agama yang
dilengkapi dengan Sekolah Tsanawiyah dan Aliyah, yang berlokasi di Desa
Santan dengan luas tanah 15 Ha. Fasilitas-fasilitas yang ada di pesantren antara
lain 5 asrama Putri (10 kamar/asrama), 4 asrama putra (8 kamar/asrama), 15
ruangan untuk belajar, 1 lapangan bola kaki, dan 1 lapangan voli, 1 mushalla, 1
ruangan untuk kantor, 1 ruangan untuk pustaka, 10 jamban untuk santri putri dan
5 WC untuk santri putra. Adapun batasan lingkungan Pesantren Al-Falah adalah
sebagai berikut :
1) Sebelah Timur berbatasan dengan permukiman penduduk
2) Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai
3) Sebelah Utara berbatasan dengan persawahan
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai dan perbukitan
b. Keadaan santri
Pesantren Al-Falah saat ini memiliki santri 531 santri yang terdiri dari 249
santri dari Tsanawiyah dan 282 santri dari Aliyah
4.2.3. Pesantren Ulumul Quran
Pesantren Ulumul Quran merupakan salah satu pesantren modern terpadu,
yang diresmikan pada tanggal 15 Juli 1995. Pesantren Ulumul Quran sejak
berdiri pesantren ini sampai saat ini sistim dan kurikulum yang dipakai sama yaitu
sistim pendidikan terpadu.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
49
a. Lokasi
Pesantren Ulumul Quran merupakan salah satu pusat pendidikan agama
yang dilengkapi dengan Sekolah Tsanawiyah dan Aliyah, yang berlokasi di Desa
Lamjampok, luas tanah 9 Ha. Fasilitas-fasilitas yang ada di pesantren antara lain
4 asrama Putri (8 kamar/asrama), 3 asrama putra (6 kamar/asrama), 10 ruangan
untuk belajar, 1 lapangan bola kaki, dan 1 lapangan voli, 1 tenis meja, 1 mushalla,
1 ruangan untuk kantor, 1 ruangan untuk pustaka, 8 jamban untuk santri putri dan
6 WC untuk santri putra. Jumlah santri setiap kamar 10 santri dengan 5 ranjang
yang bertingkat.
Adapun batasan lingkungan Pesantren Ulumul Quran adalah sebagai
berikut :
1) Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai
2) Sebelah Barat berbatasan dengan perbukitan
3) Sebelah Utara berbatasan dengan jalan dan pemukiman penduduk
4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan dan pemukiman penduduk.
b. Keadaan santri
Pesantren Ulumul Quran saat ini memiliki santri 342 santri yang terdiri
dari 102 santri dari Tsanawiyah (laki-laki sebanyak 46 orang dan perempuan
sebanyak 56 orang) dan 240 santri dari Aliyah (laki-laki sebanyak 85 orang dan
perempuan sebanyak 155 orang).
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
50
4.2.4. Keadaan kesehatan di pesantren secara umum
Kasus penyakit yang sering berjangkit dilingkungan santri pada pesantren
diantaranya gatal-gatal, ISPA, gastroenterithys (penyakit perut), diare dan
penyakit mata, serta nutrisi. Kasus kejadian penyakit yang sering diderita oleh
para santri di pesantren pada umumnya diakibatkan keadaan kebersihan pondok
(penginapan), alur pikir penghuni (pengelola) pesantren. Data kebutuhan atau
fasilitas bagi santri pesantren belum memadai sumber dana masih relatif kurang
atau bantuan dari instansi terkait masih kurang (Dinkes Kabupaten Aceh Besar,
2007).
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
51
4.3. Hasil Analisis
4.3.1. Analisis univariat
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Kasus dan Kontrol di Pesantren
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007
Kasus Kontrol
Karakteristik
Frek % Frek %
Total
1. Pesantren Oemar Diyan
Kelas II SLTP
Kelas III SLTP
Kelas I SLTA
Kelas II SLTA
Kelas III SLTA
8
11
7
6
10
19,1
26,2
16,7
14,2
23,8
8
11
7
6
10
19,1
26,2
16,7
14,2
23,8
16
22
14
12
20
Jumlah 42 100,0 42 100,0 84
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
19 tahun
5
12
7
9
4
5
11,9
28,6
16,7
21,4
9,5
11,9
5
12
7
9
4
5
11,9
28,6
16,7
21,4
9,5
11,9
10
24
14
18
8
10
Jumlah 42 100,0 42 100,0 84
Laki-laki
Perempuan
16
26
38,1
61,9
16
26
38,1
61,9
32
52
Jumlah 42 100,0 42 100,0 84
2. Pesantren Al-Falah
Kelas II SLTP
Kelas III SLTP
Kelas I SLTA
Kelas II SLTA
Kelas III SLTA
1
3
1
5
6
6,3
18,7
6,3
31,2
37,5
1
3
1
5
6
6,3
18,7
6,3
31,2
37,5
2
6
2
10
12
Jumlah 16 100,0 16 100,0 32
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
19 tahun
3
1
3
2
6
1
18,7
6,3
18,7
12,5
37,5
6,3
3
1
3
2
6
1
18,7
6,3
18,7
12,5
37,5
6,3
6
2
6
4
12
2
Jumlah 16 100,0 16 100,0 32
Laki-laki
Perempuan
6
10
37,5
62,5
6
10
37,5
62,5
12
20
Jumlah 16 100,0 16 100,0 32
3. Pesantren Ulumul Quran
Kelas II SLTP
Kelas III SLTP
Kelas I SLTA
Kelas II SLTA
Kelas III SLTA
3
5
3
1
7
15,8
26,3
15,8
5,3
36,8
3
5
3
1
7
15,8
26,3
15,8
5,3
36,8
6
10
6
2
14
Jumlah 19 100,0 19 100,0 38
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
19 tahun
4
1
6
1
6
1
21,1
5,3
31,6
5,3
31,6
5,3
4
1
6
1
6
1
21,1
5,3
31,6
5,3
31,6
5,3
8
2
12
2
12
2
Jumlah 19 100,0 19 100,0 38
Laki-laki
Perempuan
6
13
31,6
68,4
6
13
31,6
68,4
12
26
Jumlah 19 100,0 19 100,0 38
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
52
Berdasarkan hasil tabel 4.1 responden terbanyak didapatkan di pesantren
Oemar Diyan, menurut jenis kelamin terbanyak perempuan. Berdasarkan
terbanyak dijumpain pada kelas III SLTP dan umur yang paling dominan
menderita skabies adalah umur 16 - 18 tahun. Pesantren Al-Falah responden
terbanyak dijumpai pada perempuan, berdasarkan kelas dijumpai pada kelas III
SLTA dan umur yang banyak menderita skabies pada golongan umur 18 tahun.
Untuk pesantren Ulumul Quran kasus banyak dijumpai juga pada perempuan,
berdasarkan kelas banyak dijumpai pada kelas III SLTA, dan golongan umur
terbanyak pada umur 15 tahun dan 18 tahun.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
53
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Variabel
Independen di Pesantren Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007
Kontrol Kasus
Variabel Independen
Frek % Frek %
Total
1. Pengetahuan
- Baik
- Sedang
- Kurang
35
28
14
45,5
36,4
18,2
16
14
47
20,8
18,2
61,0
51
42
61
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
2. Sikap
- Baik
- Sedang
- Kurang
24
43
10
31,2
55,8
13,0
25
37
15
32,5
48,1
19,4
49
80
25
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
3. Kebersihan
- Baik
- Sedang
- Kurang
29
30
18
37,7
39,0
23,3
11
20
46
14,3
26,0
59,7
40
50
64
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
4. Kebiasaan
- Baik
- Sedang
- Kurang
25
27
25
32,5
31,0
32,5
15
21
41
19,5
27,3
53,2
40
48
66
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
Santri yang menderita skabies lebih banyak yang berpengetahuan kurang
dibandingkan dengan santri yang tidak menderita skabies, ini berarti pengetahuan
seseorang dapat mendukung terhindar dari penyakit, terutama penyakit menular.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
54
Berdasarkan sikap santri yang menderita skabies baik lebih banyak dibandingkan
dengan sikap baik santri yang tidak menderita skabies. Dalam hal ini sikap
seseorang baik belum tentu akan terhidar dari penyakit, sikap yang baik juga harus
didukung oleh tindakan. Terhadap kebersihan diri santri dengan kebersihan
kurang juga lebih banyak bila dibandingkan dengan santri yang tidak menderita
skabies. Kebersihan juga merupakan suatu tuntutan yang harus dijalankan oleh
santri dalam lingkungan pesantren, namun kebersihan ini sering terabaikan, hal ini
diketahui kasus skabies lebih sering terjadi dalam lingkungan pesantren.
Kebiasaan kurang pada santri yang menderita skabies lebih banyak dari pada
santri yang tidak menderita skabies.
Berdasarkan hasil lampiran 4 pada nomor urut pertanyaan 5 tentang
pengetahuan 76,6% santri menyatakan skabies ditularkan melalui pakaian begitu
juga dengan umur mereka menyatakan hanya pada golongan umur tertentu saja.
Dilihat dari kebersihan diri, hasil dari lampiran 3, tentang kebersihan nomor urut
pertanyaan 1 didapatkan 57,1% santri yang menderita skabies menggantikan baju
satu kali dalam sehari. Dalam mencuci handuk 66,2% dicuci dua minggu sekali,
begitu juga jarak waktu menjemur kasur dan bantal 67,5% menyatakan sebulan
sekali (Lampiran 4 tentang kebersihan).
Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap fasilitas seperti tempat sampah,
sumur dan jamban sudah memenuhi syarat. Air bersih yang digunakan bersumber
dari sumur bor dan sumur gali, sedangkan tempat sampah sudah disediakan ditiap-
tiap depan kamar. Walaupun air bersih sudah tersedia dengan cukup namum
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
55
kebanyakan dari santri masih menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci.
Tentang peraturan atau tata tertib didalam lingkungan pesantren juga tersedia,
seperti buanglah sampah pada tempatnya, santri dilarang mandi di sungai, sehabis
buang air kecil atau air besar mohan disiram sebanyak mungkin, dan peraturan-
peraturan lainnya yang bersifat mengajak. Kontruksi pesantren dilihat dari
kontruksi bangunan dan kamar tidur rata-rata cukup.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
56
4.3.2. Analisis bivariat
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kontrol dan Kasus Berdasarkan Variabel
Independen dan Dependen di Pesantren Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2007
Kontrol Kasus
Variabel
Independen
Frek % Frek %
Total
X
2
/
(p value)
OR/
(CI 95%)
1. Pengetahuan
- Baik
- Sedang
- Kurang
35
28
14
45,5
36,4
18,2
16
14
47
20,8
18,2
61,0
51
42
61
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
29,598
(0,000)*
1,094 (0,457-2,617)
7,344 (3,170-17,015)
2. Sikap
- Baik
- Sedang
- Kurang
24
43
10
31,2
55,8
13,0
25
37
15
32,5
48,1
19,4
49
80
25
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
1,470
(0,479)
0,826 (0,405-1,683)
1,440 (0,542-3,824)
3. Kebersihan
- Baik
- Sedang
- Kurang
29
30
18
37,7
39,0
23,3
11
20
46
14,3
26,0
59,7
40
50
64
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
22,350
(0,000)*
1,758 (0,718-4,309)
6,737 (2,788-16,282)
4. Kebiasaan
- Baik
- Sedang
- Kurang
25
27
25
32,5
31,0
32,5
15
21
41
19,5
27,3
53,2
40
48
66
Jumlah 77 100,0 77 100,0 154
7,129
(0,028)*
1,296 (0,550-3,055)
2,733 (1,215-6,148)
Ket * = Signifikan
Dalam menentukan kemaknaan hubungan variabel independen dengan
dependen dilakukan uji dengan hasil Chi-square.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
57
a. Hubungan pengetahuan dengan kejadian skabies
Hubungan pengetahun santri dengan kejadian skabies, semakin baik
pengetahun semakin kecil frekuensi untuk menderita skabies. Hasil uji yang
diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan
kejadian skabies (p=0,000). Santri yang berpengetahuan sedang tidak memberikan
dampak yang berarti terhadap penyakit skabies. Dari nilai OR dapat disimpulkan
bahwa santri yang pengetahuan kurang berpeluang menderita skabies 7,344 (95%
CI:3,170-17,015) kali dibandingkan santri yang berpengetahuan baik, dan santri
yang berpengetahuan sedang berisiko menderita skabies 1,049 kali dibandingkan
dengan santri yang berpengetahuan kurang.
b. Hubungan sikap dengan kejadian skabies
Hasil uji statistik diperoleh nilai p > 0,05 artinya tidak terdapat hubungan
bermakna antara sikap dengan kejadian skabies. Nilai OR 1,440 (0,542-3,824),
artinya sikap santri bukan merupakan faktor terjadinya penyakit skabies pada
tingkat kepercayaan 95%.
c. Hubungan tindakan kebersihan dengan kejadian skabies
Hubungan kebersihan diri dengan kejadian skabies berdasarkan hasil uji
statistik didapatkan nilai p < 0,05, artinya terdapat hubungan yang bermakna
tindakan kebersihan dengan kejadian skabies. Nilai OR 6,737 (CI 95% 2,788-
16,282), artinya santri yang kebersihan kurang mempunyai risiko menderita
skabies 6,7 kali dibandingkan dengan santri dengan kebersihan baik pada tingkat
kepercayaan 95%.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
58
d. Hubungan tindakan kebiasaan dengan kejadian skabies
Proporsi kasus yang kebiasaan kurang 53,2% sedangkan kontrol 32,5%.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p < 0,05, artinya terdapat hubungan yang
bermakna tindakan kebiasaan dengan kejadian skabies. Nilai OR 2,733 (CI 95% :
1,215-6,148), artinya santri yang menderita skabies kemungkinan besar 2,7 kali
yang kebiasaan kurang, dibandingkan santri yang menderita skabies dengan
kebiasaan sedang pada tingkat kepercayaan 95%.
Penelitian ini ada empat variabel yang diduga berhubungan dengan
kejadian skabies, yaitu pengetahuan, sikap, kebersihan dan kebiasaan. Untuk
mendapatkan model multivariat keempat variabel tersebut terlebih dahulu
dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen. Variabel yang pada saat
dilakukan uji memiliki p < 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi
dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan kedalam model multivariat.
4.3.3. Analisis multivariat
Tabel 4.4. Multivariat Regresi Logistik antara Pengetahuan, Kebersihan dan
Kebiasaan dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Santri Di
Pesantren Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007
Variabel Independen B P OR 95% CI
Pengetahuan
Kebersihan
Kebiasaan
Constant
1,808
-860
-046
0,969
0,000
0,002
0,867*
0,113
6,096
1,423
1,955
2,635
2,521-14,739
1,036-2,695
0,244-0,733
Ket * : Dikeluarkan dari model
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
59
Dari hasil tabel 4.4, didapatkan p. valuenya lebih besar dari 0,05 akan
dikeluarkan dari model dalam hal ini adalah kebiasaan, maka variabel kebiasaan
tidak masuk ke model multivariat. Kebiasaanya adanya hubungan dengan
kejadian skabies, namun pengaruhnya kurang dalam kejadian penyakit skabies.
Tabel 4.5. Uji Regresi Logistik Untuk Identifikasi Variabel yang Masuk
dalam Model Faktor Kejadian Penyakit Skabies pada Santri di
Pesantren Kabupaten Aceh Besar Tahun 2007
Variabel Independen B P OR 95% CI
Pengetahuan
Kebersihan
Constant
1,846
1,664
-1,495
0,000
0,001
0,001
6,336
5,280
0,244
2,601-15,434
2,036-13,695
Overall percentage 73,4%
Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik
dalam menentukan determinan kejadian skabies. Dalam pemodelan ini semua
variabel independen dicoba secara bersama-sama. Setelah dikeluarkan variabel
yang nilai p > 0,05 secara bertahap maka didapatkan 2 variabel yang masuk dalam
kandidat model yaitu pengetahuan dan kebersihan.
Model regresi logistik dalam bentuk persamaan dengan 2 buah variabel
independen yang terdiri dari pengetahuan dan kebersihan dapat diperkirakan
pengaruh faktor risiko dalam hubungannya dengan kejadian skabies sebesar
73,4% (Overall percentage 73,4%). Variabel pengetahuan diperoleh nilai OR 6,3
artinya santri yang pengetahuan kurang menderita skabies kemungkinan 6 kali
lebih besar pengetahuan baik. Variabel kebersihan didapatkan OR 5,2, artinya
santri yang menderita skabies kemungkinan 5 kali lebih besar pada kebersihan
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
60
kurang dibandingkan santri yang kebersihan baik. Berdasarkan nilai OR kita
dapat memperkirakan kekuatan pengaruh variabel pengetahuan dan kebersihan
dalam hubungannya dengan kejadian skabies. Semakin besar nilai OR, semakin
kuat pula pengaruh variabel terhadap kejadian skabies. Variabel dengan nilai OR
terbesar merupakan variabel yang paling dominan atau berisiko dalam
hubungannya dengan kejadian skabies, dalam hal ini adalah pengetahuan. Melalui
model ini dengan dua buah variabel independen yang terdiri dari pengetahuan dan
kebersihan dapat diperkirakan pengaruh faktor risiko dalam hubungannya dengan
kejadian skabies sebesar 73,4%. Model ini didapatkan suatu turunan perhitungan
matematika tentang pengetahuan dan kebersihan yang menderita skabies.
) 664 , 1 846 , 1 495 , 1 (
1
1
kebersihan n pengetahua
e
P
+ +
+
=
Tabel 4.6. Peluang Terjadinya Penyakit Skabies Berdasarkan Pengetahuan
dan Kebersihan
Kebersihan
Pengetahuan
Kurang Sedang Baik
Kurang
Sedang
Baik
12%
2%
0,3%
2,5%
0,39%
0,05%
0,48%
0,075%
0,01%
Santri yang berpengetahuan kurang dengan kebersihan kurang berpeluang
menderita skabies 12%, santri yang pengetahuan baik dengan kebersihan baik
berpeluang menderita skabies 0,01%.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
61
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Skabies
Secara statistik menunjukkan adanya hubungan pengetahuan santri dengan
kejadian skabies. Dimana didapatkan p = 0,000 dengan nilai OR 7,344 artinya
santri yang berpengetahuan kurang akan berpeluang menderita skabies.
Pengetahuan santri yang berkaitan dengan kejadian skabies dimana masih
dijumpai santri yang belum mengetahui penyebab terjadinya skabies, begitu juga
tentang penularan skabies mereka lebih banyak menyatakan menular melalui
pakaian.
Banyak penelitian yang sejalan dengan hasil yang diperoleh pada
penelitian ini, diantaranya Taufik (2006), membuktikan ada peningkatan
bermakna pengetahuan pengungsi tentang pencegahan skabies yang dilihat dari
segi promosi kesehatan. Tingkat pengetahuan mempunyai peran penting dalam
pencegahan penyakit skabies, khususnya dalam lingkungan yang penduduknya
padat dalam hal ini termasuk asrama.
Sugiharto (2003) menyatakan ada peningkatan pengetahuan responden
setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kader untuk pencegahan HIV/AIDS,
Sosanto, (2002) yang memberikan intervensi pendidikan dengan berbagai model
dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.
Novelasari, (2004) membuktikan intervensi pendidikan kesehatan dapat
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
60
62
meningkatkan pengetahuan guru surau untuk mencegah kejadian Anemia gizi
besi, penelitian Rahanto, (1997) membuktikan peningkatan pengetahuan ibu-ibu
hamil tentang pencegahan risiko kehamilan melalui intevensi penyuluhan
kesehatan serta penelitian Suskamdani, (1995) yang membuktikan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang pencegahan penyakit menular dengan
dilakukannya penyuluhan kesehatan pada masyarakat.
Peningkatan pengetahuan untuk santri selama menempati asrama telah
banyak memperoleh informasi tentang kesehatan, diantaranya tentang penyakit
kulit. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada santri ini disampaikan melalui
kuliah singkat yang bisanya dilakukan setiap selesai shalat magrib. Sebagai
penyegaran terhadap informasi yang telah diperoleh dengan penekanan terhadap
pengetahuan pencegahan lebih mendalam tentang penyakit skabies. Peningkatan
pengetahuan santri memang tidak semata dipengaruhi proses pelaksanaan
pendidikan kesehatan saja. WHO (1992) menyatakan faktor lain yang juga
mempengaruhi antara lain motivasi, kebutuhan terhadap informasi,
pengalaman/mengalami, kecerdasan, guru, teman, buku dan media massa (Werner
dan Bower, 1986).
Peningkatan pengetahuan juga dapat dilibatkan Unit Kesehatan Sekolah
(UKS) yang ada dilingkungan sekolah dan pesantren. Peran UKS sangat penting
dalam meningkatkan kesehatan para santri, karena merema memiliki wewenang
terhadap kesehatan. Berkaitan dengan pengetahuan santri tentang kejadian skabies
ada beberapa hal yang berkaitan dengan pengetahuan diantaranya ; tahu (know)
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
63
diartikan mengingat suatu materi atau ilmu yang berkaitan dengan skabies. Dalam
hal ini santri mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau didapatkan atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan
tingkat pengetahuan yang rendah. Misalnya dalam menguraikan, mendefinisikan
tentang penyakit skabies. Memahami (comprehension), adalah kemampuan santri
dalam menjelaskan secara benar tentang penyakit skabies. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan kembali, misalnya dapat
menjelaskan penyakit skabies dapat ditularkan melalui apa saja. Aplikasi
(application) adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
didapat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Analisis (analysis)
diartikan kemampuan dalam menjabarkan objek kehidupan sehari-hari misalnya
saling menjaga kebersihan diri atau tidak menggunakan pakaian orang lain.
Sintesis (synthesis) diartikan adanya kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya dapat menjelaskan tentang hal-hal yang harus dijaga dengan orang yang
menderita skabies. Evaluasi artinya kemampuan seseorang dalam melakukan
penilaian terhadap kejadian skabies. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria orang lain. Misalnya
dapat membandingkan dengan kebiasaan hidup yang kurang maka santri mudah
terkena penyakit skabies. Pada penelitian ini santri kemungkinan belum
mengetahui penyebab skabies dan cara menghindari penyakit skabies.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
64
Roger (1974), berpendapat bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berturut-turut. Kesadaran
(awareness) yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui objek terlebih
dahulu, Interest adalah orang mulai tertarik kepada stimulus, misalnya santri ingin
mengikuti hidup bersih sesuai dengan kaidah yang menyatakan kebersihan bagian
dari iman, evaluation artinya menimbang baik atau tidaknya stimulus yang
diterima. Trial adalah mereka telah mulai mencoba dengan perilaku baru untuk
menghindar terjadinya penyakit skabies. Adoption yaitu seseorang telah
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, sikap terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2005).
Sesuai dengan tiori di atas maka santri yang menderita skabies
membutuhkan tahap-tahap dalam meningkatkan pengatahuan. Peningkatan
pengatahuan juga harus diikuti dengan informasi-informasi yang dapat
menguntungkan bagi santri. Pengetahuan tentang penyakit skabies belum dapat
mengubah sikap dan perilaku. Kebiasaan pola hidup yang sudah rutin dan hampir
berlaku disemua pesantren termasuk opini dan persepsi yang salah terhadap
penyakit skabies ternyata cukup sulit diubah.
Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit skabies, sehingga
menyebabkan cepatnya penularan skabies yang terjadi didalam lingkungan
pesantren. Penularan skabies dalam kategori tinggi di dalam masyarakat,
lingkungan keluarga, sekolah-sekolah dalam hal ini termasuk pesantren yang
santrinya terinfeksi skabies. Kerlinger (2003) menyatakan bahwa pengetahuan
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
65
yang maksimal dalam waktu singkat sulit terjadi perubahan baik peningkatan
ataupun penurunannya. Banyak faktor yang menjadi alasan diantaranya
masyarakat kesulitan memperoleh informasi yang lebih banyak tentang sesuatu
setelah informasi utama diperolehnya (Sadulloh, 2003).
Analisis distribusi frekuensi terhadap jenis pertanyaan yang diberikan
menunjukkan bahwa penyebab, tanda dan gejala skabies umumnya tidak diketahui
oleh santri. Pengetahuan ini sebagian besar mereka peroleh dari pengalaman
mengalami baik langsung pada dirinya maupun tidak langsung pada anggota
keluarga atau tetangga. Werner and Bower (1986) menyatakan bahwa penyakit
bila seseorang pernah mengalami penyakit atau sedang menderita, bila ada
informasi yang berkaitan dengan penyakit yang ia derita maka akan lebih tertarik
untuk mendengarkannya. Seperti halnya santri yang memiliki pengalaman
menderita skabies baik diri atau kawannya serta anggota keluarganya memiliki
ketertarikan lebih tinggi dalam mengikuti pendidikan atau penyuluhan yang
disampaikan.
Penyebutan kudee buta dalam bahasa Aceh dipahami santri sebagai
kudis seperti yang dipahami oleh sebagian besar santri. Dalam masyarakat Aceh
sendiri masih sangat awam dengan sebutan kudee buta, karena memang penyakit
ini sudah jarang sekali ditemukan saat ini. Kutu sarcoptes scabeie juga banyak
yang tidak diketahui oleh santri, hal ini disebabkan informasi yang pernah mereka
dapatkan tidak terlalu mendalam.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
66
Cara menghindari penyakit skabies yang efektif untuk menanggulangi
skabies masih banyak kurang dipahami, kebiasaan selama ini mereka hanya
mengobati penderita saja. Mereka juga masih banyak yang menganggap
pengobatan skabies memerlukan karantina. Pencegahan efektif sebaiknya harus
meliputi seluruh anggota keluarga dan untuk pengobatan hanya diperlukan obat
esensial yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih murah (Orkin dan
Maibach, 1997).
Pengetahuan yang bekaitan dengan penyakit skabies di lingkungan
pesantren masih merupakan suatu masalah yang menjadi perhatian khusus dalam
mencegah penyakit skabies. Peningkatan pengetahuan santri dapat dilakukan
secara berjenjang dan bertahap salah satunya dapat dilakukan melalui penyuluhan-
penyuluhan.
5.2. Hubungan Sikap dengan Kejadian Skabies
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan sikap dengan kejadian
skabies. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,479 artinya tidak terdapat
hubungan yang bermakna sikap dengan kejadian skabies. Penelitian berdasarkan
analisis distribusi frekuensi terhadap pernyataan yang diukur dapat dibicarakan
beberapa hal yang berkaitan dengan sikap santri. Sikap baik yang dimiliki santri
antara lain tidak saling menukarkan pakaian dengan penderita skabies dan sikap
untuk menjaga jarak dengan penderita skabies. Kondisi ini dapat dipahami sebagai
bentuk ketakutan mereka dapat ditulari penyakit tersebut, meskipun alasan
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
67
tersebut tidak terlalu kuat. Penjelasan yang lebih sederhana dan mudah diterima
(Werner dan Bower, 1986) tentang cara penularan skabies mungkin akan lebih
membantu mengatasi penularan tanpa muncul sikap antipati terhadap penderita.
Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini antara lain, Astuti,
(2002) membuktikan bahwa sikap baik pada anak sekolah dasar untuk mencegah
kecacingan dapat ditingkatkan dengan memberikan penyuluhan yang ideal.
Santoso, (2002) membuktikan penyuluhan kesehatan mampu meningkatkan sikap
positif penduduk untuk melakukan pencegahan malaria. Sikap positif kader
posyandu untuk melaksanakan tugas pelayanan posyandu dapat ditingkatkan
secara signifikan dengan pendidikan kesehatan menggunakan metode belajar
berbasis masalah dibuktikan oleh Tjahjowati, (2002). Sikap positif untuk
melakukan pencegahan penyakit demam berdarah dengue oleh guru UKS dapat
dapat ditingkatkan dengan penyuluhan kesehatan.
Sikap yang terbentuk pada individu selalu didasari pengetahuannya
tentang masalah yang dihadapinya disamping itu terdapat konsistensi antara
pengetahuan dan sikap. Informasi yang telah diperoleh pengungsi telah
membentuk sikap positif mereka dalam menghadapi masalah kesehatan.
Pemilihan promotor kesehatan yang paham dengan masalahnya dan menarik
(Kiesler dan Kiesler, 1969), dalam hal ini dokter Puskesmas dipercaya menjadi
salah satu faktor yang mendukung terjadinya peningkatan sikap santri. Perubahan
sikap santri juga dapat didasari keinginan mereka untuk memperlihatkan identitas
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
68
diri mereka, bahwa mereka memiliki sikap yang lebih baik daripada komunitas
lain untuk menghadapi masalah kesehatan (Azwar, 2003).
Komunikasi yang lebih mudah dilakukan antara sesama santri karena
berada dalam satu kelompok yang mudah dijangkau menyebabkan intensitas
interaksi dan pertukaran informasi diantara mereka lebih tinggi. Komunikasi yang
mudah dipahami dan diterima menurut Azwar (2003) lebih banyak terjadi dari
pertukaran informasi sesama anggota kelompok sehingga mereka cenderung
memiliki sikap yang sama terhadap suatu masalah.
Berdasarkan analisis distribusi frekuensi terhadap pernyataan yang diukur
dapat dibicarakan beberapa hal menarik. Sikap kurang yang dimiliki santri antara
lain menjaga jarak dengan penderita skabies. Kondisi ini dapat dipahami sebagai
bentuk ketakutan mereka dapat ditulari penyakit skabies, meskipun alasan tersebut
tidak terlalu kuat. Penjelasan yang lebih sederhana dan mudah diterima tentang
cara penularan skabies mungkin akan lebih membantu mengatasi penularan tanpa
muncul sikap antipati terhadap penderita.
Santri banyak yang mempunyai anggapan bahwa pencegahan dan
pemberantasan skabies lingkungan perlu diperhatikan juga. Sikap ini tentunya
menyulitkan, karena sikap tersebut menghalangi mereka berpartisipasi dan
berperan secara aktif untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan skabies.
Perlu ditumbuhkan sikap baik bahwa masalah kesehatan di pesantren menjadi
tanggung jawab bersama untuk mengatasinya. Menggali pengalaman pribadi
santri tentang sikapnya terhadap masalah yang pernah dihadapinya, memberi
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
69
contoh sikap orang-orang yang dihormati santri, menyandarkan cara bersikap
pada tuntunan agama atau komunikasi dan informasi dari media massa tentang
masalah yang sedang dihadapi adalah beberapa alternatif untuk menumbuhkan
sikap baik yang bisa ditawarkan kepada santri (Azwar 2003).
5.3. Hubungan Tindakan Kebersihan dengan Kejadian Skabies
Hasil penelitian ini menunjukkan secara statistik adanya pengaruh yang
signifikan antara kebersihan dengan kejadian skabies. Dimana nilai p = 0,000
artinya adanya hubungan yang bermakna tindakan kebersihan dengan kejadian
skabies. Nilai OR didapatkan 6,737 artinya santi yang kebersihanya kurang
mempunyai resiko menderita 6,7 kali dibandingkan dengan santri yang
kebersihannya baik. Kebersihan kurang yang sangat muncul pada santri adalah
mandinya satu (1) kali dalam sehari, sedangkan santri yang tidak menderita
skabies mandinya tiga (3) kali dalam sehari. Kebersihan dalam menggantikan
pakaian pada santri yang menderita skabies satu hari sekali. Santri yang tidak
menderita skabies juga didapatkan persentase tertinggi dalam menggantikan
pakaian 1 kali dalam sehari. Kebersihan santri dalam menggantikan sprei
dilakukan diatas dua minggu sekali. Kebersihan inilah yang menyebabkan santri
lebih mudah terularnya penyakit skabies. Dalam menjemur kasur dilakukan satu
kali dalam sebulan. Penelitian ini dilakukan dengan kasus dan kontrol terhadap
kebersihan persentasenya sama-sama kurang.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
70
Kebersihan diri sangat berkaitan dengan pakaian, tempat tidur yang
mereka gunakan sehari-hari. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Irijal, 2004
dikaitkan dengan yang pernah menderita penyakit kulit 51,9% pernah mengalami
karena kurangnya menjaga kebersihan diri. Penyakit kulit yang terjadi disebabkan
pemeriksaan yang dilakukan tidak secara rutin. Penyakit kulit yang diderita
khususnya gatal-gatal. Kebersihan diri perlu dijaga, untuk terhindar dari penyakit
kulit terutama skabies.
Islam sangat memperhatikan umutnya agar selalu menjaga thuharah
(kesucian) dan kebersihan. Maka Islam menganjurkan mereka untuk berwudhuk
ketika hendak shalat. Wudhuk dalam Islam disamping merupakan perintah dalam
ibadah juga merupakan sarana terbaik dalam menjaga kebersihan, bukan hanya
kebersihan diri saja numun juga kebersihan pakaian, atau tempat shalatnya. Selain
wudhuk dan mandi, diantara upaya menjaga kebersihan dalam Islam adalah
bersikat gigi ketika wadhuk (Raqith, 2007).
Berdasarkan tiori dari Ragith tersebut bila telah dijalankan dengan baik
maka santri akan terbebas dari penyakit skabies. Berdasrkan hasil penelitian yang
kebersihan santri yang masih menjadi suatu penyebab terjadinya skabies adalah
kebersihan tempat tidur, dan mencuci pakaian. Bila dilihat fisik santri sudah
bersih namun kebersihan yang dilakukan hanya sebatas pada dirinya sendiri,
belum ada kaitan dengan lingkungan sekitarnya, dalam hal ini tempat tidur, dan
handuk yang digunakan belum begitu bersih.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
71
Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psiskis yang mempunyai
banyak manfaat diantaranya meningkatkan derajat kesehatan seseorang,
memelihara kebersihan diri, mencegah penyakit dan meningkatkan kepercayaan
diri. Penderita dengan kebersihan baik dapat menderita skabies karena skabies
adalah penyakit kulit yang mudah menular sehingga lingkungan tempat tinggal
yang telah terinfeksi kuman skabies dapat menyebabkan seseorang menderita
skabies. Tindakan kebersihan yang kurang baik memudahkan penyebaran skabies.
Kebanyakan kasus-kasus yang terjadi karena adanya kontak personal. Secara
tioritis kaum muda yang tinggal sendirian, mereka kebanyakan terinfeksi penyakit
menular tetapi jika salah satu anggota keluarga tidak terinfeksi, maka yang
lainnya juga akan ikut terinfeksi (Parish, 1997).
5.4. Hubungan Tindakan Kebiasaan dengan Kejadian Skabies
Hasil penelitian yang dilakukan pada tiga pesantren di Kabupaten Aceh
Besar, yang dilakukan melalui uji multivariat maka kebiasaan tidak berhubungan
dengan kejadian skabies. Seseorang dengan kebiasaan baik, namun bila orang lain
yang memiliki kebiasaan kurang, maka untuk terjadinya penularan penyakit
skabies sangat memungkinkan, karena penularan skabies salah satunya dapat
terjadi melalui handuk, pakaian dan tempat tidur. Konsekuensi dari kebiasaan baik
model dapat menerangkan manfaat berperilaku. Perlu adanya santri yang dapat
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
72
menjadi model kebiasaan sehingga dapat dijadikan pengalaman berperilaku oleh
santri yang lain.
Elder, (1993) cit Graeff (1996) yang dikutip dari Notoadmodjo, 2005
menyatakan bahwa kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan dibentuk oleh
kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan sosial maupun fisik. Penghuni
asrama (santri) menganggap bahwa tukar menukar pakaian merupakan hal yang
biasa terjadi dalam lingkungan pesantren. Bilapun mereka tidak meminjamkan
pakaian maupun handuk maka orang lain atau temannya yang akan meminjam
pakaian atau handuk. Terkadang pula mereka mengambil tanpa memberitahukan
pada pemiliknya. Handuk merupakan hal yang sering mereka tukar menukarkan.
Begitu juga dengan kebiasaan mereka dalam menggunakan tempat tidur,
terkadang kawan atau orang yang menderita penyakit skabies tidur ditempat tidur
orang lain yang tidak menderita skabies, dengan kejadian seperti ini maka
penularan skabies dalam lingkungan pesantren sangat cepat. Kurangnya
pengetahuan santri tentang penularan penyakit skabies, maka santri yang
menderita penyakit skabies, kurang memperhatikan penularan terhadap orang lain.
Tana, (2004) juga melaporkan hasil penelitiannya dengan penyuluhan
kesehatan dapat meningkatkan perilaku pekerja menggunakan pelindung telingan
di tempat kerja bising, namun penelitian ini juga tidak melakukan pemantauan
ulang terhadap perubahan perilaku tersebut maka penggunaan alat pelindung diri
tidak digunakan karena kebiasaan mereka, yang sering dilakukan menyababkan
mereka merasa risih bila menggunakan alat pelindung diri. Rahanto, (1997)
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
73
menyatakan perilaku positif untuk peduli terhadap kehamilan pada perempuan
dapat ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan melalui organisasi sosial.
Tindakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh individu-individu
sebaiknya mendapatkan dukungan untuk mengidentifikasikan tingkah laku yang
khusus dan positif sehingga mereka mendapatkan kesempatan untuk memulai
tindakan dan kemudian mengevaluasikan apakah tindakan ini berhubungan
dengan bagaimana mereka ingin bertingkah laku. Kepentingan tujuan mencoba
untuk membedakan tujuan yang penting bagi individu dan sasaran yang penting
bagi orang lain, untuk mencapai suatu tujuan dari tindakan kebiasaan yang sering
dilakukan mereka juga memiliki beberapa rintangan. Rintangan yang dimaksud
antara lain kurangnya pengetahuan dan dibutuhkannya informasi atau fakta-fakta
yang dibutuhkan jika tujuan ingin dicapai.
Rintangan yang ke dua adalah kurangnya kemapuan untuk mengambil
keputusan karena individu sering kali tahu apa yang seharusnya dilakukan tetapi
tidak tahu bagaimana melakukannya. Rintangan yang ketiga adalah kekhawatiran
terhadap risiko yang mungkin ada pada tindakan yang diambil. Beberapa individu
tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya tetapi takut
mengadapi risikonya. Begitu juga dengan kebiasaan santri di pesantren dalam
meminjamkan handuk kepada temannya, bila mereka tidak memberikan maka
individu tersebut merasa kurang berinteraksi atau merasa tidak dimasukkan dalam
kelompokn tersebut (Niven, 2002).
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
74
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap sanitasi lingkungan di
tiga pesantren dikategorikan sudah baik, hal ini dapat dilihat dari sarana air bersih
yang digunakan bersumber dari air sumur bor, secara fisik air sudah memenuhi
syarat. Bagitu juga dengan penggunaan jamban yang tersedia setiap bak mandi.
Ketiga pesantren tersebut letaknya berdekatan dengan sungai, maka kebiasaan
dari santri masih menggunakan air sungai untuk keperluan mandi dan mencuci
pakaian.
Bila dilihat dari letak kamar sudah sesuai dengan persyaratan kontruksi
dimana setiap kamar memiliki ventilasi yang mudah masuknya sinar matahari.
Bila dilihat dari kebiasaanya santri dalam menata tempat tidur masih kurang,
dimana sering dijumpai bila salah satunya sprei kotor maka terkadang pula santri
saling menukarkan dengan kawannya. Kebiasaan yang seperti ini masih banyak
dijumpai di lingkungan pesantren. Secara umum hubungan dengan kesehatan
lingkungan sudah baik penataan kamar, air bersih serta jamban sudah memenuhi
syarat kesehatan. Tempat pengambilan air wudhu masih banyak digunakan bak air
yang terbuka hanya beberapa saja yang menggunakan kran air.
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Tabri (2003), bahwa lingkungan
atau perkembangan suatu wilayah dapat mempengaruhi penyebaran penyakit
skabies. Lingkungan yang buruk seperti pada keadaan karena perang
memudahkan infeksi skabies sehingga penderita skabies pada umumnya dicirikan
dengan lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang bersih. Pendapat tersebut
dikaitkan dengan lingkungan yang lembab umumnya dijumpai di negara yang
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
75
beriklim tropis dan subtropis adalah lingkungan yang mempermudah perkembang
biakan skabies, sehingga prevalensi skabies cenderung meningkat di negara
tersebut. Pengetahuan berarti tindakan yang diambil untuk mengetahui sesuatu.
Ketika seseorang telah mengetahui atau mendapatkan informasi mengenai
sesuatu, maka ia akan melaksanakannya (Devita, 2006).
Berdasarkan hasil model regresi yang dilakukan pengetahuan dan
kebersihan mempunyai peran yang besar dalam kejadian penyakit skabies. Kedua
variabel tersebut saling mendukung, dengan pengetahuan yang baik berarti
kebersihan seseorang juga akan baik. Kebersihan dengan kebiasaan bukan tidak
ada kaitan, namun dalam penelitian ini kebiasaan santri dalam pesantren hampir
sama. Kebiasaan yang santri lakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada
didalam pesantren. Jadi kebiasaan santri akan terhalangi oleh adanya suatu aturan.
Misalnya kita lihat dalam hal ini ada aturan yang melarang santri tidur ditempat
tidur orang lain atau tidur dikamar lain.
5.5. Pengetahuan dan Kebersihan dengan Kejadian Skabies
Berdasarkan hasil regresi logistik dalam model multivariat pengetahuan
dan kebersihan merupakan faktor paling dominan terjadinya penyakit skabies.
Hasil hitung terhadap peluang yang terjadinya kejadian skabies semakin baik
pengetahuan maka peluang terhadap kejadian skabies semakin kecil begitu juga
dengan kebersihan semakin bersihnya santri maka peluang untuk terjadinya
skabies semakin kecil. Maka berdasarkan hal tersebut jelaslah pengetahuan dan
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
76
kebersihan sangat menentukan dalam penularan skabies. Dalam kehidupan ini
individu akan bernilai baik (positif) maupun kurang (negatif) disuatu daerah atau
wilayah tertentu. Apabila seseorang keadaannya berada pada daerah positif, maka
berarti ia ditolak dari daerah negatif. Berkaitan dengan pernyataan tersebut maka
santri berada dalam wilayah negatif artinya daerah yang penghuninya banyak
(asrama) yang memudahkan penuluran penyakit skabies. Perbedaan yang terjadi
kelompok kasus dan kelompok kontrol, dimana pada kasus penyebab terjadinya
skabies karena adanya pengaruh garutan. Penularan skabies lebih banyak
disebabkan oleh pakaian, maka dalam mencegah skabies mereka hanya
menghindari untuk tidak meminjamkan pakaian orang lain. Pada kasus
kebanyakan mereka menyatakan penyakit skabies bukan penyakit yang berbahaya
bagi tubuh, dalam memutuska mata rantai penyakit skabies hanya dengan menjaga
jarak dengan penderita saja.
Pada kontrol mereka menyatakan penularan skabies sangat bervariasi
diantaranya tungau skabiei didalam tubuh, dan karena adanya garutan. Cara
terjadinya penularan skabies juga mereka menyatakan melalui pakaian dan kulit
secara keseluruhan mereka dapat menyebutkan penularan secara langsung
maupun secara tidak langsung. Maka disini pentingnya pengetahuan santri dalam
mencegah terjadinya penularan penyakit skabies. Selain pengetahuan dan
kebersihan kemungkinan pengaruh fasilitas yang tersedia juga sangat berpengaru
seperti lemari, jumlah ranjang dalam satu kamar, serta pencahayaan dalam kamar
yang cukup.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
77
Tindakan kebersihan pada kelompok kasus, dalam menggantikan pakaian
mereka hanya melakukan satu kali dalam sehari sedangkan pada kelompok
kontrol mereka sangat bervariasi yaitu tiga kali dan dua kali dalam sehari hanya
sebagian kecil saja yang menyatakan 1 kali sehari. Kebersihan yang paling
menonjol pada kontrol adalah dalam menjemur kasur dan bantal yang hanya
dilakukan sebulan sekali. Sedangkan pada kontrol merekan menjemur kasur dan
bantal 2 minggu sekali. Berdasarkan tindakan kebersihan tersebut maka jelas
adanya perbedaan pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Hasil
penelitian yang didapatkan hal-hal tersebut belum ada tindakan dari santri ini
terlihat bahwa penyakit skabies bukan merupakan penyakit yang menakutkan
dikalangan pesantren. Penyakit skabies yang sering muncul di kalangan santri
sudah merupakan suatu hal yang biasa atau penyakit yang berkelanjutan yang
diwariskan oleh kakak kelasnya. menjaga kebersihan diri sehingga angka
penularan skabies dapat diatasi.
Berdasarkan perbedaan tersebut maka penularan skabies yang terjadi
dilingkungan pesantren sulit diatasi. Penyebabnya semua tergantung pada masing-
masing individu, apalagi penyakit skabies dapat menular secara langsung maupun
tidak langsung. Apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati
penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat didalam tindakan tersebut
yakni, kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, keseriusan yang
dirasakan, manfaat yang diterima dan rintangan yang dialami dalam tindakannya
melawan penyakit.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
78
Berkaitan dengan pengetahuan dan kebersihan sebagaimana salah satu
penyebab munculnya penyakit adalah membiarkan kotoran berserakan dan tidak
menjaga kebersihan. Sebagaimana dalam ajaran Islam mendidik umatnya untuk
hidup bersih, menjauhi kotoran dan barang najis, seperti kencing dan air yang
keruh (tidak mengalir). Diantara penyebab munculnya penyakit adalah
meninggalkan sesuatu yang baik yang dihalalkan oleh Allah. Berdasarkan inilah
kebersihan santri yang sering terabaikan dalam menjaga kebersihan secara
menyeluruh (Raqith, 2007).
Praktik (tindakan) dalam menjaga kesehatan dalam Islam terdapat
beberapa unsur diantaranya :
1. Sesungguhnya aspek kesehatan dalam Islam berkaitan dengan masalah ajaran-
ajaran ritual, hukum-hukum yang ada dalam Islam dan pendidikan. Seperti
wudhuk yang mengandung arti kebersihan, wajib hukumnya untuk
dilaksananakan. Shalat tidak sah bila tidak berwudhuk, anjuran dan larangan
ini bukan hanya merupakan nasehat umum, tetapi merupakan kewajiban yang
benar-benar harus terwujud dalam pelaksanaan.
2. Keistimewaan tentang kesehatan dalam Islam itu meluas dan dirasakan oleh
semua kalangan, baik bagi penduduk kota, desa, pegunungan, tua, muda, kaya,
fakir dan orang yang maju atau terbelakang. Pentingnya unsur kesehatan
berkaitan dengan agama dan keyakinan umat keseluruhan.
3. Keistimewaan tatacara kesehatan dalam Islam berdiri atas dasar tetap dan
benar. Ia tidak pernah berubah dengan berlalunya hari dan tahun. Praktek
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
79
kesehatan dalam Islam tidaklah sama dengan penemuan-penemuan para ahli
yang kadang-kadang mengalami kesalahan.
4. Aturan kesehatan dalam Islam itu mudah dan tidak mengalami kesulitan sebab
syariah Islam berdiri atas dasar kemaslahatan manusia, berdasarkan kekuatan,
kemampuan dan keadaan umatnya.
Pelaksanaan ajaran Islam yang diperintahkan kepada umatnya itu menurut
ukuran kemampuan setiap manusia, sekalipun hal itu bertentangan antara
kesehatan dan ibadah, maka yang didahulukan adalah kesehatannya. Misalnya
orang yang sakit dikepalanya ketika mandi suci dari hadas, dan juga orang yang
tidak mampu berpuasa saat berpergian, maka dibolehkan baginya untuk berbuka
dan menggantikannya dengan hari-hari lain (Raqith, 2007).
Berpijak dari teori tersebut maka pentingnya pengetahuan santri dan
kebersihan untuk mencegah terjadinya penyakit sudah diatur sedemikian rupa.
Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan melalui ceramah ataupun diskusi yang
menyakut dengan mata pelajaran seperti pelajaran akhlak. Peningkatan
pengetahuan juga dapat dilakukan dengan menegur secara tegas atupun
memberikan sangsi yang berat bila mereka melanggar suatu peraturan, sehingga
dengan adanya suatu kesadaran maka peningkatan pengetahuan akan dilakukan
oleh santri ingin mencari tahu tentang apa yang dilarang dapat terjawab, maka
dengan sendirinya pengetahuan santri akan meningkat.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
80
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a. Adanya hubungan pengetahuan santri dengan kejadian penyakit skabies.
b. Tidak ada hubungan sikap santri dengan kejadian penyakit skabies.
c. Adanya hubungan kebersihan santri dengan kejadian penyakit skabies.
d. Tidak ada hubungan kebiasaan santri dengan kejadian penyakit skabies.
6.2. Saran
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar
1. Untuk mengatasi kejadian skabies dilingkungan santri, dapat meningkatkan
pengetahuan santri dengan memberikan pendidikan kesehatan, sehingga dapat
diharapkan :
a) Santri dapat menghilangkan anggapan bahwa skabies adalah penyakit para
santri.
b) Dapat melatih guru atau ustad/ustazah yang terlibat dalam Unit Kesehatan
Sekolah, sehingga mereka lebih mudah dalam mengarahkan santri dalam
mencegah penyakit skabies.
2. Dapat menghidupkan kembali Pusat pelayanan kesehatan pesantren
(Poskestren).
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
79
81
b. Pengelola pesantren
1) Melarang santri saling tukar menukarkan pakaian, tempat tidur agar
penularan penyakit skabies tidak terjadi.
2) Melakukan pengobatan massal guna untuk memutuskan mata rantai
penyakit skabies.
3) Dapat meningkatkan mutu lingkungannya antara lain dengan kerja bakti
tiap hari tertentu, atau diadakanya lomba kebersihan antar kamar (bilik),
serta menganjurkan santri untuk menjemur kasur dan bantal setiap
minggu.
4) Menyediakan fasilitas yang cukup seperti tempat menyimpan pakaian,
serta tempat menjemur jemuran.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
82
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan, I., 1998. Besar Sampel dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan,
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Astuti, 2002. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Murid SD dalam
Penaggulangan Kecacingan, Skripsi, Unmuha Banda Aceh.
Azwar, A., 2000. Pendidikan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka Cipta.
________, 2003. Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta.
Azwar, S., 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Jakarta : Pustaka
Pelajar
Dariansyah, F., 2006. Tinjauan Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Kejadian Penyakit Skabies Di Pesantren Oemar Diyan, Kecamatan Indrapuri
Kabupaten Aceh Besar, Skripsi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Pedoman Umum Pelaksanaan
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Melalui
Pendekatan PKMD, Jakarta.
______, 2002, Metode Penyuluhan, PPLP, Jakarta
______, 2004. Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta
Devita, R., 2006. Gambaran Karekteristik Penderita Skabies Yang Berobat jalan
Di Puskesmas Darul Aman Kabupaten Aceh Timur, Langsa.
Dinas Kesehatan Provinsi NAD., 2005. Program Pemberantasan Penyakit
Menular, Banda Aceh.
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, 2005. Profil Kesehatan, Jantho
_____, 2006. Laporan Tahunan, P2P, Jantho
Djuanda, A., Hamzah M., Aisah S., 2006. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
81
83
Ginanjar, G., 2006. Klinika Skabies, http : //mail. yahoo. com
Harahap, M., 2000. Ilmu Penyakit Kulit, Jakarta : Hipokrates
Hastono, P. S., 2001. Analisis Data, Jakarta : FKM UI
Irijal, 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sanitasi Dasar di Pesantren,
Banda Aceh, Skripsi : FKM Unmuha
Kandun, N., 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular, Jakarta
Lemeshow, S., Hosmer. Jr., Klar.J., Lwenga SK., 1997. Besar sample dalam
Penelitian Kesehatan, (Terjemahan Pramono. D), Yogjakarta : UGM Press.
Majalah Ilmiah Resmi Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia (PERDOKSI), 2001, Jakarta : Sari Pustaka.
Mantra, S., 1997. Pendidikan dan Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Medicastore, 2007. Kelainan Kulit, copyring@.www. Medicastore.com
Niven, N., 2002. Psiskologi Kesehatan, Jakarta : EGC
Notoadmodjo, S. ; Damayanti ; Hasan, 2005 Tiori Aplikasi Promosi Kesehatan,
Jakarta : Rineka Cipta.
______, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta.
Orkin, M.; Maibach. H.; Parish, C.L.; Mellanby, 1997. Scabies and Pediculosis,
J.B. Lippincott Company.
Rahanto, W., 1997. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja dalam
Menggunakan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Tekmako, Skripsi, UGM
Ruteng, 2007. Penderita Skabies, http://www.pii
Raqith, H., 2007. Hidup Sehat Cara Islam, Bandung : Marja
Sastroasmoro, S., Ismael. S., 2000. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Universitas Indonesia, Jakarta : Binarupa
Aksara.
Sadulloh, 2003. Pentingnya Informasi, Media Indonesia, Jakarta.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
84
Sungkar, S., 2001. Skabies, Jakarta : IDI.
Susanto, 2002. Media Efektif dalam Penyuluhan, Jakarta, Bina Rupa
Sugiharto, 2003. Pentingnya penyuluhan dalam Penanggulangan Penyakit
Menular, Jakarta, IDI
Suskamdani, 1995. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tentang Pencegahan
Penyakit, EGC.
Parish, 1997. Diseases Of the Skin Clinical Dermatology London, W. B. Saunders
Company
Pukesmas Pembantu, Lamkareng, 2007. Laporan Bulanan, Jantho
Prabu, B.D.R., 1996. Penyakit-Penyakit Infeksi Umum, Jakarta : Widya Medika.
Tabri, S., 2003. Pengaruh Lingkungan Terharhadap Perkembangan Penyakit
Menular, Skripsi, Unmuha, Banda Aceh
Taufik, M., 2006, Analisi Terhadap Penykit Skabies pada Barak Hunian
Sementara di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2006. Tesis, Yogjakarta : UGM
Tana, SP., 2004. Pengaruh Penggunaan Media Komunikasi dengan Menggunakan
Alat Peraga, Skripsi, Unmuha Banda Aceh.
Tjahjowati, 2002. Peran Guru dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah,
Bandung
Werner & Bower, 1986. Dermato Venereologica Indonesia, Jakarta : Artikel.
Wortonah, 2003. Kesehatan Keluarga dan lingkungan, Bandung : Kanisius
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
85
Lampiran 1
INFORMED CONSENT PENELITIAN
Perihal : Pemberian informasi dan persetujuan
Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan dilaksanakan penelitian dengan judul Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies pada Pesantren Di Kabupaten
Aceh Besar, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program
studi Administrasi Kebijakan Kesehatan konsentrasi Epidemiologi, saya
menyampaikan surat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang gambaran
perilaku santri yang berkaitan dengan penyakit skabies. Hasil penelitian ini dapat
memberikan gambaran tentang cara pencegahan penyakit skabies di lingkungan
pesantren.
Sasaran dalam penelitian ini adalah santri yang menderita penyakit
skabies. Oleh karena itu guna untuk terlaksananya penelitian ini saya bersedia
untuk menjadi peserta dalam penelitian ini dengan memberikan informasi yang
berkaitan dengan penyakit skabies. Penelitian ini hanya semata-mata untuk
kepetingan pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Demikianlah surat pernyataan ini dibuat.
Hormat, Saya
(__________________)
84
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
86
KUISIONER
A. Data umum
No :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pesantren :
Responden : (Kasus/Kontrol) ***coret yang tidak perlu***
B. Data khusus
I. Pengetahuan
1. Apakah anda pernah mendengar penyakit skabies ?
a. Pernah
b. Tidak
2. Jika pernah apa penyebabnya ?
a. Adanya tungau sarcoptes scabiei
b. Karena kuman
c. Pengaruh dari garutan
3. Apa saja tanda-tanda penyakit skabies ?
a. Bintik-bintik kecil sampai besar, berwarna kemerahan dan bernanah
b. Gatal pada malam hari dan terasa panas
JUDUL
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT
SKABIES PADA PESANTREN DI KABUPATEN ACEH BESAR
TAHUN 2007
Lampiran 2
c. Timbulnya nanah
4. Bagian tubuh mana saja penyakit skabies timbul ?
a. Sela jari, ketiak, pinggang, alat kelamin, siku dan depan pegelangan
b. Bagian yang sering tertutup
c. Kebanyakan bagian kelamin
85
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
87
5. Bagaimana cara penularan penyakit skabies ?
a. Kontak kulit dengan kulit dan melalui pakaian, handuk, sprei dan peralatan
lain yang digunakan oleh si penderita
b. Hanya melalui kulit saja
c. Hanya melalui pakaian dan tempat tidur saja
6. Siapa saja yang dapat menderita penyakit skabies ?
a. Semua golongan umur, namun lebih sering pada usia remaja
b. Pada golongan umur remaja saja
c. Hanya pada golongan umur tertentu saja
7. Apakah dengan saling menukar pakaian dengan penderita dapat menular
penyakit skabies ?
a. Ya dapat menular
b. Bila daya tahan tubuh kuat tidak
c. Tidak menular
8. Apakah penyakit skabies merupakan penyakit berbahaya bagi kesehatan kulit
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah penderita penyakit skabies perlu dikarantinakan (dipisahkan)?
a. Tidak, hanya perlu dilakukan pengobatan secara teratur
b. Hanya menjaga jarak saja dengan penderita
c. Perlu, dikarantinakan
10. Apa yang dilakukan untuk memutuskan mata rantai penyakit skabies ?
a. Disinfeksi serentak pada pakaian, sprei dan pengobatan serentak
b. Menjaga jarak dengan orang lain bila menderita scabies
c. Cukup melakukan pengobatan secara teratur
11. Apakah dengan menjemur kasur dan bantal dapat menghindari penyakit
skabies ?
a. Dapat
b. Tidak
12. Bagaimana cara menghindari penyakit skabies ?
a. Mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sambun dan menjaga kontak
langsung dengan penderita
b. Cukup mandi 2 kali sehari dan menaga kebersihan pakaian
c. Menjaga pakaian, handuk dan tempat tidur agar terkontaminasi dengan
penderita skabies
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
88
II. Sikap
No Pernyataan SS S KS
1
Kasur dan bantal perlu dijemur tiap minggu
2
Penyakit skabies harus diwaspadai walaupun tidak
membawa kematian
3
Penderita skabies perlu dilakukan karantina atau
pemisahan
4
Tidak saling menukarkan pakaian, handuk dan tempat
tidur
5 Penderita skabies tidak perlu dijauhi
6
Kebersihan diri sangat perlu dijaga agar terbebas dari
penyakit skabies
7
Menjaga jarak dengan penderita skabies sangat perlu
dilakukan
8
Penyakit skabies dapat dicegah dengan menjaga
kebersihan diri
9
Bila ditemukan kasus penyakit skabies, harus segera
mungkin dilakukan pengobatan untuk mencegah
penularan
10
Selain kebersihan diri kebersihan lingkungan juga sangat
perlu diperhatikan untuk terhindar dari penyakit skabies
III. Tindakan
Kebersihan diri
1. Berapa kali anda menggantikan pakaian dalam satu hari
2. Berapa kali dalam satu hari anda mandi
3. Bila anda mencuci handuk berapa lama jaraknya ?
a. 3 kali
b. 2 kali
c. 1 kali
a. 3 kali
b. 2 kali
c. 1 kali
a. Tiap minggu
b. 2 minggu sekali
c. > 2 minggu
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
89
4. Berapa lama jarak anda menganti sprei ?
5. Berapa lama jarak anda menganti sarung bantal ?
6. Berapa lama jarak anda menjemur kasur ?
7. Berapa lama jarak anda menjemur bantal ?
a. < 1 minggu
b. 2 minggu sekali
c. > 2 minggu
a. Tiap minggu
b. 2 minggu sekali
c. > 2 minggu
a. Teratur tiap
minggu
b. 2 minggu sekali
c. 1 bulan sekali
a. Teratur tiap
minggu
b. 2 minggu sekali
c. 1 bulan sekali
Kebiasaan
8. Apakah anda sering pinjam handuk kawan ?
9. Apakah handuk anda dipinjam kawan ?
10. Apakah anda sering menukar pakaian sesama teman ?
11. Apakah kawan anda sering meminjam baju anda ?
12. Apakah anda sering tidur ditempat tidur orang lain ?
13. Apakah kawan sering tidur ditempat tidur anda ?
14. Apakah handuk setelah anda gunakan dijemur
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
a. Tidak
b. Sering
c. Jarang
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
a. Tidak
b. Jarang
c. Sering
a. Sering
b. Jarang
c. Tidak
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
90
Lampiran 3
TABEL SKOR
Bobot/skor
No Variabel
No urut
pertanyaan a b c
Rentang
1 3 0
2 3 2 1
3 3 2 1
4 3 2 1
5 3 2 1
6 3 2 1
7 3 2 1
8 3 0
9 3 2 1
10 3 2 1
11 3 0
1 Pengetahuan
12 3 2 1
- Baik : Jika nilai skor 75% (>27)
- Sedang : Jika nilai skor 40-75% (15-26)
- Kurang : Jika nilai skor <40% (<14)
1 3 2 1
2 3 2 1
3 1 2 3
4 3 2 1
5 3 2 1
6 3 2 1
7 1 2 3
8 3 2 1
9 3 2 1
2 Sikap
10 3 2 1
- Baik : Jika nilai skor 75% (>22)
- Sedang : Jika nilai skor 40-75% (13-21)
- Kurang : Jika nilai skor <40% (<12)
1 3 2 1
2 3 2 1
3 3 2 1
4 3 2 1
5 3 2 1
6 3 2 1
3
Tindakan
kebersihan diri
7 3 2 1
- Baik : Jika nilai skor 75% (>16)
- Sedang : Jika nilai skor 40-75% (9-15)
- Kurang : Jika nilai skor <40% (<8)
8 3 2 1
9 3 2 1
10 3 2 1
11 3 2 1
12 3 2 1
13 3 2 1
4
Tindakan
kebiasaan
14 3 2 1
- Baik : Jika nilai skor 75% (>16)
- Sedang : Jika nilai skor 40-75% (9-15)
- Kurang : Jika nilai skor <40% (<8)
89
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
91
Lampiran 4
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
1. Kuesioner Pengetahuan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid
30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total
30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.904 12
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
tahu1
.67 .479 30
tahu2
2.00 .830 30
tahu3
1.97 .615 30
tahu4
.67 .479 30
tahu5
2.03 .615 30
tahu6
2.10 .548 30
tahu7
2.63 .615 30
tahu8
2.20 .664 30
tahu9
2.10 .666 30
tahu10
2.16 .668 30
tahu11
2.10 .662 30
tahu12
1.97 .615 30
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
90
92
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
tahu1
17.67 17.402 .736 .892
tahu2
16.33 14.368 .876 .878
tahu3
16.37 16.792 .676 .893
tahu4
17.67 16.782 .907 .883
tahu5
16.30 17.045 .621 .896
tahu6
16.23 17.633 .574 .899
tahu7
15.70 18.010 .419 .909
tahu8
16.32 17.422 .438 .902
tahu9
16.22 16.288 .588 .892
tahu10
16.13 16.878 .596 .898
tahu11
16.23 16.875 .600 .898
tahu12
16.37 16.654 .706 .891
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
18.33 20.575 4.536 12
2. Kuesioner Sikap
Case Processing Summary
N %
Cases Valid
30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total
30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.895 10
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
93
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
sikap1
2.13 .629 30
sikap2
2.07 .691 30
sikap3
2.10 .662 30
sikap4
1.93 .691 30
sikap5
2.07 .691 30
sikap6
2.00 .643 30
sikap7
2.10 .712 30
sikap8
2.10 .712 30
sikap9
2.10 .607 30
sikap10
2.03 .556 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
sikap1
18.50 18.879 .581 .888
sikap2
18.57 18.116 .655 .883
sikap3
18.53 18.395 .637 .884
sikap4
18.70 18.217 .636 .884
sikap5
18.57 17.702 .733 .877
sikap6
18.63 18.240 .690 .881
sikap7
18.53 17.982 .656 .883
sikap8
18.53 18.120 .630 .885
sikap9
18.53 18.947 .592 .887
sikap10
18.60 19.352 .570 .889
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
20.63 22.447 4.738 10
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
94
3. Kuesioner tindakan kebersihan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid
30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total
30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.780 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
bersih1
.67 .479 30
bersih2
2.07 .640 30
bersih3
.63 .490 30
bersih4
.67 .479 30
bersih5
.33 .479 30
bersih6
2.00 .743 30
bersih7
2.07 .740 30
Item-Total Statistics
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale Variance if Item
Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
bersih1
7.77 5.978 .490 .757
bersih2
6.37 5.413 .516 .750
bersih3
7.80 5.959 .484 .757
bersih4
7.77 6.254 .364 .776
bersih5
8.10 6.093 .437 .765
bersih6
6.43 4.737 .640 .722
bersih7
6.37 4.792 .623 .727
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
8.43 7.357 2.712 7
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
95
4. Kuesioner tindakan kebiasaan
Case Processing Summary
N %
Cases Valid
30 100.0
Excluded(a)
0 .0
Total
30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
0.780 7
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
biasa1
1.90 .403 30
biasa2
2.13 .819 30
biasa3
2.83 .461 30
biasa4
2.80 .551 30
biasa5
.90 .305 30
biasa6
.87 .346 30
biasa7
2.30 .952 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
biasa1
11.83 6.075 .608 .744
biasa2
11.60 5.007 .482 .769
biasa3
10.90 5.748 .671 .729
biasa4
10.93 5.375 .691 .717
biasa5
12.83 6.420 .602 .756
biasa6
12.87 6.051 .749 .734
biasa7
11.43 5.013 .357 .826
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
13.73 7.444 2.728 7
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
96
Lampiran 5
PESANTREN * SKABIES Crosstabulation
SKABIES Total
kontrol kasus kontrol
Count
42 42 84
OEMARDIYAN
% within SKABIES
54.5% 54.5% 54.5%
Count
16 16 32
AL-FALAH
% within SKABIES
20.8% 20.8% 20.8%
Count
19 19 38
PESANTREN
ULUMUL
% within SKABIES
24.7% 24.7% 24.7%
Count
77 77 154
Total
% within SKABIES
100.0% 100.0% 100.0%
UMUR * SKABIES Crosstabulation
SKABIES Total
kontrol kasus kontrol
Count
12 12 24
14 TAHUN
% within SKABIES
15.6% 15.6% 15.6%
Count
14 14 28
15 TAHUN
% within SKABIES
18.2% 18.2% 18.2%
Count
16 16 32
16 TAHUN
% within SKABIES
20.8% 20.8% 20.8%
Count
12 12 24
17 TAHUN
% within SKABIES
15.6% 15.6% 15.6%
Count
16 16 32
18 TAHUN
% within SKABIES
20.8% 20.8% 20.8%
Count
7 7 14
UMUR
19 TAHUN
% within SKABIES
9.1% 9.1% 9.1%
Count
77 77 154
Total
% within SKABIES
100.0% 100.0% 100.0%
J.KELAMIN * SKABIES Crosstabulation
SKABIES
Total
kontrol kasus kontrol
Count
28 28 56
laki-laki
% within SKABIES
36.4% 36.4% 36.4%
Count
49 49 98
J .KELAMIN
perempuan
% within SKABIES
63.6% 63.6% 63.6%
Count
77 77 154
Total
% within SKABIES
100.0% 100.0% 100.0%
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
95
97
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGETAHUANKEL *
SKABIES
154 100.0% 0 .0% 154 100.0%
SIKAPKEL * SKABIES
154 100.0% 0 .0% 154 100.0%
BERSIHKEL * SKABIES
154 100.0% 0 .0% 154 100.0%
KEBIASAANKEL *
SKABIES
154 100.0% 0 .0% 154 100.0%
PENGETAHUANKEL * SKABIES
Crosstab
SKABIES
kontrol kasus
Total
Count
35 16 51
BAIK
% within SKABIES
45.5% 20.8% 33.1%
Count
28 14 42
SEDANG
% within SKABIES
36.4% 18.2% 27.3%
Count
14 47 61
PENGETAHUANKEL
KURANG
% within SKABIES
18.2% 61.0% 39.6%
Count
77 77 154
Total
% within SKABIES
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
29.598(a) 2 .000
Likelihood Ratio 30.854 2 .000
Linear-by-Linear
Association
24.126 1 .000
N of Valid Cases
154
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.00.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
98
SIKAPKEL * SKABIES
Crosstab
SKABIES
kontrol kasus
Total
Count
24 25 49
BAIK
% within SKABIES
31.2% 32.5% 31.8%
Count
43 37 80
SEDANG
% within SKABIES
55.8% 48.1% 51.9%
Count
10 15 25
SIKAPKEL
KURANG
% within SKABIES
13.0% 19.5% 16.2%
Count
77 77 154
Total
% within SKABIES
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
1.470(a) 2 .479
Likelihood Ratio 1.478 2 .478
Linear-by-Linear
Association
.226 1 .634
N of Valid Cases
154
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.50.
BERSIHKEL * SKABIES
Crosstab
SKABIES
kontrol kasus
Total
Count
29 11 40
BAIK
% within SKABIES
37.7% 14.3% 26.0%
Count
30 20 50
SEDANG
% within SKABIES
39.0% 26.0% 32.5%
Count
18 46 64
BERSIHKEL
KURANG
% within SKABIES
23.4% 59.7% 41.6%
Count
77 77 154
Total
% within SKABIES
100.0% 100.0% 100.0%
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
99
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
22.350(a) 2 .000
Likelihood Ratio 23.086 2 .000
Linear-by-Linear
Association
20.968 1 .000
N of Valid Cases
154
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00.
KEBIASAANKEL * SKABIES
Crosstab
SKABIES
kontrol kasus
Total
Count
25 15 40
BAIK
% within SKABIES
32.5% 19.5% 26.0%
Count
27 21 48
SEDANG
% within SKABIES
35.1% 27.3% 31.2%
Count
25 41 66
KEBIASAANKEL
KURANG
% within SKABIES
32.5% 53.2% 42.9%
Count
77 77 154
Total
% within SKABIES
100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square
7.129(a) 2 .028
Likelihood Ratio 7.196 2 .027
Linear-by-Linear
Association
6.610 1 .010
N of Valid Cases 154
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00.
LOGI STI C REGRESSI ON VARI ABLES SKABI ES
/ METHOD = ENTER KTRTAHU
/ CONTRAST ( KTRTAHU) =I ndi cat or
/ PRI NT = CI ( 95)
/ CRI TERI A = PI N( . 05) POUT( . 10) I TERATE( 20) CUT( . 5) .
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
100
Lampiran 6
101
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
102
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
103
Lampiran 7
UJI REGRESI LOGISTIK
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a)
N Percent
Included in Analysis
154 100.0
Missing Cases
0 .0
Selected Cases
Total
154 100.0
Unselected Cases
0 .0
Total
154 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
kontrol
0
kasus
1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1) (2)
KTRTAHU kurang
61 1.000
sedang
42 .000
baik
51 .000
Block 0: Beginning Block
Classification Table(a,b)
Observed
Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 0 SKABIES kontrol
0 77 .0
kasus
0 77 100.0
Overall Percentage
50.0
a Constant is included in the model.
b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant
.000 .161 .000 1 1.000 1.000
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
102
104
Variables not in the Equation
Score df Sig.
KTRTAHU
29.598 2 .000
KTRTAHU(1)
29.562 1 .000
Variables
KTRTAHU(2)
6.417 1 .011
Step 0
Overall Statistics
29.598 2 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step
30.854 2 .000
Block
30.854 2 .000
Step 1
Model
30.854 2 .000
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1
182.635(a) .182 .242
a Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Table(a)
Observed Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 1 SKABIES kontrol
63 14 81.8
kasus
30 47 61.0
Overall Percentage
71.4
a The cut value is .500
Variables in the Equation
95.0% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Lower Upper
Step
1(a)
KTRTAHU
26.905 2 .000
KTRTAHU
(1)
1.994 .429 21.632 1 .000 7.344 3.170 17.015
KTRTAHU
(2)
.090 .445 .041 1 .840 1.094 .457 2.617
Constant
-.783 .302 6.728 1 .009 .457
a Variable(s) entered on step 1: KTRTAHU.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
105
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a)
N Percent
Included in Analysis
154 100.0
Missing Cases
0 .0
Selected Cases
Total
154 100.0
Unselected Cases
0 .0
Total
154 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
kontrol
0
kasus
1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1) (2) (1)
KTRSIKAP kurang
25 1.000 .000
sedang
80 .000 1.000
baik
49 .000 .000
Block 0: Beginning Block
Classification Table(a,b)
Observed Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 0 SKABIES kontrol
0 77 .0
kasus
0 77 100.0
Overall Percentage
50.0
a Constant is included in the model.
b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant
.000 .161 .000 1 1.000 1.000
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
106
Variables not in the Equation
Score df Sig.
KTRSIKAP
1.470 2 .479
KTRSIKAP(1)
1.194 1 .275
Variables
KTRSIKAP(2)
.936 1 .333
Step 0
Overall Statistics
1.470 2 .479
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step
1.478 2 .478
Block
1.478 2 .478
Step 1
Model
1.478 2 .478
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1
212.012(a) .010 .013
a Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Table(a)
Observed
Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 1 SKABIES kontrol
43 34 55.8
kasus
37 40 51.9
Overall Percentage
53.9
a The cut value is .500
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
107
Variables in the Equation
95.0% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Lower
Upper
Step
1(a)
KTRSIKAP
1.456 2 .483
KTRSIKAP(1)
.365 .498 .535 1 .464 1.440 .542 3.824
KTRSIKAP(2)
-.191 .363 .277 1 .599 .826 .405 1.683
Constant
.041 .286 .020 1 .886 1.042
a Variable(s) entered on step 1: KTRSIKAP.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) N Percent
Included in Analysis
154 100.0
Missing Cases
0 .0
Selected Cases
Total
154 100.0
Unselected Cases
0 .0
Total
154 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
kontrol
0
kasus
1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1) (2) (1)
KTRBERSIH kurang
64 1.000 .000
sedang
50 .000 1.000
baik
40 .000 .000
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
108
Block 0: Beginning Block
Classification Table(a,b)
Observed
Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 0 SKABIES kontrol
0 77 .0
kasus
0 77 100.0
Overall Percentage
50.0
a Constant is included in the model.
b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant
.000 .161 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
KTRBERSIH
22.350 2 .000
KTRBERSIH(1)
20.961 1 .000
Variables
KTRBERSIH(2)
2.962 1 .085
Step 0
Overall Statistics
22.350 2 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square
df Sig.
Step
23.086 2 .000
Block
23.086 2 .000
Step 1
Model
23.086 2 .000
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1
190.403(a) .139 .186
a Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
.001.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
109
Classification Table(a)
Observed Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 1 SKABIES kontrol
59 18 76.6
kasus
31 46 59.7
Overall Percentage
68.2
a The cut value is .500
Variables in the Equation
95.0% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Lower
a Variable(s) entered on step 1: KTRBERSIH.
Upper
Step
1(a)
KTRBERSIH
20.850 2 .000
KTRBERSIH(1)
1.908 .450 17.955 1 .000 6.737 2.788 16.282
KTRBERSIH(2)
.564 .457 1.524 1 .217 1.758 .718 4.303
Constant
-.969 .354 7.494 1 .006 .379
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a)
N Percent
Included in Analysis
154 100.0
Missing Cases
0 .0
Selected Cases
Total
154 100.0
Unselected Cases
0 .0
Total
154 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
kontrol
0
kasus
1
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
110
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1) (2)
KTRBIASA kurang
66 1.000
sedang
48 .000
baik
40 .000
Block 0: Beginning Block
Classification Table(a,b)
Observed Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 0 SKABIES kontrol
0 77 .0
kasus
0 77 100.0
Overall Percentage
50.0
a Constant is included in the model.
b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant
.000 .161 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
KTRBIASA
7.129 2 .028
KTRBIASA(1)
6.788 1 .009
Variables
KTRBIASA(2)
1.090 1 .297
Step 0
Overall Statistics
7.129 2 .028
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step
7.196 2 .027
Block
7.196 2 .027
Step 1
Model
7.196 2 .027
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
111
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1
206.293(a) .046 .061
a Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Table(a)
Observed Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 1 SKABIES kontrol
52 25 67.5
kasus
36 41 53.2
Overall Percentage
60.4
a The cut value is .500
Variables in the Equation
95.0% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Lower Upper
Step
1(a)
KTRBIASA
6.993 2 .030
KTRBIASA(1)
1.006 .414 5.911 1 .015 2.733 1.215 6.148
KTRBIASA(2)
.260 .437 .352 1 .553 1.296 .550 3.055
Constant
-.511 .327 2.446 1 .118 .600
a Variable(s) entered on step 1: KTRBIASA.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) N Percent
Included in Analysis
154 100.0
Missing Cases
0 .0
Selected Cases
Total
154 100.0
Unselected Cases
0 .0
Total
154 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
kontrol
0
kasus
1
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
112
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1) (2)
KTRTAHU kurang
61 1.000
sedang
42 .000
baik
51 .000
Block 0: Beginning Block
Classification Table(a,b)
Observed Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 0 SKABIES kontrol
0 77 .0
kasus
0 77 100.0
Overall Percentage
50.0
a Constant is included in the model.
b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant
.000 .161 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
KTRTAHU
29.598 2 .000
KTRTAHU(1)
29.562 1 .000
KTRTAHU(2)
6.417 1 .011
KTRBERSIH
21.105 1 .000
Variables
KTRBIASA
6.653 1 .010
Step 0
Overall Statistics
41.113 4 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step
45.093 4 .000
Block
45.093 4 .000
Step 1
Model
45.093 4 .000
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
113
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1
168.396(a) .254 .338
a Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
.001.
Classification Table(a)
Observed Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 1 SKABIES kontrol
49 28 63.6
kasus
14 63 81.8
Overall Percentage
72.7
a The cut value is .500
Variables in the Equation
95.0% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Lower
Upper
Step
1(a)
KTRTAHU
20.836 2 .000
KTRTAHU(1)
1.808 .450 16.103 1 .000 6.096 2.521 14.739
KTRTAHU(2)
.012 .472 .001 1 .980 1.012 .401 2.553
KTRBERSIH
-.860 .280 9.408 1 .002 .423 .244 .733
KTRBIASA
-.046 .275 .028 1 .867 .955 .557 1.636
Constant
.969 .612 2.507 1 .113 2.635
a Variable(s) entered on step 1: KTRTAHU, KTRBERSIH, KTRBIASA.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Cases(a)
N Percent
Included in Analysis
154 100.0
Missing Cases
0 .0
Selected Cases
Total
154 100.0
Unselected Cases
0 .0
Total
154 100.0
a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
114
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
kontrol
0
kasus
1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter coding
(1) (2)
KTRBERSIH kurang
64 1.000
sedang
50 .000
baik
40 .000
KTRTAHU kurang
61 1.000
sedang
42 .000
baik
51 .000
Block 0: Beginning Block
Classification Table(a,b)
Predicted
SKABIES
Observed
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 0 SKABIES kontrol
0 77 .0
kasus
0 77 100.0
Overall Percentage
50.0
a Constant is included in the model.
b The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant
.000 .161 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
KTRTAHU
29.598 2 .000
KTRTAHU(1)
29.562 1 .000
KTRTAHU(2)
6.417 1 .011
KTRBERSIH
22.350 2 .000
KTRBERSIH(1)
20.961 1 .000
Variables
KTRBERSIH(2)
2.962 1 .085
Step 0
Overall Statistics
42.434 4 .000
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008
115
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step
46.661 4 .000
Block
46.661 4 .000
Step 1
Model
46.661 4 .000
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1
166.829(a) .261 .349
a Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than
001.
Classification Table(a)
Observed Predicted
SKABIES
kontrol kasus
Percentage
Correct
Step 1 SKABIES kontrol
49 28 63.6
kasus
13 64 83.1
Overall Percentage
73.4
a The cut value is .500
Variables in the Equation
95.0% C.I.for
EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Lower
a Variable(s) entered on step 1: KTRTAHU, KTRBERSIH
Upper
Step
1(a)
KTRTAHU
21.180 2 .000
KTRTAHU(1)
1.846 .454 16.521 1 .000 6.336 2.601 15.434
KTRTAHU(2)
.021 .474 .002 1 .965 1.021 .403 2.583
KTRBERSIH
14.805 2 .001
KTRBERSIH(1)
1.664 .486 11.708 1 .001 5.280 2.036 13.695
KTRBERSIH(2)
.326 .499 .427 1 .514 1.386 .521 3.687
Constant
-1.495 .452 10.932 1 .001 .224
Muzakir : Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada Pesantren di Kabupaten..., 2008
USU e-Repository 2008