Kelompok X
Pendahuluan
Opium mengandung beberapa campuran seperti gula, protein, cuka, air dan banyak alkaloida, dan beberapa bahan lainnya. Alkaloid pada opium memiliki beberapa racun, stimulan, dan bekerja secara langsung pada system saraf pusat sebagai efek penghilang rasa sakit sehingga banyak digunakan dalam industri farmasi. Ahli bedah dan dokter gigi juga menggunakan morphine, unsur bahan kimia yang paling utama di dalam bunga opium, sebagai suatu anastetik. Karena efeknya inilah Opium juga sering disalahgunakan karena dapat memberikan efek tenang dan perasaan nyaman pada orang yg menggunakannya. Kantor PBB Urusan Obat Terlarang dan Kejahatan (UNODC) memperkirakan bahwa 15 juta orang di seluruh dunia mengonsumsi opium dan 100.000 orang tewas per tahun akibat opium dan heroin serta turut menyebarkan HIV/AIDS.
Laporan Kasus
Anamnesis
Identitas Nama : Tn. Hendra Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 24 tahun Pekerjaan :Keluhan utama Diare dan nyeri pada seluruh otot Keluhan tambahan Mual, muntah, demam, tremor, gelisah, serta mata dan hidung berair
Anamnesis
Riwayat psikiatri
Riwayat penyakit dahulu: Riwayat penyakit sekarang: Keluhan sudah terjadi beberapa kali dalam satu tahun terakhir
Riwayat Psikiatri
Riwayat kehidupan pribadi :
Anak bungsu,dimanja ibu, dikasari ayah Pasien berkata lelah terhadap hidupnya Rasa bersalah,meminta maaf hingga keinginan bunuh diri sering diucapkan ketika kambuh Sejak remaja perokok berat, berbohong, membolos, berkelahi, mudah tersinggung Sejak usia 20 thn sdh bekerja tp sering dipecat krn bertengkar dan membolos Sering mencuri uang dan menjual barang2 di rumah
Riwayat pengobatan :
Pasien menggunakan putau sejak satu tahun yg lalu
Anamnesis tambahan
Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan keluhankeluhan tersebut dirasakan? Apakah ada faktor pemicu? Bagaimanakah sifat nyeri otot? Apakah disertai nyeri perut? Makanan apa yang terakhir pasien makan? Bagaimana frekuensi diare? Apakah disertai darah? Bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien?
RPS (cont)
Apakah pasien masih kuliah? Bagaimana prestasinya? Apakah ada faktor pencetus dari sisi psikologi? Apakah mengalami stess, depresi? Apakah ada perubahan tingkah laku pasien selama satu tahun terakhir? Bagaimana sikapnya dirumah terhadap keluarga? Bagaimana kehidupan sosial pasien?
Riwayat pengobatan
Riwayat kebiasaan
Apakah ada kebiasaan pasien mengonsumsi alkohol? Apakah ada mengonsumsi obat-obat tertentu? Apakah ada gangguan tidur pada pasien?
Hasil pemeriksaan
Fisik
Inspeksi : pada kedua langan bawah terdapat luka-luka bekas suntikan, gizi kurang, sklera agak ikteris, mata dan hidung tampak berair Palpasi : hepar teraba 2 jari bac
Status mental
Penampilan pasien kurus, pucat,
Laboratorium
Heroin (+) Billirubin : 2,3 SGOT : 255 SGPT : 324 HCV (+) HbS Ag (+) HIV : (-)
rambut gondrong, hendaya dalam hygiene dan perawatan diri, serta memakai baju lengan panjang. Kesadaran neurologis : compos mentis Kesadaran sosial dan psikososial terganggu Ekspresi afektif : tampak sedih dan cemas Terdapat rasa bersalah dan berdosa serta gagasan melakukan bunuh diri Prilaku gelisah, tak dapat menahan diri dan gemetar Tidak terdapat gangguan proses pikir dan persepsi
Masalah
Gejala putus obat Depresi Gangguan kepribadian dissosial
Infeksi hepatitis B dan
Dasar masalah
Diare, myalgia, mual, muntah, tremor, gelisah, serta mata dan hidung berair, pada ke dua langan bawah terdapat luka-luka bekas suntikan, heroin (+)
Perasaan lelah terhadap hidupnya, merasa bersalah, meminta maaf, dan keinginan bunuh diri
Sering berbohong, mudah tersinggung, dipecat dari pekerjaan, tidak peduli terhadap orang lain, tidak
Diagnosis : multiaksial
Aksis I : F 11.3 Gangguan mental & perilaku akibat penggunaan opioid
(dengan keadaan putus zat)
Aksis III : K 71.3 Penyakit hati toksik dengan hepatitis kronis persisten
Penatalaksanaan
Jangka pendek
Detoksifikasi Opioid: Terapi Substitusi Opioid
Jangka panjang
Psikoterapi :
Terapi individual melepaskan diri dari ketergantungan mental terhadap opioid Terapi perilaku Terapi kognitif Terapi keluarga Terapi keterampilan Terapi sosial
Terapi simptomatis
Prognosis
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad vitam : dubia
Tinjauan Pustaka
Pengertian Penyalahgunaan Zat Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologic terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik
Definisi ketergantungan
Penggunaan zat yang sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan fisik ditandai dengan adanya toleransi dan sindroma putus zat (suatu kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif secara rutin pada dosis tertentu menurunkan jumlah zat yang digunakan atau berhenti memakai, sehingga menimbulkan kumpulan gejala sesuai dengan macam zat yang digunakan. Sedangkan toleransi adalah suatu kondisi dari individu yang mengalami peningkatan dosis (jumlah zat), untuk mencapai tujuan yang biasa diinginkannya.
Etiologi
Kepribadian :remaja yg memiliki konsep diri negatif dan harga diri rendah Inteligensia : dibawah rata2 org seusianya Usia : mayoritas remaja Dorongan kenikmatan dan perasaan ingin tahu Pemecahan masalah:pelarian dari masalah
Internal
Eksternal
Keluarga : merp faktor penyebab tersering Peer group : ikut-ikutan teman sepermainannya Kesempatan : ketersediaan dan kemudahan memperoleh NAPZA tsb
Gambaran klinis
Ketergantungan Putus zat Manipulatif Cemas dan gelisah Tachycardia Hipertensi Demam Piloereksi Dilatasi pupil Lakrimasi dan rinorrhea Menguap Gejala Gastro Intestinal Intoksikasi Euphoria Sedasi Kecemasan berkurang Analgesi Depresi pernapasan Hipotensi Miosis (pinpoint) pupil Tonus otot meningkat Delirium dan koma
Depresi Gangguan tidur Kurang minat Tidak peduli pada diri sendiri dan orang lain Keinginan bunuh diri Perasaan tidak berdaya
Patofisiologi
Opioid berikatan dgn reseptor opioid pada neuron (mu, kappa, delta)
Reseptor reseptor tsb adlh situs tempat mengikat bbrp peptida endogen
Mempengaruhi pengaturan fungsi dari peptida endogen seperti : sakit, stress, suhu, mood, pernapasan, dll
Catatan : agonis reseptor Mu dengan onset cepat dan waktu paruh pendek memiliki potensi terbesar utk perilaku adiktif destruktif, individu yg ketergantungan akan menunjukan gejala spt disebutkan sebelumnya dan diikuti dengan gejala putus zat yang amat menonjol.
Penatalaksanaan
Pencegahan
Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif Deteksi dini perubahan perilaku Menolak tegas untuk mencoba
Pengobatan
Detoksifikasi dengan substitusi Detoksifikasi tanpa substitusi
Rehabilitasi
melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.