Anda di halaman 1dari 247

ESP-Environmental Support Programme Danida

ESP-Environmental Support Programme

LAPORAN AKHIR KLHS RPJMD PROVINSI BANGKA BELITUNG

(Deliverables D)

Keluaran Disusun oleh

: 2.3 Aplikasi KLHS dalam Rencana Pembangunan Daerah Percontohan Penerapan KLHS : PT. Dazya Ina Mandiri (DIM) Jalan Johar 2A, Lantai 3 Menteng, Jakarta 10350 : 104.INDO.1MFS 4-1/123/098

Kontrak No.

Tanggal Pengumpulan Laporan: 31 Oktober 2012

DAFTAR ISTILAH

Bagda Kemendagri Kementerian ESDM Bappeda BLHD BABEL KLHS RPJMD RPJPD RTRW TI JATAM WALHI Prov. Kep. UBB

: Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah : Kementerian Dalam Negeri : Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik : Badan Lingkungan Hidup Daerah : Provinsi Kepulauan Bangka Belitung : Kajian Lingkungan Hidup Strategis : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah : Rencana Tata Ruang Wilayah : Tambang inkonvensional (tambang rakyat) : Jaringan Advokasi Tambang (LSM) : Wahana Lingkungan Hidup (LSM) : Provinsi Kepulauan : Universitas Bangka Belitung

i|Page

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pelaksanaan KLHS provinsi ini diawali dengan tawaran fasilitasi proses KLHS untuk penyusunan RPJMD dari Ditjen Bina Bangda Kemdagri kepada Provinsi di seluruh Indonesia yang akan/sedang melaksanakan pemilihan Kepala Daerah. Fasilitasi ini mendapat dukungan pembiayaan dari DANIDA Kerajaan Denmark. Provinsi kep. Bangka Belitung menjadi salah satu provinsi yang mendapatkan fasilitasi ini. Proses KLHS dilakukan dengan mengujicoba Permendagri No. 67 Tahun 2012 (pada saat awal penyusunan KLHS masih dalam status rancangan
red

) tentang

Pedoman Pelaksanaan KLHS dalam Penyusunan/Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. Dalam fasilitasi ini Pemerintah Provinsi mendapatkan pendampingan berupa tenaga ahli KLHS tingkat nasional, lokal dan internasional beserta pembiayaan beberapa kegiatan workshop. Tahap awal telah dilakukan pembentukan Pokja Pengendalian Lingkungan dan bimbingan teknis untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam melaksanakan proses KLHS. Sesuai dengan pedoman yang ada, tahapan KLHS yang dilakukan terdiri dari tahapan: (1) Persiapan; (2) Pelingkupan; (3) Analisis Data Baseline; (4) Pengkajian; (5) Perumusan Mitigasi/Alternatif; dan (6) Perumusan Rekomendasi. Sesuai dengan sifat KLHS yang partisipatif, proses KLHS melibatkan pemangku kepentingan terkait pada workshop-workshop, namun kehadiran pemangku kepentingan tidak konsisten. (1) Tahap Persiapan Tahap ini diawali dengan pembentukan Pokja Pengendalian Lingkungan di Bappeda dan Statistik untuk melaksanakan proses KLHS. Untuk meningkatan kapasitas anggota Pokja, dilakukan bimbingan teknis selama 3 hari. Dalam kegiatan bimbingan teknis ini digunakan juga sebagai sarana identifikasi isu-isu pembangunan di Prov. Kep. Bangka Belitung untuk menyusun pra-pelingkupan. Dalam pra pelingkupan didapatkan hasil 58 isu-isu pembangunan dan setiap isu dideskripsikan dengan menggunakan data dan informasi yang tersedia di SKPD, Universitas, LSM maupun hasil pencarian di internet. Selain itu dalam pra pelingkupan digunakan untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan yang akan dilibatkan dalam proses KLHS. (2) Tahap Pelingkupan Tahap ini merupakan proses klarifikasi dan verifikasi hasil pra pelingkupan kepada pemangku kepentingan dan menyepakati isu-isu strategis KLHS. Dalam proses ini disepakati untuk memisahkan 19 isu-isu yang menjadi konsideran RPJMD dan 39 isu-isu yang menjadi konsideran KLHS. Dari 39 isu-isu yang menjadi konsideran KLHS disepakati menjadi 16 isu strategis KLHS, yaitu: (1) Pencemaran air sungai dan perairan pesisir; (2) Kekeringan pada musim kemarau; (3) Reklamasi lahan yang lambat; (4) Penambangan timah ilegal ; (5) Alih fungsi lahan masyarakat menjadi lahan perkebunan besar dan tambang timah; (6) Penurunan kualitas tanah; (7) Kerusakan pesisir akibat abrasi-sedimentasi dan penambangan timah laut; (8) Alih fungsi lahan kawasan lindung dan Mangrove; (9) Penurunan biodiversitas; (10) Ketergantungan ekonomi

ii | P a g e

terhadap timah; (11) Tingginya kebutuhan bahan bakar untuk memenuhi aktivitas pertambangan timah; (12) Penurunan tangkapan ikan nelayan di sekitar pesisir akibat rusaknya terumbu karang oleh aktivitas pertambangan; (13) Perubahan mata pencaharian nelayan menjadi penambang; (14) Tingginya migrasi dari luar Kepulauan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tambang timah; (15) Potensi kenaikan muka air laut di permukiman pesisir; (16) Eksplorasi sumberdaya energi terbarukan. (3) Tahap Analisis Data Baseline Tahap ini digunakan untuk mendapatkan pola kecenderungan dari setiap isu strategis dengan menggunakan data time series. Namun dalam pelaksanaannya, Pokja mengalami kesulitan mendapatkan data dan informasi time series untuk isu-isu tematik dikarenakan dalam 10 tahun pemerintahan provinsi, tidak tersedia program updating data di SKPD yang berkesinambungan. Yang dapat digunakan secara maksimal adalah data-data BPS, data dari hasil kajian di UBB, pencarian internet dan informasi verbal dari pemangku kepentingan. Berdasarkan analisis data baseline secara umum didapatkan bahwa secara kuantitas dan kualitas, isu-isu strategis mengalami kecenderungan menuju penurunan. (4) Tahap Pengkajian Dalam tahap pengkajian Pokja melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan hasil dari proses pelingkupan dan dibantu dengan hasil analisis data baseline. Pengkajian yang dilakukan terdiri dari (A) Kajian keterkaitan, keseimbangan dan keadilan; (B) Kajian pengaruh. Hasil proses ini diklarifikasikan kembali kepada pemangku kepentingan dalam kegiatan workshop hasil pengkajian sekaligus merumuskan mitigasi dan alternatif. Hasil kajian keterkaitan, keseimbangan dan keadilan menunjukkan bahwa di dalam rumusan visi, misi, strategi dan arah kebijakan dalam rancangan awal RPJMD sebagian besar sudah memenuhi, namun ada beberapa catatan untuk menyempurnakan rumusan tersebut. Hasil kajian pengaruh dilakukan terhadap 6 program dari 350 program yang memiliki keterkaitan dengan isu strategis. Dengan melibatkan pemangku kepentingan dirumuskan perkiraan pengaruh dari keenam program tersebut terhadap isu strategis. (5) Tahap Perumusan Mitigasi/Alternatif Tahap ini Pokja Pengendalian lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan perumusan mitigasi berupa usulan-usulan tambahan untuk meminimalkan atau mengurangi potensi pengaruh negatif yang diprediksi akan timbul dari hasil kajian dan/atau alternatif baru untuk merumuskan rancangan awal RPJMD. Perumusan mitigasi dan/atau alternatif dilakukan berdasarkan kepada hasil tahap pengkajian. Hasil perumusan mitigasi dan/atau alternatif dalam laporan ini telah melalui konsultasi dengan pemangku kepentingan. Pelaksanaan konsultasinya bersamaan dengan konsultasi hasil pengkajian. Hal ini dilakukan untuk alasan efisiensi waktu pelaksanaan KLHS yang terbatas. Berdasarkan hasil konsultasi telah dirumuskan 18 langkah mitigasi dan 14 alternatif.

iii | P a g e

(6) Tahap Perumusan Rekomendasi Pada tahap ini rekomendasi disusun berdasarkan hasil perumusan mitigasi dan/atau alternatif dan juga hasil keseluruhan proses KLHS. Rekomendasi disampaikan kepada tim penyusun RPJMD untuk diintegrasikan ke dalam rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017. Berdasarkan hasil keseluruhan proses KLHS, maka dapat disampaikan beberapa rekomendasi KLHS, sebagai berikut: (1) Melakukan penyempurnaan 6 Program dalam misi ke 4; (2) Mengintegrasikan rumusan mitigasi dan/atau alternatif ke dalam bentuk program-program disertai dengan indikator-indikator, waktu pelaksanaanya dan pembiayaannya; (3) Melakukan KLHS Renstra SKPD yang terkait pada ke-enam program di atas. Mengingat besarnya ketergantungan hidup masyarakat yang sangat tinggi terhadap eksploitasi timah, maka KLHS merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut: (1) Menentukan dan menetapkan zoning wilayah pertambangan rakyat dalam RTRW Provinsi Kep. Bangka Belitung dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait dan menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan; (2) Membuat peraturan daerah untuk mewajibkan pelaksanaan Good Mining Practice (GMP) bagi tambang rakyat; (3) Menyiapkan program monitoring dan evaluasi GMP bagi tambang rakyat; (4) Melakukan pendidikan bagi PNS di lingkungan Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam bidang pertambangan; (5) Memastikan adanya monitoring dan evaluasi pelaksanaan UU No. 4 tahun 2009 yang terkait dengan pertambangan rakyat dan pelaksanaan kewajiban reklamasi; (6) Memastikan adanya penegakan hukum bagi pelanggar hukum di sektor pertambangan. Untuk mengatasi Daerah tentang 2 (dua) dan isu strategis Penggunaan yang belum diakomodasi dalam rumusan (2) Program Peningkatan

program pembangunan RPJMD maka diusulkan adanya: (1) Program Penyusunan Peraturan Distribusi BBM Bersubsidi; Penganekaragaman Sumber Energi Alternatif Berbasis Lokal. Rekomendasi yang disampaikan dalam laporan ini sudah mengakomodasi masukan dari pemangku kepentingan pada Seminar Akhir KLHS yang dilakukan 24 November 2012. Kegiatan fasilitasi KLHS penyusunan RPJMD 2013-2017 ditutup dengan kegiatan Seminar Akhir yang diselenggarakan pada 24 Oktober 2012 di Hotel Aston, Bangka Belitung. Pada kegiatan ini, Wakil Kepala Bappeda dan Statistik yang bertindak sebagai Ketua Pokja pengendalian lingkungan memaparkan hasil proses KLHS yang telah dilakukan kepada pemangku kepentingan. Wakil Ka. Bappeda dan Statistik yang juga merupakan anggota tim penyusun RPJMD menyatakan bahwa rekomendasi KLHS dapat diterima oleh tim penyusun RPJMD dan akan dibahas pengintegrasiannya ke dalam rancangan RPJMD. Namun hingga laporan ini disusun, bentuk pengintegrasian rekomendasi KLHS ke rancangan akhir RPJMD masih belum dapat diketahui karena masih dalam pembahasan oleh Tim penyusun RPJMD sambil menunggu masukan dari DPRD. Harapannya pengintegrasian KLHS ke dalam Rancangan Akhir RPJMD dapat disampaikan kepada Pokja Pengendalian lingkungan sebelum penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kepada pemangku kepentingan. 2013-2017 yang dijadwalkan paling lambat tanggal 7 November 2012 sehingga laporan akhir dapat disempurnakan dan hasilnya dapat disampaikan

iv | P a g e

DAFTAR ISI

Halaman Daftar Singkatan dan Akronim i Ringkasan Eksekutif ii Daftar Isi v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan KLHS 1.3 Waktu Pelaksanaan KLHS 1.4 Kendala Pelaksanaan KLHS BAB 2 PROFIL WILAYAH KAJIAN 2.1 Tata Letak, Fisiografi, Ekonomi, dan Sosial Budaya 2.2 Ringkasan Rancangan RPJPD/RPJMD BAB 3 PROSES, LINGKUP KEGIATAN, METODE, DAN HASIL PELAKSANAAN KLHS 3.1 Tahap Persiapan 3.2 Tahap Pelingkupan 3.3 Tahap Analisis Data Baseline 3.4 Tahap Pengkajian 3.5 Tahap Perumusan Mitigasi dan Alternatif 3.6 Tahap Rekomendasi BAB 4 PENGINTEGRASIAN REKOMENDASI KLHS KE DALAM RANCANGAN AWAL RPJMD BAB 5 HASIL PENGAWASAN MUTU BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Sumber Data 2 : Berita Acara 3 : TOR KLHS dalam Penyusunan RPJMD Provinsi Bangka Belitung 4 : TOR Analisis 5 : Pertemuan Lanjutan 6 : Rancangan Awal RPJMD Provinsi Kep. Bangka Belitung 2013-2017 7 : Pra Pelingkupan 8 : Kajian, Mitigasi/Alternatif, Rekomendasi 9 : SK POKJA Pengendalian Lingkungan 10 : Daftar Hadir Workshop Workshop Provinsi Bangka Belitung 11 : Foto-Foto Kegiatan Workshop 1 2 2 3

4 9

13 14 18 56 68 71

73 74

78

80 81 82 90 95 97 97 130 149 230 235 240

v|Page

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Pasal 15 ayat (2) UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan hidup menyatakan bahwa

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan

KLHS ke dalam penyusunan atau evaluasi:(a) rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta Rencana Rincinya, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota; dan (b) kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup. Sambil menunggu proses penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang KLHS sebagai turunan dari UU No. 32 Tahun 2009, maka Kementerian Lingkungan Hidup menerbitkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum KLHS. Untuk kepentingan perencanaan pembangunan daerah, Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri (2008) menyusun Peta Jalan (Road Map) Penerapan KLHS dalam Pembangunan Daerah, yang salah satunya mengisyaratkan perlu adanya aturan mengenai tahapan dan tata cara pelaksanaan KLHS dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Dengan mempertimbangkan adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, pada tahun 2012 ini diterbitkan Permendagri No. 67 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Dalam Penyusunan/Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. Dengan telah berakhirnya pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 17 tahun 2008 tentang RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007-2012 dan dengan telah dilantiknya pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode 2012 2017 maka dalam waktu selambatnya 6 (enam) bulan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyusun dan menetapkan Peraturan Daerah tentang RPJMD 2013-2017. Atas dasar penilaian dengan seperangkat kriteria, Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri memilih Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai salah satu pemerintah daerah yang akan mendapat fasilitasi pelaksanaan KLHS Penyusunan RPJMD. Fasilitasi pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan bagian dari kegiatan fasilitasi pelaksanaan KLHS untuk perencanaan pembangunan daerah oleh Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri yang didukung oleh hibah Environmental Sector Programme (ESP) dari DANIDA Kerajaan Denmark. Dalam proses KLHS tahun 2012 ini akan menggunakan rancangan tahapan dan tata cara pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

1|Page

1.2.

Tujuan KLHS Pelaksanaan KLHS penyusunan RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bertujuan

memberikan

kontribusi

perbaikan

materi

rancangan

awal

Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melalui: 1) Pengkajian pengaruh rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan arah kebijakan, kebijakan umum dan program pembangunan daerah 2012-2017 terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan. 2) Perumusan mitigasi dampak dan/atau alternatif program serta saran penyempurnaan rumusan visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan arah kebijakan dan kebijakan umum pembangunan jangka menengah periode tahun 2012-2017. 3) Pengintegrasian rekomendasi ke dalam rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012-2017. 4) Peningkatkan kapasitas perencana pembangunan daerah Provinsi Kep. Bangka Belitung dalam melaksanakan KLHS .

1.3.

Waktu Pelaksanaan KLHS Pelantikan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode 2013-2017

diselenggarakan pada hari senin tanggal 7 Mei 2012 oleh

Menteri Dalam Negeri (mewakili

presiden RI). Di dalam pidato pelantikan, ditekankan agar Gubernur dan Wakil Gubernur segera menyusun Rencana Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD), sekurang-kurangnya 6 bulan setelah pelantikan. Pada tanggal 29-30 Mei 2012, Direktorat Fasilitasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah melakukan komunikasi dengan Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tentang fasilitasi bagi proses dan jadwal penyusunan RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Beliitung. Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Ditjen Bina Bangda, maka ditetapkan bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai pihak yang mendapat kesempatan fasilitasi. Proses pelaksanaan KLHS RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dijelaskan sebagai berikut: 1) Persiapan KLHS mulai dilaksanakan pada minggu ke 2 hingga akhir bulan Juni 2012. 2) Kegiatan pembinaan teknis Kelompok (Kerja Pokja) Pengendalian lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dilaksanakan tanggal 3 sampai tanggal 5 Juli 2012; 3) Seminar awal pelaksanaan KLHS yang dilanjutkan dengan workshop pelingkupan isu strategis dilaksanakan dari tanggal 17 sampai tgl 19 Juli 2012. 4) Melakukan baseline analysis 5) Pengkajian muatan dokumen Rancangan Awal RPJMD dan dokumen-dokumen rencana pembangunan terkait;

2|Page

6) Melakukan

telaah prinsip-prinsip

pembangunan

berkelanjutan terhadap

muatan

rancangan awal RPJMD dan pengkajian pengaruh visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah; 7) Melakukan pengkajian pengaruh program-program utama indikatif, keterkaitannya dengan isu strategis KLHS. 8) Pertemuan konsultasi Pokja Pengendalian LH dengan Tim Peenyusun RPJMD dan instansi terkait yang berlangsung pada tanggal 8 sampai dengan 10 Agustus September 2012. 9) Pertemuan Pokja Pengendalian Lingkungan Hidup dengan pemangku kepentingan non pemerintah pada tanggal 5 sampai 6 September 2012. 10) Melakukan penyusunan laporan KLHS 11) Menyampaikan laporan kemajuan pelaksanaan KLHS RPJMD kepada Kepala Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 12) Pengintegrasian rekomendasi KLHS pada proses pemantapan rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan Babel. 13) Seminar Akhir pelaksanaan KLHS. 1.4. Kendala Pelaksanaan KLHS Sebagaimana dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa pelaksanaan KLHS RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggunakan rancangan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. Beberapa masalah yang menjadi kendala pelaksanaan KLHS terutama adalah: (1) Tidak selarasnya jadwal pelaksanaan KLHS RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan anggaran pelaksanaan KLHS yang diperlukan untuk membiayai kegiatan-kegiatan diskusi terbatas dengan para ahli (local expert discussion), narasumber lokal yang diminta untuk melakukan kajian-kajian muatan KLHS, honorarium Pokja Pengendalai LH/ Tim KLHS dan biaya peninjauan lokasi-lokasi tertentu yg tergolong sebagai isu strategis. (2) Beban tugas rutin beberapa anggota Pokja Pengendalian LH/ Tim KLHS di instansi tempatnya bekerja; (3) Sangat minimnya data sekunder/ data instansional yang sangat diperlukan pada tahap pra pelingkupan dan tahap penyusunan data dasar (baseline data). (4) Walaupun identifikasi pemangku kepentingan sudah tersusun dengan baik, tetapi ternyata kehadiran unsur pemangku kepentingan (stakeholders) pada saat pelaksanaan workshop pelingkupan dan diskusi terbatas (FGD) tidak sesuai dengan yang diharapkan. (5) Pengunduran jadwal/ waktu pelaksanaan Musrenbang RPJMD dan jadwal finalisasi/ pemantapan rancangan awal RPJMD mempengaruhi pelaksanaan jadwal Pokja Pengendalian LH/Tim KLHS.

3|Page

BAB 2 PROFIL WILAYAH KAJIAN

2.1.

Tata Letak, Fisiografi, Ekonomi, dan Sosial Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan provinsi yang ke-31, dibentuk

berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2000 tanggal 4 Desember 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Namun disahkan pada tanggal 9 Februari 2002. Sebelumnya, wilayah ini merupakan Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung bagian dari Provinsi Sumatra Selatan. Berdasarkan wilayah administrasi, Provinsi Babel terdiri dari satu Pemerintah Kota (Pangkal Pinang), dan enam Pemerintah Kabupaten (Kabupaten Bangka, Bangka Selatan, Bangka Tengah, Bangka Barat, Belitung, dan Belitung Timur) dengan ibukota provinsi Pangkalpinang. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 10450 sampai 10930 Bujur Timur dan 050 sampai 410 Lintang Selatan. Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari gugusan dua pulau yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi pulaupulau kecil. Pulau-pulau kecil yang mengitari Pulau Bangka antara lain Nangka, Penyu, Burung, Lepar, Pongok, Gelasa, Panjang, Tujuh. Sedangkan Pulau Belitung dikelilingi oleh pulau-pulau kecil antara lain Lima, Lengkuas, Selindung, Pelanduk, Seliu, Nadu, Mendanau, Batu Dinding, Sumedang dan pulau-pulau kecil lainnya.

Gambar 1. Wilayah Administrasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Bangka, sedangkan Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Di bagian utara provinsi ini terdapat Laut Cina

4|Page

Selatan, bagian selatan adalah Laut Jawa dan Pulau Kalimantan di bagian timur yang dipisahkan dari Pulau Belitung oleh Selat Karimata. Berdasarkan batas wilayahnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berbatasan dengan: Di sebelah Barat dengan Selat Bangka Di sebelah Timur dengan Selat Karimata Di sebelah Utara dengan Laut Natuna Di sebelah Selatan dengan Laut Jawa

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi menjadi wilayah daratan dan wilayah laut dengan total luas wilayah mencapai 81.725,14 km. Luas daratan lebih kurang 16.424,14 km atau 20,10 persen dari total wilayah dan luas laut lebih kurang 65.301 km atau 79,90 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah daratan terbagi dalam 6 (enam) kabupaten dan 1 (satu) kota. Tabel 1 Luas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Kota/Kabupaten Nama Kota/Kabupaten (1) Kabupaten Bangka Kabupaten Bangka Barat Kabupaten Bangka Tengah Kabupaten Bangka Selatan Kabupaten Belitung Kabupaten Belitung Timur Kota Pangkalpinang Luas Daratan Luas Laut Luas Total Sumber : Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka, 2011 Bentuk wilayah sangat berpengaruh terhadap pemelihan type land utilization, land management dan poengembangan infrastruktur yang pada prinsipnya ditentukan oleh geological formation, termasuk di dalamnya gaya gaya teknik dan proses erosi. Geological formation tersebut menentukan relief wilayah. Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai topografi yang umumnya relatif datar yang terdiri dari dataran rendah hingga berbukit dan Hanya sebagian kecil yang bergunung. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut. Titik tertinggi di Pulau Bangka terdapat pada puncak Gunung Maras dengan ketinggian 699 meter dan di Pulau Belitung titik tertinggi pada puncak Gunung Tajam dengan ketinggian 445 meter di atas permukaan laut. Profil wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada umumnya beragam mulai dari Nama Ibukota (2) Sungailiat Muntok Koba Toboali Tanjungpandan Manggar Pangkalpinang Luas Wilayah (Km2) (3) 2.950,68 2.280,61 2.155,77 3.607,08 2.293,69 2.506,91 118,80 16.424,14 65.301,00 81.725,14

daratan, bergelombang berbukit hingga bergunung, dengan komposisi lahan datar mencapai luas

5|Page

sekitar 46,19 persen, bergelombang 41,08 persen, dan tersebar di Pulau Bangka dan sisanya 12,37 persen merupakan wilayah berbukit dan bergunung serta berawa-rawa yang terdapat di sebagian wilayah Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Bangka. Wilayah berawa-rawa umumnya terdapat di Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Bangka Tengah. Kondisi geologi diwilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cukup potensial untuk kawasan pengembangan. Hampir diseluruh wilayah. Material timah (tin), Kaolin, Kuarsa (quartz), dan bilitonite (dikenal dengan nama satam). Kaolin merupakan bahan baku untuk pembuatan kertas, keramik, deterjen, lem, kosmetik dan bahan untuk industry kimia. Pasir kuarsa dibandingkan dengan pasir biasa adalah lebih putih dan butirannya lebih kecil. Material ini digunakan untuk pembuatan kaca. Satam banyak digunakan untuk ornamen/hiasan cincin, bros, dan perhiasan lainnya. Kepulauan Bangka Belitung memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama lima bulan terus menerus. Kelembaban udara berkisar 77,4 % sampai 87,3% dengan rata-rata bulanan 83,1 %. Curah hujan rata-rata 58,33 mm hingga 476,33 mm. Bulan kering berlangsung antara bulan Agustus sampai Oktober, sedangkan bulan basah berlangsung antara Januari hingga bulan Juli.Variabilitas cuaca bulan Juni 2012 yang diumumkan oleh BMKG dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 2 Keadaan Cuaca Harian Beberapa Stasiun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Ibukota Kabupaten

Cuaca

Suhu (C)

Kelembaban Kec.Angin (%) (km/jam)

Arah Angin

Sungai Liat Tanjung Pandan Toboali Koba Mentok Manggar Pangkal Pinang

Hujan Ringan Hujan Ringan Hujan Sedang Hujan Sedang Hujan Ringan Hujan Ringan Hujan Ringan

24-34 23-33 23-32 23-33 24-34 23-33 24-33

56-95 59-98 63-97 60-96 58-95 60-98 60-96

15 20 18 20 15 20 16

Tenggara Tenggara Tenggara Tenggara Tenggara Tenggara Tenggara

Sumber : BMKG Tahun 2011 Penggunaan lahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh hutan negara, perkebunan, tegalan dan permukiman. Namun berdasarkan data numerik yang diperoleh dari BPS, terlihat juga bahwa lahan yang tidak termanfaatkan juga cukup luas (semak belukar) mencapai 112.019 Ha. Dari seluruh luas lahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 69 persennya, digunakan untuk pertanian legal/kebun/ladang/huma; tambak, kolam/tebat/empang;

6|Page

lahan untuk tanaman kayu-kayuan, perkebunan negara/swasta dan lahan sawah. Sedangkan sisanya merupakan bangunan, pekarangan, padang rumput dan lahan yang sementara tidak diusahakan. Tabel 3 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Provinsi Kep. Bangka Belitung 2011 JENIS PENGGUNAAN LAHAN Pertanian Sawah Tegalan Ladang Perkebunan Hutan Rakyat Tambak Kolam Pengembalaan Semak Belukar Tanah kosong Permukiman Hutan Negara Rawa Lainnya JUMLAH LUAS (Ha) 19.194 134.870 33.762 205.900 104.385 636 986 17.675 112.019 78.357 115.999 388.445 147.276 287.310 1.642.414

Sumber : Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka Tahun 2011 Jumlah penduduk Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 adalah 1.261.737 jiwa. Bertambah sebanyak 38.441 jiwa dari tahun 2010 yang berjumlah 1.223.296 jiwa. dan bertambah sekitar 155.080 jiwa dari tahun 2007, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

7|Page

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Babel Gambar 2. Jumlah Penduduk Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2011

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat dengan laju pertumbuhan per tahun sebesar 3,14 persen. Laju pertumbuhan masing-masing kabupaten/kota cukup bervariasi, yang terendah 2,37 persen untuk Kabupaten Belitung dan tertinggi 4,05 persen untuk Kabupaten Bangka Tengah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. Tabel 4 Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kepulauan Bangka Belitung Penduduk 2011 (jiwa) (1) Bangka Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Belitung Timur Pangkalpinang Kepulauan Belitung Bangka (2) 285.915 180.654 166.294 177.949 160.866 109.809 180.250 1.261.737 (3) 3,11 3,34 4,05 3,11 2,37 2,77 3,19 3,14 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) (4) 97 64 78 49 70 44 1.517 77

Kabupaten/Kota

Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%)

Sumber: Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

8|Page

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Babel Gambar 3. Distribusi Persentase Luas Geografis dan Penduduk Kepulauan Bangka Belitung menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011

Sebagian besar penduduk Kepulauan Bangka Belitung mendiami wilayah Pulau Bangka yang seluas 71 persen dari total keseluruhan wilayah provinsi. Sebaran penduduk tertinggi berada di Kabupaten Bangka, yaitu sebesar 23 persen, dengan kepadatan penduduk sebesar 97 jiwa per km2. Sedangkan sebaran penduduk terendah berada di Kabupaten Belitung Timur, yaitu sebesar 9 persen, dengan kepadatan penduduk sebesar 44 jiwa per km2. Kepadatan penduduk Kepulauan Bangka Belitung tahun 2011 adalah 77 jiwa per km 2. Konsentrasi penduduk terdapat di ibukota Provinsi dengan kepadatan penduduk sebesar 1.517 jiwa per km2. Kota Pangkalpinang yang luas geografisnya 1 persen dihuni oleh 14 persen penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.

2.2.

Ringkasan Rancangan RPJMD2013-2017 Pada saat pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

tanggal 7 Mei 2012, Menteri Dalam Negeri mengemukakan, bahwa menyelenggarakan Peningkatan daya saing

ada 4 tugas gubernur selaku

wakil pemerintahan dari pusat, yakni : (1) menyelenggarakan koordinasi di daerahnya, (2) daerahnya terhadap daerah yang lainnya di Indonesian, (3) menyelengarakan pengawasan pemerintahan di daerahnya agar berjalan dengan baik dan (4) menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya selaku kepala daerah. Sebagai salah satu alat bantu pelaksanaan tugasnya, Gubernur harus menyelesaikan RPJMD sesuai dengan hukum yang berlaku. Untuk memenuhi ketentuan tersebut, Badan

9|Page

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) melaksanakan fungsinya membantu Gubernur untuk menyusun RPJMD. Di bawah ini adalah rancangan awal RPJMD yang sedang disusun oleh Bappeda (versi terakhir hingga disusunnya laporan pelingkupan ini). Bappeda akan menyempurnakan rancangan berdasarkan masukan dari instansi-instansi teknis dan rekomendasi KLHS. Sebuah rancangan awal RPJMD diharapkan akan selesai pada awal September 2012, itu akan disajikan kepada publik dalam rapat konsultasi musrenbang atau musyawarah perencanaan pembangunan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat. Rancangan akhir RPJMD diharapkan akan selesai pada awal Oktober 2012, yang kemudian akan diserahkan kepada Badan Legislatif Provinsi untuk dikonsultasikan dan disetujui. Sesuai aturan UU, RPJMD seharusnya akan ditetapkan sebagai Peraturan Daerah Propinsi dengan pada 7 November 2012. adalah ringkasan singkat dari draft awal RPJMD versi terakhir. Bagian pertama dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Di bawah ini

menggambarkan kondisi umum Provinsi, profil keuangan dan anggaran, dan analisis isu-isu strategis. Bagian pertama merupakan dasar untuk merumuskan bagian kedua dari RPJMD yang berisi kebijakan yang luas dan formulasi strategi untuk waktu 5 (lima) tahun, 2013-2017 yaitu: (1) visi dan misi; (2) tujuan dan sasaran; (3) strategi dan arah kebijakan; (4) kebijakan umum dan program pembangunan; dan (5) program prioritas indikatif. Semua ini dirumuskan secara umum, sedangkan program prioritas dijelaskan dalam Rencana Strategis (Renstra) dari masingmasing SKPD.Penulisan dan tanggapan terhadap visi dan misi sudah merupakan penyempurnaan tanggapan yang diuraikan pada laporan pelingkupan KLHS RPJMD.Berikut ini adalah ringkasan singkat dari rancangan RPJMD saat ini. a. Visi dan Misi Visi Gubernur dan Wakil Gubernur selama lima tahun berikutnya adalah: "Terwujudnya provinsi Bangka Belitung yang mandiri, maju, berkeadilan dan berdaya saing berbasis potensi lokal melalui pengembangan sinergitas dan konektivitas perkotaan dan perdesaan". Dalam bahasa Inggris, ini bisa diterjemahkan sebagai: "Making Bangka Belitung a province that is self-reliant, developed, just, and competitive based on local potentials through improvement of synergy and connectivity between urban and rural areas. Visi di atas selanjutnya dijabarkan dalam 5 (lima) misi, sebagai berikut: (a)

pengembangan

ekonomi kerakyatan, (b) pemberdayaan Masyarakat dan peningkatan

Kualitas SDM (Society Empowerment), (c) peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang; (d) percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, dan (e) perwujudan good governance dan clean government. b. Tujuan dan Sasaran Setiap Misi di atas kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam tujuan yang lebih spesifik dan target. (1) Tujuan Misi 1 Pengembangan ekonomi kerakyatanmeliputi: (a)Mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan

10 | P a g e

pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam dan potensi lokal, sumber daya manusia dan budaya daerah, dan (b) Mewujudkan pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat Bangka Belitung. Sasaran dalam Misi masing-masing dirumuskan secara umum dan kualitatif sejalan dengan tujuan yang dinyatakan. (2) Tujuan Misi 2 Pemberdayaan Masyarakat dan peningkatan Kualitas SDM (Society Empowermentmeliputi: (a) Memberdayakan masyarakat melalui keterlibatan secara aktif dalam pembangunan. (b) Menciptakan kualitas sumber daya manusia yang kompetitif dan kreatif dalam dunia. (3) Tujuan Misi 3 Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruangmeliputi: (a) Mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan tetap mengedepankan kualitas LH dan tata ruang yang sesuai peruntukan, dan (b) Menguatkan kemitraan dan partisipasi aktif antar stakeholders dalam pengelolaan lingkungan hidup. (4) Tujuan dari Misi 4 Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuhmeliputi: (a)Meneruskan pembangunan dan pasokan infrastruktur yang ditunjukkan oleh meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai prasarana penunjang pembangunan seperti jalan raya, jalan pelabuhan laut, pelabuhan udara, listrik, irigasi, air bersih dan sanitasi serta pos dan telekomunikasi, dan (b) mendorong pengembangan wilayah-wilayah potensial yang memiliki nilai strategis dan cepat tumbuh. (5) Tujuan Misi 5 Perwujudan good governance dan clean government meliputi: (a) Membentuk birokrasi yang efektif, efisien, dan bebas dari konflik kepentingan, dan (b) Meningkatkan kapasitas kelembagaan untuk menciptakan kepuasan masyarakat atas layanan-layanan publik. c. Strategi dan Arah Kebijakan Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Hasil analisis SWOT ini yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan strategi untuk mencapai visi dan misi. Sebagai gambaran, didalam dokumen RPJMD terdapat 42 strategi utama. Adapun untuk misi 1 memiliki 4 strategi, untuk Misi 2 memiliki 12 strategi utama, ada7 strategi untuk menyelesaikan Misi 3, dan 11 strategi untuk mendukung misi 4, serta ada 8. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 1.1. d. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Berdasarkan tujuan dan sasaranserta strategi dan arah kebijakan, maka telah disusun kebijakan umum untuk masing-masing misi. Kebijakan umum merupakan daftar program pembangunan untuk setiap misi, yang berisi 267 program. Adapun jumlah program sebagai berikut: Misi 1 terdapat 41buah program, Misi 2 terdapat 75buah program, Misi 3 terdapat 47buah program, Misi 4 terdapat 51buah program, dan Misi 5 terdapat 53 program.

11 | P a g e

e.

Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kerangka Pendanaan Bagian ini berisi daftar indikasi rencana programprioritasdengan anggaran/pagu indikatif yang diperkirakan hingga 5 tahun kedepan, serta instansi/Satuan Kerja Perangkat Daerah penanggungjawab program. Dari 267 program di rancangan awal RPJMD, diprioritas menjadi 238 program pada dokumen rancangan RPJMD.Hal ini disebabkan terjadi perubahan program pada beberapa misi yang ada.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 1.2.

12 | P a g e

BAB 3 PROSES, LINGKUP KEGIATAN, METODE, DAN HASIL PELAKSANAAN KLHS


3.1. Tahap Persiapan Tahap ini merupakan tahap pertama dalam proses KLHS. Dalam tahapan ini minimal ada 3 kegiatan, yaitu (1) Membentuk Pokja Pengendalian Lingkungan (2) Bimbingan Teknis, (3) Melakukan Pra Pelingkupan, dan (4) Mengidentifikasi pemangku kepentingan yang akan dilibatkan dalam proses KLHS. Kegiatan pertama diawali dengan membentuk Pokja Pengendalian Lingkungan. Pemerintah Provinsi Kep. Bangka Belitung telah memiliki Tim Penyusun RPJMD yang berada di Bappeda dan Statistik. Sebagai tindak lanjut kesepakatan Kepala Bappeda dan Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Direktur Fasilitasi Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Bina Bangda), Pemerintah Prov. Kep. Bangka Belitung membentuk Kelompok Kerja Pengendalian Lingkungan, sebagai tim kerja yang melaksanakan proses KLHS RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan akan bermitra dengan Tim Penyusun RPJMD. Susunan dan komposisi Pokja Pengendalian Lingkungan dimaksud disajikan pada lampiran laporan ini. Anggota Pokja Pengendalian Lingkungan berada di Bappeda dan Statistik dan sebagian anggotanya merupakan anggota Tim Penyusun RPJMD dan perwakilan dari beberapa SKPD. Dengan sistem seperti ini didapatkan sinergitas antara Tim Penyusun RPJMD dengan Pokja Pengendalian Lingkungan sebagai mitranya. Dalam prosesnya ada timbal balik informasi dan data untuk memastikan proses KLHS berjalan dengan semestinya. Untuk meningkatkan kapasitas anggota Pokja dilakukan bimbingan teknis untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana melakukan proses KLHS. Pada kegiatan bimbingan teknis ini pula dilakukan proses pra pelingkupan. Pra Pelingkupan merupakan proses KLHS untuk mengumpulkan isu-isu pembangunan di Prov. Kepulauan Bangka Belitung. Proses ini dilakukan secara internal oleh anggota Pokja dan beberapa undangan dalam kegiatan bimbingan teknis. Hasil identifikasi isu-isu pembangunan kemudian diolah dan dideskripsikan dengan menggunakan data dan informasi yang tersedia. Pada tahap ini Pokja mengumpulkan data dan informasi dari dokumen-dokumen di SKPD, hasil kajian di Univ. Bangka Belitung, internet dan sumber data sekunder lainnya. Hasil pra pelingkupan merupakan bahan untuk untuk proses pelingkupan yang melibatkan pemangku kepentingan. Tahap ini sangat penting untuk memastikan isu-isu yang diidentifikasi memiliki dasar yang kuat. Dalam penyusunan pra pelingkupan, juga disertai dengan identifikasi pemangku kepentingan yang akan menjadi narasumber pada proses pelingkupan. Lembar kerja pra pelingkupan disajikan pada lampiran laporan ini. Dalam proses pra pelingkupan berdasarkan identifikasi isu-isu, Pokja mencoba menggali informasi tidak hanya dari pemangku kepentingan di tingkat provinsi saja tetapi juga di tingkat nasional, diantaranya Kementerian ESDM, Kementerian Kesehatan, BATAN, Kementerian LH dan

13 | P a g e

LSM Jatam namun karena adanya keterbatasan dalam mengatur jadwal pertemuan dengan instansi-instansi yang dituju hanya pertemuan dengan LSM Jatam yang dapat direalisasikan. Pertemuan dengan LSM Jatam diperoleh informasi dan data terkait permasalahan lingkungan yang terkait dengan tambang timah. Hasil pertemuan ini menjadi salah satu bahan dalam proses KLHS. Setelah tahap persiapan, Pokja akan melanjutkan kegiatan dengan proses Pelingkupan.

3.2.

Tahap Pelingkupan Tahap pelingkupan merupakan kelanjutan dari proses pra pelingkupan. Dalam tahap ini

Pokja melakukan klarifikasi dan verifikasi isu-isu serta data dan informasi yang telah diidentifikasi pada tahap pra pelingkupan. Pelingkupan dilakukan dalam sebuah workshop yang melibatkan pemangku kepentingan. Dalam tahap ini, Pokja menyampaikan hasil pra pelingkupan kepada pemangku kepentingan untuk mendapatkan klarifikasi dan verifikasi. Pada tahap pelingkupan ini diharapkan pemangku kepentingan dapat menyepakati isu-isu strategis untuk proses KLHS. Dinamika proses pelingkupan dapat digambarkan sebagai berikut. Pada tahap pra pelingkupan diidentifikasi daftar panjang sebanyak 58 isu. Isu-isu tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 10 tema besar. Dari hasil klarifikasi dan verifikasi bersama pemangku kepentingan tidak ada penambahan isu yang signifikan, namun pokja mendapatkan informasi dan data yang lebih baik untuk mendeskripsikan isu-isu tersebut. Berdasarkan masukan dari konsultan internasional, dari 58 isu tersebut dipilah-pilah isu yang menjadi konsideran KLHS dan isu yang menjadi konsideran perencanaan pembangunan. Dari diskusi kelompok dapat dipilah bahwa 39 isu merupakan isu konsideran KLHS dan 19 isu merupakan konsideran perencanaan pembangunan, sebagaimana disajikan dalam Tabel 5 dan 6.

Tabel 5. Daftar isu konsideran KLHS

No

Tema isu pembangunan berkelanjutan

Isu-isu terkait Meningkatnya pencemaran air sungai Penurunan kualitas dan kuantitas sumber air baku Penurunan kualitas perairan pesisir Penurunan muka air tanah Kekeringan pada musim kemarau Genangan air pada saat hujan dan pasang tinggi yang terjadi secara bersamaan

Sumber daya air

Pengelolaan limbah

Peningkatan jumlah limbah rumah tangga Peningkatkan jumlah limbah tambang dan industri timah

14 | P a g e

Kapasitas pengolahan limbah tambang, industri dan rumah tangga Sebagian besar Lahan bekas tambang belum direklamasi 3 Pertambangan timah Lahan bekas tambang yang belum direklamasi Penambangan timah ilegal 4 Penggunaan lahan dan kawasan pesisir Alih fungsi lahan dari pertanian dan perkebunan menjadi tambang timah Berkurangnya kawasan sawah produktif Alih fungsi lahan dari perkebunan menjadi tambang Penurunan kualitas tanah akibat pertambangan Kerusakan pesisir akibat abrasi-sedimentasi dan penambangan timah 5 Kegiatan perekonomian masyarakat Dampak negatif pertambangan timah kepada sektor usaha lainnya Rendahnya perikanan tangkap Menurunnya produksi lada karena perkembangan kelapa sawit dan timah Tingginya kebutuhan bahan bakar untuk memenuhi aktivitas pertambangan timah Penurunan tangkapan ikan nelayan di sekitar pesisir akibat rusaknya terumbu karang oleh aktivitas pertambangan 6 Kesehatan dan sosial masyarakat Meningkatnya tingkat bahaya radiasi dari pemrosesan biji timah Konflik sosial akibat pertambangan lepas pantai Perubahan mata pencaharian nelayan menjadi petambang Tingginya migrasi dari luar Kepulauan untuk kebutuhan tambang timah Tumbuhnya kawasan kumuh di sekitar kegiatan tambang Tingginya prelevansi malaria, ISPA dan penyakit menular lainnya Potensi kenaikan muka air laut di permukiman pesisir Perubahan pola tanam lada menjadi kelapa sawit Meningkatnya penderita HIV/AIDS 7 Sumberdaya hutan dan mangrove Penurunan luas kawasan lindung Penurunan biodiversitas Rusaknya ekosistem mangrove di pesisir

15 | P a g e

Energi

Salah satu lokasi terbaik untuk PLTN Potensi sumber daya energi terbarukan

9 10

Tata kelola pemerintahan Pendidikan

Belum adanya zoning kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Tingginya angka putus sekolah karena lebih ingin bekerja di tambang

Tabel 6. Daftar isu konsideran perencanaan pembangunan

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

ISU KONSIDERAN PENYUSUNAN RPJMD Kapasitas pengolahan limbah industri dan rumah tangga Kurangnya inovasi produk turunan timah Pekerja tambang di bawah umur Ketergantungan ekonomi kepada timah Rendahnya budidaya perikanan Tidak seimbangnya pembangunan di perkotaan dengan di perdesaaan Sebaran guru yang lebih banyak di perkotaan daripada di pedesaan Penurunan aktivitas (long of stay) di kawasan wisata Ketergantungan bahan pangan dari daerah lain Kurangnya armada perikanan tangkap yang memadai Kurangnya sistem sanitasi sehat dan air minum Rendahnya kualitas layanan kesehatan Adanya kekurangan energi listrik Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat Kurangnya suplai tenaga listrik Adakah kasus korupsi yang terungkap? Rendahnya pengawasan penangkapan ikan Rendahnya penegakan hukum lingkungan Rendahnya kualitas pendidikan

Mengingat KLHS merupakan kajian yang bersifat strategis, maka Pokja melakukan identifikasi isu-isu yang bersifat strategis. Kriteria strategis yang digunakan, yaitu (1) lintas wilayah, (2) lintas sektoral, (3) lintas pemangku kepentingan, (4) berdampak jangka panjang, dan (5) memiliki dampak kumulatif. Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan hasil isu strategis sebanyak 17 isu, yaitu: 1. Meningkatnya pencemaran air sungai dan perairan pesisir oleh limbah rumah tangga dan industri timah 2. Kekeringan pada musim kemarau 3. Reklamasi lahan yang lambat 4. Penambangan timah ilegal

16 | P a g e

5. Alih fungsi lahan dari pertanian dan perkebunan menjadi tambang timah 6. Penurunan kualitas tanah akibat pertambangan 7. Kerusakan pesisir akibat abrasi-sedimentasi dan penambangan timah laut 8. Alih fungsi lahan kawasan lindung dan Mangrove 9. Penurunan biodiversitas 10. Ketergantungan ekonomi terhadap timah 11. Tingginya kebutuhan bahan bakar untuk memenuhi aktivitas pertambangan timah 12. Penurunan tangkapan ikan nelayan di sekitar pesisir akibat rusaknya terumbu karang oleh aktivitas pertambangan 13. Perubahan mata pencaharian nelayan menjadi penambang 14. Tingginya migrasi dari luar Kepulauan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tambang timah 15. Potensi kenaikan muka air laut di permukiman pesisir 16. Pemanfaatan energi terbarukan termasuk PLTN 17. Perlunya disusun zoning kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Isu-isu strategis hasil identifikasi, kemudian dikonsultasikan bersama disepakati jumlah isu strategis KLHS yang semula sebanyak 17 isu berkurang menjadi 16 isu, yaitu: 1. Pencemaran air sungai dan perairan pesisir 2. Kekeringan pada musim kemarau 3. Reklamasi lahan yang lambat 4. Penambangan timah ilegal 5. Alih fungsi lahan masyarakat menjadi lahan perkebunan besar dan tambang timah 6. Penurunan kualitas tanah 7. Kerusakan pesisir akibat abrasi-sedimentasi dan penambangan timah laut 8. Alih fungsi lahan kawasan lindung dan Mangrove 9. Penurunan biodiversitas 10. Ketergantungan ekonomi terhadap timah 11. Tingginya kebutuhan bahan bakar untuk memenuhi aktivitas pertambangan timah 12. Penurunan tangkapan ikan nelayan di sekitar pesisir akibat rusaknya terumbu karang oleh aktivitas pertambangan 13. Perubahan mata pencaharian nelayan menjadi penambang 14. Tingginya migrasi dari luar Kepulauan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tambang timah 15. Potensi kenaikan muka air laut di permukiman pesisir 16. Eksplorasi sumberdaya energi terbarukan Isu yang mengalami perubahan adalah isu (1) Kekeringan pada musim kemarau dan (2) Perlunya disusun zoning kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Kedua isu tersebut dinilai sebagai dampak sehingga tidak perlu dimunculkan sebagai isu, namun menjadi catatan dalam proses

17 | P a g e

kajian pengaruh. Isu-isu strategis KLHS RPJMD ini menjadi dasar bagi proses selanjutnya yaitu analisis data baseline.

3.3.

Tahap Analisis Data Baseline Tahap Analisis data baseline dilakukan terhadap isu-isu strategis KLHS. Analisis data

baseline dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kecenderungan dari isu-isu strategis yang telah disepakati apakah cenderung membaik atau memburuk. Analisis ini menjadi salah satu dasar untuk merumuskan langkah-langkah mitigasi/alternatif. Data dan informasi yang ada dalam analisis ini dikembangkan berdasarkan hasil verifikasi dan klarifikasi dalam tahap pelingkupan dan wawancara dengan narasumber.Dalam proses mendeskripsikan analisis data baseline, Pokja mengalami kesulitan untuk mendapatkan data time series yang dapat dipercaya, sehingga beberapa informasi didasarkan kepada pendapat pemangku kepentingan, narasumber dan informasi publik yang berasal dari internet. Mengingat proses KLHS bersifat iteratif, data dan informasi ini dapat ditinjau kembali pada kesempatan KLHS berikutnya. Hasil analisis baseline data disajikan pada bagian di bawah ini. Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Meningkatnya Pencemaran Air Sungai dan Perairan Pesisir Indonesia memiliki Kebijakan Nasional Sumber Daya Air berdasarkan Keputusan PP No. 33 Tahun 2011. Potensi sumber daya air di Indonesia secara statistik masih berlimpah namun distribusinya tidak merata karena letak geografis yang berbeda-beda. Kebijakan pengelolaan sumber daya air 20 tahun ke depan dilakukan dengan: (1) Meningkatkan konservasi SD air secara terus menerus; (2) Mendayagunakan SD air untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat; (3) Mengendalikan dan mengurangi daya rusak air; (4) Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha untuk pengelolaan air; (5) membangun jaringan sistem SD air yang terpadu1 . Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Bangka dn Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil, mempunyai sumberdaya air yang potensial dalam bentuk sungai-sungai yang terdapat di kedua pulau tersebut. Jumlah sungai di Pulau Bangka sebanyak 97 sungai, sedangkan di Pulau Belitung sebanyak 13 sungai. Sebagian besar sungaisungai tersebut merupakan sungai-sungai kecil. Di seluruh ibukota kabupaten/kota di Provinsi Kep. Babel belum dibangun pengolahan limbah rumah tangga secara terpadu. Akibatnya, limbah yang dihasilkan dari pemukiman disalurkan ke saluran drainase dan tercampur dengan air hujan. Campuran limbah dan air hujan tersebut masuk ke dalam sungai dan mencemari air sungai. Hasil pemantauan 8 sungai di Babel tahun 2006, kandungan total dissolve solute (padatan terlarut total) sudah melebihi baku mutu untuk air kelas II menurut PP 82 tahun 2001. Selain itu kandungan logam berat seperti besi (Fe) dan stannium (Sn) melebihi baku mutu.
1

PP No. 33 Tahun 2011.

18 | P a g e

Sungai-sungai di daerah perkotaan memiliki nilai COD dan BOD yang tinggi serta kandungan bakteri E. coli yang tinggi. Hasil analisis sampel di Sungai Rangkui Kota Pangkalpinang oleh BLHD Prov Babel tahun 2003-2006 menunjukkan nilai BOD5 dan COD terus meningkat. Pada tahun 2003, nilai BOD sebesar 12 mg/l dan meningkat drastis pada tahun 2005 menjadi 163,3 mg/L dan pada tahun 2006 menurun kembali menjadi 33,25. Hal yang sama terjadi pada peubah COD, yang mengalami peningkatan sampai 577,7 mg/L tahun 2006 dari sebelumnya 19 mg/L tahun 2003. dan total coliform 1300 MPN/100 ml (baku mutu 1000 MPN/100 ml). Dengan nilai tersebut, kualitas air di Sungai Rangkui masuk kelas IV. Kandungan coliform dalam air Sungai Rangkui mengalami peningkatan dari tahun 2003-2006 dan melampaui baku mutu air kelas II. Berdasarkan data hasil analisis laboratorium dan penentuan status mutu kualitas air Sungai Baturusa pada pemantauan tahun 2010 sesuai dengan Kepmen LH Nomor : 115 Tahun 2003 yang menggunakan Metode STORET, kualitas air Sungai Baturusa dikategorikan tercemar ringan pada semua titik pemantauan, kecuali pada bagian hulu II (S. Kayu Besi) kualitas air Sungai Baturusa dikategorikan tercemar sedang dengan paramaeter BOD5 dan E.coli. Di bagian hulu I terdapat 3 (tiga) parameter yang melampaui baku mutu, yaitu : pH, BOD 5 dan fecal coli, di bagian hulu II terdapat 2 (dua) parameter yang melampaui baku mutu, yaitu : BOD 5 dan fecal coli, di bagian tengah I terdapat 3 (tiga) parameter yang melampaui baku mutu, yaitu : TDS, BOD5dan Total Phospat, dibagian tengah II terdapat 3 (tiga) parameter yang melampaui baku mutu, yaitu : TDS, BOD5 dan fecal coli, sedangkan di bagian hilir I dan hilir II terdapat 2 (dua) parameter yang melampaui baku mutu, yaitu : TDS dan BOD52. Selain pencemaran oleh limbah rumah tangga, pencemaran sungai terjadi juga oleh residu pestisida. Misalnya Penggunaan pestisida yang tidak tepat di lahan pertanian dan perkebunan akan meninggalkan residu pestisida yang akan mengalir ke sungai-sungai dan bermuara ke laut. tingginya pestisida organoklorin di beberapa titik pengamatan di Teluk Klabat Kabupaten Bangka. Tingginya kadar pestisida ini terjadi hanya pada musim-musim tertentu, biasanya pada saat masa tanam pada bulan Maret Juni3. Pencemaran pestisida organoklorin juga dilaporkan pada hasil pemantauan BLHD Babel pada tahun 2009. Kandungan klorin sudah cukup tinggi di bagian hulu Sungai Baturusa, sedangkan doi bagian hilir relatif lebih rendah. Terjadinya sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan dasar sungai di Pulau Bangka tergolong parah. Sungai Kepoh, Sungai Nibung dan Sungai Payung di Kabupaten Bangka Selatan sudah tidak berfungsi lagi sebagai sungai. Demikian juga sungai yang hulunya berada di Bukit Menumbing mengalami pendangkalan akibat banyaknya aktivitas penambangan di kaki bukit tersebut. Hal yang sama dilaporkan terjadi di Kabupaten Bangka seperti di Sungai Jelitik, dan Sungai Perimping. Di Kota Pangkalpinang, dua sungai yang ada yaitu Sungai Pedindang dan Sungai Rangkui sudah mengalami pendangkalan akibat sedimen yang terbawa dari hulu sungai yaitu Bukit Mangkol. Pencemaran sungai akan berdampak lanjutan kepada pencemaran perairan pesisir

Laporan Kegiatan Pemantauan Kualitas Air Sungai Dana Dekosentrasi Bidang Lingkungan Hidup Tahun Anggaran 2010 3 Pestisida Organoklorin Diperairan Teluk Klabat-Pulau Bangka

19 | P a g e

dimana sungai tersebut bermuara, yang dapat mengancam kehidupan biota laut.

Hasil

penelitian Syari et al (2010), sebaran bakteri coli di perairan Bangka timur menunjukkan sebaran yang paling tinggi, yaitu 53-1100 koloni per 100 ml, diikuti perairan Bangka selatan (10-60 koloni per 100 ml), dan teen dah di perairan Bangka utara (0-9 koloni per 100 ml). Tingginya bakteri coli di perairan Bangka timur karena merupakan muara dari sungai yang besar yaitu Sungai Baturusa dan Sungai Kurau. Di sepanjang kedua sungai tersebut terdapat pemukiman penduduk yang cukup padat. Hasil penelitian Ahmed et al (2010) di perairan laut Pulau Belitung, sebaran bakteri coli pada pengamatan di 23 stasiun pengamatan berkisar antara 5-25.000 koloni per 100 ml. Sebaran coli paling tinggi di perairan Selat Gaspar yang memisahkan Pulau Bangka dengan Pulau Belitung. Limbah dari pertambangan timah menjadi permasalahan serius di Bangka Belitung. Secara umum timah meninggalkan beberapa komposisi logam berat yang dapat dengan mudah berpindah dari lokasi penambangan ke lingkungan sekitarnya baik di permukaan tanah dan terserap hingga ke dalam muka air tanah. Para peneliti dari Limnologi LIPI menyimpulkan lewat studi pada 40 kolong (danau yang terbentuk dari bekas penambangan timah), mengatakan bahwa air dari kolong-kolong tersebut terkontaminasi jenis logam berat antara lain ferum (Fe), timbal (Pb), dan arsen (As) yang sudah melebihi ambang batas normal yaitu lebih dari 4 ppm yang tanpa pengolahan terlebih dahulu tidak direkomendasikan untuk diminum karena dapat menyebabkan sejumlah penyakit seperti keracunan, kanker dan penyakit lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sampai saat ini jumlah izin usaha pertambangan operasi produksi (IUP OP) di perairan laut 4-16 mil sebanyak 46 izin dengan luas 46.681,70 Ha. Penambangan di laut dilakukan dengan kapal isap produksi (dredging and sucking). Sampai saat ini sebanyak 68 KIP milik PT Timah telah beroperasi, masing-masing 15 di Kabupaten Bangka, 38 di Bangka Barat dan 15 di Bangka Selatan. KIP milik perusahaan swasta yang telah beroperasi sebanyak 6 kapal. Ke depan, luas areal penambangan dan jumlah KIP yang beroperasi diprediksi akan meningkat. Saat ini jumlah perusahaan yang sudah memiliki izin usaha pertambangan eksplorasi di laut sebanyak 217 (204 dikeluarkan oleh Gubernur, dan 13 oleh kabupaten/kota) dengan luas wilayah IUP eksplorasi 382.103,01 Ha. memproses peningkatan Perusahaan-perusahaan tersebut saat ini sedang izin menjadi IUP OP sehingga KIP dapat beroperasi. Di sisi lain,

penambangan lepas pantai oleh penambang timah rakyat secara ilegal yang dikenal dengan TI apung semakin marak di sejumlah lokasi seperti di pantai Tanjung Bunga di Kota Pangkalpinang, Sampur Tanjung Gunung di Bangka Tengah, Pantai Permis dan Rajik, Pantai Toboali di Bangka Selatan, sepanjang Pantai Air Anyir dan Pantai Rebo di Kabupaten Bangka, dan di beberapa lokasi lain. Di perairan laut pesisir Pulau Belitung dan pulau-pulau kecil di sekitarnya tidak terdapat aktivitas penambangan laut baik oleh KIP maupun TI apung. Meningkatnya aktivitas penambangan di pesisir menyebabkan peningkatan kekeruhan air laut dan terjadinya sedimentasi. Hal tersebut disebabkan tailing sisa pencucian di atas kapal penambang dibuang langsung dari atas kapal ke permukaan laut. Akibatnya sedimen terutama fraksi halus seperti debu dan liat yang tercampur dengan air laut akan tersebar luas karena terbawa arus. Berdasarkan perhitungan kekeruhan di sekitar aktivitas penambangan oleh KIP

20 | P a g e

dapat mencapai radius 2 km dari titik pembuangan tailing. Pengotoran air laut di sekitar lokasi tambang juga dapat bersal dari buangan oli bekas dan sampah pekerja ke laut.

Jenis Kapal Isap Produksi (KIP) yang digunakan dalam kegiatan penambangan timah lepas pantai Hasil uji laboratorium terhadap 20 sampel air yang diperoleh dari 20 stasiun pengukuran menunjukkan konsentrasi padatan tersuspensi total (TSS) dekat permukaan berkisar antara 1874,5 mg/l dengan konsentrasi rata-rata 33,4 mg/l. Konsentrasi TSS dekat dasar laut 21-97,5 mg/l dengan rata-rata 412,5 mg/l. Hasil pengukuran juga menunjukkan sebagian besar nilai TSS di 20 stasiun pengukuran sudah melebihi baku mutu sesuai dengan baku mutu air laut untuk biota yaitu 20 mg/L. Kandungan TSS yang tertinggi terdapat di perairan laut sebelah utara Pulau Bangka. Diduga hal tersebut karena di wilayah ini aktivitas penambangan oleh kapal isap produksi dan tambang inkonvensional apung cukup tinggi yang terkonsentrasi di Teluk Kelabat (Firdaus et al, 2010). Di perairan laut Pulau Belitung, berdasarkan hasil pengukuran pada 23 stasiun pengukuran diperoleh konsentrasi TSS 17,2-48,8 mg/l dengan nilai rata-rata 30,1 mg/l pada permukaan. Konsentrasi TSS pada dasar laut berkisar 25,2- 99,6 mg/l dengan rata-rata 37,8 mg/l. Nilai tersebut sudah melebihi baku mutu dari Kementerian Lingkungan hidup tahun 2004. TSS yang tinggi di perairan Pukau Belitung diduga karena tingginya sedimentasi di daerah aliran sungai yang bermuara ke laut (Fiddin et al 2010). Menurut penelitian LESTARI et al (2007) konsentrasi logam berat di perairan Teluk Klabat (Bangka bagian Utara) secara umum belum membahayakan kehidupan biota laut, karena berada di bawah nilai ambang Baku Mutu, yaitu Pb < 0,01; Cd < 0,01; Cu < 0,06; Zn < 0,1 dan Ni < 0,002mg/L. Penelitian ini perlu diklarifikasi apakah saat ini kondisi pencemaran laut oleh logam berat masih rendah.

21 | P a g e

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan akan mempengaruhi kecenderungan masa depan Perkiraan dampak negatif dan positif depan Menurunnya kualitas air sungai (peningkatan berat, dan residu pestisida) diisebabkan : 1. Bertambahnya permukiman di kawasan perkotaan yang meningkatkan tingginya aktivitas buangan limbah rumah tangga 2. Seluruh buangan limbah rumah tangga langsung diarahkan menuju sungai 3. Aktivitas pertanian dan perkebunan di sekitar DAS yang menghasilkan residu pestisida dan mengalir ke sungai. 4. Aktivitas pembukaan lahan di bagian hulu untuk kegiatan pertambangan timah, pertanian dan perkebunan. Penurunan kualitas air laut di wilayah pesisir disebabkan karena: 1. Aktivitas di permukiman di sepanjang rumah Bertambahnya permukiman di kawasan juga akan Kota meningkatkan Pangkal wilayah limbah saja tangga. Pinang dari

faktor pendorong terhadap kecenderungan masa

BOD5, peningkatan coli total, TSS, logam perkotaan mengalami

perluasan

permukiman

sebesar 15% dalam 10 tahun terakhir. Jika perluasan permukiman dan sistem pembuangan limbah tidak diatur dengan baik, maka resiko semakin menurunnya kualitas (BOD5, TSS, logam berat) air sungai semakin besar. Dan mengingat sungai merupakan salah satu sumber air penting bagi masyarakat tidak dapat dikonsumsi dan mangalami krisis air bersih. Kondisi ini akan semakin parah jika sisa tailing tambang timah juga masih langsung dibuang ke perairan sungai dan lahan di hulu dibiarkan terbuka. Dengan adanya informasi bahwa budaya masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai sangat rendah dan tidak terkendalinya pembukaan dan pemanfaatan lahan di bagian hulu menciptakan ketidakpastian yang tinggi, sehingga potensi resikonya semakin sulit dikendalikan. Resiko ini masih dapat diatasi dengan memitigasi melalui perubahan pola ruang dan pola fikir masyarakat dalam menangani limbah serta Kota pembukaan Surabaya lahan yang minim erosi, seperti contoh program penyehatan Kali Mas di yang berhasil meningkatkan kualitas air sungai menjadi sesuai baku mutu dengan menertibkan bantaran kali dari aktivitas permukiman. Penurunan kualitas air laut disebabkan oleh semakin meningkatnya aktivitas penambangan lepas pantai (offshore mining) di

sungai yang bermuara ke laut 2. Aktivitas penambangan lepas pantai oleh penambang inkonvensional dan dengan kapal isap produksi KIP)

22 | P a g e

sejumlah lokasi.

Dampak ini akan semakin

meningkat karena semakin meluasnya wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) timah lepas pantai yang dkeluarkan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, sementara pemantauan dan pengawasan terhadap dampak negatifnya masih sangat minim. Penurunan kualitas air laut di pesisir akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota laut seperti plankton, benthos, terumbu karang, lamun, ikan dan jenis hewan laut lain. Ringkasan

Situasi terburuk yang diperkirakan akan terjadi pada perairan sungai adalah semakin buruknya kualitas air sungai dan menyebabkan krisis sumber air bersih bagi masyarakat di Bangka Belitung, jika tidak ada upaya mitigasi untuk menangani faktor pendorong di atas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menyusun program yang terkait dengan penataan ruang, penyehatan lingkungan, pertanian/perkebunan ramah lingkungan dan penegakan hukum daerah sebagai arahan mitigasi. Situasi terburuk yang dperkirakan akan terjadi di perairan laut wilayah pesisir adalah semain menurunnya kualitas air laut terutama peningkatan TSS, kekeruhan, logam berat, dan sedimentasi. Mtigasi dapat dilakukan dengan pengaturan zonasi wilayah laut dan pesisir untuk membatasi meluasnya wilayah penambangan, penegakan hukum untuk menertibkan TI apung yang ilegal, melakukan edukasi dan advokasi pada masyarakat pesisir tentnag pentingnya menjaga kualitas laut.

Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Kekeringan pada Musim Kemarau Curah hujan rata-rata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 58,33 mm hingga 476,33 mm. Bulan kering berlangsung antara bulan Agustus sampai Oktober, sedangkan bulan basah berlangsung antara Januari hingga bulan Juli. Musim kemarau berlangsung selama maksimum 3 bulan (Agustus-Oktober). Masalah utama masyarakat Babel selama musim kemarau adalah menurunnya

ketersediaan air bersih.

Hal tersebut disebabkan karena sebagain besar sumber air bersih

penduduk berasal dari sumur dalam dan sumur dangkal yang sangat dipengaruhi oleh air hujan. Sumber air baku untuk air minum di Pulau Bangka dan Belitung umumnya berasal dari kolong/danau bekas galian timah yang telah berumur puluhan tahun. Kolong terdapat di semua kecamatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. penambangan jumlah kolong juga bertambah. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas Pada tahun 2003 jumlah kolong 887 buah

23 | P a g e

dengan luas 1.712,65 Ha (Robin, 2011).

Tahun 2008, luas lahan bekas tambang mencapai

400.000 ha dengan luas kolong 35% atau 14.000.000 Ha (Sitorus et al., 2008). Beberapa kolong yang dijadikan sumber air baku antara lain Kolong Bacang di Pangkalpinang, Kolong Merawang di Kab Bangka, kolong Fishfarm di Bangka Tengah, kolong minyak di Belitung Timur. Secara visual, muka air kolong-kolong tersebut terus-menerus mengalami penurunan meskipun belum diperoleh angka penurunannya. Proses sedimentasi juga terjadi, yang mengakibatkan meningkatnya kekeruhan dan pendangkalan dasar kolong. Pada tahun 2010, masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki fasilitas sanitasi sendiri hanya 66% sementara 5% menggunakan fasilitas sanitasi umum dan 29% sisanya tidak memiliki fasilitas sanitasi 4 . Kondisi sanitasi juga dapat mencerminkan akses terhadap air bersih terlindungi, dimana baru 66% yang memiliki akses terhadap air bersih terlindungi sedangkan sisanya 34% tidak memiliki akses. Namun informasi ini terbatas pada besarannya saja belum dapat ditunjukkan lokasi yang memilki sanitasi buruk dan yang kesulitan akses air bersih. Dampak musim kemarau terhadap pertanian di Babel relatif rendah karena di dominasi oleh tanaman tahunan seperti kelapa sawit, karet dan lada yang relatif tahan terhadap musim kering yang lama, sedangkan tanaman semusim relatif sedkit diusahakan masyarakat Bangka Belitung. Tidak diperoleh data dampak kekeringan terhadap kegagalan panen

Dalam peta indeks risiko kekeringan, Pulau Bangka bagian Utara dan Tengah dan seluruh Pulau Belitung merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan kekeringan tinggi, sedangkan Pulau Bangka bagian Selatan berada pada wilayah dengan tingkat kekeringan sedang. Di luar dari wilayah tersebut indeks resiko kekeringan tergolong rendah dan sangat rendah5.

Peta Zonasi Bencana Kekeringan di Indonesia dan Wilayah Provinsi Kep. Babel

4 5

Riset Kesehatan Daerah Kemenkes 2010 http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2010/05/2010-03-24_risk_drought_babel.pdf

24 | P a g e

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif masa depan Faktor pendorong isu kekeringan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diantaranya: baku untuk air bersih karena penurunan kualitas air permukaan dan sedimentasi. 2. Terganggunya siklus hidrologi akibat berkurangnya tutupan vegetasi. Terdapat kecenderungan meningkatnya gangguan terhadap sumber air baku akibat penambangan dan pembalakan liar di kawasan lindung sekitar sumber mata diawetkan pada musim kemarau. Dampak negatifnya dari faktor

akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan

1. Semakin terbatasnya sumber air air akan semakin menurunkan jumlah air yang dapat sudah terlihat di beberapa kolong yang menjadi sumbe rair baku, misalnya Kolong Merawang yang mensuplai air minum untuk Kota Sungailiat dan kolong Bacang di Pangkal Pinang yang permukaan airnya semakin menurun dibandingkan musim kemarau tahun sebelumnya. Apabila ini terus berlangsung maka resiko bencana kekeringan akan semakin meluas di wilayah Babel. Mitigasi yang dapat dilakukan melalui pengawasan dan penegakan hukum yang tegas bagi pembalak liar dan penambang liar yang beroperasi di sekitar sumber air bersih dan di perbukitan hutan konservasi. cakupan pelayanan air bersih di Selain itu, harus masyarakat

ditingkatkan pemerintah melalui pembangunan instalasi pengolahan air minum dan perluasan jaringan pipa air minum. Ringkasan Di perkotaan dan perdesaan, akses masyarakat terhadap air bersih sangat terbatas karena mengandalkan sumur gali, sumur dalam,kolong dan rawa-rawa sementara layanan oleh PDAM sangat terbatas. Dalam skenario terburuk, jika tidak dilakukan konservasi terhadap sumber-sumber air baku dan kawasan konservasi terutama di hulu sungai, dan upaya meningkatkan pelayanan terhadap air bersih, maka zona wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang rawan bencana kekeringan dengan kategori tinggi dan sangat tinggi di musim kemarau akan semakin meluas.

25 | P a g e

Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Timah yang Lambat Pada tahun 1953 Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan timah Belanda di Kepulauan Bangka belitung yang kemudian menjadi cikal bakal PT. Timah. Produksi timah dunia mengalami peningkatan dari dari 188.300 Ton pada tahun 1950an menjadi 309.000 Ton pada tahun 2000an. Produksi timah Indonesia meningkat dari 900 Ton pada tahun 1950an menjadi 95.700 Ton pada tahun 2010 dan menempatkan Indonesia pada peringkat 2 penghasil timah terbesar setelah China 6. Pada tahun 2011 diperkirakan produksi timah Indonesia turun menjadi sebesar 94.000 Ton, dimana 42.000 Ton merupakan hasil produksi sah dan 52.000 Ton hasil produksi illegal7. Harga timah dunia berfluktuasi mengikuti hukum permintaan dan penawaran serta stabilitas ekonomi dan politik negara penghasil timah. Pada tahun 1900, harga timah hanya USD 10.000-15.000 per MTon, mencapai puncaknya pada tahun 1980 sebesar USD 35.000-40.000 per Mton namun mengalami penurunan drastis pada tahun 1986 menjadi hanya USD 11.000 per Mton
8

dan tahun 2011 harga timah menjadi rata-rata USD 26.000 per MTon9. Pertambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung mayoritas dikuasai oleh PT Timah dan

anak perusahaannya dengan luas tambang darat pada tahun 2011 sebesar 328.926 Ha dan luas tambang laut sebesar 183.838 Ha. Total produksi pada 2011 sebesar 38.132 Mton yang terdiri dari 51% atau sebesar 19.135 MTon dari total produksi berasal dari tambang darat sebesar 49% atau sebesar 18.351 Mton berasal dari tambang laut. Tidak tersedia informasi yang jelas mengenai luasan dan hasil produksi tambang timah ilegal di Kepulauan Bangka Belitung. Penambangan timah di darat menggunakan sistem tambang semprot (gravel pumps) dan kapal keruk darat (dredging), menghasilkan tiga bagian utama lahan bekas tambang yaitu lubang besar bekas galian, yang disebut kolong (mining ponds) yang berisi air, tumpukan tanah bekas galian (overburden) dan hamparan sisa pencucian timah (tailing). Sebesar 50-70% dari lahan pascatambang timah berupa tailing. Lahan bekas tambang tersebut perlu direklamasi agar dapat berfungsi kembali secara ekologis dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Kewajiban untuk mereklamasi lahan merupakan kewajiban bagi setiap pelaku penambangan sesuai dengan UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara serta PP RI Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang. Dalam PP RI Nomor 78/2010, setiap pemegang izin operasi penambangan (IUP) Operasi Produksi dan IUP Khusus (IUPK) Operasi Produksi wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang sesuai dengan rencana reklamasi dan rencana pascatambang sampaimemenuhi kriteria keberhasilan. Pemegang IUP OP dan IUPK OP wajib melaporkan kemajuan kegiatan reklamasi tersebut setiap tahun kepada pemberi izin penambangan. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sampai tahun 2006, luas lahan bekas tambang

6 7

ITRI Briefing 2011: Historical trends in tin production CRU Tin Monitor December 2011 8 ITRI Briefing 2011: long term history of tin prices 9 Laporan Tahunan PT Timah 2011

26 | P a g e

timah PT. Timah Tbk. dan PT. Koba Tin yang telah direklamasi adalah 6.683,27 ha dan yang belum direklamasi 2700,37 ha. Sementara itu, luas lahan bekas penambangan timah inkonvensional yang belum direklamasi 1.008 ha. PT. Timah Tbk selaku perusahaan pertambangan timah utama di Indonesia mulai melakukan penelitian secara sistematis dan ilmiah untuk reklamasi lahan pasca tambang timah pada tahun 1982 bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian (PT. Timah Tbk., 2002). Revegetasi dilakukan dengan menggunakan tanaman akasia (A. mangium dan A. auriculiformis), gamal dan sengon (Sujitno, 2007). Revegetasi selama lebih dari 6 tahun dengan A. mangium di lahan pasca tambang PT. Timah Tbk dikategorikan berhasil (Latifah, 2000)10. Sebagai pemilik lahan terluas, lahan pasca tambang PT Timah yang harus direklamasi adalah 1.200 Ha per tahun, namun pada tahun 2011 hanya tercapai 550 Ha atau 46% dari rencana. PT Koba Tin sebagai perusahaan terbesar kedua, sampai dengan tahun 2012 telah berhasil mereklamasi lahan seluas 6780 Ha. Tidak terdapat informasi yang jelas mengenai luasan lahan bekas tambang inkonvensional dan reklamasi yang terkait 11. Bila diasumsikan data 2006 luas lahan bekas tambang timah inkovensional yang belum direklamasi seluas 1.008 ha akan terus meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya aktivitas penambangan inkonvensional dan tidak adanya upaya reklamasi setelah selesai penambangan.

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan akan mempengaruhi kecenderungan masa depan Faktor pendorong isu reklamasi lahan bekas penambangan timah di Bangka Belitung diantaranya: 1. Wilayah izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi di darat yang dikelola oleh perusahaan swasta terus meningkat sejalan dengan dikeluarkannya sejumlah izin baru oleh pemerintah kabupaten.
10

Perkiraan dampak negatif dan positif terhadap kecenderungan masa depan

dari

faktor pendorong

Pemberian IUP OP timah di beberapa kabupaten akan semakin meningkatkan luas lahan pascatambang yang belum direklamasi. Luasan tersebut akan semakin meningkat akibat kontribusi dari aktivitas penambangan rakyat yang ilegal dan membiarkan lokasi bekas tambang begitu saja tanpa ada upaya reklamasi. Perusahaan pertambangan utama di Babel yaitu PT Timah dan PT Koba Tin masih terus beroperasi di wilayah yang telah diberikan izin, sementara reklamasi lahan-lahan yang sudah selesai ditambang berjalan lambat dan tidak mencapai target. karena Selain itu tingkat keberhasilan reklamasi juga rendah kurangnya pemeliharaan dan pengrusakan oleh

penambang liar. Akumulasi dari semakin meluasnya lahan bekas

Ismed Inonu.Pengelolaan Lahan Pascatambang Timah di Pulau Bangka: Sekarang dan Yang Akan Datang, 2010 11 Laporan Tahunan PT Timah 2011

27 | P a g e

2. Lemahnya pengawasan dan penambangan yang belum direklamasi adalah luas lahan kritis pemberian sanksi bagi perusahaan penambangan yang lalai dan tidak mencapai target luasan reklamasi yang sudah direncanakan sebelum perizinan diberikan. 3. Semakin maraknya penambangan ilegal skala kecil tanpa sedikitpun ada upaya reklamasi pascapenambangan 4. Semakin maraknya penambangan kembali (remining) lahan-lahan bekas tambang yang telah direklamasi. bekas penambangan timah semakin meningkat, dan sebaliknya luas lahan produktif untuk pertanian dan perkebunan semakin menurun. Apabila hal tersebut terus berlangsung maka Pulau Bangka terancam terjadi krisis lahan. Dalam jangka panjang, bila penduduk lokal tidak dapat lagi memanfaatkan lahan bekas penambangan timah maka akan terjadi eksodus penduduk ke perkotaan atau keluar dari pulau untuk mencari penghidupan baru. Mitigasi yang dapat dilakukan antara lain memperketat pemberian izin tambang baru. Di dalam UU Minerba dan peraturan turunannya sebenarnya sudah ada kewajiban bagi setiap provinsi dan kabupaten/kota untuk menyusun wilayah pertambangan (WP). Di dalam WP inilah izin usaha pertambangan boleh diberikan. Tetapi kenyataannya, belum

satupun kabupaten/kota yang telah menetapkan WP. Untuk reklamasi meningkatkan perlu ada keberhasilan upaya pencapaian target dari

maka

sungguh-sungguh

pemerintah kab/kota dan provinsi untuk melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana reklamasi dan penutupan tambang yang telah disusun oleh perusahaan sebelum diberikan IUP OP. Tindakan pemberian sanksi perlu dilakukan sesuai dengan aturan apabila ditemukan adanya unsur kelalaian perusahaan dalam mereklamasi misalnya sanksi administrasi berupa teguran, pembekaun sementara IUP OP sampai pada pencabutan IUP OP. Penegakan hukum yang tegas perlu dilakukan terhadap penambang tidak berizin yang beroperasi tanpa melalui prosedur perizinan, baik di wilayah yang baru maupun di wilayah Perlu ada penambangan yang telah direklamasi sebelumnya.

komitmen bersama antara pemerintah daerah dan penegak hukum (kepolisian, kejaksaan dan kehakiman) untuk memproses secara hukum terhadap pelanggaran perundangan Minerba, sehingga akan ada efek jera. Ringkasan Dalam skenario terburuk, jika proses penambangan di darat baik legal maupun ilegal terus berlangsung, sementara reklamasi berjalan lambat maka luas lahan kritis di Babel akan semakin meningkat, sehingga semakin mempersempit lahan untuk usaha pertanian dan perkebunan. Untuk mengatasi permasalahan ini disarankan untuk melakukan penegakan hukum yang ketat terhadap pelanggaran UU Minerba dan UU PPLH. Selain itu, pemerintah kabupaten/kota dan

28 | P a g e

provinsi harus segera menyusun dan menetapkan wilayah pertambangan seperti yang diamantkan oleh UU Minerba.

Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Kerusakan Kawasan Lindung Pantai dan Hutan Mangrove Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kep. Babel, luas hutan mangrove di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 104.479,7 Ha. Kabupaten Bangka Barat memiliki hutan mangrove yang terluas yaitu 63.280,96 Ha atau 60,58%, sedangkan yang paling kecil adalah Kota Pangkalpinang yaitu 73,18 Ha atau 0,07%. Data kondisi hutan mangrove di Babel dari tahun 2009-2011 yang diperoleh dari DKP Provinsi Babel belum dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya di lapangan, karena data luas hutan mangrove yang dikumpulkan dari 7 kabupaten/kota mengalami fluktuasi yang besar dalam 3 tahun. Begitu pula informasi mengenai luasan hutan mangrove yang mengalami degradasi di Kep. Bangka Belitung belum tersedia dengan jelas. Namun, dalam beberapa edisi surat kabar lokal menyatakan bahwa di beberapa tempat seperti Kab. Bangka Barat, kerusakan mangrove akibat penambang telah menyebabkan terjadinya abrasi pesisir12. Di sejumlah wilayah pesisir, alih fungsi lahan terjadi karena adanya pembangunan. Perubahan paling nyata adalah di sepanjang muara Sungai Baturusa Kabupaten Bangka untuk pembangunan galangan kapal, pelabuhan niaga, pelabuhan pendaratan ikan, dan jalan baru. Di sepanjang pesisir Tanjung Pendam, alihfungsi mangrove karena pembangunan hotel dan restoran di tepi pantai di sepanjang Pantai Tanjung Pendam. Meskipun demikian, luas hutan mangrove dan hutan pantai yang mengalami alihfungsi belum ada data yang tersedia. Pemerintah provinsi telah membentuk Kelompok Kerja Mangrove Daerah pada tahun 2010 yang merupakan bagian dari Kelompok Kerja Mangrove nasional, namun juga belum ada informasi yang valid mengenai usaha-usaha perbaikan mangrove. Pada tahun 2010 terdapat informasi mengenai rencana pelepasan 216 titik kelompok kawasan hutan seluas 113.864 Ha dan permintaan menjadi kawasan hutan seluas 10.200 Ha, yang di dalamnya terdapat kawasan mangrove. Rencana ini berkaitan dengan penyelesaian RTRW Provinsi Kep. Bangka Belitung 13.

12 13

WALHI Beritadaerah.com. 2010

29 | P a g e

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif masa depan 1. Meningkatnya aktivitas pemukiman dan industri di kawasan pesisir yang kayu hutan mangrove 2. Penambangan timah rakyat ilegal di pantai 3. Belum ditetapkannya sejumlah wilayah yang termasuk kawasan lindung pantai dan hutan mangrove dalam peraturan daerah atau SK gubernur/bupati/walikota 4. Lemahnya pengawasan dan penindakan hukum terhadap perambah mangrove dan kawasan lindung pantai Ringkasan Dalam skenario terburuk, jika alihfungsi lahan kawasan lindung pantai dan hutan mangrove menjadi peruntukan lain tetap dibiarkan maka fungsi-fungsi ekologis dan ekonomis dari kawasan tersebut akan hilang. Untuk mengatasi permasalahan ini disarankan untuk menginventarisasi kawasan lindung pantai dan hutan mangrove untuk selanjutnya ditetapklan sebagai kawasan lindung melalui peraturan daerah. Selanjutnya dilakukan pemasangan tapal batas dan papan peringatan serta pembinaan terhadap masyarakat sekitar. Dampak negatif semakin menurunnya luasan dan dari faktor

akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan

kerapatan hutan mangrove dan kawasan lindung pantai diperkirakan akan terus terjadi karena alih fungsi lahan yang tidak terkendali. Hal tersebut karena belum ada tapal batas kawasan lindung yang jelas dan kuatnya kepentingan lain untuk memanfaatkan kawasan lindung dan mangrove. Apabila hal tersebut terus terjadi maka dikhawatirkan kawasan pantai akan semakin terbuka dan akan meningkatnya laju abrasi dan perubahan garis pantai. Selain itu, fungsi ekologis dan ekonomis hutan mangrove akan hilang.

Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Ketergantungan Ekonomi Masyarakat Terhadap Timah Besaran nilai LQ dapat digunakan sebagai indikator awal untuk melihat sektor ekonomi yang

potensial (sektor basis) dan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan penghitungan LQ sektor unggulan Bangka Belitung adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. LQ sektor pertambangan berdasarkan data tahun 2000 sampai 2009 selalu bernilai > 1, hal ini memperlihatkan sektor ini merupakan sektor basis dimana selain menopang perekonomian Bangka Belitung juga dapat memenuhi daerah lain. Sementara itu LQ dengan pendekatan

30 | P a g e

tenaga kerja bernilai < 1, yang memperlihatkan share tenaga kerja pada sektor ini di Bangka Belitung jauh lebih besar daripada share nasional. Berdasarkan LQ dengan pendekatan PDB dan tenaga kerja terlihat ketergantungan perekonomian Bangka Belitung terhadap sektor pertambangan dan penggalian khususnya pada komoditas timah 14 . Pada tahun 2011, jumlah angkatan kerja di Kep. Bangka Belitung sebesar 617.631 jiwa, dimana 23% bekerja di sektor pertambangan dan 29,5% di sektor pertanian15. Timah merupakan sumber daya yang tidak terbarukan dan berdasarkan informasi dari US

Geological Survey 2006, disebutkan bahwa cadangan terukur timah di Indonesia adalah sekitar 800.000 sampai 900.000 ton. Dengan asumsi tingkat produksi rata-rata sekitar 60.000 ton/tahun, atau setara dengan 90.000 ton/tahun pasir timah, cadangan tersebut akan mampu bertahan sekitar 10 - 12 tahun lagi, atau hingga tahun 2017 2019. Pada tahun 2010 Prof Emil Salim, menyampaikan laporan kepada Presiden bahwa secara ekonomi Kep. Bangka Belitung pasca timah tidak siap. Kepulauan Bangka Belitung tidak memiliki sektor yang menunjang selain timah. Sebelum era otonomi daerah, Kep. Bangka Belitung merupakan penghasil lada putih terbesar dan terbaik di dunia, namun setelah era otonomi daerah dan membaiknya harga timah dunia menyebabkan banyak petani beralih merubah lahan kebun menjadi lahan tambang inkonvensional. Kegiatan pariwisata yang dipicu oleh film Laskar Pelangi pun kini sudah terancam karena kegiatan tambang sudah merambah kawasan pesisir dan merusak pantai. Rusaknya pesisir juga berimbas kepada hasil tangkapan nelayan yang terus turun16. Tahun 2002, produksi Muntok White Pepper berjumlah 33.000 ton. Jumlah tersebut menurun di tahun 2003 menjadi 27.000 ton, di tahun 2004 kembali menurun menjadi 20.000 ton, di tahun 2005 produksi tinggal 16.000 ton, tahun 2006 hingga 2007, jumlah produksi sama yaitu berada di angka 14.000 ton. Dan di tahun 2008, angka ini kembali menurun dan berada di angka 13.000 ton. Luasan kebun lada pun mengalami penurunan pada tahun 2000 luas lahan perkebunan lada mencapai 80.000 hektare, namun angka tersebut menurun di tahun 2007 tinggal 35.000 an hektare17. Penurunan luas areal lada di Babel disebabkan oleh berbagai faktor. Empat faktor dominan yang menjadi penyebabnya adalah fluktuasi harga lada, gangguan OPT, dampak penambangan timah ilegal, dan pengembangan komoditas lain produksi lada. Pada triwulan I tahun 2012, sektor perkebunan mengalami pertumbuhan yang sangat baik 9,6% year to year karena kondisi cuaca yang lebih baik dari masa sebelumnya. Sedangkan
18

. Namun tidak

ditemukan data yang memadai mengenai besaran pengaruh dari keempat faktor ini terhadap

14 15

www.bi.go.id. Sektor-Sektor Unggulan Penopang Perekonomian Bangka Belitung. 2010 BPS Kep. Bangka Belitung. 2011 16 Bangka Hijau Nursery, 2011 17 http://www.babelprov.go.id/content/bangkitkan-kembali-kejayaan-lada-putih. 2009 18 Jurnal Litbang Pertanian, 28(1), 2009

31 | P a g e

pertambangan juga mengalami pertumbuhan namun tetap rendah pada nilai 3,6% year to year19. Dari sektor pertanian tidak terdapat informasi yang memadai untuk melihat penyebab utama naiknya pertumbuhan sektor ini apakah alam atau non alam, begitu juga dengan sektor perikanan yang belum diperoleh data yang valid mengenai produksi perikanan tangkap dan budidaya. Akvitas utama berupa penambangan timah, memberikan efek ikutan (trickledown effects) pad asektor lain. Misalnya aktivitas perdagangan bahan bakar solar untuk penambang rakyat, pedagang keliling di kawasan/desa tambang, warung-warung makan, dan sebagainya.

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif masa depan 1. Harga komoditi timah di pasar internasional yang cenderung terus meningkat. 2. Meningkatnya investasi di sektor pertambangan timah oleh swasta 3. Belum berkembangnya sektorsektor lain yang dapat mengalihkan aktivitas ekonomi masyarakat dari sektor tambang timah. Timah merupakan sumberdaya alam yang tidak sektor dari faktor

akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan

terbarukan dan akan habis cadangannya di suatu waktu. Kecenderungan semakin besarnya peranan pertambangan timah dalam menggerakkan perekomian masyarakat diperkirakan akan terus berlangsung selama harga timah di pasar internasional masih tinggi. Dampak negatif dari ketergantungan ini adalah aktivitas ekonomi lokal sangat tergantung pada harga komoditi timah di pasar internasional. Di saat harga timah menurun, berimbas kepada semua sektor terutama sektor informal. Selain itu, harga-harga barang dan jasa menjadi lebih tinggi karena harga timah menjadi tolok ukur hargaharga tersebut. Ketergantungan dapat ekonomi masyarakat terhadap timah dan

dimitigasi

dengan

mengeksplorasi

mengembangkan sektor-sektor lain yang potensi seperti pariwisata, perkebunan, dan perikanan dengan routemap yang jelas dan terukur. Ringkasan Kecenderungan ekonomi masyarakat yang sangat tergantung pada timah merupakan

konsekuensi logis dari potensi sumberdaya alam ini yang masih banyak. Selain itu, tingginya harga komoditi timah di pasar internasional, menyebabkan harga komoditi pasir timah yang dihasilkan dari operasi dan produksi pertambangan timah juga tinggi. Dampak negatif jangka pendek adalah ekonomi lokal sangat tergantung apda fluktuasi harga komoditi ini di pasar

19

www.bi.go.id. Kajian Ekonomi Regional Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2012. 2012.

32 | P a g e

internasional.

Dalam jangka panjang, dampak negatifnya adalah ketidaksiapan masyarakat Oleh sebab itu perlu adanya mitigasi yang

dalam menghadapi pasca habisnya cadangan timah. beralih dari sektor tambang dan ikutannya.

mengarah kepada pengembangan sektor-sektor potensial yang menarik minat masyarakat untuk

Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Penambangan Timah Ilegal Setiap badan usaha yang akan melakukan penambangan harus memenuhi prosedur perizinan seperti yang telah diatur dalam UU Minerba dan peraturan turunannya. operasi produksi (IUP OP). terbitnya izin tersebut. Perizinan tambang terdiri dari izin usaha pertambangan eksplorasi (IUP E) dan izin usaha pertambangan Badan usaha baru boleh melakukan penambangan apabila telah memperoleh IUP OP setelah terlebih dahulu menyelesaikan sejumlah kewajiban sebagai syarat Apabila terdapat perorangan atau badan usaha yang melakukan aktivitas penambangan di suatu wilayah yang bukan termasuk dalam wilayah izin usaha pertambangan OP tanpa dilengkapi dengan izin maka dikategorikan sebagai penambangan tanpa izin atau penambangan ilegal. Aktivitas penambangan timah illegal terdapat hampir di seluruh kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Aktivitas tersebut bermula dari kebijakan pemerintah daerah untuk membantu masyarakat pada masa krisis ekonomi tahun 2008, masyarakat diziankan menambang dengan alat sederhana (disebut tambang inkonvensional) di wilayah kuasa penambangan PT Timah dan didukung dengan kebijakan pemerintah menjadikan komoditi timah sebagai komoditi non strategis. Sejak saat itu, penambangan ilegal tidak hanya di wilayah operasi PT Timah, tetapi sudah merambah di semua lokasi, seperti di hutan, kebun, pemukiman, sungai, kolong, dan berbagai lokasi yang diperkirakan mempunyai deposit bijih timah yang ekonomis untuk ditambang. Dengan semakin terbatasnya areal tambang di darat, maka TI juga mulai dilakukan di lepas pantai. Dengan menggunakan ponton sederhana yang terbuat dari drum plastik bekas, penambangan dilakukan dengan menyedot sedimen di dasar laut dan pencucian untuk memisahkan bijih timah dengan tailing, dan tailing langsung dibuang ke permukaan air laut. Meskipun data pasti sulit diperoleh, tetapi jumlah prediksi dapat dilakukan. Pada tahun 2001 jumlah TI diperkirakan 6000 unit, pada tahun 2004 menjadi 6.500 unit dan pada tahun 2005 menjadi 16.000 unit. Jika tidak dikendalikan pada tahun 2020 jumlahnya dapat berlipat ganda menjadi 30.000 unit. Perhitungan areal bekas tambang yang ditambang kembali di dalam wilayah usaha penambangan PT. Kobatin sampai dengan bulan April 2012 diperoleh data sebagai berikut : 1. Luas reklamasi yang rusak oleh TI : 1.109,1 Ha; 2. Area rusak yang di re-reklamasi : 329 Ha; 3. Area yang masih terganggu : 780,1 Ha. Untuk sebaran area yang masih terganggu aktivitas TI adalah :

33 | P a g e

No. Bemban

Lokasi Payung, Kepuh Kdl,Pal besi Serudu Nibung, jongkong Kayu Ara Nadi Lubuk, Kukuru Total

Luas (ha) 13 25,6 138,4 6 119,4 33,4 38,5 405,8 780,1

Hal yang sama juga terjadi di lahan tambang milik PT. Timah, akan tetapi data pendukung belum tersedia. Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif masa depan Faktor pendorong isu pertambangan timah ilegal di Bangka Belitung diantaranya: 1. Timah bukan lagi komoditas strategis yang diatur negara. 2. Belum adanya pilihan kegiatan ekonomi alternatif yang dapat memberikan penghasilan sebesar dan secepat kegiatan yang berkaitan dengan pertambangan timah. 3. Masih kurang berfungsinya pengawasan dan penegakan hukum terkait pengelolaan ruang. 4. Pola fikir masyarakat untuk mendapatkan pendapatan secara cepat dan mudah Resiko yang akan mungkin terjadi dengan semakin banyaknya penambangan ilegal adalah semakin rusaknya kondisi lingkungan baik daratan maupun pesisir akibat pertambangan yang tidak dapat dikendalikan baik jumlah maupun aktivitasnya, termasuk tidak adanya kewajiban reklamasi bagi tambang inkonvensional. Ini berarti akan semakin banyak ruang daratan dan lautan sebagai lokasi tambang. Secara ekonomi, hal ini akan mempengaruhi stok timah di pasaran dan berimbas pada harga timah. Sebelum adanya TI harga Timah berada pada posisi USD 6000 per tonsedangkan pada tahun 2001 harga timah turun menjadi USD 3.900 per ton. Penertiban TI pada tahun 2004 berhasil mengurangi stok timah dunia dan menaikkan kembali harga timah menjadi USD 6500 10.000 per ton. Hal ini menunjukkan bahwa jika tidak dikendalikan berkembangnya TI akan menimbulkan kerugian bagi pelaku industri dan tambang timah sendiri. Selain itu, konsumsi BBM jenis solar untuk kegiatan penambangan bersubsidi ilegal akan mengurangi umum pasokan sehingga BBM solar untuk masyarakat dari faktor

akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan

menjadi langka dan mahal.

34 | P a g e

Penambangan

timah

ilegal

di

lepas

pantai

menyebabkan penurunan kualitas air laut, kerusakan ekosistem laut dan pantai. Dampak ikutannya adalah gangguan terhadap penghasilan nelayan dan pariwisata. Untuk kawasan pesisir yang terganggu oleh aktivitas tambang akan menyebabkan nelayan semakin jauh untuk mencari ikan dan akan meningkatkan kebutuhan modal, yang pada akhirnya akan memberatkan hidup nelayan di semua pesisir Pulau Bangka. Aktivitas pertambangan juga memiliki dampak

negatif terhadap pengembangan sektor pariwisata yang notabene merupakan sektor yang saat ini digadanggadangkan terhadap wisata oleh dampak dengan laut pemerintah negatif daerah tersebut sebagai adalah sektor dengan aktivitas ini hal yang ini penggerak perekonomian pasca timah nanti. Indikasi terlihatnya tumpang tindih lahan dan peruntukan wilayah pertambangan banyak Pesona, sekali Tikus, dimana saat Rebo), pertambangan (contoh:

dilaksanakan sangat berdekatan dengan objek wisata kawasan terindikasikan dari adanya keluhan pihak Hotel Tanjung Pesona terhadap aktivitas TI yang beroperasi disekitar wilayah wisata mereka sebagaimana banyak yang diberitakan dalam harian surat kabar lokal yang salah satunya dikutip dari Harian Bangka Pos tanggal 5 Agustus 2009. Ringkasan Dalam skenario terburuk, jika pertambangan timah ilegal tetap dibiarkan maka kondisi lingkungan daratan dan perairan akan semakin rusak. Pada saat cadangan timah habis, Kepulauan Bangka Belitung tidak lagi nyaman untuk ditinggali karena gersang, generasi muda tidak terdidik semakin besar dan tidak mampu memenuhi kualifikasi kebutuhan tenaga kerja sektor lainnya. Kondisi ini hanya akan menguntungkan para investor pertambangan timah dan pekerja tambang timah sesaat, mengingat timah bukanlah sumber daya alam yang dapat diperbarukan. Yang akan merasakan dampaknya adalah masyarakat yang tidak bekerja pada sektor pertambangan timah tetapi merasakan tidak nyamannya kualitas lingkungan sekitarnya baik untuk tempat tinggal atau mencari penghidupan yang layak. Untuk mengatasi permasalahan ini disarankan mengembangkan kegiatan perekonomian

alternatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan penegakan hukum yang ketat.

35 | P a g e

Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Penurunan Kualitas Tanah Hasil analisis penutupan lahan daratan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2009, terdiri dari 18 jenis penutupan lahan yang didominasi oleh pertanianl ahan kering campuran seluas 510.835,1 Ha (31,1%), semak Ha belukar (9,07%),
20

seluas

369.658,23

Ha

(22,51%), (7,68%),

hutanlahankeringsekunder

148.924,19

perkebunan

126.191,24

pertambangan 110.753,77 Ha (6,74%) dan lain-lain . Dari tutupan lahan di atas, lahan kritis untuk kriteria sangat kritis kira-kira seluas 112.838,86 Ha (6,93%) dari luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berada diluar dan di dalam kawasan hutan, sedangkan lahan kritis dalam kawasan hutan kirakira seluas 99.146,97 Ha (6,089%) dari luas wilayah daratan. Untuk kriteria agak kritis seluruhnya seluas 359.918,71 Ha (22,1%) dari wilayah daratan, sehingga untuk kriteria 1,2 dan 3 atau lahan kurang produktif seluruhnya seluas kurang lebih 472.757,57 Ha (29,03%) dari luas wilayah daratan untuk di dalam dan luar kawasan hutan. Sedangkan sisanya seluas 1.155.426 Ha (70,97%) merupakan lahan yang potensial kritis dan tidak kritis untuk lahan lebih produktif. Salah satu lahan kritis yang banyak terbentuk di Provisi Kepulauan Bangka Belitung adalah lahan tailing bekas penambangan timah. daratan bekas penambangan berupa tailing. Berdasarkan perhitungan, 50-70% dari lahan Lahan tailing memiliki sifat tanah yang tidak

mendukung pertumbuhan tanaman, seperti kandungan fraksi pasir yang tinggi, rendah unsur hara, rendah bahan organik, kapasitas tukar kation rendah, pH rendah, dan kelembaban tanah yang rendah. Aktivitas penambangan timah mengubah sifat fisika dan kimia tanah, dan mikroklimat. Tekstur tailing adalah pasir dengan kenaikan lebih dari 30% fraksi pasir dibandingkan lahan tidak terganggu (hutan, kebun karet, dan kebun lada), dan menurunnya fraksi liat dan debu sekurang-kurangnya 50%. Kandungan bahan organik tailing timah C hampir tidak tersisa, dan N mendekati nol. Penurunan P dan K total nyata pada pengalihan kebun karet dan kebun lada menjadi tailing timah. Demikian juga kandungan kation dapat ditukar Ca, Mg, K, dan Na menurun nyata pada pengalihan tanah hutan dan kebun lada. Total kation dapat ditukar pada hutan dan kebun lada berkurang masing-masing 50% dan 90%. Kapasitas tukar kation (KTK) berkurang antara 50 80%, serta penurunan persentase kejenuhan basa dan konsentrasi Al 3+ dibandingkan sifat tanah sebelum ditambang. Hasil penelitian Inonu (2010) di lahan bekas tambang PT Koba Tin menunjukkan bahwa sifat-sifat fisik dan kimia tailing pasir yang berumur 20 tahun setelah ditambang dan telah direklamasi belum dapat menyamai kondisi lahan yang tidak ditambang. untuk dapat pulih kembali. Hal tersebut berarti lahan bekas tambang yang telah mengalami kerusakan memerlukan waktu yang cukup lama

20

Dinhut.babelpro.go.id, 2011

36 | P a g e

Pengalihan fungsi lahan menyebabkan kelembapan tanah lahan pascatambang dan kelembapan udara di sekitar lahan pascatambang menjadi lebih rendah, temperatur tanah lahan pascatambang dan temperatur udara di sekitar lahan pascatambang menjadi lebih tinggi. Penurunan kelembapan tanah sekitar 10%, dan kelembapan udara 10 20%, dan peningkatan temperatur tanah 210 C, serta peningkatan temperatur udara sekitar 6 9 C di lahan pascatambang diduga tidak mendukung bagi pertumbuhan vegetasi dan mikroba tanah, serta bagi habitat fauna. Luas daratan Provinsi Babel 16.424,14 km2 atau 1.642.414 Ha. Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Babel, luas wilayah IUP Operasi produksi sampai tahun 2012 adalah 424.658,3 Ha atau mencapai 25,86 % dari total luas daratan Babel. Luas tersebut akan semakin bertambah karena luas IUP eksplorasi yang akan ditingkatkan menjadi IUP OP tahun 2012 seluas 49.336,44 Ha. Data luas wilayah penambangan dari Dinas Pertambangan dan Energi tersebut merupakan data luas lahan yang berizin, dan kenyataan di lapangan sejumlah lahan juga digarap untuk pertambangan tanpa izin dalam bentuk tambang skala kecil atau tambang inkonvensional.Semakin meningkatnya luas wilayah yang dijadikan untuk usaha pertambangan, akan semakin meningkatkan luas lahan kritis yang kualitas tanahnya rendah. Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif masa depan Faktor pendorong penurunan kualitas tanah di Kep. Bangka Belitung diantaranya: 1. Semakin luasnya lahan bekas penambangan 2. Lambatnya kemajuan reklamasi lahan pasca tambang sehingga pemulihan kesuburan lahan menjadi lambat. Semakin meningkatnya luas lahan yang kritis dan berkualitas jelek diperkirakan akan semakin meningkat, apabila tidak ada upaya untuk mempercepat proses pemulihan lahan mlalui reklamasi dan revegetasi. Hamparan lahan tailing bekas penambangan timah yang dibiarkan, secara alami akan semakin luas, karena melalui media angin dan air hujan, pasir tailing akan menyebar dan menimbun berkualitas baik. tailing, sehingga lahan-lahan di sekitarnya yang semula Akibatnya terjadi perluasan hamparan terjadi fenomena desertasi atau dari faktor

akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan

pembentukan padang pasir. Mitigasi yang dapat dilakukan adalah mengawasi secara ketat pelaksanaan reklamasi dan penutupan yang telah tambang perlu ada pada perusahaan teknologi tambang

memperoleh IUP OP. inovasi

Untuk mempercepat pemulihan, reklamasi, misalnya

penggunaan bahan organik lokal, mikrobia mutualistik, dan tanaman cepat tumbuh (fast growth species).

37 | P a g e

Ringkasan Dalam skenario terburuk tanpa adanya intervensi, maka lahan pertanian/perkebunan di Bangka akan semakin menurun. Sedangkan timah sebagai SDA yang tidak dapat diperbarukan suatu saat akan habis. Sehingga akan menghilangkan satu jenis potensi ekonomi pengganti timah. Jika terjadi hal ini, maka yang akan dirugikan adalah masyarakat petani dan buruh tambang. Yang diuntungkan hanyalah investor besar yang mungkin akan tidak terpengaruh jika timah habis. Maka perlu diprogramkan mitigasi untuk mengurangi penurunan kualitas lahan, terutama kaibat pertambangan.

Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Kerusakan Wilayah Pesisir Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki 950 pulau yang terdiri dari 2 pulau besar dan 948 pulau kecil21 dengan panjang garis pantai 1.200 Km. Luas kawasan karang diperkirakan 20% dari kawasan laut teritorial yang seluas 65.301 Km22. Penambangan timah lepas pantai awalnya dilakukan oleh PT Timah dengan

menggunakan kapal keruk.

Sejalan dengan semakin menipisnya cadangan timah di darat, Penambangan dilakukan oleh

penambangan timah beralih ke penambangan lepas pantai.

masyarakat secara ilegal yang dikenal dengan istilah tambang inkonvensional apung (TI apung). Sejak tahun 2006, sejumlah perusahaan mulai mengajukan izin penambangan timah lepas pantai menggunakan kapal isap produksi (Dredging and Sucking Mining). Baik TI apung maupun kapal isap produksi melakukan penambangan di laut dengan cara menggali dasar laut yang diperkirakan mengandung timah, kemudian pasir/sedimen yang mengandung timah disedot dengan menggunakan pipa lentur ke atas kapal/ponton. Di atas kapal/ponton, pasir dicuci untuk memisahkan pasir timah dengan tailing yang tidak mengandung timah. Selanjutnya tailing dibuang langsung dari atas kapal/ponton ke permukaan laut. Aktivitas penggalian dasar laut (dredging) menyebabkan dampak langsung berupa kerusakan ekosistem yang ada di atasnya seperti terumbu karang dan padang lamun. Pembuangan tailing secara langsung ke permukaan laut menyebabkan tailing menyebar mengikuti arus sehingga menyebabkan dampak kekeruhan air laut dan sedimentasi yang luas, jauh melebihi areal penambangan. Sedimen yang mengendap akan menutupi terumbu karang yang ada di dasar laut sehingga menimbulkan kerusakan terumbu karang. Tambang inkonvensional di wilayah perairan merusak 30% wilayah karang di sepanjang pesisir terutama di Kabupaten Bangka Selatan, Kab. Bangka Barat dan Kabupaten Belitung. Walhi menyatakan bahwa pengerukan pasir kuarsa dan pasir timah yang berlangsung sejak

21 22

DKP ProvinsiKep. Bangka Belitung BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung, 2008

38 | P a g e

tahun 2004 menggunakan kapal isap dan kapal keruk telah menyebabkan penurunan pendapatan nelayan hingga 80%23. KIARA, salah satu LSM disana juga menyatakan bahwa Pulau Pemain yang memiliki luas 3.500 m2 kondisinya sudah terkikis abrasi sejauh 2 meter dan cenderung akan tenggelam. Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat komplek dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dan memiliki banyak fungsi ekologis dan ekonomis. Penelitian terumbu karang yang dilakukan tahun 2005 oleh LIPI, persentase tutupan karang di perairan Pulau Bangka bagian tengah, di Pulau Ketawai 59%, Gosong Asem 13,25%, Pulau Burung 4%, Pulau Lutung 9%. DI perairan Pulau Bangka bagian selatan, Pulau Liat (Pongok) 73,4%, dan Pulau Celaka 45,76% (Siringoringo et al, 2006). Penelitian Muzaki et al (2010) menyimpulkan bahwa secara umum kondisi terumbu karang Pulau Bangka barat bagian utaratermasuk kategori sedang dengan rata-rata persenstase tutupan 44%, perairan timur Bangka Tengah termasuk kategori sedang hingga sangat baik dengan persentase tutupan 45,07-76,1%, sedangkan perairan selatan Bangka termasuk kategori baik. Dilaporakan juga bahwa persentase tutupan karang hidup di lokasi-lokasi tersebut sangat dipengarui oleh perbedaan tingkat kekeruhan dan sedimentasi. Semakin tinggi kekeruhan dan sedimentasi, persentase tutupan karang hidup semakin rendah. Berdasarkan laporan kegiatan Ekspedisi Terumbu Karang Universitas Bangka Belitung yang dilakukan secara kontinyu mulai tahun 2007 sampai 2012, sejumlah terumbu karang di beberapa perairan laut di Babel sudah dalam kondisi rusak. Di Kabupaten Bangka, lokasi yang mengalami kerusakan terumbu karang di Pantai Penyusuk Kecamatan Belinyu, Pantai Pesaren dan Pulau Mengkudu, dan di karang batu Pantai Tanjung Pesona. Di Kabupaten Bangka Barat, lokasi yang mengalamai kerusakan terumbu karang di pantai Tanjung Ular, Pantai Desa Teluk Limau, Pulau Pemuja Penganak Jebus, karang di Desa ketap Jebus, pantai Bembang Desa Pebuar Jebus, Batu Malang Duyung Desa Gantang, dan Pulau Asam Penganak. Di Kabupaten Bangka Selatan kerusakan terumbu karang di lokasi Pantai Tanjung Kerasak Sadai dan Pulau Pemain Kecamatan Simpang Rimba. Terumbu karang di wilayah Kabupaten Bangka Tengah Lokasi-lokasi yang mengalami kerusakan relatif lebih baik, dengan kondisi baik dan sedang.

terumbu karang di atas merupakan lokasi yang banyak beroperasi TI apung dan kapal isap. Di Pulau Belitung, meskipun tidak ada TI apung dan kapal isap, kerusakan terumbu karang juga terjadi, yang diduga disebabkan adanya illegal fishing dan pengambilan oleh penduduk untuk asesoris. Kondisi terumbu karang rusak ditemukan di Pulau Rengit Kabupten Belitung, sedangkan di wilayah Belitung Timur kondisi terumbu karang masih baik. Hasil penelitian Palupi et al (2010) juga menyatakan bahwa kondisi terumbu karang di perairan laut pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Belitung masih tergolong baik dengan persentase tutupan karang hidup mencapai rata-rata 60%. Fenomena yang terjadi bahwa terumbu karang yang mati umumnya disebabkan karena sedimentasi dan kekeruhan air.

23

Walhi.org, 2004.

39 | P a g e

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif dari faktor akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan masa depan Faktor pendorong kerusakan wilayah laut pesisir di Kep. Bangka Belitung diantaranya: 1. Meningkatnya sedimentasi dan kekeruhan akibat aktivitas penambangan timah lepas pantai, baik TI apung maupun kapal isap produksi 2. Meningkatnya sedimentasi dari muara sungai akibat aktivitas di DAS. 3. Eksploitasi terumbu karang untuk kepentingan suvenir dan bangunan Data izin usaha pertambangan (IUP) terakhir yang dikeluarkan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kepulauan Bangka Belitung, jumlah IUP Operasi Produksi di perairan laut Babel sebanyak 46 izin, dengan luas wilayah IUP 46,681.70 Ha. Jumlah kapal keruk dan kapal isap produksi yang telah beroperasi sebanyak 72 unit, yang terdiri dari 68 kapal milik PT Tambang Timah dan 6 kapal milik swasta. Luas wilayah izin operasi produksi dan jumlah kapal isap di perairan laut akan semakin bertambah karena pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah provinsi telah menerbitkan IUP eksplorasi sebanyak 217 izin seluas 382,103.01 Ha. Pada gambar berikut, disajikan peta wilayah izin usaha pertambangan pada kawasan laut di atas 4 mil yang telah dikeluarkan oleh gubernur. Gambar tesebut menunjukkan hampir sekeliling Pulau Bangka telah menjadi wilayah penambangan timah dengan KIP. Apabila perusahaan

penambang mulai mengoperasikan kapal isapnya maka diperkirakan kerusakan terumbu karang di Pulau akan semakin meningkat dan meluas. Bila kerusakan terumbu karang meningkat, maka dampak ikutannya adalah menurunnya fungsi ekologi dan ekonomi dari terumbu karang, yang akan berdampak pada profesi nelayan setempat.

40 | P a g e

Ringkasan Dalam skenario terburuk tanpa adanya intervensi, maka kerusakan laut di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Bangka dan Belitung akan semakin parah. Dalam jangka panjang bila terumbu karang sudah banyak yang mati maka jumlah tangkapan nelayan akan menurun, potensi keindahan alam bawah laut akan hilang. Bila terjadi demikian, maka masa depan generasi yang akan datang pasca habisnya deposit timah akan suram.

Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Penurunan Biodiversitas Penurunan tutupan vegetasi hutan akibat berbagai aktivitas menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati. Provinsi Babel memiliki sejumlah flora dan dan fauna khas seperti Mentilin (Tarsius bancanicus) sejenis primata yang menjadi fauna identitas Provinsi Kep. Babel. Hewan ini semakin jarang ditemukan di hutan-hutan di Bangka dan Belitung. Kawasan hutan primer dan sekunder di Babel merupakan habitat dari pelanduk atau kancil (Tragulus javanicus). Meskipun hewan ini merupakan hewan yang termasuk dilindungi sesuai dengan PP Nomor 27 Tahun 1999, tetapi populasinya semakin menurun akibat gangguan habitatnya dan perburuan liar. Selain itu, Pulau Bangka dan Pulau Belitung dikenal sebagai daerah yang memiliki plasma nutfah berbagai spesies kantung semar atau ketakung dalam Bahasa Bangka ( Nepenthes sp.). Berdasarkan hasil ekspedisi Tim Trubus beberapa tahun lalu, paling sedikit 5 spesies Nephentes ditemukan di hutan Pulau Bangka dan terancam punah akibat rusaknya habitat akibat penambangan timah24. Tanaman kantung semar tergolong sebagai tumbuhan yang dilindungi menurut PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan akan mempengaruhi kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang mempengaruhi penurunan biodiversitas di Prov. Babel adalah: 1. Konversi hutan untuk penggunaan lain seperti
24

Perkiraan dampak negatif dan positif dari faktor pendorong terhadap kecenderungan masa depan

Luas tutupan lahan pada kenaekaragaman hayati

kawasan hutan dan non hutan Hutan yang kaya akan dialihfungsikan untuk banyak

diperkirakan akan semakin menurun.

kegunaan lain. Akibatnya habitat dari sejumlah hewan langka dan spesifik lokal terganggu dan populasinya semakin sedikit. Ekploitasi terhadap jenis-jenis flora seperti jenis-jenis anggrek

http://www.trubus-online.co.id/index.php/20080411242/Nusantara/Nepenthes-Bangka.html

41 | P a g e

perkebunan, perladangan, dan tambang 2. Eksploitasi dan perburuan liar

Phalaenopsis dan nepenthes yang pengkoleksi akan semakin keanekaragaman hayati. akibat perburuan liar.

eksotik oleh sejumlah penurunan

mempercepat

Hewan-hewan khas lokal seperti

mentilin dan pelanduk juga populasinya semakin menurun

Mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan sejumlah kawasan yang menjadi habitat dari flora atau fauna tersebut menjadi kawasan lindung. Selain itu perlu juga dilakukan upaya domestikasi/penjinakan untuk meningkatkan populasinya, sementara untuk mencegah perburuan perlu adanya program sosial dan penegakan hukum. Ringkasan Dalam skenario terburuk, tanpa adanya intervensi, maka keberadaan sejumlah flora dan fauna yang menjadi sumber plasma nutfah di Bangka Belitung akan punah. Gangguan habitat, perburuan liar, dan eksploitasi yang tidak terkendali menyebabkan kenakeragaman hayati akan semakin menurun.

Analisis kecenderungan masa lalu hingga saat ini Isu Strategis: Penurunan Produksi Ikan Tangkap Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang secara geografis dikelilingi lautan dan selat. Hal ini menyebabkan sektor perikanannya didominasi oleh perikanan laut yang diperoleh melalui aktivitas penangkapan. Jenis ikan yang dominan antara lain ikan kerisi, tenggiri, tembang, rajungan, cumi, udang putih dan lain sebagainya.Potensi perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam skala nasional cukup besar. Berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010, jumlah produksi perikanan tangkap di laut sebesar 159.366,49 ton atau mengalami peningkatan sebesar 4,01% dari tahun 2009. Jumlah ini hanya 15% dari potensi perikanan tangkap di wilayah WPP 711 yang sebesar 1.059.000 ton. Jika jumlah produksi tahun 2010 ini dihitung dengan rupiah, maka nilai produksi perikanan tangkap di laut tahun 2010 sebesar Rp. 2.400.077.783.000,-. Ini menunjukkan sektor perikanan tangkap memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.Dalam perikanan tangkap, data statistik dapat memberikan informasi mengenai jumlah produksi atau hasil tangkapan, jumlah nelayan, ketersediaan sumberdaya ikan di suatu perairan dan berbagai informasi lain yang berkaitan dengan sektor perikanan tangkap. Berdasarkan data dan informasi inilah, kebijakan mengenai sektor perikanan tangkap diambil. Berikut akan diuraikan beberapa informasi mengenai perikanan tangkap berdasarkan data statistik.

42 | P a g e

a.

Produk Dominan Di Bangka Belitung, ikan laut masih mendominasi konsumsi masyarakat. Produksi perikanan laut sampai tahun 2011 masih didominasi oleh kurisi, tenggiri, tembang, tongkol dan ikanikan ekonomis lainnya. Berikut 10 (sepuluh) ikan laut yang mendominasi produksi perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Tabel Sepuluh Ikan Laut Yang Mendominasi Perikanan Tangkap di Bangka Belitung
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis Ikan Kurisi Tenggiri Tembang Lemuru Tongkol Komo Pari Kembang/Mac an Kembung Selar Bawal Hitam Ekor Kuning 2006 6.603,95 7.593,08 7.134,85 3.276,90 333,90 3.584,38 4.919,39 5.654,09 3.950,72 2.485,50 2007 7.795,59 5.820,64 6.674,85 2.795,24 358,10 3.682,31 5.293,50 5.989,05 3.615,10 2.842,77 2008 9.058,51 7.182,60 11.087,91 3.145,57 1.673,60 5.351,66 6.078,46 6.846,25 3.558,81 3.710,96 2009 9.021,08 6.737,07 10.752,47 3.371,04 7.581,18 6.017,96 5.373,15 6.493,73 3.673,53 3.049,56 2010 9.679,27 9.678,07 9.508,91 7.096,91 7.035,11 6.952,94 6.355,63 6.039,97 4.962,60 3.891,63 2011 9.394,68 11.324,74 20.334,13 10.106,41 5.422,96 6.402,11 7.183,03 5.541,02 5.589,35 5.434,42

Ket: Produksi dalam Ton Produksi ikan-ikan tersebut di atas jika disajikan dalam grafik tergambar dalam grafik berikut ini:

Ton
20,000

10 (Sepuluh) Ikan Laut Yang Mendominasi Perikanan Tangkap di Bangka Belitung

10,000

0 2006

2007

2008

2009

2010

2011

Kurisi Tembang Tongkol Komo Kembung

Tenggiri Lemuru Pari Kembang/Macan Selar

Gambar Grafik Sepuluh Ikan Laut Yang Mendominasi Perikanan Tangkap di Bangka Belitung Berdasarkan grafik tersebut di atas, dapat dilihat bahwa secara umum produksi ikanikan ekonomis yang dominan di Bangka Belitung dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan produksi. Ikan ekonomis yang mengalami kenaikan produksi yang signifikan selama kurun waktu 2010 2011 adalah ikan tembang setelah sempat

43 | P a g e

mengalami penurunan produksi pada tahun 2009 dan tahun 2010. Untuk jenis binatang berkulit keras (crustaceans) dan binatang lunak (molusca), produksi pada tahun 2011 di dominasi oleh cumi-cumi, udang putih dan rajungan. Jumlah produksi jenis ini cenderung mengalami peningkatan, kecuali rajungan yang mengalami penurunan produksi dari tahun 2010 sebesar 53 % . Berikut jumlah produksi 5 (lima) jenis binatang berkulit keras dan binatang lunak yang mendominasi produksi di Bangka Belitung: Tabel Lima Jenis Binatang Berkulit Keras dan Binatang Lunak Yang Mendominasi Produksi di Bangka Belitung
No 1 2 3 4 5 Jenis Ikan Rajungan Cumi-cumi Udang Putih Udang Lainnya Sotong 2006 871.65 4,638.68 3,106.30 723.20 931.89 2007 528.08 4,748.07 3,466.60 999.00 1,564.50 2008 3,264.84 6,069.35 4,389.03 1,024.40 1,432.06 2009 3,380.66 5,079.13 3,907.28 656.40 381.10 2010 7,442.67 6,191.67 4,464.27 1,113.62 611.06 2011 3,995.27 11,543.87 4,505.15 1,519.90 1,000.23

Ket: Produksi dalam Ton Data tersebut diatas jika disajikan dalam bentuk grafik dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini:

Ton 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 2006

5 (lima) jenis binatang berkulit keras dan binatang lunak Yang Mendominasi Perikanan Tangkap di Bangka Belitung

2007

2008

2009

2010

2011

Rajungan Udang Lainnya

Cumi-cumi Sotong

Udang Putih

Gambar Grafik Lima jenis binatang berkulit keras dan binatang lunak yang mendominasi perikanan tangkap di Bangka Belitung

44 | P a g e

Untuk tanaman air yakni rumput laut, produksi di Bangka Belitung masih cenderung rendah. Pada tahun 2008 dan 2009 produksi rumput laut hanya 4 ton, tahun 2010 produksi sebanyak 146,47 ton dan tahun 2011 tidak ada produksi rumput laut dari hasil penangkapan di laut. Melihat sektor perikanan tangkap yang cukup besar dalam memberikan kontribusi bagi perekonomian masyarakat Bangka Belitung, maka sektor perikanan tangkap diharapkan terus berkembang dihadapi dan mengalami perikanan peningkatan di dari tahun ke tahun. Bangka Permasalahannya, Belitung. Beberapa mempertahankan produksi penangkapan tidaklah mudah. Banyak sekali tantangan yang sektor tangkap Provinsi Kepulauan permasalahan yang dihadapi oleh sektor perikanan tangkap di Bangka Belitung sampai sekarang antara lain: 1. Maraknya tambang inkonvensional (TI) di perairan Bangka Belitung yang mengakibatkan rusaknya ekosistem perairan. Hal ini menyebabkan kualitas air menjadi kurang baik, banyaknya endapan (sedimentasi) di dasar perairan dan sumberdaya ikan menurun; 2. Banyaknya nelayan yang alih profesi menjadi penambang yang mengakibatkan banyaknya kapal nelayan yang dimodifikasi menjadi kapal isap. Hal ini menyebabkan jumlah kapal dan nelayan penangkap ikan menurun; 3. Sulitnya bahan bakar minyak (solar) untuk nelayan akibat banyaknya aktivitas tambang inkonvensional (TI) dan minimnya SPDN di daerah sentra nelayan. Hal ini menyebabkan harga solar menjadi mahal dan nelayan sulit melaut; 4. Adanya illegal fishing yang dilakukan oleh nelayan asing atau nelayan dari luar daerah yang tidak memiliki izin. Hal ini dapat menyebabkan tidak terkontrolnya produksi penangkapan, tidak terkontrolnya penggunaan alat penangkapan ikan sehingga bisa terjadi over fishing atau penggunaan alat tangkap yang dapat merusak lingkungan; 5. Cuaca di laut pada waktu-waktu tertentu sering memburuk. Hal ini menyebabkan tingginya resiko yang akan diterima nelayan jika melaut sehingga terbatasnya nelayan yang melaut saat cuaca ekstrim.

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif dari faktor akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan masa depan Faktor pendorong yang mempengaruhi penurunan tangkapan ikan nelayan adalah: 1. Penurunan kualitas air laut dan kerusakan terumbu karang di wilayah pesisir karena aktivitas Terdapat kecenderungan sampai saat ini produksi ikan tangkap semakin meningkat. Tetapi dalam jangka menengah 2-3 tahun yang akan datang, produksi tersebut akan menurun. Semakin banyaknya IUP OP lepas pantai yang dikeluarkan oleh bupati pada wilayah laut 2-4 mil dan oleh gubernur pada wilayah 4-12 mil, akan menurunkan kualitas air laut dan meningkatkan kerusakan

45 | P a g e

penambangan lepas pantai 2. Pencurian ikan oleh nelayan asing dan nelayan dari luar pulau 3. Semakin terbatasnya kemampuan nelayan untuk melaut akibat keterbatasan sarana dan tingginya biaya operasi.

terumbu karang.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, Sementara di

diperkirakan akan ada lebih dari 200 KIP yang akan beroperasi mengelilingi pulau Bangka. wilayah 0-2 mil yang seharusnya tidak boleh ditambang, juga ditambang dengan TI apung ilegal. Dampak negatif yang akan terjadi adalah semain sulitnya nelayan memperoleh tangkapan ikan pada jarak 0-12 mil. Mereka harus melaut pada jarak yang lebih jauh lagi bila ingin meningkatkan sarana dan penghambat. pendapatan hasil tangkapan. bila Tetapi tidak kemampuan menjadi mitigasi akan dan ada keterbatasan Diperkirakan nelayan akan modal semakin akan turun

semakin banyak nelayan yang beralih menjadi penambang Mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan segera menyusun zonasi laut untuk mengatur zona pemanfaatan perairan KIP laut untuk berbagai kepentingan, perlu terutama Terhadap upaya dari perikanan dan pertambangan, dan pariwisata. yang telah beroperasi, pengawasan terhadap pengendalian

adanya dampak

pembuangan tailing ke permukaan laut. Sementara untuk Ti apung ilegal perlu dilakukan penegakan hukum yang tegas. Ringkasan Perkiraan penurunan produksi ikan tangkap oleh nelayan akan terjadi akibat semakin sulitnya memperoleh tangkapan pada jarak 0-12 mil dari pantai. Dalam skenario terburuk, bila tidak ada mitigasi, produksi ikan tangkap akan jauh menurun karena nelayan tidak mampu laut melaut akibat jauhnya lokasi tangkapan. Dmapak ikutannya adalah kesejahteraan nelayan menurun dan harga ikan di pasaran semakin meningkat dan tidak terjangkau masyarakat konsumen.

Analisis kecenderungan masa Lalu hingga saat ini Isu Strategis: Perubahan Mata Pencaharian Nelayan menjadi Penambang Secara umum jumlah nelayan cenderung mengalami penurunan beberapa tahun terakhir (lihat trendline grafik jumlah nelayan penuh dan jumlah nelayan). Pada tahun 2011, jumlah nelayan penuh mengalami penurunan sekitar 14,34% dari tahun 2010, sedangkan secara keseluruhan jumlah nelayan di Bangka Belitung mengalami penurunan 18,01% dari tahun 2010. Kecenderungan penurunan jumlah nelayan ini diprediksi berkaitan dengan permasalahan ekonomi yang dialami oleh nelayan. Banyak nelayan yang alih profesi menjadi penambang Tambang

46 | P a g e

Inkonvensional (TI) yang dirasa lebih memberikan jaminan bagi kehidupan mereka dan menjadikan profesi nelayan sebagai sambilan tambahan. Adapun jumlah nelayan di Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Jumlah nelayan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Katagori Nelayan Nelayan Penuh Sambilan Utama Sambilan Tambahan Jumlah

2001 36,288 7,375 854 44,517

2002 41,140 8,364 969 50,473

2003 42,826 8,686 1,006 52,518

2004 29,437 4,485 2,722 36,644

2005 34,570 4,426 2,263 41,259

2006 28,325 10,962 3,166 42,453

2007 24,575 12,847 3,320 40,742

2008 32,775 8,935 1,646 43,356

2009 32,554 9,467 1,647 43,668

2010 28,956 9,178 2,138 40,272

2011 24,803 6,884 1,332 33,019

Ket: Jumlah dalam satuan orang Jumlah nelayan tersebut jika disajikan dalam bentuk grafik tergambar seperti grafik dibawah ini:

Jumlah Nelayan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


Orang
60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Nelayan Penuh Sambilan Tambahan

Sambilan Utama Jumlah

Gambar Grafik Jumlah Nelayan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa secara umum jumlah nelayan cenderung mengalami penurunan beberapa tahun terakhir (lihat trendline grafik jumlah nelayan penuh dan jumlah nelayan). Pada tahun 2011, jumlah nelayan penuh mengalami penurunan sekitar 14,34% dari tahun 2010, sedangkan secara keseluruhan jumlah nelayan di Bangka Belitung mengalami penurunan 18,01% dari tahun 2010. Kecenderungan penurunan jumlah nelayan ini diprediksi berkaitan dengan permasalahan ekonomi yang dialami oleh nelayan. Banyak nelayan yang alih profesi menjadi penambang Tambang Inkonvensional (TI) yang dirasa lebih memberikan jaminan bagi kehidupan mereka dan menjadikan profesi nelayan sebagai sambilan tambahan.

47 | P a g e

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan akan mempengaruhi kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan mempengaruhi kecenderungan penurunan jumlah nelayan adalah: 1. Rasionalitas nelayan yang lebih memilih menambang dibandingkan menangkap ikan. 2. Semakin sulit dan mahalnya memperoleh BBM solar, dan semakin jauhnya lokasi tangkapan akan meningkatkan biaya operasi, sementara hasil yang diperoleh tidak pasti Terdapat kecenderungan di masa depan, jumlah nelayan penuh yang benar-benar berprofesi sebagai nelayan akan semakin berkurang. sambilan meningkat. utama dan sambilan Sebaliknya nelayan tambahan akan Perkiraan dampak negatif dan positif dari faktor pendorong terhadap kecenderungan masa depan

Nelayan penuh pada periode tertentu

dimana cuaca tidak mendukung untuk melaut, akan memodifikasi perahunya menjadi ponton TI apung, dan ikut menambang. Bila mereka menganggap penghasilan sebagai penambang lebih baik dibanding sebagai nelayan, maka mereka akan menjadi nelayan sambilan tambahan. saat Tetapi bila resiko dan penghasilannya dianggap lebih baik menjadi nelayan, maka pada utama. cuaca mendukung, mereka akan ikutannya adalah produksi ikan kembali menjadi nelayan, dan disebut nelayan sambilan Dampak tangkap akan menurun dan kerusakan ekosistem pesisir akan semakin parah, karena nelayan yang seharusnya menjaga agar tidak terjadi kerusakan ekosistem, justru ikut menambang dan merusak ekosistem pesisir dan laut. Mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan bantuan modal dan sarana tangkap kepada kelompok nelayan sehingga mereka dapat melaut lebih jauh dan tetap bertahan sebagai nelayan penuh. Perlu juga dilakukan subsidi khusus bagi nelayan untuk membeli BBM solar di SPBN sebagai insentif mereka agar tidak ikut menjadi penambang TI.

Ringkasan Dalam skenario terburuk, akan semakin banyak nelayan yang berprofesi ganda menjadi penambang. Akibatnya, produksi ikan tangkap akan semakin menurun. Perlu adanya mitigasi untuk mencegah dan mengurangi fenomena ini karena dalam jangka panjang, sangat berdampak negatif terhadap kualitas perairan laut dan kesejahteraan generasi mereka.

48 | P a g e

Analisis kecenderungan masa Lalu hingga saat ini Isu Strategis: Tingginya migrasi penduduk dari luar Kepulauan Pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2010 sangat

signifikan dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2009. Dilihat dari data sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk provinsi kepulauan Bangka Belitung berjumlah 1.223.048 dan tahun 2009 berjumlah 1.138.129, berarti ada penambahan jumlah penduduk sebesar 84.919. Untuk tingkat migrasi pada tahun 2010 berada pada angka 5,67 dan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 sampai dengan 2010 berada pada angka 3,14, seperti pada tabel berikut. Jumlah penduduk Provinsi kepulauan Bangka Belitung sediri mengalami peningkatan terus menerus dari tahun 2003 berjumlah 976.031 hingga tahun 2010 berjumlah 1.223.048. (Sumber data BPS sensus 2010). Tabel pertumbuhan penduduk tiap kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2008-2010 Pertumbuhan penduduk (%) Kabupaten/Kota 2008 Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Pangkalpinang Provinsi Babel 3,07 2,32 3,31 3,76 3,07 2,72 3,36 3,11 2009 3,06 2,31 3,3 3,75 3,05 2,71 3,35 3,10 2010 2,79 2,11 3,01 3,43 2,79 2,47 3,06 2,83 20002010 3,11 2,37 3,34 4,05 3,11 2,77 3,19 3,14

Daya tarik sektor tambang menarik minat pendatang dari luar untuk mencari penghidupan di Babel. Banyaknya pekerja yang datang untuk mencari pekerjaan atau memang sudah dikontrak oleh sejumlah perusahaan untuk bekerja di sektor penambangan. Imbas dari bergeraknya perekenomian masyarakat di sejumlah lokasi penambangan memicu munculnya usaha-usaha pendukung kegiatan tersebut. Misalnya semakin banyaknya warung makan khas seperti pecel lela, rumah makan padang, dsb. Demikian juga pedagang perabot rumah tangga, pakaian dan sayuran keliling. Sebagian besar tenga kerjanya berasal dari luar Babel.

49 | P a g e

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif dari faktor akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan masa depan Faktor pendorong yang mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk akibat migrasi di Babel adalah: 1. Aktivitas penambangan oleh perusahaan swasta dan rakyat yang membutuhkan tenaga kerja dari luar 2. Masih terbatasnya ketersediaan tenaga kerja yang berasal dari penduduk lokal. Ringkasan Dalam skenario terburuk, apabila tidak dilakukan upaya-upaya pengendalian jumlah penduduk maka akan terjadi dampak-dampak negatif. mencegah dampak negatif lebih lanjut. Oleh sebab itu, perlu adanya mitigasi untuk Terdapat kecenderungan semakin meningkatnya angka pertumbuhan penduduk akibat migrasi. yang akan terjadi adalah Dampak positif aktivitas meningkatnya

perekonomian daerah karena munculnya usaha-usaha baru. Tetapi dampak negatif dalam jangka panjang dapat terjadi ketidakseimbangan akan menim antara bulkan jumlah konflik penduduk sosial dan dengan daya dukung lahan. Selain itu, banyaknya jumlah pendatang kerawanan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Analisis kecenderungan masa Lalu hingga saat ini Isu Strategis: Potensi kenaikan muka air laut di permukiman pesisir Potensi kenaikan muka air laut di pemukiman pesisir terjadi di 85 desa pesisir di seluruh wilayah Provinsi kepulau Bangka Belitung yang pernah terjadi kurun waktu 5 tahun ke belakang yaitu Kabupaten Bangka sebanyak 8 desa, kabupaten Belitung sebanyak 18 desa, kabupaten Bangka Barat sebanyak 18 Desa, Kabupaten Bangka Tengan sebanyak 12 Desa, Kabupaten Bangka Selatan sebanyak 11 Desa, Kabupaten Belitung Timur sebanyak 18 desa (sumber data PODES 2012 diolah bappeda) . Kenaikan permukan air laut ini merupakan isu global yang disebabkan pemanasan global yang menyebabkan mencairnya es di wilayah kutub sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pemukan air laut.

50 | P a g e

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif dari faktor akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan masa depan 1. Fenomena global warming mempengaruhi tinggi muka air laut. 2. Banyaknya jumlah desa pesisir yang ada di sekitar pantai dan rawan terhadap dampak peningkatan muka air laut. Dampak negatif akan semakin meningkat karena

fenomena pemanasan global masih terus berlangsung. Peningkatan muka air laut akan mengancam desa-desa yang berada pada ketinggian < 5 m dpl, yang banyak terdapat di kawasan pesisir.

Ringkasan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki banyak desa pesisir yang berada di pinggir pantai. Kenaikan muka air laut akibat fenomena pemanasan global akan meningkatkan potensi banjir aibat tingginya muka air laut terutama pada saat pasang. Mitigasi lokal yang dapat dilakukan adalah mengurangi resiko akibat bencana rob seperti peningkatan kapasitas adaptasi masyarakat di sekitar kawasan yang kena rob dan menyusun program zonasi pemukiman kawasan pesisir.

Analisis kecenderungan masa Lalu hingga saat ini

Isu Strategis : Anak di bawah umur yang bekerja


Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO) merilis indeks pembangunan pendidikan (education development index) dalam EFA Global Monitoring Report 2011. Peringkat Indonesia turun pada posisi ke-69 dari 127 negara yang sebelumnya berada pada posisi ke-65. Salah satu penyebab turunnya posisi ini adalah tingginya angka putus sekolah yang mencapai 1,7% dari jumlah anak sekolah dasar 25. Dinas Pendidikan Provinsi Babel mencatat pada 2011, dari 413 siswa semua jenjang pendidikan sekolah di Babel yang putus sekolah, angka tertinggi terjadi pada tingkat SMA sederajat sebanyak 207 orang atau 0,41 persen dari 10.432 siswa. Untuk tingkat SD ada sebanyak 81 orang dari jumlah 19.883 siswa putus sekolah. Sedangkan untuk SMP ada sebanyak 125 orang dari total 15.535 siswa. Kecenderungan yang terjadi terkait angka putus sekolah adalah lebih mempertimbangkan bekerja dibanding sekolah 26 . Sedangkan menurut publikasi TNP2K

25 26

EFA Global Monitoring Report 2011. UNESCO. Bangka Pos. 6 Juli 2011

51 | P a g e

berdasarkan data tahun 2009, angka putus sekolah umur 7-15 tahun mencapai angka 5,18%, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 1,97% 27 . Diperlukan informasi yang lebih detil terkait isu tingginya angka putus sekolah terkait dengan lebih tingginya keinginan anak untuk mencari kerja daripada sekolah. Tingginya angka putus sekolah karena ingin bekerja di sektor tambang yang mana biasanya sering terjadi pada rumah tangga miskin yang ingin mendapakan penghasilan lebih untuk keluarganya. untuk melihatnya digunakan data PPLS 2011 dari jumlah total 185.658 orang penduduk dari yang paling bawah (miskin) dari jumlah total penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 1.223.048 orang. Dengan menggunakan proxy data individu miskin yang umur di bawah 18 tahun yang putus sekolah dan pekerjaan orang tuanya disektor tambang. Dari data PPLS 2011 yang diolah di dapat data anak keluarga miskin yang putus sekolah berjumlah 10.261 anak dari total jumlah anak miskin sebanyak 75.901 anak. Kemudian dengan asumsi kepala rumah tangga miskin yang bekerja di sektor tambang dan diasumsi jumlah anak di kelurga miskin yang bekerja di sektor tambang hanya satu orang maka di dapat jumlah anak yang bekerja di sektor tambang sebanyak 1703 anak. Untuk jumlah rumah tangga miskin yang kepala keluarganya bekerja disektor tambang sebanyak 9159 kepala keluarga. Sehingga jika dilihat jumlah anak miskin yang putus sekolah yang bekerja di sektor tambang sebanyak 1703 ini merupakan jumlah yang sangat tinggi dan kontradiktif jika dibandingkan dengan program Pemerintah Wajib Belajar 12 tahun. Rendahnya kesadaran untuk menyekolahkan anak ini juga banyak terjadi pada keluarga miskin karena kekurangan mampuan kepala kelurganya dalam membiayai sekolah anaknya atau kepala kelurganya ingin meningkatkan penghasilannya untuk pemenuhan hidup sehari-hari. Ini dapat terlihat (dari data PPLS 2011 diolah ) bahwa jumlah rumah tangga yang berpenghasilan paling rendah sampai keatas yang di data dari pendataan PPLS 2011 berjumlah 46.325 rumah tangga yang terkatagori masuk dalam status kesejahteraan 1, 2, dan 3. Dari jumlah Rumah Tangga 46.325 di dapat anak yang berumur di bawah 18 tahun yang putus sekolah sebanyak 10.261 anak. Sehingga dapat terlihat perbandingan antara jumlah keluarga yang terdata pada data PPLS 2011 dengan jumlah anak yang putus sekolah yaitu 4:1 dan ini merupakan angka yang sangat tinggi Karena dari jumlah 4 keluarga ada 1 kelurga yang anaknya tidak sekolah. Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan akan mempengaruhi kecenderungan masa depan 1. Penghasilan pekerja harian dari kegiatan menambang tergolong besar dibandingkan sektor lain. 2. Kurang adanya pembinaan dan pengawasan terhadap pekerja di bawah umur di tambang rakyat. Perkiraan dampak negatif dan positif dari faktor pendorong terhadap kecenderungan masa depan Jumlah pekerja tambang di bawah umur dan pada usia sekolah masih tetap akan ada selama tidak ada pembinaan dan pengawasan. Dampak negatifnya adalah angka putus sekolah meningkat, dan akan menurunkan angka partisipasi kasar

27

Indikator Kesejahteraan Daerah Provinsi Bangka Belitung. TNP2K. 2011

52 | P a g e

3. Kurangnya kesadaran orangtua tentang pentingnya pendidikan bagi anak.

serta indeks perkembangan manusia. Dalam jangka panjang, bila hal tersebut terus terjadi akan menurunkan kualitas sumberdaya manusia pada generasi berikutnya, sehingga akan menurunkan daya saing di tingkat nasional dan global.

Ringkasan Pekerja di bawah umur merupakan suatu fenomena yang sering ditemukan di sejumlah lokasi tambang rakyat. Hal tersebut disebabkan karena kebutuhan ekonomi orang tua dan kurangnya kesadaran mereka akan pendidikan. Mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pembinaan dan pengawasan oleh dinas/lembaga terkait dan program bantuan beasiswa bagi anak tidak mampu yang orangtuanya bekerja sebagai pekerja tambang di tambang rakyat.

Analisis kecenderungan masa Lalu hingga saat ini Isu Strategis: Energi Kebutuhan energi listrik di Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 256 MW sedangkan pasokan energi listrik yang tersedia hanya 170 MW sehingga kekurangan 83 MW28. Kekurangan pasokan tersebut tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan permintaan tenaga listrik yang kian meningkat. Rata-rata permintaan 6 (enam) tahun terakhir adalah 10,2% per-tahun, di mana permintaan sebesar 436,762 MWh pada tahun 20210. Permintaan terbesar berasal dari sektor rumah tangga (65,6%) dan sektor bisnis (18,97) 29 . Sementara untuk memenuhi kebutuhan PT PLN Wilayah Bangka Belitung mengoptimalkan 4 PLTD dan 1 IPP PLTU Cangkang untuk suplai wilayah Bangka dan 2 PLTD serta 1 IPP PLTU Cangkang untuk suplai wilayah Belitung. Guna menyuplai kekurangan energi listrik, sudah dikembangkan PLTS, PLTMikro, PLTS-A oleh pemerintah provinsi dan pembangunan 2 unit PLTU oleh pemerintah. Kedua unit PLTU hingga saat ini belum beroperasi hingga defisit listrik masih terjadi.Akibatnya realisasi Rasio Elektrifikasi (RE) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung baru sebesar 52,32% tahun 2010, di mana pencapaian tertinggi di Kota Pangkalpinang sebesar 98,36% dan terendah di Kabupaten Bangka Selatan sebesar 23,52%. Sementara realisasi RE sampai dengan 17 Juni 2011 sebesar 51,15%, pencapaian target yang sedikit lebih rendah dari pencapaian tahun 2010, karena terdapat peningkatan jumlah rumah tangga di tahun 2011 30. Kebijakan pemerintah tentang energi menyatakan bahwa pada tahun 2025 komposisi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam energi nasional adalah 25%. Beberapa EBT yang

28 29

Bangka Pos 12 Maret 2012 PLN, Juni 2011, Menuju RE 80% tahun 2014 Babel 30 ibid

53 | P a g e

dikembangkan adalah EBT air, panas bumi, biomassa, surya, arus laut, bahan bakar nabati dan nuklir. Untuk potensi EBT yang dapat dikembangkan di Bangka Belitung, yaitu biogas limbah organik, gelombang laut, panas bumi (geothermal), dan air terjun
31

Terkait nuklir, dalam RPJP Indonesia dinyatakan bahwa energi nuklir diharapkan dapat memberikan sumbangan pada sistem energi nasional. Kepulauan Bangka belitung tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pusat mengenai energi, salah satunya adalah rencana pengembangan PLTN. Pengembangan PLTN dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik nasional untuk mengantisipasi habisnya sumber daya alam batubara sebagai bahan bakar utama PLTU di Indonesia. Menurut Batan, Kepulauan Bangka Belitung ideal untuk dikembangkan PLTN karena secara geologi batuan penyusun kepulauan relatif stabil ditemukan bersama-sama dengan batuan
32

dan juga memiliki batuan Thorium dan zirkon


33

sebagai bahan pencampur bahan bakar nuklir yang diperkirakan tersedia 23.000 Ton yang timah,ilmenit . Untuk langkah pengembangan PLTN, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten telah menyediakan lahan seluas 850 Ha di Muntok Bangka Barat dan 500 Ha di Permis Bangka Selatan. Beberapa permasalahan kelistrikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain : 1. Provinsi kepulauan Bangka Belitung saat ini bergantung pada sistem kelistrikan dengan pembangkit tenaga diesel (PLTD) yang dimiliki oleh PT. PLN (persero). Hal ini menyebabkan tingginya biaya bahan bakar minyak (BBM) sebagai pemicu tingginya biaya operasional. 2. Keterbatasan pasokan tenaga listrik. Kondisi ini dapat dilihat dari data RE Prov. Kep. Babel yang hanya 51,15% masih di bawah angka RE Nasional 72,95%. Sedangkan untuk rasio desa berlistrik di Prov. Kep. Bangka Belitung sudah mencapai angka 90% desa terlistriki oleh PLN dan 93,61% termasuk yang dilistriki oleh non-PLN, serta untuk angka nasional sudah mencapai 96,02%, sehingga untuk mengatasi keterbatasan pasokan tenaga listrik dibutuhkan dana investasi yang sangat besar. 3. Desa/dusun yang akan dialiri listrik PLN berada di kawasan hutan lindung (HL) baik sebagian atau seluruhnya dan kondisi infrastruktur jalan dan jembatan menuju lokasi yang kurang memadai, sehingga untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penyusunan roadmap listrik pedesaan (lisdes) agar dapat menentukan skala prioritas pengembangan lisdes di masa mendatang yang dianggarkan dalam APBN. Selain itu dapat dikembangkan EBTseperti energi air skala kecil (pltmh), biomassa (cangkang sawit) dan biogas. 4. Desa/dusun yang akan dialiri listrik jaraknya jauh dari jaringan listrik PLN seperti pulaupulau, sehingga dapat dikembangkan sumber energi alternatif diantaranya: Tenaga surya (relative murah, geografis terdiri dari pulaupulau) tenaga hybrid (geografis terdiri dari pulaupulau) energi angin (geografis terdiri dari pulaupulau)

31 32

Dinas Pertambangan dan Energi Babel Maret 2012 www.nppbabel.org 33 www.nppbabel.org

54 | P a g e

Perkiraan kecenderungan masa depan Faktor pendorong yang diperkirakan Perkiraan dampak negatif dan positif dari faktor akan mempengaruhi kecenderungan pendorong terhadap kecenderungan masa depan masa depan Kebutuhan energi ini disebabkan oleh : 1. Kebutuhan listrik bagi sektor rumah tangga dan sector bisnis 2. Pembangkit listrik diesel memerlukan biaya tinggi untuk operasional dan perawatan Dampak yang mungkin timbul dari kegiatan ini

diantaranya adalah: 1. Biaya pengeluaran hidup semakin tinggi 2. Kualitas belajar-mengajar siswa menurun 3. Kualitas menurun 4. Kendala memperoleh informasi dan hiburan Kajian awal penyusunan roadmap listrik perdesaan 2013-2017 PLN Wilayah Bangka Belitung per-Agustus 2012 bekerja sama dengan Universitas Bangka Belitung menunjukkan rata-rata warga di 6 (enam) kabupaten mengalami masalah yang sama terkait: peningkatan biaya pengeluaran BBM (32%), kendala akses pendidikan anak (24%), penurunan kualitas ibadah berjamaah (20%), kendala akses informasi dan hiburan (16), dan kesenjangan sosial (8%). Dari data responden tersebut dapat diketahui bahwa kekurangan pasokan listrik PLN di pedesaan berdampak besar pada masalah ekonomi khususnya peningkatan biaya pengeluaran hidup untuk membeli BBM akibat penggunaan genset/diesel sebagai pembangkit listrik rumah tangga dan masalah sosial budaya masyarakat khususnya sector pendidikan, agama, dan dinamika interaksi sosial antarwarga. Dampak yang mungkin akan timbul ini merupakan dampak yang dapat diduga dan dapat dimitigasi. Dan pemerintah provinsi memiliki kewenangan untuk membuat program penyediaan energi listrik skala rumah tangga. Sedangkan untuk pembangkit berukuran besar seperti PLTU atau PLTN programnya harus bersama-sama dengan pemerintah pusat. Diharapkan dengan adanya pembangkitibadah (berjamaah) masyarakat kian

pemabngkit tersebut, kebutuhan listrik dapat terpenuhi.

55 | P a g e

Ringkasan Dalam skenario terburuk, kegiatan masyarakat babel akan terhambat atau paling tidak menjadi biaya tinggi karena harus menyediakan pembangkit rumah tangga. Jika kondisi seperti ini, maka yang akan diuntungkan hanyalah pedagang generator dan pedagang BBM eceran, sedangkan yang lain akan sangat dirugikan. Rekomendasinya adalah membuat program pengembangan dan penyediaan sumber energi terbarukan yang aman dan ramah lingkungan.

Hingga akhir proses KLHS, Pokja telah berusaha untuk meningkatkan hasil analisis data baseline yang sebagian besar bersifat kualitatif dengan data yang lebih baik, namun belum dapat dilaksanakan dengan maksimal karena adanya keterbatasan data dan informasi time series yang terkait isu. Kekurangan ini menjadi catatan tersendiri bagi Pemerintah Daerah terkait data dan informasi yang memadai untuk proses perencanaan. Hasil analisis data baseline ini menjadi salah satu dasar bersama-sama hasil tahap pengkajian untuk melakukan perumusam mitigasi/alternatif dan rekomendasi.

3.4.

Tahap Pengkajian Pada tahap ini Pokja melakukan pengkajian. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan

hasil dari proses pelingkupan dan dibantu dengan hasil analisis data baseline. Pengkajian yang dilakukan terdiri dari (A) Kajian keterkaitan, keseimbangan dan keadilan; (B) Kajian pengaruh. Hasil proses ini diklarifikasikan kembali kepada pemangku kepentingan dalam kegiatan workshop hasil pengkajian sekaligus merumuskan mitigasi dan alternatif. Dalam proses pengkajian ini tim menemukan keterbatasan-keterbatasan yaitu (1) Dokumen RPJMD yang dikaji masih merupakan dokumen rancangan awal yang belum dikonsultasikan BAPPEDA dan Statistik dengan SKPD; (2) Pemangku kepentingan yang hadir pada saat workshop pengkajian tidak konsisten dengan proses sebelumnya; (3) RTRW sehingga sulit melihat keterkaitannya dengan rancangan awal RPJMD. Dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada, pokja mencoba secara maksimal melakukan pengkajian, dan hasilnya dapat diuraikan sebagai berikut. Indikasi program yang seharusnya digunakan sebagai pembanding belum ditetapkan menjadi PERDA

A.

Kajian keterkaitan, keseimbangan dan keadilan Kajian ini terdiri dari tiga bagian yaitu, menelaah keterkaitan(1)Rancangan awal Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017 dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2005- 2025; (2) Rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017 dengan RPJMD Provinsi Sumatera Selatan 2008-2013; (3) Rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017

56 | P a g e

dengan RPJMD

2007-2012; (4) Antarsektor dalam Rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung 2013-2017; (5) Antarpemangku Kepentingan; (6) Keterkaitan antara dokumen rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017 dengan Program Prioritas Nasional. Menelaah keseimbangan antara kepentingan ekonomi dengan lingkungan dan sosial budaya dan menelaah keadilan antar kelompok masyarakat dan generasi. Dengan melakukan telaah ini diharapkan kebijakan dan program dalam rancangan awal RPJMD Prov. Kep. Bangka Belitung telah memenuhi prinsip pembangunan berkelanjutan. Hasil kajian dapat disampaikan seperti di bawah ini. A.1 Keterkaitan Rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2013-2017 dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2005- 2025 Berdasarkan hasil kajian pada visi yang tertera dalam RPJMD 2013 2017 dapat diketahui bahwa visi tersebut sangat dipengaruhi oleh visi yang terdapat dalam RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada aspek mendukung kemajuan di multisektoral khususnya wilayah agribahari, optimalisasi sumber daya manusia yang berdaya saing, dan menuju masyarakat sejahtera berbasis pemberdayaan potensi lokal yang secara implisit bermakna terdistribusinya sumber daya alam yang berkeadilan Dari sisi misi dapat diketahui keterkaitan yang signifikan antara kedua dokumen. Misi pertama menitikberatkan pada pemanfaatan potensi keunggulan daerah dan daya saing. Pemanfaatan potensi keunggulan daerah tersebut tetap memperhatikan keunggulan kompetitif antarwilayah dan antarsektoral guna mendukung keseimbangan pembangunan ekonomi. Adapun daya saing dijadikan sebagai budaya atau etos untuk menggerakkan pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis pada pemanfaatan potensi ekonomi daerah secara optimal dan berkeadilan. Misi kedua terdapat keterkaitan yang sangat signifikan antara kedua materi yaitu pada aspek peningkatan kualitas SDM dan peningkatan daya saing. Peningkatan kualitas dan daya saing SDM diarahkan pada kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan potensi lokal guna memenuhi kebutuhan dasar guna mencapai kemandirian di masa mendatang. Misi ketiga memiliki kesamaan yang erat dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup bagi lintas generasi. Materi RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai landasan filosofis menetapkan spirit penyelamatan lingkungan hidup oleh dan untuk generasi sekarang dan akan datang. Sedangkan materi RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012 2017 meneguhkan landasan itu ke dalam bentuk pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang agar terciptanya keseimbangan lingkungan demi kepentingan antargenerasi dapat terwujud. Misi keempat memiliki kesamaan pada agenda percepatan pembangunan infrasruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis agar pemerataan pembangunan daerah dapat terlaksana. Pemeratan pembangunan melalui penyediaan infrastruktur dan pengembangan wilayah cepat tumbuh diharapkan dapat memperkecil kesenjangan sosial dan diskriminasi antardaerah, sehingga distribusi keadilan dapat tercapai dengan optimal.

57 | P a g e

Misi kelima memiliki hubungan yang signifikan antara kedua materi khususnya pada penguatan ketatapemerintahan yang baik (good local governance) dengan menjadikan peningkatan kualitas pelayanan publik bagi masyarakat sebagai fokus utama. Pelayanan publik yang prima menjadi dasar bagi penguatan demokrasi yang bertumpu pada aspirasi dan partisipasi masyarakat Bangka Belitung. A.2. Keterkaitan RPJMD Bangka Belitung dengan RPJMD Sumatera Selatan Visi RPJMD 2012 2017 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan visi RPJMD Provinsi Sumatera Selatan kurang terkait. Visi RPJMD Provinsi Sumatera Selatan lebih fokus pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), sedangkan visi RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih fokus pada pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA). Fokus peningkatan SDM pada visi RPJMD Sumatera Selatan terlihat dari kata masyarakat cerdas yang berbudaya, melambangkan integrasi tiga aspek, yaitu intelektual, emosional, dan spiritual. Pengelolaan SDA pada visi RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tampak dari orientasi mengembangkan potensi lokal di perkotaan dan perdesaan. Keterkaitan misi RPJMD 2012 2017 Kepulauan Bangka Belitung dengan misi RPJMD Provinsi Sumatera Selatan terletak pada beberapa misi, yaitu: Misi pertama RPJMD Bangka Belitung fokus pada pengembangan ekonomi kerakyatan memiliki keterkaitan dengan misi II, VI, dan VII dari RPJMD Sumatera Selatan. Misi II pada RPJMD Sumatera Selatan menekankan pada pembangunan sektor pertanian terutama pangan dan perkebunan berskala ekonomis, sedangkan misi VI menitikberatkan pada agenda pemerataan pembangunan, dan misi VII berorientasi pada penguatan jejaring kerja sama regional, nasional, dan internasional di bidang ekonomi. Misi kedua RPJMD Bangka Belitung berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan

peningkatan kualitas SDM dan memiliki keterkaitan dengan misi I dan misi X pada RPJMD Sumatera Selatan. Misi I RPJMD Sumatera Selatan terkait dengan upaya membentuk dan mengembangkan SDM yang kreatif, produktif, dan inovatif melalui akses pendidikan formal maupun informal. Sedangkan misi X menekankan pada pemahaman SDM akan pentingnya toleransi dan keserasian dalam kehidupan beragama. Misi keempat terkait erat dengan misi IV RPJMD Sumatera Selatan yang menitikberatkan pada peningkatan daya saing di tingkat global. Daya saing pada RPJMD Sumatera Selatan lebih ditekankan pada pembangunan industri pengolahan dan manufaktur berbasis kemitraan antara industri kecil, menengah, dan besar. Sementara daya saing pada misi RPJMD Bangka Belitung lebih ditekankan pada percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh. Misi kelima pada RPJMD Bangka Belitung fokus untuk mewujudkan good governance dan clean government melalui peningkatan etos kerja dan kualitas pelayanan publik. Misi tersebut memiliki keterkaitan dengan misi VIII RPJMD Sumatera Selatan tentang membangun pemerintahan yang amanah berdasarkan prinsip demokratis, berkeadilan, jujur dan bertanggung jawab, serta akuntabel. Berdasarkan analisa komparasi pada misi kedua dokumen diketahui bahwa terdapat keterkaitan yang signifikan pada aspek pembangunan yang berperspektif ekonomi kerakyatan

58 | P a g e

dilandasi oleh daya saing SDM dan ketersediaan SDA demi terwujudnya good governance dan clean government yang berorientasi pada tercapainya kesejahteraan masyarakat. A.3. Keterkaitan RPJMD Periode 2007-2012 dengan RPJMD 2013 2017 Visi RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017 memiliki tingkat keterkaitan yang kuat dengan visi RPJMD 2007-2012 khususnya pada daya saing di tingkat regional, nasional, dan global yang mengedepankan distribusi keadilan. Dengan terdistribusinya keadilan yang diperkuat melalui pengembangan potensi lokal niscaya kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung akan terwujud. Dari segi misi antara RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012 2017 dengan RPJMD 2007 2012 terdapat keterkaitan yang signifikan di beberapa misi dan juga terdapat keterkaitan yang kurang signifikan di misi lainnya. Misi pertama RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012 2017 lebih mengarah pada pengembangan ekonomi kerakyatan, sedangkan misi I pada RPJMD 2007 2012 lebih fokus pada integrasi dan sinergisitas antarpemangku kepentingan agar tercipta iklim yang kondusif dalam kehidupan bermasyarakat. Terlihat antara kedua misi memiliki keterkaitan yang kurang signifikan. Tetapi jika dikaitkan dengan misi V RPJMD 2007 2012 tentang pengembangan ekonomi kerakyatan terlihat relevansinya dengan adanya upaya meningkatkan income per-kapita dan daya beli masyarakat melalui penguatan terhadap 6 (enam) sektor unggulan daerah, yaitu: kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan dan jasa. Misi ketiga RPJMD 2012 2017 tentang peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan

pengendalian tata ruang memiliki tingkat keterkaitan yang kurang signifikan dengan misi III pada RPJMD tahun 2007 2012. Tetapi misi meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang itu memiliki keterkaitan yang signifikan dengan misi VI RPJMD tahun 2007 2012 pada aspek pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu dan bersinergi. Namun, mengenai pengendalian tata ruang, RPJMD 2007 2012 belum mengaturnya secara eksplisit. Ini yang menjadi salah satu titik fokus pada RPJMD 2012 2017 yang secara komprehensif mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup. Misi keempat tentang percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh memiliki keterkaitan dengan misi IV RPJMD 2007 2012 pada pengembangan infrastruktur guna mendukung ekonomi masyarakat dan investasi. Misi kelima tentang perwujudan good governance dan clean government di RPJMD 2012 2017 memiliki keterkaitan dengan misi III, misi VII, dan misi IX RPJMD 2007 2012. Misi III terkait dengan meningkatkan kapasitas pelayanan publik kepada masyarakat dan pelayanan investasi dalam segala sektor. Misi VII lebih fokus pada penegakan hukum secara konsisten dan konsekuen baik di lingkup internal pemerintahan maupun masyarakat. Misi IX berorientasi meningkatkan kapabilitas aparatur pemerintah untuk menciptakan good governance dan clean government secara tersistem dan menyeluruh dengan melakukan gerakan bersama dalam pemberantasan KKN, menerapkan prinsip rewarddan punishment dalam rangka meningkatkan rasa tanggung jawab.

59 | P a g e

Keterkaitan signifikan misi kedua dokumen pada dasarnya terlihat pada aspek ekonomi kerakyatan, pengelolaan lingkungan hidup, percepatan pembangunan infrastruktur wilayah, dan perwujudan ketatapemerintahan lokal yang baik berbasis pada kualitas pelayanan publik. A.4. Keterkaitan Antarsektor Materi RPJMD 2013-2017 Dalam dokumen RPJMD 2007-2012 arah kebijakan pembangunan diprioritaskan pada pembangunan sektor prasarana dan sarana wilayah, sedangkan prioritas pembangunan pada RPJMD 2013-2017 pada sektor ekonomi dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Dalam dokumen RPJMD telah dibuat pola keterkaitan antarsektor dalam mendukung perencanaan pembangunan jangka menengah. Pencapaian pengembangan sektor prasarana dan sarana yang menjadi fokus RPJMD 2007-2012 dilanjutkan pada kebijakan RPJMD 2013-2017 dengan upaya memaksimalkan pemanfaatan prasarana dan sarana yang telah dibangun dalam pengembangan sektor ekonomi produktif. Keberlanjutan program pembangunan sesuai dengan RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dijabarkan dalam RPJMD 2013-2017. Keberlanjutan agenda pembangunan terlihat dari arah kebijakan dan strategi pada kedua dokumen yang menekankan pada keberlanjutan pembangunan ekonomi kerakyatan, peningkatan SDM, pembangunan berbasis pendidikan, pengembangan sumber daya alam dan lingkungan. Berdasarkan kajian menunjukkan bahwa komposisi program jangka menengah sudah memenuhi prinsip keterkaitan antarsektor baik yang terdapat dalam dokumen RPJMD 2007-2012 maupun dokumen strategi dan arah kebijakan RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. A.5. Keterkaitan Antar pemangku Kepentingan Dalam penyusunan RPJMD 2013-2017 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat sejumlah tahapan yang melibatkan pemangku kepentingan, seperti unsur pemerintah,kelompok masyarakat, pelaku usaha, akademisi, dan kelompok profesi. tersebut maka arah kebijakan, rencana dan program kepentingan berbagai pemangku kepentingan. Meskipun demikian dalam pandangan sejumlah pemangku kepentingan, pada diskusi hasil sementara KLHS tanggal 5-6 September 2012, diusulkan agar ada tahapan sosialisasi kepada masyarakat terkait dokumen perencanaan yang ada. Selain itu, harus ada pelibatan masyarakat lokal dalam proses perencanaan pembangunan, pelaksanaan pembangunan dan pengawasan pembangunan, sehingga konsep pembangunan berkelanjutan dapat terwujud. Dengan demikian, penyusunan RPJMD 2013-2017 perlu disosialisasikan ke kalangan pemangku kepentingan di tingkat provinsi agar dapat berpartisipasi aktif pada tahap implementasi. Pemangku kepentingan yang terdiri dari pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha perlu bersinergi dalam mengimplementasikan program-program prioritas pembangunan jangka menengah. Dari proses partisipatif ini diharapkan program-program pembangunan dapat lebih tepat guna dan tepat sasaran, sehingga tujuan kesejahteraan dapat tercapai. Diharapkan dengan pelibatan dalam RPJMD 2013-2017 sesuai dengan

60 | P a g e

A.6. Keterkaitan antara dokumen rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017 dengan Program Prioritas Nasional Pokja melakukan Kajian keterkaitan antara Dokumen RPJMD dengan program prioritas Nasional. Adapun yang menjadi bahan perbandingan yaitu program di Renstra Kementrian/Lembaga, Instruksi Presiden No.3 tahun 2010 (tentang Pro Job, Pro Poor, Pro Environment), dokumen MP3EI, serta dokumen Rencana Aksi Nasional MDGs. Program-program yang terakomodir di dalam rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017 dari hasil kajian Tim penyusun RPJMD dapat disimpulkan bahwa program-program tersebut sudah selaras dengan program prioritas Nasional Telaah Prinsip Keseimbangan Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Hidup dalam dokumen RPJMD 2013-2017 dapat digambarkan bahwa keseimbangan antara orientasi pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup dapat dikategorikan seimbang. Visi RPJMD 2013-2017 telah mencerminkan prinsip keseimbangan antara ketiga orientasi tersebut. Pembangunan sosial budaya tercermin dari perwujudan masyarakat Bangka Belitung yang maju, mandiri dan berdaya saing.Orientasi ekonomi tercermin dari keinginan untuk mewujudkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mandiri, yang berarti membangun berlandaskan atas kemampuan masyarakat Bangka Belitung sendiri dan memiliki daya saing serta berkeadilan. disesuaikan Orientasi lingkungan hidup tercermin dari pokok visi yaitu mandiri, yang berarti bahwa pembangunan di Bangka Belitung pada potensi sumberdaya alam yang ada serta sinergisitas dan konektivitas, yang berarti antara sektor pembangunan harus saling terkait dan sinergi. Dalam 5 (lima) rumusan misi pembangunan RPJMD 2013-2017, orientasi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup lebih tergambar. Orientasi ekonomi tergambar pada misi nomor 1 yang fokus pada pengembangan ekonomi kerakyatan berbasis penguatan kapasitas lembaga ekonomi rakyat dan misi nomor 4 yang menitikberatkan pada percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh bertumpu pada daya saing daerah guna menghadapi tantangan global di masa mendatang. Orientasi sosial budaya tercermin pada misi 2 dan misi pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas SDM 5. Misi 2 menjadikan yang (Society Empowerment)

bersumber pada keterlibatan aktif masyarakat dalam aktivitas pembangunan daerah. Misi 5 berorientasi pada perwujudan good governance dan clean government melalui penciptaan etos kerja dan peningkatan kualitas pelayanan birokrasi. Orientasi terhadap lingkungan hidup tergambar dari misi 3 yang menekankan pada peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang demi tercipta keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial budaya, dan pemanfaatan sumber daya alam. Hasil kajian pada lima misi RPJMD 2013-2017 terdapat 2 (dua) misi yang tidak mencerminkan prinsip keseimbanga antarkomponen yang ada terutama misi nomor 4 dan nomor 5. Telaah prinsip keadilanyang dilakukan meliputi pencerminan prinsip keadilan antargenerasi dan keadilan antarkelompok masyarakat dalam rancangan awal dokumen RPJMD 2013-2017. Dalam telaah terhadap prinsip keadilan antar generasi dapat ditemukan dalam pokok visi terdapat keinginan terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang maju, mandiri, berkeadilan, dan

61 | P a g e

berdaya saing.

Keempat keinginan tersebut bermuara pada terciptanya iklim kompetisi yang

positif antargenerasi untuk berkreasi dan berinovasi. Bila imaji itu terwujud maka pembangunan selama 2013-2017 akan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Dengan demikian visi pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam RPJMD 2013-2017 sudah memperhatikan prinsip keadilan antargenerasi. Pada uraian misi pembangunan dalam RPJMD 2013-2017 meneguhkan kembali prinsip keadilan antargenerasi tersebut. Dalam misi 1 tercermin prinsip keadilan dengan memberi ruang untuk menciptakan sentra-sentra pembangunan produk unggulan wilayah sesuai dengan kultur dan potensi wilayah masing-masing. Misi 2 melalui kegiatan pemberdayaan berbasis kemitraan, masyarakat dapat mendapatkan pengetahuan, wacana, dan ilmu pengetahuan demi meningkatkan kualitas dan kapasitas diri dalam iklim kompetitif. Misi 4 berorientasi pada distribusi keadilan melalui percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, dan misi 5 menekankan pada keadilan dalam mengakses pelayanan birokrasi yang berkualitas. Adapun misi 3 menekankan pada keadilan dalam mengelola lingkungan dan memanfaatkan sumber daya alam agar tetap lestari demi kepentingan antargenerasi. Sedangkan prinsip keadilan antar kelompok masyarakat dapat ditemukan dalam Visi pembangunan Provovinsi Kepulauan Bangka Belitung yang akan mewujudkan masyarakat Bangka Belitung yang berkeadilan melalui pengembangan sinergitas dan konektivitas perkotaan dan perdesaan menggambarkan bahwa pembangunan jangka menengah 2013-2017 telah memperhatikan keadilan antarkelompok masyarakat. Visi tersebut berupaya untuk memperkecil kesenjangan pembangunan antara struktur masyarakat di perkotaan dan masyarakat di perdesaan. Pembangunan berkeadilan dimaksudkan bahwa konsep pembangunan yang

mengedepankan azas pemerataan dan memiliki kesempatan yang sama bagi seluruh wilayah untuk maju dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. pembangunan pemerintahan. Dalam 5 (lima) misi pembangunan jangka menengah 2013-2017, keadilan antarkelompok masyarakat tercermin dari uraian misi 1 yang berorientasi pada terciptanya sentra-sentra pembangunan produk unggulan di perdesaan, kecamatan, kabupaten dan kota. Misi 2 mencakup pemberdayaan bagi masyarakat di perdesaan dan kota guna membangun kemitraan agar terpenuhi kualitas kebutuhan dasar kehidupan. Misi 3 fokus pada pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam antar pemerintah, swasta, dan masyarakat secara terpadu dan sinergi. Prinsip pembangunan berkelanjutan harus mempertimbangkan prinsip keadilan, yang meliputi keadilan antargenerasi dan keadilan antarkelompok masyarakat. dan adanya keterkaitan yang erat, intensif dan Konsep sinergisitas dan menyeluruh antarlevel konektivitas berarti bahwa upaya untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam proses

62 | P a g e

Hasil identifikasi prinsip-prinsip keterkaitan, keseimbangan, dan keadilan dalam RPJMD 2013-2017 menunjukkan hubungan keterkaitan yang signifikan dengan dokumen-dokumen lainnya yang telah dikaji secara mendalam. Dengan demikian, prinsip pembangunan berkelanjutan menjadi relevan untuk diterapkan dalam membangun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di masa mendatang. B. Kajian Pengaruh Kajian pengaruh dilakukan untuk mendapatkan gambaran perkiraan pengaruh dari pelaksanaan program-program dalam rancangan awal RPJMD terhadap isu strategis yang telah diidentifikasi pada tahap pelingkupan. Dengan melakukan pengkajian ini diharapkan dapat teridentifikasi mana sajakah program-program yang perlu diusulkan untuk melakukan langkah mitigasi dan/atau perlu disempurnakan menjadi program baru (alternatif). Proses kajian pengaruh diawali dengan melakukan penapisan program-program yang akan dikaji. Penapisan dilakukan dengan melihat keterkaitan antara daftar program dalam rancangan awal RPJMD dengan isu-isu strategis. Hasil penapisanketerkaitan program isu strategis adalah (1) Terdapat beberapa pogram yang memiliki keterkaitan posistif dengan isu strategis; (2) Terdapat beberapa program yang memiliki keterkaitan negatif terhadap isu strategis; dan (3) Terdapat beberapa program yang tidak memiliki keterkaitan dengan isu strategis. Program-program yang memiliki keterkaitan positif terhadap sejumlah isu strategis menunjukkan sudah adanya usaha untuk mengatasi permasalahan/isu-isu strategis dalam bentuk rancangan awal program-program pembangunan jangka menengah. Secara umum dapat digambarkan bahwa: (1) Isu ketergantungan ekonomi ekonomi masyarakat terhadap timah sudah disediakan 36 program ; (2) Isu tingginya anak putus sekolah akibat menambang juga sudah disediakan 26 program ; (3)Isu reklamasi tambang timah sudah disediakan 9 program; dan (4) isu perubahan mata pencarian nelayan akibat penambangan sudah disediakan 19 program. Hasil lengkap penapisan program terhadap isu strategis dapat dilihat dalam lampiran laporan ini. Sedangkan program dalam rancangan awal RPJMD yang memiliki keterkaitan negatif dengan isu strategis diidentifikasi sebanyak 6 program, yaitu: (1) Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial (2) Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (3) Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan (4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan (5) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan (6) Program Pengembangan Perumahan. Kajian pengaruh dilakukan terhadap ke-6 program ini, untuk mengidentifikasi perkiraan pengaruh yang dapat ditimbulkan akibat dari pelaksanaannya sebagai dasar untuk merumuskan program yang lebih baik melalui proses perumusan mitigasi dan alternatif. Kajian dikonsultasikan kepada pemangku kepentingan untuk mendapatkan masukan dan perbaikan.Hasil kajian pengaruh 6 program terhadap isu strategis dapat dirangkum pada tabel dibawah.

63 | P a g e

No. 1.

Program Pembangunan Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Program pengembangan

Dampak sentra-sentra industri potensial,

seperti sentra industri makanan tradisional, sentra industri logam, sentra industri dok dan perkapalan, sentra industri pengolahan hasil ikan dan sebagainya berpotensi menghasilkan limbah cair. Sumber-sumber limbah cair pada wilayah yang dijadikan sentra industri berasal dari limbah langsung dari proses produksi dan limbah domestik dari mess/perumahan pekerja. Limbah cair tersebut berpotensi mencemari sungai dan air laut dimana sungai tersebut bermuara karena umumnya sentra industri dikembangkan di wilayah yang berdekatan dengan sumber air seperti di pinggir sungai.

64 | P a g e

2.

Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2008, kawasan strategis cepat tumbuh adalah merupakan bagian kawasan strategis yang telah berkembang atau potensial untukdikembangkan karena memiliki keunggulan sumber daya dan geografis yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Pengembangan bidang Minapolitan, Kawasan meliputi Strategis kawasan Cepat Tumbuh Kawasan khusus Kawasan Usaha

ekonomi

Agropolitan,

Kawasan

Sentra

Produksi,

Agribisnis Terpadu, Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN), Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK), Kawasan Industri Peternakan (KINAK), Kawasan Sentra Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kota Transmigrasi Mandiri (KTM), Kawasan Bahari Terpadu (KBT), Kawasan Sentra Budidaya Perikanan, Kawasan Pariwisata, Kawasan Industri Kecil dan Menengah, dan kawasan sejenis lainnya. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh yang berada di wilayah pesisir seperti kawasan bahari terpadu, kawasan sentra budidaya perikanan, dan minapolitan berpotensi menyebabkan gangguan terhadap abrasi dan perubahan garis pantai. perikanan Misalnya pengembangan kawasan sentra budidaya di daerah pesisir akan memanfaatkan hutan

mangrove untuk dialihfungsikan menjadi tambak ikan atau udang. Akibat berkurangnya mangrove akan mempercepat laju abrasi dan perubahan garis pantai. Selain itu, kebutuhan lahan untuk pembangunan infrastruktur pendukung seperti pelabuhan pendaratan ikan, jalan akses, pergudangan, akan memerlukan lebih banyak lagi lahan yang dialihfungsikan.

65 | P a g e

Program pengembangan

wilayah strategis dan cepat tumbuh

dapat berdampak terhadap peningkatan pencemaran air sungai dan laut/pesisir. Pengembangan kawasan agropolitan, KIMBUN, Sentra Tanaman Pangan dan Hortikultura limbah residu pestisida dan residu pupuk. akan menimbulkan Residu pestisida

seperti organoklorin, organofosfat, karbamat, dan piretroid yang berasal dari kawasan tersebut akan mengalir ke sungai dan bila dikonsumsi dapat membahayakan kesehatan. sungai oleh residu pupuk dapat Pencemaran dampak menimbulkan

euterofikasi seperti laju perkembang biakan tumbuhan enceng gondok yang tidak terkendali. Pengembangan KTM akan menghasilkan limbah yang berasal dari lahan pertanian/perkebunan, dan limbah rumah tangga. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh

memerlukan lahan yang luas dan harus dalam satu hamparan. Seringkali terjadi, karena kebutuhan lahan, maka kawasan lindung seperti daerah resapan air hujan, sepadan sungai, sepadan pantai dialihfungsikan untuk penggunaan lain seperti pemukiman, industri, pertokoan/pasar, pertanian, perkebunan, tambak, dan sebagainya. menurun. 1. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh yang mengalihfungsikan lahan hutan atau non hutan yang kaya akan sumber-sumber plasma nutfah (germplasm) menyebabkan menurunnya potensi keragaman hayati di kawasan tersebut. 2. Terbukanya akses suatu kawasan lindung yang kaya plasmanutfah akibat pengembangan wilayah di sekitarnya menjadi wilayah strategis dan cepat tumbuh akan memicu terjadinya eksploitasi terhadap plasma nutfah baik fauna maupun flora yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti tumbuhan dan hewan spesifik dan langka. Hal tersebut akan mengurangi luas kawasan lindung, sehingga fungsi ekosistemnya juga akan

66 | P a g e

Untuk mencapai keberhasilan dalam

program pengembangan

wilayah strategis dan cepat tumbuh, selain memaksimalkan masyarakat lokal/tempatan, juga akan didatangkan penduduk dari luar (umumnya dari Pulau Jawa dan Bali). tersebut misalnya pada KTM, KIMBUN, KUNAK. dikembangkan dapat beralih menjadi Mereka Penduduk karena didatangkan dengan status sebagai peserta dari program pendatang yang telah ditempatkan di lokasi wilayah yang penambang pengaruh ekonomi atau ajakan dari pihak lain yang lebih menguntungkan. untuk mencari Selain itu, penduduk pendatang cenderung pekerjaan, termasuk menjadi penambang. strategis untuk mengajak keluarga dan temannya dari kampung asalnya Dengan demikian, program pengembangan wilayah

dan cepat tumbuh secara langsung maupun tidak langsung dapat memicu pendatang yang akan bekerja di pertambangan rakyat. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh di wilayah pesisir berpotensi menyebabkan terjadinya pengalihfungsian hutan mangrove untuk peruntukan lain sesuai dengan program pengembangan wilayah. Kawasan hutan mangrove dapat berubah menjadi jalan, pemukiman, tambak udang/ikan bila di kawasan tersebut dikembangkan menjadi kawasan Minapolitan, Sentra Budidaya Perikanan atau Kawasan Bahari Terpadu. Hal tersebut akan semakin menurunkan luas hutan mangrove di Babel secara keseluruhan. Program ini dapat menimbulkan spekulasi penjualan lahan sehingga harganya lahan akan meningkat. 3. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan Program pembangunan infrastruktur pedesaan (PPIP) adalah kegiatan yang memfokuskan pada perdesaan dengan kemajuan infrastruktur diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat di daerah tersebut. minum, dan sanitasi perdesaan. Jenis-jenis kegiatan PPIP adalah jalan dan jembatan pedesaan, irigasi perdesaan, air Pembangunan infrastruktur di perdesaan yang termasuk desa pesisir, seperti pembangunan jalan dan jembatan akan memanfaatkan areal yang berfungsi lindung dan hutan mangrove. Program ini dapat menimbulkan spekulasi kepemilikan lahan sehingga harga lahan menjadi mahal

67 | P a g e

Program pembangunan infrastruktur pedesaan yang berada diwilayah pesisir yang membuka kawasan lindung pantai akan berpotensi meningkatkan abrasi dan perubahan garis pantai. 4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan yang memanfaatkan kawasan yang berfungsi lindung dan mangrove mangrove. 5. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Program pembangunan jalan dan jembatan baru seperti jalan provinsi dan jalan kabupaten yang melintasi kawasan pesisir, akan menyebabkan kawasan lindung pantai menjadi terbuka tanpa vegetasi, sehingga berpotensi meningkatkan abrasi pantai dan perubahan garis pantai. 1. Program pembangunan jalan dan jembatan baru yang melintasi kawasan hutan yang memiliki biodiversitas tinggi berpotensi menurunkan biodiversitas. 2. Pembukaan jalan baru yang bersinggungan dengan kawasan hutan, akan meningkatkan akses masuk ke dalam hutan sehingga akan meningkatkan ekploitasi terhadap kekayaan flora dan fauna. 6. Program Pengembangan Perumahan Program pengembangan perumahan akan meningkatkan limbah rumah tangga yang dapat mencemari sungai. Program area pengembangan perumahan menyebabkan berpotensi mengurangi luas dan fungsi hutan

berkurangnya lahan produktif dan berkurangnya catchment

3.5.

Tahap Perumusan Mitigasi dan Alternatif Tahap ini Pokja Pengendalian lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan

perumusan mitigasi berupa usulan-usulan tambahan untuk meminimalkan atau mengurangi potensi pengaruh negatif yang diprediksi akan timbul dari hasil kajian dan/atau alternatif baru untuk merumuskan rancangan awal RPJMD. berdasarkan kepada hasil tahap pengkajian. Hasil perumusan mitigasi dan/atau alternatif dalam laporan ini telah melalui konsultasi dengan pemangku kepentingan. Pelaksanaan konsultasinya bersamaan dengan konsultasi hasil pengkajian. Hal ini dilakukan untuk alasan efisiensi waktu pelaksanaan KLHS yang terbatas. Berdasarkan hasil konsultasi, dapat disampaikan secara ringkas rumusan mitigasi dan/atau alternatif untuk meminimalkan pengaruh/dampak dari pelaksanaan 6 program hasil penapisan seperti di bawah ini. Hasil lengkap perumusan mitigasi dapat dilihat dalam lampiran laporan ini. Perumusan mitigasi dan/atau alternatif dilakukan

68 | P a g e

1. Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Dampak Program pengembangan sentra-sentra industri potensial, seperti sentra industri makanan tradisional, sentra industri logam, sentra industri dok dan perkapalan, sentra industri pengolahan hasil ikan dan sebagainya berpotensi menghasilkan limbah cair. Sumber-sumber limbah cair pada wilayah yang dijadikan sentra industri berasal dari limbah langsung dari proses produksi dan limbah domestik dari mess/perumahan pekerja. Limbah cair tersebut berpotensi mencemari sungai dan air laut dimana sungai tersebut bermuara karena umumnya sentra industri dikembangkan di wilayah yang berdekatan dengan sumber air seperti di pinggir sungai. Usulan mitigasi untuk meminimalkan pengaruh negatifnya adalah: Pada kawasan yang akan dikembangkan menjadi sentra industri potensial harus disertai dengan instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) secara terpadu, sehingga limbah cair yang berasal dari setiap industri yang berada dalam kawasan tersebut dialirkan dan diolah di IPAL tersebut sebelum disalurkan ke sungai atau digunakan kembali (reuse). Apabila kawasan sentra industri yang dikembangkan merupakan sentra industri rumah tangga yang berada dalam kawasan pemukiman maka industri-industri rumah tangga tersebut harus dilengkapi dengan dokumen lingkungan, dan wajib melakukan pengelolaan lingkungan, seperti pembuatan IPAL. Program pembangunan jangka menengah seperti tertuang dalam RPJM perlu ditambahkan sejumlah program untuk mengcounter dampak negatif dari sejumlah program ini yaitu Program pengembangan kawasan industri di setiap kabupaten sesuai dengan potensi industri masingmasing 2. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Dampak Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh yang berada di wilayah pesisir seperti kawasan bahari terpadu, kawasan sentra budidaya perikanan, dan minapolitan berpotensi menyebabkan gangguan terhadap abrasi dan perubahan garis pantai. Misalnya pengembangan kawasan sentra budidaya perikanan di daerah pesisir akan memanfaatkan hutan mangrove untuk dialihfungsikan menjadi tambak ikan atau udang. Akibat berkurangnya mangrove akan mempercepat laju abrasi dan perubahan garis pantai. Selain itu, kebutuhan lahan untuk pembangunan infrastruktur pendukung seperti pelabuhan pendaratan ikan, jalan akses, pergudangan, akan memerlukan lebih banyak lagi lahan yang dialihfungsikan. Usulan mitigasi untuk meminimalkan pengaruh negatifnya adalah: (1) Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh di wilayah pesisir diupayakan tidak memanfaatkan atau membuka kawasan lindung pantai dan di wilayah yang secara geografis rentan terhadap abrasi; (2) Program pembangunan jangka menengah seperti tertuang dalam RPJM perlu ditambahkan sejumlah program untuk mengcounter dampak negatif dari sejumlah program ini yaitu: a. b. Deleniasi dan pemasangan tapal batas kawasan lindung pantai Program pembangunan penahan gelombang (breakwater) penahan abrasi di sepanjang sisi pantai.

69 | P a g e

3. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan Dampak Program pembangunan infrastruktur pedesaan (PPIP) adalah kegiatan yang memfokuskan pada perdesaan dengan kemajuan infrastruktur diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi masyarakat di daerah tersebut. Jenis-jenis kegiatan PPIP adalah jalan Pembangunan dan jembatan pedesaan, irigasi perdesaan, air minum, dan sanitasi perdesaan. akan memanfaatkan areal yang berfungsi lindung dan hutan mangrove. Usulan mitigasi dalam mengurangi dampak negatifnya adalah Pembangunan infrastruktur perdesaan di desa pesisir sedapat mungkin menghindari sepadan pantai dan hutan mangrove. Program alternatif yang perlu ditambahkan untuk mengcounter dampak negatif dari program ini adalah membuat Struktur jalan desa dengan jalan layang dan tidak melakukan penimbunan. 4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan Dampak Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan yang memanfaatkan kawasan yang berfungsi lindung dan mangrove berpotensi mengurangi luas dan fungsi hutan mangrove. Usulan mitigasi dalam mengurangi dampak negatifnya adalah mempertimbangkan keberadaan hutan mangrove. 5. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Dampak Program Pembangunan Jalan dan Jembatan baru seperti jalan provinsi dan jalan kabupaten yang melintasi kawasan pesisir, akan menyebabkan kawasan lindung pantai menjadi terbuka tanpa vegetasi, sehingga berpotensi meningkatkan abrasi pantai dan perubahan garis pantai. Usulan mitigasi dalam mengurangi dampak negatifnya adalah pengalihan jalur jalan yang akan melewati hutan mangrove dan rawan abrasi dengan program alternatif pembangunan talud 6. Program Pengembangan Perumahan Dampak Program Pengembangan Perumahan akan meningkatkan limbah rumah tangga yang dapat mencemari sungai. Usulan mitigasi dalam mengurangi dampak negatifnya adalah Setiap perumahan yang akan dibangun diwajibkan juga membangun IPAL terpadu dan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dengan Pembangunan IPAL Communal sebagai program alternatif Rumusan mitigasi dan/atau alternatif di atas merupakan usaha maksimal yang dapat dilakukan oleh Pokja untuk meminimalkan pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan program dalam rancangan awal RPJMD. Dengan sifat KLHS yang iteratif, rumusan mitigasi dan/atau alternatif dapat diperbaharui dengan informasi dan data yang baru. program peningkatan

infrastruktur di perdesaan yang termasuk desa pesisir, seperti pembangunan jalan dan jembatan

sarana dan prasarana kebinamargaan seperti pelebaran jalan, peningkatan kualitas jalan perlu

70 | P a g e

Catatan terpenting dalam proses ini adalah, bahwa setiap pemangku kepentingan diharapkan mampu memberikan solusi win-win untuk memastikan isu-isu yang ada dapat ditangani oleh perencanaan daerah. 3.6. Tahap Perumusan Rekomendasi Pada tahap ini rekomendasi disusun berdasarkan hasil perumusan mitigasi dan/atau alternatif dan juga hasil keseluruhan proses KLHS. Rekomendasi disampaikan kepada tim penyusun RPJMD untuk diintegrasikan ke dalam rancangan awal RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017. Berdasarkan hasil keseluruhan proses KLHS, maka dapat disampaikan beberapa

rekomendasi KLHS, sebagai berikut: 1. Rekomendasi KLHS untuk penyusunan RPJMD adalah sebagai berikut: A. Melakukan penyempurnaan 6 Program dalam misi ke 4 yaitu: a. b. c. d. e. f. Menjadi a. b. c. d. e. f. Program Perencanaaan dan Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Program Perencanaaan dan pengemangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Program Perencanaaan dan pembangunan Infrastruktur Perdesaaan Program Perencanaaan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan Program Perencanaaandan Pembangunan Jalan dan Jembatan Program Perencanaaan dan Pengembangan Perumahan. Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Program Pengembangan Perumahan.

B. Mengintegrasikan rumusan mitigasi dan/atau alternatif ke dalam bentuk programprogram disertai dengan indikator-indikator, waktu pelaksanaanya dan pembiayaannya, beberapa usulan penambahan program diantaranya adalah: a. b. c. d. e. Program pengembangan kawasan industri di setiap kabupaten sesuai dengan potensi industri masing-masing Program Deleniasi dan penetapan Kawasan lindung pantai Program Pencegahan Kerusakan Pantai dan Abrasi Program Konservasi Tumbuhan dan Hewan Spesifik Lokal Program Penyusunan Peraturan Daerah tentang Penataan Kependudukan Daerah Untuk lebih jelasnya dapat melihat hasil perumusan mitigasi dan/atau alternatif, untuk merumuskan bentuk program yang sesuai.

71 | P a g e

C. Melakukan KLHS Renstra SKPD yang terkait pada ke-enam program di atas.

2. Mengingat besarnya ketergantungan hidup masyarakat yang sangat tinggi terhadap eksploitasi timah, maka KLHS merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut: A. Rekomendasi bagi Pemerintah Daerah a. Menentukan dan menetapkan zoning wilayah pertambangan rakyat dalam RTRW b. c. d. Provinsi Kep. Bangka Belitung dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait dan menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan Membuat peraturan daerah untuk mewajibkan pelaksanaan Good Mining Practice (GMP) bagi tambang rakyat Menyiapkan program monitoring dan evaluasi GMP bagi tambang rakyat Melakukan pendidikan bagi PNS di lingkungan Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dalam bidang pertambangan B. Rekomendasi bagi Pemerintah a. Memastikan adanya monitoring dan evaluasi pelaksanaan UU No. 4 tahun 2009 yang terkait dengan pertambangan rakyat dan pelaksanaan kewajiban reklamasi b. Memastikan adanya penegakan hukum bagi pelanggar hukum di sektor pertambangan. 3. Untuk mengatasi 2 (dua) isu strategis yang belum diakomodasi dalam rumusan

program pembangunan RPJMD maka diusulkan adanya program: a. b. Program Penyusunan Peraturan Daerah tentang Distribusi dan Penggunaan BBM Bersubsidi Program Peningkatan Penganekaragaman Sumber Energi Alternatif Berbasis Lokal Rekomendasi yang disampaikan dalam laporan ini sudah mengakomodasi masukan dari pemangku kepentingan pada Seminar Akhir KLHS yang dilakukan 24 November 2012. Beberapa hal yang belum dapat diakomodasikan dalam proses ini agar dapat disampaikan kepada Pokja Pengendalian Lingkungan untuk penyempurnaan KLHS RPJMD 2013-2017 Provinsi Kep. Bangka Belitung.

72 | P a g e

BAB 4 PENGINTEGRASIAN REKOMENDASI KLHS KE DALAM RANCANGAN AWAL RPJMD

Kegiatan fasilitasi KLHS penyusunan RPJMD 2013-2017 ditutup dengan kegiatan Seminar Akhir yang diselenggarakan pada 24 Oktober 2012 di Hotel Aston, Bangka Belitung. Pada kegiatan ini, Wakil Kepala Bappeda dan Statistik yang bertindak sebagai Ketua Pokja pengendalian lingkungan memaparkan hasil proses KLHS yang telah dilakukan kepada pemangku kepentingan. Wakil Ka. Bappeda dan Statistik yangjuga merupakan anggota tim penyusun RPJMD menyatakan bahwa rekomendasi KLHS dapat diterima oleh tim penyusun RPJMD dan akan dibahas pengintegrasiannya ke dalam rancangan RPJMD. Namun hingga laporan ini disusun, bentuk pengintegrasian rekomendasi KLHS

kerancangan akhir RPJMD masih belum dapat diketahui karena masih dalam pembahasan oleh Tim penyusun RPJMD sambil menunggu masukan dari DPRD. Harapannya pengintegrasian KLHS ke dalam Rancangan Akhir RPJMD dapat disampaikan kepada Pokja Pengendalian lingkungan sebelum penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung November 2012. Pokja Pengendalian Lingkungan masih memiliki kewajiban untuk mengawal proses pengintegrasian KLHS ke dalam Rancangan Akhir RPJMD dan dilakukannya KLHS Renstra SKPD yang terkait dengan 6 program yang direkomendasikan disempurnakan, mencatatnya dalam laporan akhir dan menyampaikan hasilnya kepada pemangku kepentingan. 2013-2017 yang dijadwalkan paling lambat tanggal 7

73 | P a g e

BAB 5 HASIL PENGAWASAN MUTU


Untuk menjamin kualitas KLHS diperlukan adanya pengawasan secara internal maupun eksternal. Pengawasan internal dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah untuk menjamin mutu pelaksanaan KLHS sesuai dengan pedoman, sedangkan pengawasan eksternal mengikuti proses pengawasan dalam pelaksanaan penyusunan RPJMD sebagaimana diatur dalam Permendagri No. 54 Tahun 2012 untuk menjamin pengintegrasian KLHS ke dalam RPJMD. Dalam pelaksanaan KLHS RPJMD ini, pengawasan internal (pengawasan mutu) dilakukan oleh BLHD Provinsi Kep. Bangka Belitung menggunakan instrumen yang ada pada Permendagri No. 67 Tahun 2012. Berdasarkan hasil pengawasan mutu, secara umum proses KLHS sudah dilaksanakan sesuai dengan pedoman, namun terdapat beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian bagi proses penyusunan KLHS berikutnya. Berikut ini disampaikan hasil pengawasan mutu KLHS penyusunan RPJMD Prov. Kep. Bangka Belitung.

74 | P a g e

75 | P a g e

Berikut ini disampaikan beberapa catatan pelaksanaan KLHS penyusunan RPJMD Prov. Kep. Bangka Belitung untuk perbaikan proses KLHS berikutnya: 1. Masih kurangnya data dan informasi yang memadai untuk digunakan sebagai bahan analisis baik pada tahap pelingkupan, analisis data baseline hingga kajian. Untuk mengatasi kekurangan data dan informasi ini, Pokja mengandalkan informasi verbal dari pemangku kepentingan pada saat workshop. 2. Masih kurang tajamnya hasil analisis pada saat kajian hingga rekomendasi disebabkan oleh kurangnya kapasitas dan ketersediaan waktu anggota pokja untuk melakukan analisis. Untuk mengatasi permasalahan ini, pokja memanfaatkan pemangku kepentingan dan konsultan nasional dan internasional untuk mempertajam hasil analisis. 3. Keterlibatan pemangku kepentingan yang menghadiri kegiatan worksho tidak konsisten, sehingga muncul adanya gap informasi dari satu tahap ke tahap berikutnya. Kekurangan ini belum dapat diperbaiki oleh pokja, karena belum ada media penyampaian informasi yang memadai untuk menyampaikan hasil dari setiap tahapan KLHS kepada pemangku kepentingan. Pengawasan eksternal sesuai dengan Permendagri No. 54 tahun 2010, untuk RPJMD provinsi berada di Kementerian Dalam Negeri dan sesuai dengan Permendagri No. 67 tahun 2012 dinyatakan bahwa Gubernur menyampaikan laporan KLHS RPJMD kepada Menteri Dalam Negeri pada saat konsultasi rancangan akhir RPJMD. Berdasarkan hal ini maka ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri untuk menjamin pengintegrasian KLHS ke dalam rancangan akhir RPJMD yang dikonsultasikan: 1. Memastikan rekomendasi penyempurnaan 6 program pembangunan sudah ada di dalam indikasi program prioritas rancangan akhir RPJMD.

76 | P a g e

2. Memastikan rumusan mitigasi/alternatif sudah ada di dalam indikasi program prioritas rancangan akhir RPJMD 3. Memastikan sudah dilakukannya KLHS Renstra SKPD yang terkait dengan 6 program pembangunan yang direkomendasikan di sempurnakan. 4. Memastikan rekomendasi terkait pertambangan timah sudah ada di dalam indikasi program prioritas rancangan akhir RPJMD. 5. Memastikan rekomendasi kepada Pemerintah telah disampaikan oleh Gubernur kepada Pemerintah. 6. Memastikan dua program usulan terkait BBM dan energi telah diintegrasikan ke dalam indikasi program prioritas rancangan akhir RPJMD

77 | P a g e

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Berdasarkan hasil proses KLHS Penyusunan RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan KLHS secara umum telah menggunakan pedoman, walaupun masih terdapat kekurangan pada beberapa hal yang dapat dilihat dari hasil pengawasan mutu. 2. Ditemukan adanya kelemahan dalam data dan informasi yang digunakan dalam proses pengkajian karena tidak tersedianya data dan informasi yang mamadai dari SKPD maupun instansi lain. 3. Isu strategis yang dihasilkan dari proses KLHS terdiri dari 16 isu strategis. 4. Secara umum rumusan visi, misi, strategi dan arah kebijakan dalam rancangan awal RPJMD, sudah memenuhi sebagian besar prinsip pembangunan berkelanjutan, namun ada beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian Tim penyusun RPJMD. 5. Dari hasil kajian pengaruh didapatkan 6 program yang diperkirakan memiliki pengaruh/dampak negatif terhadap isu strategis. 6. Untuk meminimalkan pengaruh/dampak negatif tersebut dirumuskan mitigasi dan alternatif program. 7. Rekomendasi KLHS sudah dipaparkan kepada pemangku kepentingan dan tim penyusun RPJMD namun hingga pelaksanaan Seminar Akhir pada tanggal 24 Oktober 2012 belum dapat disampaikan hasil pengintegrasiannya. 8. Pokja Pengendalian masih harus memastikan pengintegrasian KLHS ke dalam RPJMD dan menyampaikan hasilnya kepada pemangku kepentingan. Saran tindak lanjut untuk perbaikan proses KLHS adalah: 1. 2. 3. Pemerintah daerah harus menyediakan program updating data dan informasi daerah agar dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan KLHS. Isu yang ada masih sangat banyak, sehingga pada kesempatan lain perlu untuk melakukan identifikasi isu strategis dengan lebih tajam. Perlunya penguatan kapasitas pemerintah daerah dan universitas setempat untuk melakukan 4. 5. analisis baseline dan pengkajian agar hasilnya kuat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pokja Pengendalian Lingkungan wajib mengawal proses pengintegrasian hasil KLHS ke dalam Rancangan Akhir RPJMD. Pokja Pengendalian Lingkungan wajib menyampaikan laporan akhir yang telah menyertakan hasil pengintegrasian kepada pemangku kepentingan yang telah mengikuti proses KLHS. 6. Pokja Pengendalian Lingkungan mendampingi SKPD yang akan melaksanakan KLHS Renstra SKPD untuk memastikan pengintegrasian hasil KLHS dibiayai.

78 | P a g e

7.

Setelah Pokja PL habis masa tugasnya pada saat di-PERDA-kannya RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017 monitoring pelaksanaan hasil integrasi rekomendasi KLHS dalam RPJMD akan dilakukan oleh SKPD yang terkait dengan Lingkungan Hidup

8.

Monitoring dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan pada saat setiap penyusunan dokumen RKPD untuk memastikan integrasi KLHS dilaksanakan dan dibiayai.

79 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Bappeda (2012). Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013-2017. BPS (2010). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka. BPS. Pangkal Pinang. (2011). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka. BPS. Pangkal Pinang. (2010). PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bappeda. Pangkal Pinang. (2011). PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bappeda. Pangkal Pinang. (2007). RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bappeda. Pangkal Pinang. (2011). Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia. KLH. Jakarta. (2011). Riset Kesehatan Dasar Nasional. Kemenkes. Jakarta. Anonim (2011). EFA Global Monitoring Report 2011. UNESCO. Anonim (2011). Bangka Pos. 6 Juli 2011. Pangkal Pinang Anonim (2011). Indikator Kesejahteraan Daerah Provinsi Bangka Belitung. TNP2K. Jakarta Anonim (2012). Bangka Pos 12 Maret 2012. Pangkal Pinang Anonim (2012). www.nppbabel.org. Pangkal Pinang Anonim (2007). Lembar Fakta Kerusakkan Hutan. WWF Indonesia. Jakarta Anonim (2011). www.walhi.org. Jakarta Anonim (2010). bpkh13.dephut.go.id.BPKH XIII Pangkal Pinang, 2010 Anonim (2010). www.Beritadaerah.com. Pangkal Pinang Anonim (2006). Report on the Appraisal Mission of the Anti-corruption Clearing House in the Corruption Eradication Commission (KPK) Indonesia. GTZ. Jakarta Anonim (2011). http://www.babelprov.go.id/?q=/node/. Pangkal Pinang Anonim (2007). Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2007. Dinas Kesehatan. Pangkal Pinang Anonim (2010). Riset Kesehatan Daerah. Kemenkes. Jakarta Anonim (2012). http://walhibangkabelitung.blogspot.com. Pangkal Pinang Anonim (2010). Sektor-Sektor Unggulan Penopang Perekonomian Bangka Belitung. Bank Indonesia. Jakarta Anonim (2011). www.bangkahijaunursery.blogspot.com. Pangkal Pinang Anonim (2012) Kajian Ekonomi Regional Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2012. Bank Indonesia. Jakarta Anonim (2009). Litbang Pertanian, 28(1). Balitbang Kemenpertanian. Jakarta Anonim (2009). http://www.babelprov.go.id/content/bangkitkan-kembali-kejayaan-lada-putih. Pangkal Pinang

Sofyan, Ibnu, Wijanarto, Antonius (2008). Proyeksi Kenaikan Muka Air laut di Jakarta berdasarkan skenario IPCC AR4. Bakosurtanal. Cibinong Bogor

80 | P a g e

LAMPIRAN 1 : Sumber Data 1. Initial Draft of RPJMD Province of Bangka Belitung Archipelago 2. Province of Bangka Belitung Archipelago in numbers year of 2008 3. Gross Regional Domestic Product of Bangka Belitung Province 4. Draft RPJPD of Bangka Belitung Province year of 2007 5. Indonesia Environmental Quality Index 6. National Basic Health Research 7. Meteorology, Climatology, and Geophysics Institution (BMKG) 8. Center of Statisical Institution 9. JATAM

81 | P a g e

LAMPIRAN 2 : Berita Acara


a. Ringkasan Saran Berdasarkan sejarah tahapan pelaksanaan proses KLHS, Tim KLHS daerah dalam penerapan KLHS selalu dapat memperbaiki dan merivsinya, draft akhir dipresentasikan dalam materi spt di bawah ini:

82 | P a g e

83 | P a g e

84 | P a g e

85 | P a g e

86 | P a g e

87 | P a g e

Dari seminar akhir ini , didapatkan beberapa rekomendasi sebagai berikut: Apresiasi terhadap hasil kerja Tim KLHS RPJM. Diharapkan RPJM disosialisasikan ke SKPD untuk lebih lanjut dibuat renstra masing-masing. Hasil KLHS segera diintegrasikan dengan kedalam RPJMD dan sebelum pengesahan RPJMD agar KLHS disampaikan dan dibahas di DPRD KLHS perlu monitoring evalauasi pelaksanaannya dan dimasukkan sebagai bagian dari jaminan kualitas (QA) Saran : ada kegiatan AMPL yang ditawarkan ke kabupaten2 tetapi tidak ada yang minat. Hasil survei karena tak ada lahan, bila BABEL berminat. Penanggungjawab harus ditunjuk dalam mengawal KRP. Agar disandingkan isu strategis RPJM dengan isu strategis KLHS. Ada 2 isu yang tidak tersentuh dalam RPJMD, yaitu : 1) isu BBM dan 2) migrasi penduduk ke wilayah Babel.

88 | P a g e

Diperlukan nota dinas Gubernur untuk mengangkat temuan KLHS. Implementasi dan pemantauan, tahun depan masih diperlukan pertemuan untuk review hasil KLHS. Pertimbangkan : sudah ada Tim KLHS Babel, buat KLHS untuk Kebijakan dan Rencana yang belum ada dalam RPJM Ada 3 isu strategis yang di luar program, yaitu : 1) penambangan timah, 2) pengembangan perkebunan kelapa sawit 3) pengembangan pusat-pusat kegiatan baru. KLHS ini sudah sejalan dengan ketentuan MOHA Ada isu strategis yang terangkum dalam KLHS ini adalah isu mengenai penambangan resmi dan tidak resmi. Tetapi yang saya lihat dari daftar dampak itu tampaknya bukan isu yang tidak terperhatikan. Sebaiknya tambahkan dalam RPJM mengenai cara-cara antisipasi isu strategis tersebut. Dan apakah perlu kajian lebih mendalam terhadap isu strategis tersebut. Perlu dilakukan penetapan indikator-indikator pemantauan dampak terhadap isu tersebut dalam RPJM. Tentang KLHS : Sudah sangat baik, pertemuan-pertemuan telah berlangsung beberapa kali dan merupakan suatu kemajuan yang besar. Saran : Laporan akhir KLHS agar dibagikan kepada peserta untuk mendapatkan masukan dari mereka.

b. Ringkasan komentar dari pemangku kepentingan Berdasarkan laporan akhir yang diperesentasi pada saat seminar akhir KLHS, telah didapatkan beberapa komen dna masukan dari berbagai pemangku kepentingan sebagai berikut: Masalah mangrove, kita minta masing-masing daerah kab/kota membuat program. Masalah abrasi, dahulu dibuat pengelolaannya denga istilah di dam / penahan gelombang dan bermacam-macam cara pelaksanaannya. Sekarang coba dibuatkan seragam dan diterapkan. Kawasan wisata perlu ditata supaya sinergi Perihal tingginya migrasi, hal ini sangat terkait dan mempengaruhi hasil pemilukada , mempengaruhi laju pertambahan penduduk. Harapan kita, bagaimana supaya migrasi ini dapat yang bersifat teredukasi. Berkaitan dengan rencana reformasi birokrasi akan dilakukan pada Tahap V dalam pembangunan BABEL, alangkah lamanya reformasi birokrasi tersebut. Flora dan fauna khas BABEL seperti Mentilin, kantong semar harus mendapat perhatian. Dari paparan yang disampaikan secara singkat yang dapat ditangkap isu tambang hampir selalu muncul tetapi tidak sebagai point of issue, tidak diangkat ke permukaan. Sedangkan dalam hal mitigasi dan rekomendasinya, seperti rehabilitasi lahan, sama sekali belum tersentuh untuk mengatasi masalah tambang timah ini, jadi agak terkesan seperti hanya isu sisipan saja. Padahal hampir semua isu bersangkutan dengan tambang timah. Memang masyarakat Bangka Belitung sangat tergantung dengan tambang timah, kenapa tidak pernah terpikirkan untuk mencari root cause dari masalah tersebut. Misalnya apa penyebab masyarakat sangat tergantung dengan pertambangan. Belum banyak ide yang muncul dari rekan-rekan tim untuk mengatasi hal ini, kenapa tidak mencoba sesuatu hal yang dapat mengubah cara pandang dari masyarakat Bangka untuk tidak bergantung hanya pada tambang timah. Tentu saja dapat melakukan riset untuk pemanfaatan lahan bekas tambang kembali untuk dijadikan lahan hidroponik, tanam tanpa media tanah bekas tambang bisa menggunakan basket atau metode lain, sehingga tidak hanya dalam skala universitas saja aplikasinya. Tentu saja harapannya dapat mengubah pemikiran masayarakat untuk bekerja di sektor selain tambang. Mengenai estimasi skala kerusakan akibat tambang ilegal memang terkendala dengan ketersediaan data, namun jika itu permasalahannya mengapa tidak mencari informasi akurat dari wawancara lapangan terhadap sampel masyarakat penambang. Jika yang dipakai adalah alat berat tentu saja dengan mudah dapat diestimasi volumenya berdasarkan kapasitas alat tersebut, tetapi jika berhubungan dengan masyarakat penambang tentu tidak bisa hanya diestimasi volumenya sama per orang, untuk itu diperlukan beberapa samplenya saja.

89 | P a g e

LAMPIRAN 3 : TOR KLHS dalam Penyusunan RPJMD Provinsi Bangka Belitung

TERMS OF REFERENCE SEA IN THE DEVELOPMENT OF RPJMD THE PROVINCE OF BANGKA-BELITUNG ARCHIPELAGO YEAR 2012

1. 1.1

Background General Condition of the Province of Bangka-Belitung Archipelego

The Province of Bangka Belitung Archpelago is a relatively new province which was separated from the mother Province of South Sumatra through Law Number 27/2002 concerning the Establishment of the Province of Bangka Belitung Archipelago. The province consists of thousands of small islands, with Bangka and Belitung constituting the two biggest islands. In addition, sizable islands include Lepar, Seliu, Mendanau, Nado, and Batudinding. The province is devided into seven adminitrative sub-provincial units, district/city, namely: Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur, and Pangkalpinang. The province is rich in natural resources, in particular, tin materials, kaolin, quartz, and billitonite (known as satam). The economy is mainly supported by mining, processing industry, agriculture (including forestry, fishery, and estate crops), and services industries (trade, hotels, and restaurants). Problems being faced in undertaking development for the province include: (a) accessibility as the province is consisted of thousands of small islands; (b) prevance of illegal mining practices; (c) lack of law inforcement in cases of illigal extaction of natural resources, such as illegal fishing; (d) lack of coordinated efforts for overcoming cross-sectoral and cross-regional resources degradation; and (e) lack of capacity of the Environmental Management Agency in terms of skilled human resources, funding as well as infrastructure. 1.2 Rationale for SEA

The Provincial Government of Bangka-Belitung just completed an election of its new Governor. By laws, the new Governor is required to develop a new Medium-Term Development Plan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD) for the period of 2012-2017, and in so doing the Governor shall undertake an SEA to ensure that sustainable development principles are integrated in the new RPJMD. The importance of SEA could not be over-stated as the province faces significant sustainability issues in particular related to the long-term tin mining and other extractive activities.

90 | P a g e

2. 2.1.

Objective and Target Objective

The expected objective of SEA application in the Province of Bangka Belitung Archipelago is to integrate sustainable development principles into development its RPJMD for the period of 20122017. In more details, the objectives could be explicated as below: (1) Develop local capacity in undertaking SEA, in particular the Local Government SEA Team; (2) Strengthen decision making process in developing the provincial RPJMD of Bangka-Belitung Archipelago; and (3) Integrate sustainable development principles in the RPJMD of Bangka-Belitung Archipelago for the year of 2012-2017. 2.2. Target

The following are the targets of SEA application in the Province of Bangka-Belitung Archipelago: (1) Strengthened local capacity in undertaking SEA, in particular the Local Government SEA Team. (2) Improved ability of the Provincial SEA Team in conducting SEA for RPJMD. (3) Wider participation of stakeholders in the development of the provinces RPJPD that include government staffs, academia, NGO activists, private sector actors, and community leaders. (4) Assessment of potential significant impact of RPJMD on the economic, social, and physical environment in the province. (5) Proposed mitigation measures/alternatives to prevent and/or reduce impact. (6) Recommendations to improve the quality of draft RPJMD by integrating sustainable development principles into it.

3.

Scope of Activities and Deliverables

The application of SEA in the Province of Bangka Belitung Archipelago will review various relevant planning documents, including the spatial plan (RTRW) and the Long-Term Development Plan (RPJPD). The strategic issues to be addressed will likely include tin mining, the provinces need for nuclear power plant, as well as coastal and marine resources. The targets SEA application in the Bangka-Belitung will be achieved though the execution of the following activities.

Targets 1. Local Government SEA Team or TaskForce is formed with a formal decree and supported with sufficient budget. 1.1 1.2 1.3 1.4 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2

Scope of Activities Establish Local Government SEA Team through a Governor Decree Allocate operational budget for SEA Team. Undertake SEA training Provide technical assistance and consultation services. Identify candidates for local consultants. Recruit local consultants through sub contract mechanism. Provide SEA training/coaching to the local consultants Formulate SEA objectives/sub-objectives. Undertake stakeholder mapping.

2. Local Consultant Team is identified and recruited. 3. Assessment on potential impact of RPJMD 2012-2017 on the conditions

91 | P a g e

Targets of the province. 3.3 3.4 3.5 4.1. 4.2. 5. Recommendations for integrating sustainable development principles into RPJMD. 5.1. 5.2.

Scope of Activities Undertake pre-scoping and scoping. Identify aspects of RPJMD that will likely have significant adverse impact. Undertake impact assessment. Identify ways to mitigate the impact of the implementation of RPJMD on the environmental condition Describe mitigation measures/alternatives to reduce the potential impact of RPJMD Provide recommendations to integrate sustainable development principles to decision makers for decision. Document SEA process and results in a concise yet comprehensive SEA report.

4. Mitigation measures/alternatives to reduce potential impact of RPJMD

The list of activities described above shall be prudently implemented and comprehensive documented. The deliverables as listed below should be submittted in a timely manner.
DELIVERABLE REMARKS

Pre-scoping report The report shall at least consists of: 1. Summary of the draft Plan, Policy or Program (PPP) that is being assessed, 2. Baseline of environmental, social and economic situation for the plan area with a description of the past trends, current status and likely future development of the key issues in case the RPJMD is not implemented (zero alternative or business as usual scenario 3. Proposal for the key strategic issues, including a brief substantiation for each issue which describes its importance, 4. Proposal for the analysis to be conducted. 5. Presentation material for the scoping session This draft report shall be presented and discussed at the scoping workshop. Scoping Report These report shall at least consists of the following: Pre-scoping report Conclusion of the scoping s e s sion s with a description of the key environmental, health /sustainable development issues relevant to the RPJMD including substantiation of the selection and relevant objectives for each issue 3. Terms of Reference (TOR) for the SEA pilot The draft report shall as a minimum include: Analysis for environmental, social and economic parameters for the key issues (incl. past trends, current status and future development) of environmental, social and economic analysis of the key issues Alternative solutions Recommendations 1. 2.

Draft SEA Report

SEA Final Report

The SEA report and TOR discussed with relevant stakeholders The draft final report shall shall referbe to presented the respective for SEA and authorities

92 | P a g e

4. 4.1

Required Input Provincial SEA Team

The Provincial Government SEA Team will be established by the Governor through a decree. The SEA Team could consist of members from: (a) local government technical agencies, (b) academia, (c) NGOs, and (d) community leaders. The Team should be chaired by a senior Provincial Government Official, and its members should have the relevant expertise and commitment. 4.2 Local SEA Consultants

The Team of Local Consultants could consist of experts from universities, NGOs, or consulting firms. The number of person-months could vary in accordance to the complexity of the strategic issues identified and agreed upon during scoping. The Local Consultant shall meet the minimum requirements as follow: Relevant education background, Master or PhD graduate is preferred. Sufficient experience related to environment issue and regional development planning and management. Good relations with the Provincial Government. Access to the required data and information. Experience in working in a Team (ability to work as a team). Skills in facilitating the multi-stakeholders in the region. Ability to use English fluently is an advantage.

5.

Role and Responsibility

The Provincial Government SEA Team will take the lead responsibility in undertaking SEA in the development of RPJMD. In assuming this responsibility, the Team will be assisted by a team of local consultants. The Local Consultants, with supervision from the National and International TA Teams, will be responsible for assisting and facilitating the Local Government SEA Team in the process of conducting SEA in the Province of Bangka-Belitung Archipelago. They will take the lead role in managing all SEA activities, including the delivery of quality SEA reports and ensuring the integration of recommendations into RPJMD. The role and responsibilities of the local TA team in the Province of Bangka Belitung Archipelago, with supervision from the National and International TA teams shall include the following: (1) Assist the Local Government in the process of conducting SEA. (2) Prepare (a) pre-scoping (with baseline, scoping analysis, etc.); (b) scoping, including stakeholder involvement, TOR for the SEA analysis etc.; (c) analysis, alternatives and recommendations; (d) final SEA report. (3) Facilitate and conduct meetings and stakeholders consultations in respective locations, including: (a) workshops, meetings and discussions with stakeholders in each location (b) collect data, information and documents during the SEA process and (c) develop and present analysis. (4) Develop SEA reports (5) Develop minutes of meetings or workshop/seminar proceedings in each location (6) Ensure delivery and quality of SEA reports

93 | P a g e

6.

Funding

The implementation of SEA in the development of RPJMD in the Province of Bangka Belitung Archipelago will be jointly funded by ESP-2 and the Provincial Government. ESP-2 will cover the cost of international, national, and local consultants as well as key workshops. Funds from the Provincial Government will cover the operational cost of the Local Government SEA Team and technical meetings. 7. Time Frame

The SEA application is adjusted with the planning process of RPJMD in the Province of Bangka Belitung Archipelago. It is estimated that the activities shall be carried out for 4 (four) months within the period from June to October 2012.

94 | P a g e

LAMPIRAN 4 : TOR Analisis


TERMS OF REFERENCE FOR ANALYSIS SEA Applied in Local Development Plans Province of Bangka Belitung Archipelago 1. Background

The Government of Indonesia (GOI) and the Royal Danish Kingdom through the Danish International Development Agency (DANIDA) have developed cooperation through the Environment Support Programme since 2005. The second phase runs from 2008 to 2012 and includes 3 components including a component on improving institutional capacity of public sector institutions. This component (known as component 1) has 3 outputs: 1) Environmental Impact Assessment (EIA) reform and decentralized process strengthened (implemented by Ministry of Environment /KLH), 2) Strategic Environmental Assessment (SEA) in development planning and policy analysis (implemented by KLH, National Development Planning/Bappenas and Ministry of Home Affairs/MoHA), and 3) Role of Economic Instruments/EI (implemented by KLH). Sub-Output 2.1, implemented by the National Development Agency ( Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Bappenas), focuses on applying SEA in National Development Planning and Sub-Output 2.2, implemented by the Ministry of Environment ( Kementerian Lingkungan Hidup - KLH), focuses on applying SEA in Policy Analysis and Environmental Planning, while Sub-Output 2.3, implemented by the Ministry of Home Affairs (Kementerian Dalam Negeri - MoHA), focuses on applying SEA in Regional Development Planning. The Sub-Output 2.3 in 2012 focuses on: (a) applying SEA two pilot locations, one of which is the Province of Bangka Belitung (Babel) Archipelago; and (b) capacity development in undertaking SEA. In order to assist the Provincial Government SEA Team of Bangka Belitung Archipelago, there is need to recruit local consultants. 2. 2.1 Objective and Targets Objective

The expected objective of SEA application in Babel is to integrate sustainable development principles into Babels Medium-Term Development Plan (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD) for the period of 2012-2017. 2.2 Targets

The following are the targets of SEA application in the Province of Bangka Belitung Archipelago: a. b. c. d. e. Improved ability of the Provincial SEA Team in conducting SEA for RPJMD. Wider participation of stakeholders in the development of the provinces RPJPD that include government staffs, academia, NGO activists, private sector actors, and community leaders. Assessment of potential significant impact of RPJMD on the economic, social, and physical environment in the province. Proposed mitigation measures/alternatives to prevent and/or reduce impact. Recommendations to improve the quality of draft RPJMD by integrating sustainable development principles into it.

3. Outputs The application of SEA in the Province of Bangka Belitung Archipelago will review various relevant planning documents, including the spatial plan (RTRW) and the Long-Term Development Plan (RPJPD). The key issues to be addressed will likely include such themes as education, energy, mangrove and forest resource, environmental good governance, social affairs and public health, community economic activities, land-use and coastal area, tin mining, waste management, and water resources. The outputs of SEA application in Babel will be achieved though the execution of the following activities. Among the key issues are those related to social affairs such as education, social and public health, community economic activities. In addition to the issues, the tin mining activities especially those undertaken offshore. A solution to the growing offshore tin mining issues and problems needs to be sought, needing the services of a coastal and marine management expert. As well, a solution to the growing social issues and problems needs to be sought, needing the

95 | P a g e

services of a social science expert. The Social Science Expert will be responsible for undertaking any tasks related to social issues. Both experts (tin mining and social affairs) will : Undertake assessment of the draft RPJMD to identify its consistency with the application of the justice principle and provide recommendations for improvement of draft RPJMD. Do the analysis for environmental, social and economic parameters for the key issues (incl. past trends, current status and future development) of environmental, social and economic analysis of the key issues Develop baselines trends analysis can be summarized in a table form34. Analysis of past trends and current situation Key issue: Description of: An overall context of the issue addressed (i.e. original and natural potentials and constrains including a summary of the basic facts such as volumes, acreage, etc. accompanied by a short commentary on their importance from the international, national, provincial, and/or local point of view) Analysis of the past trend (e.g. how has the situation evolved so far, whether the trend is improving or worsening, whether it reaches any critical bottom-lines or turning points, etc.) Factors (drivers) that positively or negatively affect this trend or that limit the trend (including references to any relevant strategic documents or major projects). The key problems and/or geographic areas of specific concern Likely future trends without RPJM implementation Main factors (drivers) likely influencing future trends Outline key factors that may in the future positively or negatively influence the future trend in this issue without implementation of the plan or programme. These may include: market drivers; other PPPs approved; major projects. Likely expected positive or negative impacts of these factors on the given trend

For each of these factors , describe how it may impact the trend: What is the risk/impact? Why will it happen what will cause it? How likely is this risk/impact? What are uncertainties? Can this impact be reduced or mitigated? Is has to be clear on what basis the above statements were made (calculations, examples, references to international and national literature, maps, graphs)

Summary of key trends without RPJM implementation Summary of information and data provided above explaining: What will be the worst-case or best-case situation without the implementation of the plan? Who will benefit and who will loose as a result of these changes? What are the main recommendations for the planning process? Develop alternative solutions Develop recommendations

96 | P a g e

LAMPIRAN 5 : Pertemuan Lanjutan (termasuk dalam setiap notulensi event report) LAMPIRAN 6 : Rancangan Awal RPJMD Provinsi Kep. Bangka Belitung 20132017
I. Misi Kepala Daerah Terpilih Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Dalam upaya untuk mencapai visi pembangunan di atas, maka ada 5 (lima) misi pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013 2017, yaitu: a. Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui penguatan kapasitas lembaga ekonomi rakyat untuk menciptakan sentra-sentra pembangunan produk unggulan wilayah perdesaan/kecamatan/kabupaten/ kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah bagi mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah dan antarsektoral. b. Pemberdayaan Masyarakat dan peningkatan Kualitas SDM (Society Empowerment) melalui keterlibatan secara aktif masyarakat melalui kemitraan pembangunan desa dan kota secara mandiri c. dengan pemenuhan terhadap kualitas hidup kebutuhan dasar masyarakat tata ruang Provinsi dengan Kepulauan Bangka Belitung. Peningkatan pengelolaan lingkungan dan pengendalian memperhatikan keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, pemanfaatan SDA pembangunan sarana dan prasarana serta melakukan upaya rehabilitasi, reklamasi dan refungsionalisasi terhadap lahan-lahan kritis menjadi lahan produktif melalui penataan tata ruang yang harmonis sesuai dengan peruntukannya dengan melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat secara terpadu dan bersinergi. d. Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh untuk meningkatkan daya saing daerah dan memperkuat pondasi ekonomi daerah dalam rangka menghadapi era globalisasi dan keterbukaan persaingan global. e. Perwujudan good governance dan clean government melalui penciptaan etos kerja dan kualitas pelayanan birokrasi dengan penguatan kelembagaan dan penyusunan Peraturan Daerah yang berkualitas bagi pelayanan masyarakat Bangka Belitung. II. Tabel SWOT Tabel 6.1 Analisis Faktor Internal dan Ekternal untuk Perumusan Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Internal Kekuatan: a. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah daerah kepulauan yang terletak di posisi strategis, yakni menjadi lintasan bagi Peluang: a. Pengembangan kawasan pelabuhan bertaraf nasional dan internasional bagi jalur perdagangan lokal dan global. Eksternal

97 | P a g e

Internal pelayaran nasional yang dapat menjadi penghubung bagi pelabuhan-pelabuhan utama di kawasan Indonesia bagian Barat. Gugusan Kepulauan Bangka Belitung menjadi lintasan pelayaran antara Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Kepulauan Riau. b. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga adalah daerah yang kaya dengan sumber daya alam, seperti timah, pasir kuarsa, granit, dan sebagainya. Provinsi ini juga memiliki potensi perikanan darat dan laut yang relatif besar. c. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki potensi keindahan alam yang dapat menjadi kekuatan ekonomi baru dengan pengembangan industri pariwisata. d. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi baru yang sedang tumbuh sebagai kawasan baru yang potensial. e. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki jumlah penduduk yang relatif harmonis di tengah pluralitas yang damai dalam prinsip Serumpun Sebalai. Kelemahan: a. Kondisi geografis berupa kepulauan menjadikan provinsi ini memiliki keterbatasan dalam akses antardaerah. Keterbatasan moda transportasi antardaerah menyulitkan akses antara dua pulau besar, yaitu Bangka dan Belitung, juga pulau-pulau disekelilingnya. b. c. d. e. f. Ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan. Banyaknya lahan-lahan bekas tambang dan lahan yang tidak produktif. Masih tingginya kesenjangan antara desakota. Minimnya koordinasi antar pemerintah daerah dan antar stakeholders. Belum optimalnya pengelolaan pariwisata sebagai alternatif baru pertumbuhan ekonomi b. Ancaman: a. e. d. c. b.

Eksternal Pengembangan industri hilir bagi berbagai kekayaan alam daerah yang selama ini belum tergarap optimal. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berpeluang untuk menjadi kawasan industri baru. Pengembangan dunia pariwisata sebagai alternatif pengembangan ekonomi masyarakat pasca timah. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berpeluang untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara. Alih fungsi lahan bekas tambang sebagai lahan produktif dan sebagai lokasi penelitian dan lahan rekayasa sosial. Peluang untuk muncul sebagai daerah yang strategis, cepat tumbuh, dan berdaya saing tinggi.

Krisis lingkungan dan ekspansi pertambangan yang tidak pro lingkungan. Kerawanan sosial, seperti penyelundupan, narkoba, perdagangan anak, dan daerah transit kejahatan lainnya

98 | P a g e

Internal masyarakat.

Eksternal

g.

Sistem birokrasi daerah yang relatif belum efisien dan efektif dengan patologi birokrasi yang cenderung masih mengakar. Masih perlu reformasi birokrasi secara berkelanjutan.

III. Misi I:

STRATEGI PER MISI Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui penguatan kapasitas lembaga ekonomi rakyat untuk menciptakan sentra-sentra pembangunan produk unggulan wilayah perdesaan/kecamatan/kabupaten/ kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah bagi mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah dan antarsektoral.

Strategi Pembangunan: 1. meningkatkan dan memajukan usaha kecil menengah dengan menambah akses permodalan kepada masyarakat, meningkatkan bantuan teknis dalam aspek pengembangan produk dan pemasaran, melaksanakan kebijakan pemihakan untuk memberikan ruang usaha bagi pengusaha kecil dan menengah, serta menjaga fungsi, keberadaan serta efisiensi pasar tradisional, dengan arah kebijakan: a. b. c. d. e. f. g. h. i. 2. pengembangan kelembagaan Koperasi dan UMKM dan kelembagaan ekonomi lainnya perluasan aksesibilitas permodalan melalui kredit usaha dan bantuan modal bagi masyarakat peningkatan kapasitas produksi produk unggulan daerah melalui penerapan IPTEK dan peningkatan prasarana sarana pendukung produksi peningkatan sistem dan jaringan distribusi barang, pengembangan pasar dalam dan luar negeri serta kerjasama perdagangan promosi produk - produk unggulan daerah peningkatan ketahanan pangan daerah pemanfaatan potensi sumber daya hutan peningkatkan DBH di sektor tambang dalam pengembangan perekonomian di Babel Pengembangan program CSR/CD dalam mendukung perekonomian Bangka Belitung

Mempersiapkan SDM sebagai syarat utama berkembangnya ekonomi kerakyatan, dengan arah kebijakan: a. Peningkatan kapasitas SDM

3. Upaya pemberdayaan yang diarahkan kepada usaha skala mikro dan kecil, yaitu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang berpendapatan rendah, dengan arah kebijakan: a. fasilitasi pengembangan usaha penangkapan ikan, pembudidaya ikan dan pemberdayaan nelayan serta pembudidaya ikan skala kecil se-Babel

99 | P a g e

b. c.

meningkatkan aksesibilitas pangan baik akses pangan perdesaan dan perkotaan pengembangan ruang usaha kecil dan menengah dalam mendukung konversi Mitan ke LPG 3 Kg.

4. Pengembangan desa mandiri yang dirancang sebagai pusat pertumbuhan baru, dengan arah kebijakan: a. b. c. d. e. f. g. h. pembentukan OVOP pengembangan komoditas unggulan daerah sebagai ikon produk pertanian provinsi kepulauan Bangka Belitung pengembangan desa mandiri pangan. pengembangan kawasan integrasi ternak dan tanaman. penanganan daerah rawan pangan pengembangan Desa Mandiri Energi dalam rangka penyediaan energi di desa terpencil peningkatan produktivitas dan pemerataan pemanfaatan energi dan penggunaan energi baru terbarukan; Penyediaan data dan informasi potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah

Misi II:

Pemberdayaan Masyarakat dan peningkatan Kualitas SDM (Society Empowerment) melalui keterlibatan secara aktif masyarakat melalui kemitraan pembangunan desa dan kota secara mandiri dengan pemenuhan terhadap kualitas kebutuhan dasar masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Strategi Pembangunan: 1. Harmonisasi dan integrasi program-program yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat, melalui kebijakan: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Kebijakan peningkatan Pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan, peningkatan kualitas pemerintahan desa/ kelurahan dan penguatan kapasitas kelembagaan desa/kelurahan; Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan penanggulanggan bencana; Peningkatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dalam pembangunan yang setara dan berkeadilan gender; Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender; pemeliharaan kamtibmas melalui kemitraan antara masyarakat dengan aparat penegak hukum; pemassalan olahraga dan pembinaan prestasi olah raga; Peningkatan Kerukunan Bermasyarakat, Beragama, Berbangsa dan Bernegara; peningkatan kualitas pengamalan agama yang berbasis budaya; Penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) dan Berbasis Masyarakat; Peningkatan Peran Masyarakat di daerah tujuan Wisata; Penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) dan Berbasis Masyarakat pada setiap jenjang Pendidikan; Peningkatan Peran Masyarakat di daerah tujuan Wisata;

100 | P a g e

m. Peningkatan kreatifitas dan apresiasi masyarakat terhadap karya seni dan film; n. o. p. Peningkatan kesadaran dan pemahaman multikultur serta kearifan lokal; Peningkatan Kesadaran dan Pemahaman Sejarah serta Penguatan jati Diri dan Karakter Bangsa; Peningkatan ketahanan dan apresiasi budaya; 2. Menyusun kebijakan terkait dengan peningkatan derajat hidup masyarakat, melalui arah kebijakan: a. b. c. d. e. f. pengembangan budaya membaca dan menulis, serta pembinaan perpustakaan; Peningkatan SDM Kearsipan, Sadar Arsip dan Pelayanan Kearsipan Berbasis Teknologi Informasi; percepatan derajat kesehatan masyarakat; pengembangan pelayanan rumah sakit yang prima, terjangkau dan merata sesuai standar; Peningkatan layanan pendidikan disemua jenjang pada masyarakat; pemberdayaan Koperasi dan UMKM;

3. Pemenuhan terhadap kualitas tenaga pengajar, tenaga kesehatan serta rasio yang seimbang dengan jumlah masyarakat., melalui arah kebijakan: a. b. peningkatan kualitas pendidikan, baik mutu pendidikan, tenaga pendidik, sarana prasarana maupun system dan manajemen pendidikan; pemenuhan terhadap kualitas tenaga kesehatan dengan rasio yang seimbang dengan jumlah masyarakat 4. Mewujudkan kualitas Jamkesmas, beasiswa untuk siswa kurang mampu, raskintis, melalui arah kebijakan: a. b. c. peningkatan alokasi beasiswa semua jenjang pendidikan bagi pelajar/mahasiswa kurang mampu; Pemberian beras gratis kepada masyarakat miskin; peningkatan pembiayaan dan kualitas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas);

5. Menciptakan program perlindungan dan bantuan social serta lapangan pekerjaan, melalui arah kebijakan: a. b. c. d. e. f. g. h. i. meningkatkan pemberdayaan, dan PSKS; meningkatkan kewirausahaan dan kelembagaan koperasi dan UMKM; Peningkatan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja Untuk Mencetak TK dan Wirausaha baru yang berdaya saing; Perluasan Penciptaan Kesempatan Kerja dan Penempatan Tenaga Kerja baik di dalam maupun d luar negeri; Pengelolaan Iklim Kerja yang Kondusif Melalui Hubungan Industrial yang harmonis; Peningkatan Intensitas dan Kualitas Pengawasan Tenaga Kerja, K3, Serta Penegakan Hukum; Revitalisasi Balai Latihan Kerja Industri; pemberdayaan, pengembangan kepemimpinan dan kewirausahaan pemuda; peningkatan Pendidikan kewirausahaan di SMK dan PNF rehabilitasi, perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS

101 | P a g e

6. Penyusunan a. b. c. d. e. Misi III:

program

penanggulangan

kemiskinan

yang

merupakan

kebijakan

multisektoral/multibidang, melalui arah kebijakan: penanggulangan kemiskinan dan kelompok rawan sosial sector; peningkatan perencanaan dan koordinasi terhadap terhadap seluruh program penanggulangan kemiskinan; peningkatan kulitas pengembangan transmigrasi; pengembangan dan Pemanfaatan SDA Pedesaan dan Sistem Pengembangan ekonomi Wilayah Transmigrasi; Pemberdayaan masyarakat Transmigrasi dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang dengan memperhatikan keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, pemanfaatan SDA pembangunan sarana dan prasarana serta melakukan upaya rehabilitasi, reklamasi dan refungsionalisasi terhadap lahan-lahan kritis menjadi lahan produktif melalui penataan tata ruang yang harmonis sesuai dengan peruntukannya dengan melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat secara terpadu dan bersinergi. Strategi Pembangunan: 1. Pengendalian Pencemaran Lingkungan, melalui arah kebijakan pengendalian pencemaran lingkungan untuk mengurangi tingkat pencemaran.. 2. Pengeloaan sumber daya alam, melalui arah kebijakan Pengelolaaan sumber daya alam untuk mengendalikan sampah dan lahan perkotaan. 3. Peningkatan Kualitas serta Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, melalui arah kebijakan Pengelolaaan sumber daya alam yang ramah lingkungan Lingkungan Hidup. 4. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, melalui arah kebijakan mengkoordinasikan perencanaan, pemanfaatan , pengawasan dan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan nilai-nilai lokalitas untuk mengendalikan dampak lingkungan. 5. Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, melalui arah kebijakan: a. b. Pemanfaatan lahan agar menjadi kawasan produktif dan ekonomis untuk melindungi kerusakan SDA; Percepatan rehabilitasi lahan kritis di darat dan laut desertai dengan pengawasan yang ketat untuk meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan 6. Pengembangan dan Pembangunan berbasis wilayah/spasial dan sektoral dalam sinergi pusat dan daerah, melalui arah kebijakan mengkoordinasikan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan nilainilai lokalis untuk mencegah dampak negatif lingkungan akibat pemanfaatan ruang. berkonsep pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan akses dan informasi Sumber Daya Alam dan dengan sinergisitas semua

102 | P a g e

Misi IV:

Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh untuk meningkatkan daya saing daerah dan memperkuat pondasi ekonomi daerah dalam rangka menghadapi era globalisasi dan keterbukaan persaingan global.

Strategi Pembangunan: 1.Mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah perdesaan dan daerah terpencil, melalui arah kebijakan: a. b. c. d. e. Percepatan pembangunan infrastruktur di daerah pesisir, terpencil dan pulau-pulau kecil; Pengembangan infrastruktur yang mendukung program SATAM EMAS (satu kecamatan satu milyar); Pemerataan akses teknologi dan informasi sampai ke daerah pesisir, terpencil dan pulaupulau kecil; Pemenuhan energi di pulau-pulau kecil. Pemenuhan secara bertahap transportasi antarpulau

2.Peningkatan pelayanan infrastruktur dalam mendukung daya saing sector riil, melalui arah kebijakan: a. b. peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur guna mendukung daya saing sektor rill; pembangunan infrastruktur energi listrik dan pengembangan berbagai energi alternatif;

3.Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) melalui arah kebijakan Kerjasama pemerintah dan swasta dalam pembangunan infratruktur. 4.Pengembangan dan percepatan pengembangan infrastuktur di kawasan strategis dan cepat tumbuh melalui: a. b. pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh yang tersebar di kabupaten/kota; Pengembangan Pangkalpinang sebagai daerah Metro;

5.Penetapan dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus, melalui arah kebijakan dukungan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Tg. Berikat (Bangka Tengah) dan Tg. Batu (Belitung). 6.Dukungan terhadap MP3EI (Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) Wilayah Sumatera, melalui kebijakan: a. b. pelaksanaan program MP3EI diwilayah Sumatera; Pengembangan pembangunan infrastruktur dan revitalisasi perhubungan darat, laut dan udara, dan modernisasi moda trasportasi untuk membuka akses antar pulau, antar provinsi; c. d. e. 7. Pengembangan Bandara Depati Amir menjadi Bandara Internasional Paling lambat tahun 2017; Pengembangan Tj. Ular dan Tg. Kalian (Muntok - Bangka Barat) sebagai Kawasan Perhatian Industri Rintisan pengembangan Trans Bangka Belitung (Sumatera Bangka Belitung Kalimantan). Mendorong percepatan pertumbuhan wilayah-wilayah potensial, melalui arah kebijakan:

103 | P a g e

a. b. c. d. e. f. g.

percepatan pembangunan infrastruktur wilayah kepulauan dan kawasan pariwisata dengan keunggulan lokal; Perwujudan Pulau Belitong sebagai daerah pariwisata; Pengembangan Desa Nyelanding - Kabupaten Bangka Selatan sebagai desa pariwisata; perencanaan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang professional, akunTabel dan transparan; mempercepat pertumbuhan wilayah-wilayah potensial lainnya di Bangka Belitung; Rintisan Pelabuhan Tanjung Berikat - Tanjung Batu; peningkatan dan pengembangan kawasan KTM Batu Betumpang.

Misi V:

Perwujudan good governance dan clean government melalui penciptaan etos kerja dan kualitas pelayanan birokrasi dengan penguatan kelembagaan dan penyusunan Peraturan Daerah yang berkualitas bagi pelayanan masyarakat Bangka Belitung.

Strategi pembangunan yaitu: 1. Penataan kelembagaan pemerintahan dan kepegawaian yang efektif dan efisien, melalui arah kebijakan: a. b. c. 2. Penguatan Kelembagaan pemerintahan dan kepegawaian yang berbasis Standar Pelayanan Minimal Peningkatan pelayanan publik yang prima, akuntabel , dan transparan Peningkatan Penegakan peraturan kepegawaian secara tegas dengan menerapkan sistem "reward and punishment" Penyusunan Peraturan Daerah yang berkualitas dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, melalui arah kebijakan penyusunan Peraturan Daerah dengan melibatkan partisipasi masyarakat 3. Tegaknya rule of law dengan adanya kepastian hukum yang dimulai dari proses pembuatan, penjabaran, 4. pengawasan, hingga penegakan aturan hukum, melalui arah kebijakan peningkatan kontrol lembaga non-pemerintah untuk mengawasi kinerja Penerapan sistem perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja secara menyeluruh melalui arah kebijakan Percepatan penerapan sistem perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja secara menyeluruh.

104 | P a g e

IV.

TABEL INDIKASI PROGRAM

1. Indikasi Rencana Program dan Pendanaan Untuk Mewujudkan Misi 1 Program Pembangunan 2013 (1) Program Peningkatan (2) 8.970 Pagu Dana Tahun Ke- (juta rupiah) 2014 (3) 10.125 2015 (4) 38.450 2016 (5) 11.760 2017 (6) 12.125 SKPD Penanggung Jawab (7) Dinas Koperasi dan KUMKM Program Sistem Pengembangan Pendukung Usaha 13.760 14.760 15.675 15.800 16.260 Dinas Koperasi dan KUMKM 4.250 4.575 4.990 5.325 5.690 Dinas Koperasi dan KUMKM

Kualitas Kelembagaan

Bagi Usaha Kecil Menengah Program Pengembangan dan

Kewirausahaan

Keunggulan Kompetitif Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi Program Pengembangan SDM Koperasi dan UMKM 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250

Dinas Koperasi dan KUMKM

Program Investasi Program Promosi Investasi

Peningkatan

Iklim

1.700

1.850

2.100

2.250

2.500

BKPMD

Peningkatan dan Kerjasama

8.425

8.855

10.260

10.695

11.075

BKPMD

Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah Program satu pintu Program Sosial Pemberdayaan Masyarakat Peningkatan

1.775

1.795

1.990

2.155

2.275

BKPMD

1.590

1.815

2.015

2.285

2.440

BKPMD

pelayanan perizinan terpadu

7.500

7.500

7.500

7.500

7.500

BPMPD

Budaya

dan Usaha Ekonomi Desa

105 | P a g e

Program Pembangunan 2013 (1) Program Pengembangan (2) 1.715

Pagu Dana Tahun Ke- (juta rupiah) 2014 (3) 2.725 2015 (4) 3.050 2016 (5) 3.535 2017 (6) 3.585

SKPD Penanggung Jawab (7) Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Industri Kecil dan Menengah

Program Sentra Potensial -

Pengembangan sentra Industri

200

250

250

300

350

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Program Penataan Struktur Industri

400

500

500

500

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Program Industri Agro) Program Perdagangan

Pengembangan Berbasis Sumber

530

605

630

720

770

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Daya Alam (Agro dan Non

Perlindungan

710

745

780

790

800

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Konsumen dan Pengamanan

Program Negeri

Peningkatan

425

630

780

895

1.030

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Efisiensi Perdagangan Dalam

Program Penerapan

Peningkatan Teknologi

2.200

500

1.700

500

500

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

Pertanian/Perkebunan

Program Produksi

Peningkatan

Hasil

950

950

950

950

950

Dinas Pertanian, Perkebunan

Pertanian/Perkebunan

106 | P a g e

Program Pembangunan 2013 (1) (2)

Pagu Dana Tahun Ke- (juta rupiah) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7) dan Peternakan

Program Pemasaran Peternakan

Peningkatan Hasil Produksi

2.000

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

Program Ternak

Pencegahan

dan

850

850

850

850

850

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

Penanggulangan

Penyakit

Program

Peningkatan

2.000

2.000

2.000

2.000

2.000

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

Produksi Pertanian

Program Ketahan Pangan

Peningkatan

75

75

75

75

75

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan

4.200

4.425

4.850

5.125

5.200

Badan Ketahanan Pangan

Program

Pemanfaatan

650

650

750

900

1.000

Dinas Kehutanan

Potensi Sumberdaya Hutan

Program

Pengembangan

6.730

7.256

8.651

10.052

10.954

Dinas Kelautan dan Perikanan

Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil Kelautan dan

107 | P a g e

Program Pembangunan 2013 (1) Perikanan (2)

Pagu Dana Tahun Ke- (juta rupiah) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

Program

Pengembangan,

750

1.000

1.200

1.400

1.600

Dinas Kelautan dan Perikanan

Pengolahan dan Pemasaran Produk Hasil Kelautan dan Perikanan Program Pengembangan 5.880 11.000 11.085 11.485 10.855

Dinas Kelautan dan Perikanan

Perikanan Tangkap

Program

Pengembangan

7.430

9.125

11.550

14.800

17.179

Dinas Kelautan dan Perikanan

Perikanan Budidaya

Program Bumi

Pembinaan

dan

400

500

300

300

300

Dinas Pertambangan dan Energi

Pengawasan Minyak dan Gas

Program

Pembinaan

dan

315

325

335

345

370

Dinas Pertambangan dan Energi

Pengusahaan Tanah

Perusahaan

Mineral, Panas Bumi dan Air

Program

Pembinaan

dan

9.700

9.960

9.800

9.850

9.900

Dinas Pertambangan dan Energi

Pengembangan Ketenagalistrikan Program Pembinaan dan Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan kehutanan, Pelaku Utama dan Pelaku 1.711 1.531 1.551 1.556 1.771

Sekretariat Bakorluh

108 | P a g e

Program Pembangunan 2013 (1) Usaha Program Peningkatan Kapasitas SDM Penyuluhan Pertanian, perikanan dan Kehutanan, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha Program Peningkatan Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Program Pengembangan Kemitraan 750 3.792 5.319 (2)

Pagu Dana Tahun Ke- (juta rupiah) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

5.345

5.350

5.355

5.360

Sekretariat Bakorluh

3.812

3.812

3.812

3.812

Sekretariat Bakorluh

800

850

900

1.000

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata

600

700

750

800

900

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Program Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan IPTEK

600

650

700

800

900

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Program Ekonomi Kreasif Berbasis Seni dan Budaya

600

700

750

800

900

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Program Penguatan Kapasitas Kelembagaan Perekonomian Pemerintah Daerah Program Perencanaan

840

990

1.140

1.090

1.090

Biro Ekonomi

890

1.120

1.475

1.890

1.475

Bappeda dan

109 | P a g e

Program Pembangunan 2013 (1) Pembangunan Ekonomi (2)

Pagu Dana Tahun Ke- (juta rupiah) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7) Statistik

2. Tabel 8.2 Indikasi Rencana Program dan Pendanaan Untuk Mewujudkan Misi 2 Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) Program Peningkatan Penyelenggaraan Pemerintah desa/Kelurahan dan Keuangan Desa/Kelurahan Program Peningkatan Lembaga Kemasyarakatan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa/kelurahan Program Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat dan Usaha Ekonomi Desa/kelurahan Program Pengelolaan SDA Desa/kelurahan dan Pengembangan TTG Program Raskintis Program Dukungan Manajemen dan 15.000 3.000 15.000 3.100 15.000 3.200 15.000 3.300 15.000 3.400 Seluruh SKPD 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 7.500 7.500 8.000 8.000 8.000 10.000 10.000 15.000 20.000 25.000 5.000 6.000 6.000 6.250 6.500 BPMPD (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6) SKPD Penanggung Jawab (7)

110 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) Pelaksanaan Tugas Lainnya Program Pencegahan dan Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Program Penyediaan Logistik/Peralatan dan Tanggap Darurat Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Program Pemberdayaan Lembaga Masyarakat dan Pengarusutamaan Gender Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan Program Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak Program Pemberdayaan Keluarga dan Keluarga Berencana Program Rehabilitasi Sosial Program perlindungan dan Jaminan sosial Progaram Pemberdayaan sosial dan penanggulangan kemiskinan Program Peningkatan Kompetensi dan 104.608 92.412 127.804 99.436 52.560 3.450 3.460 3.500 3.600 3.416 2.420 2.250 2.450 1.950 2.100 250 1.000 1.00 1.210 1.331 164 840 1.004 1.104,40 1.214,84 538,83 586,73 645,40 709,94 780,93 2.400 2.200 2.350 2.600 2.900 5.543 6.310 9.885 7.784 8.491 17.720 11.470 10.970 11.270 18.020 (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

BPBD

BPPPAKB

175

305,94

518,53

587,19

642,21

Dinkeso

1.320

1.475

1.400

1.400

1.400

Disnakertrans

111 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) Produktivitas TK Program Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Program Pengembangan HI dan Jamsostek Program perlindungan tenaga kerja dan pengembangan sistem pengawasan ketenagakerjaan Program Revitalisasi BLKI Program Perencanaan Tenaga Kerja Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi Program Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Program Pembinaan dan Pengembangan Kearsipan Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Kearsipan Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip 500 400 250 210 260 500 720 820 800 850 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500 1.300 3.000 3.000 3.000 3.000 6.052 12.993 21.831 14.729 3.000 26.152 23.103 31.951 24.859 13.140 52.304 46.206 63.902 49.718 26.280 (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

26.152

23.103

31.951

24.859

13.140

100

110

120

130

140

20.000

10.000

10.000

10.000

10.000

BPAD

150

300

350

350

370

112 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) Daerah Program Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Program Pemeliharaan Kantrantibmas dan pencegahan tindak kriminal Program Pemberdayaan Masyarakat untuk menjaga Ketertiban dan Keamanan Program pendidikan politik masyarakat Program Kemitraan Kamtibmas Program Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif KUMKM Program Penciptaan Iklim usaha, Mikro Kecil, Menengah dan Koperasi Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Program Pengembangan sistem pendukung Usaha 122,63 128,76 135,19 141,95 149,06 14.000 14.000 14.000 14.000 14.000 950 1.100 1.200 1.300 1.400 1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 134 135 145 155 165 (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

85

90

95

410

450

Kesbangpol

1.050

1.100

1.200

1.300

1.400

1.000

1.100

1.200

1.300

1.400

KUMKM

3.450

3.450

3.450

3.450

3.450

2.100

2.100

2.100

2.100

2.100

113 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) bagi Koperasi & UMKM (KUMKM) Program perencanaan Sosial Buday Program pembinaan dan pengembangan aparatur Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Program Peningkatan kesejahteraan Petani 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000 428 603 693 626 703 (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

750

800

850

900

950

Bappeda

1.070

990

1.070

970

1.135

BKD & Bandiklat

BKP

Dinas Pertanian & bakorluh

Program Peningkatan produksi hasil pertanian/perkebunan Program Peningkatan produksi hasil peternakan Program pengembangan perikanan tangkap Program pengeloaan dan pengawasan sumberdaya laut, pesisir dan pulaupulau kecil serta sumberdaya perikanan Program pengembangan industtri kecil menengah 5.000 5.500 6.000 6.500 7.000 7.500 8.000 8.500 9.000 9.500

6.000

6.500

7.000

7.500

8.000

10.000

10.500

11.000

11.500

12.000

DKP

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

Disperindag

114 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) Program Pembangunan jalan dan jembatan Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Program Pengembangan Perumahan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular Program Pengembangan Lingkungan Sehat Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Program Upaya Kesehatan Masyarakat Program Perbaikan Gizi Masyarakat Program Kebijakan dan Pembangunan Kesehatan Progran Pengadaan, Peningkatan Sarana Prasarana RS/RSJ/RS Paru/RS Mata Program Pelayanan Keperawatan dan 13.000 14.950 17.192 19.771 22.737 6.833 3.674 3.391 3.306 4.737 715 640 1.270 1.357 1.450 4.739 5.269 4.614 5.147 5.159 7.500 8.000 8.500 9.000 9.500 (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

15.000

15.500

16.000

16.500

17.000

DPU

10.000

11.000

12.000

13.000

14.000

7.500

8.000

8.500

9.000

9.500

Dinkes

2.309

2.655

3.053

3.511

4.039

7.535

9.651

11.150

12.649

14.379

735

845

971

1.117

1.285

250

287

330

380

440

115 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) Kesehatan Lainnya Program Peningkatan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Penunjang balai Labkes Program Pengembangan Sumber Daya Kesehatan Program Bencana Bidang Kesehatan Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia Program Peningkatan Kesehatan ibu melahirkan dan anak Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan Program Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan Program pelayanan kesehatan penduduk miskin Program Pemeliharaan Sarana dan Prasaran RS/RSJ/RSParu/RSMata 548 578 563 580 685 9.000 10.000 10.000 10.000 10.000 865 865 1.602 1.703 1.731 200 250 300 300 300 1.132 1.322 1.532 1.717 1.930 510 587 675 776 893 2.831 3.256 3.744 4.305 4.951 (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

8.65

8.65

1.602

1.703

1.731

100

100

100

100

100

200

250

300

300

350

116 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan Program PAUD Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Program Pendidikan Menengah dan Tinggi Program Pendidikan Non Formal Program Manajemen Layanan Pendidikan Program Peningkatan Peran serta Kepemudaan Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda Program Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Program Pembinaan Generasi Muda Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Olahraga Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga Program Peningkatan Sarana dan Prasarana 750 410 670 430 690 200 200 200 200 200 600 600 600 600 600 (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

1.109

660

725

800

1.177

26.063

27.905

29.845

31.882

36.717

Dindik

10.1021

10.5569

11.8471

12.9107

13.3835

71.494

70.293

72.491

64.552

68.572

10.700

10.935

11.181

11.440

11.712

700

972,5

1.046,12

1.125,93

1.212,47

2.000

2.300

2.300

2.300

2.300

Dispora

1.200

1.200

1.200

1.200

1.200

7.540

6.090

7.940

6.540

7.940

60.9600

21.1650

11.8750

17.6000

49.2500

117 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) Olahraga Program Pengembangan Destinasi Pariwisata 5.000 5.100 5.200 5.300 5.400 (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Program Pengembangan Kemitraan Program Pengembangan Nilai-nilai Budaya Program Pengelolaan Keragaman Budaya Program Pengelolaan Kekayaan Budaya Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya Program Pelestarian Cagar Budaya dan Pemuseuman Program Pembinaan Seni dan Perfilman Program Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Program Pembinaan Sejarah dan Nilai Budaya Program Pembinaan Generasi Muda Program Peningkatan Pengamalan terhadap

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

4.000

4.100

4.200

4.300

4.400

750

800

850

900

950

750

750

750

750

750

500

550

600

650

700

1.500

2.000

2.500

2.750

3.000

600

650

700

750

800

350

400

450

500

550

500

550

600

670

700

400

500

500

600

600

Biro Kesra

7.250

6.150

8.150

6.850

9.250

118 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke-(juta rupiah) Program Pembangunan 2013 (1) Kehidupan Beragama Program Pembinaan terhadap lembaga keagamaan dan sosial Program Bantuan terhadap tempat-tempat ibadah Program Pembinaan Mental, Akhlak dan Etika Program Pembinaan Kerukunan Umat Beragama Program Pengembangan Nilai Budaya 2.715 2.730 2.990 3.000 3.500 (2) 2014 (3) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung Jawab (7)

600

1.000

1.200

1.500

1.500

500

600

650

700

750

750

800

850

900

950

650

700

750

800

850

3. Tabel 8.3 Indikasi Rencana Program dan Pendanaan Untuk Mewujudkan Misi 3 Pagu Dana Tahun Ke- (dalam juta) Program Pembangunan (1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan Program Peningkatan Pengendalian Polusi Program Peningkatan Kualitas serta Akses Informasi SDA dan LH 300 300 1.450 300 300 1,500 300 350 1,550 150 350 1,600 150 350 1,750 Dishut BLHD 750 1.000 1.250 1.500 1.750 BLHD 400 4.500 400 4.500 200 4.500 200 4.500 200 4.500 BLHD Dinas PU 2013 (2) 3.450 2014 (3) 3.450 2015 (4) 3.900 2016 (5) 4.200 2017 (6) 4.550 SKPD Penanggung Jawab (7) BLHD

119 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke- (dalam juta) Program Pembangunan (1) Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam Program pembinaan dan Pengusahaan Mineral, Panas bumi dan Air Tanah Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan Program Peningkatan Fungsi dan Daya dukung DAS berbasis Pemberdayaan Masyarakat Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan Program perlindungan dan konservasi SDA Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Program pengelolaan ruang terbuka hijau 3.000 Program Perencanaan Tata Ruang Program Pemanfaatan Ruang Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang Program Pengelolaan dan Pengawasan Sumberdaya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta Sumber Daya Perikanan 8.267 10.150 11.246 12.504 14.022 900 1.100 7,600 2.300 7,100 1.800. 5,600 1.300 4,600 1.300 31000 3.000 21,300 1.500 18,100 3.000 17,200 0 14,050 6.000 20.000 20.000 15.000 15.000 1.000 250 1.000 1,000 500 200 1,000 600 200 1.000 700 200 1,000 800 3.000 2.400 2.100 2.350 2.100 2.400 350 1.000 250 250 250 250 150 170 150 150 150 450 325 335 350 375 2013 (2) 800 2014 (3) 300 2015 (4) 300 2016 (5) 300 2017 (6) 300

SKPD Penanggung Jawab (7) Bappeda dan Statistik Distamben

Distamben

Dishut

Dinas Kehutanan Dishut

Bappeda dan Statistik Dinas PU BLHD Dinas PU Dinas PU Dinas PU DKP

120 | P a g e

4. Tabel 8.4 Indikasi Rencana Program dan Pendanaan Untuk Mewujudkan Misi 4 Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta rupiah) SKPD Program Pembangunan 2013 2014 2015 2016 2017 Penang gung Jawab (1) Program Pengembangan Lingkungan Sehat (2) 1.200 (3) 1.200 (4) 900 (5) 900 (6) 850 (7) Dinas Kesehat an Program Pembangunan Jalan dan Jembatan 213.3 80 252.0 00 278.0 00 305.0 00 325.0 00 Dinas Pekerja an Umum Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan 50,47 9 55,52 7 61,08 0 67,18 8 73,90 6 Dinas Pekerja an Umum Program pembangunan sistem informasi/database jalan dan jembatan 1,650 625 1,775 1,925 1,100 Dinas Pekerja an Umum Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan 18,00 0 3,000 3,550 1,850 1,550 Dinas Pekerja an Umum Program tanggap darurat jalan dan jembatan 1,150 1,150 1,150 Dinas Pekerja an Umum Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya Program penyediaan dan pengelolaan air baku 6,000 12,00 0 18,00 0 24,00 0 30,00 0 14,00 0 17,00 0 20,00 0 25,00 0 30,00 0 Dinas Pekerja an Umum Dinas Pekerja an Umum Program pengembangan, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air 5,000 7,000 9,000 11,00 0 12,00 0 Dinas Pekerja

121 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta rupiah) SKPD Program Pembangunan 2013 2014 2015 2016 2017 Penang gung Jawab (1) lainnya Program pengendalian banjir 24,56 4 17,50 0 12,95 8 16,00 0 13,00 0 (2) (3) (4) (5) (6) an Umum Dinas Pekerja an Umum Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan 34.50 0 34.50 0 35.00 0 37.00 0 40.00 0 Dinas Pekerja an Umum Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh 4,500 4,500 4,500 4,500 4,500 Dinas Pekerja an Umum, Bapped a dan Statistik Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah 3,000 3,000 3,000 3,000 3,000 Dinas Pekerja an Umum, Bapped a dan Statistik , Dinas Sosial Program Pengembangan Perumahan 4,050 4,050 4,050 4,050 4,050 Dinas Pekerja an Umum, Bapped a dan Statistik , Dinas (7)

122 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta rupiah) SKPD Program Pembangunan 2013 2014 2015 2016 2017 Penang gung Jawab (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sosial Program Lingkungan Sehat Perumahan 7,000 7,000 7,000 7,000 7,000 Dinas Kesehat an, Dinas Pekerja an Umum Program pemberdayaan komunitas perumahan 17,50 0 17,50 0 17,50 0 17,50 0 17,50 0 Dinas Pekerja an Umum, Dinas Sosial Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial 1,050 1,050 1,050 1,050 1,050 Dinas Pekerja an Umum, Dinas Sosial Program Pengelolaan Kekayaan Budaya 1,250 ,000 1,400, 000 1,500 ,000 1,550 ,000 1,600, 000 Dinas Kebuda yaan dan Pariwisa ta Program pembinaan dan pengembangan bidang ketenagalistrikan 5,400 ,000 58,50 0,000 5,400 ,000 8,300 ,000 30,50 0,000 Dinas Pertamb angan dan Energi Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh Program Kerjasama Pembangunan Program Penguatan Kapasitas Kelembagaan 450 840 450 900 500 1.020 500 1.050 500 1.090 400 750 500 500 700 Bapped a Bapped a Bapped

123 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta rupiah) SKPD Program Pembangunan 2013 2014 2015 2016 2017 Penang gung Jawab (1) Pengawasan Pembangunan Daerah (2) (3) (4) (5) (6) (7) a dan Statistik , Biro Pemban gunan, Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah Program pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan Program rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ Program peningkatan pelayanan angkutan 1.800 1850 4.000 2.500 3.900 3.150 600 550 500 5,200 4.200 15.00 0 700 600 9.000 Dinas Perhubu ngan Dinas Perhubu ngan Dinas Perhubu ngan Program peningkatan sarana dan prasarana perhubungan Program pengembangan destinasi wisata 17.43 0 2,750 . 41.75 0 2,950. 31.00 0 3,100 ,. 25.00 0 3,250 . 17.00 0 3,450. Dinas Perhubu ngan Dinas Kebuda yaan dan Pariwisa ta Program Pembangunan Kawasan Transmigrasi 10.30 0 11.00 0 12.10 0 12.40 0 12.70 0 Dinas Tenaga Kerja dan Transmi grasi, Dinas PU, Dinas 800 850 1.200 1.200 1.300 1.300 1.500 DISKO MINFO BKPMD

124 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta rupiah) SKPD Program Pembangunan 2013 2014 2015 2016 2017 Penang gung Jawab (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kesehat an , Dinas Pendidik an

5. Tabel 8.5 Indikasi Rencana Program dan Pendanaan Untuk Mewujudkan Misi 5 Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta Program Pembangunan 2013 (1) Prog. Peningkatan Kapasitas lembaga Perwakilan Rakyat daerah Prog. Peningkatan pelayanan kedinasan Kepala Daerah/wakil kepala daerah 5.500 6.000 6.500 7.500 8.000 (2) 4,000 2014 (3) 4,415 rupiah) 2015 (4) 4,420 2016 (5) 4,625 2017 (6) 5,750 SKPD Penanggung jawab (7) Biro Hukum, Sekretariat DPRD Biro Umum dan Perlengkapan , Kantor Perwakilan Program Pembinaan dan Pengawasan produk Hukum Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah Prog. Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH Prog. Peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH Program Peningkatan Kapasitas 1,280 1,555 1,460 1,590 1,720 3,850 4,050 4,339 4,656 5,100 Inspektorat, Satpol-PP, Biro Organisasi Biro 450 500 570 570 570 3.500 4.000 4.200 4.300 4.500 Biro Pemerintahan , DPPKAD Inspektorat, Satpol-PP 400 500 600 650 700 Biro Hukum

125 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta Program Pembangunan 2013 (1) Aparatur Pemerintahan Kecamatan, Desa dan Kelurahan Prog. Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan Prog. Penataan dan Penyempurnaan kebijakan sistem dan prosedur pengawasan Program Penyempurnaan Penataan kebijakan dan sistem 180 550 670 180 189 550 700 150 198 250 730 200 208 300 760 150 218 450 790 150 Biro 150 150 605 610 612 613 615 (2) 2014 (3) rupiah) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung jawab (7) Pemerintahan Inspektorat, Badan Diklat, BKD Inspektorat

Organisasi, Inspektorat Inapektorat Biro Pemerintahan Biro Pmerintahan Biro Organisasi 450 650 600 775 925 Biro Organisasi 4,200 4,380 4,400 4,500 4,940 Biro Hukum, Sekretariat Dewan Biro Hukum 500 600 500 650 500 700 500 700 500 750 Biro Hukum Biro Hukum

dan prosedur pengawasan Prog.Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat Program Peningkatan Kerjasama antar Pemerintah Daerah Program Penataan Daerah Otonomi Baru Program pengembangan dan rasionalitas jabatan dalam rangka penguatan reformasi birokrasi Program peningkatan dan perluasan pelayanan publik dalam rangka penguatan reformasi birokrasi Program Pelaksanaan Legislasi Daerah (Prolegda) Prog.Penataan Peraturan Perundangundangan Program Bantuan Hukum Program Pelaksanaan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Program Penataan dan Dokumentasi Hukum Program Sosialiasi Hukum dan Produk Perundang-undangan Program Penataan di bidang 400 420 430 440 450 400 420 430 440 450 400 400 400 500 500

Biro Hukum Biro Hukum Biro Hukum

126 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta Program Pembangunan 2013 (1) administrasi Hukum dan Peraturan Perundang-undangan Program Peningkatan Akuntabilitas Kepala Daerah Program penataan kelembagaan SKPD dalam rangka penguatan reformasi birokrasi Program pengembangan koordinasi dan sikronisasi penataan kelembagaan SKPD Provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka penguatan reformasi birokrasi program penguatan tata kelola SKPD dalam rangka penguatan reformasi birokrasi Program Penyempurnaan dan prosedur Penataan kebijakan pengawasan dan sistem rangka 1,530 32,37 0 2,370 34,35 0 3,960 35,50 0 150 300 300 300 3,090 150 36,10 0 300 3,175 37,20 0 200 300 250 300 300 300 350 Biro 350 425 450 250 220 Biro 320 320 250 250 150 Biro 400 450 400 400 300 647 677 707 737 767 Biro (2) 2014 (3) rupiah) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung jawab (7)

Pemerintahan Biro Organisasi

Organisasi

Organisasi

Organisasi, Inspektorat Biro Pemerintahan Biro Pemerintahan Biro Pemerintahan Biro Pemerintahan Biro Pemerintahan Inspektorat, Badan Diklat, BKD 438 9,140 504 10,37 6 580 9,927 667 10,30 6 767 10,43 3 Badan Diklat, BKD Badan Diklat, BKD

penguatan reformasi birokrasi Program Penataan Administrasi Kependudukan Program pembangunan sistem pendaftaran tanah Program Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah Program Penyelesaian konflik-konflik pertanahan Program Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan Prog. Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan Program Pendidikan Kedinasan Program peningkatan kapasitas

sumberdaya aparatur

127 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta Program Pembangunan 2013 (1) Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur (2) 2.900 2014 (3) 3.450 rupiah) 2015 (4) 3.500 2016 (5) 3.200 2017 (6) 4.250

SKPD Penanggung jawab (7) Badan Diklat, BKD, Sekretariat DPP Korpri

Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan Program pemeliharaan kamtrantibmas dan pencegahan tindak kriminal Program pengembangan wawasan kebangsaan Program kemitraan pengembangan wawasan kebangsaan Program pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Program peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat (pekat) Program masyarakat Program Masyarakat Program pengembangan data/informasi/statistik daerah Ketahanan Ekonomi pendidikan politik

315

505

175

185

BKD, Badan DIKLAT, Biro Pemerintahan

350 320

370 330

400 340

420 350

450 360

Kesbanglinma s Kesbanglinma s

330 340 360

350 360 370

360 380 380

380 390 390

400 400 400

Kesbanglinma s Kesbanglinma s Kesbanglinma s

320 320 330 700

370 370 340 750

390 380 350 800

400 390 350 800

410 400 360 850

Kesbanglinma s Kesbanglinma s Kesbanglinma s Bappeda dan Statistik, Biro Hukum, Sekretariat DPRD

Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan Program Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/Arsip Daerah Program Pemeliharaan Rutin/Berkala Sarana dan Prasarana Kearsipan Program Peningkatan Kualitas

250 500 134 500

300 400 135 720

350 250 145 820

400 210 155 800

450 260 165 850

BPAD BPAD BPAD BPAD

128 | P a g e

Pagu Dana Tahun Ke- (Dalam juta Program Pembangunan 2013 (1) Pelayanan Informasi Kearsipan Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan Program Pembinaan dan Pengembangan Kearsipan 150 300 350 350 370 85 90 95 410 450 (2) 2014 (3) rupiah) 2015 (4) 2016 (5) 2017 (6)

SKPD Penanggung jawab (7)

BPAD BPAD

129 | P a g e

LAMPIRAN 7 : Pra Pelingkupan

Isu Keberlanjutan Deskripsi

Pendidikan

Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO) merilis indeks pembangunan pendidikan (education development index) dalam EFA Global Monitoring Report 2011. Peringkat Indonesia turun pada posisi ke-69 dari 127 negara yang sebelumnya berada pada posisi ke-65. Salah satu penyebab turunnya posisi ini adalah tingginya angka putus sekolah yang mencapai 1,7% dari jumlah anak sekolah dasar35. Dinas Pendidikan Provinsi Babel mencatat pada 2011, dari 413 siswa semua jenjang pendidikan sekolah di Babel yang putus sekolah, angka tertinggi terjadi pada tingkat SMA sederajat sebanyak 207 orang atau 0,41 persen dari 10.432 siswa. Untuk tingkat SD ada sebanyak 81 orang dari jumlah 19.883 siswa putus sekolah. Sedangkan untuk SMP ada sebanyak 125 orang dari total 15.535 siswa. Kecenderungan yang terjadi terkait angka
36

putus

sekolah

adalah

lebih

mempertimbangkan bekerja dibanding sekolah . Sedangkan menurut publikasi TNP2K berdasarkan data tahun 2009, angka putus sekolah umur 7-15 tahun mencapai angka 5,18%, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 1,97%37. Diperlukan informasi yang lebih detil terkait isu tingginya angka putus sekolah terkait dengan lebih tingginya keinginan anak untuk mencari kerja daripada sekolah. Target dan Indikator Isu-Isu penting yang terkait

Tingginya angka putus sekolah karena lebih ingin bekerja di tambang Rendahnya kesadaran untuk menyekolahkan anak Penyebaran guru yang tidak merata Rendahnya kualitas pendidikan

Data dan analisis yang diperlukan untuk tahap berikutnya

Analisis Kecenderungan jumlah murid sekolah 10 tahun terakhir Analisis Kecenderungan anggaran pendidikan 10 tahun terakhri Analisis kecenderungan anak putus sekolah 10 tahun terakhir Analisis kecenderungan anak usia sekolah yang tidak bersekolah Analisis penyebaran tenaga pendidik dan fasilitas pendidikan

35 36

EFA Global Monitoring Report 2011. UNESCO. Bangka Pos. 6 Juli 2011 37 Indikator Kesejahteraan Daerah Provinsi Bangka Belitung. TNP2K. 2011

130 | P a g e

Pemangku kepentingan

Dinas Pendidikan Dinas ESDM Komisi Perlindungan Anak Provinsi Komisi Perlindungan Anak Indonesia TNP2K

Isu Keberlanjutan Deskripsi

Energi

Kebutuhan energi listrik di Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 256 MW sedangkan pasokan energi listrik yang tersedia hanya 170 MW sehingga kekurangan 83 MW . Untuk memenuhi kebutuhan, sudah dikembangkan PLTS, PLTMikro, PLTS-A oleh pemerintah provinsi dan pembangunan 2 unit PLTU oleh pemerintah. Kedua unit PLTU hingga saat ini belum beroperasi hingga defisit listrik masih terjadi. Kebijakan pemerintah tentang energi menyatakan bahwa pada tahun 2025 komposisi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam energi nasional adalah 25%. Beberapa EBT yang dikembangkan adalah EBT air, panas bumi, biomassa, surya, arus laut, bahan bakar nabati dan nuklir. Dan dalam RPJP Indonesia dinyatakan bahwa energi nuklir diharapkan dapat memberikan sumbangan pada sistem energi nasional Kepulauan Bangka belitung tidak terlepas dari kebijakan pemerintah pusat mengenai energi, salah satunya adalah rencana pengembangan PLTN. Pengembangan PLTN dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik nasional untuk mengantisipasi habisnya sumber daya alam batubara sebagai bahan bakar utama PLTU di Indonesia. Menurut Batan, Kepulauan Bangka Belitung ideal untuk dikembangkan PLTN karena secara geologi batuan penyusun kepulauan relatif stabil
39 38

dan juga memiliki batuan Torium sebagai bahan


40

pencampur bahan bakar nuklir yang diperkirakan tersedia 23.000 Ton yang ditemukan bersama-sama dengan batuan timah,ilmenit dan zirkon . Untuk langkah pengembangan PLTN, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten telah menyediakan lahan seluas 850 Ha di Muntok Bangka Barat dan 500 Ha di Premis Bangka Selatan.

38 39

Bangka Pos 12 Maret 2012 www.nppbabel.org 40 www.nppbabel.org

131 | P a g e

Target dan Indikator Isu-Isu penting yang terkait Data dan analisis yang diperlukan untuk tahap berikutnya Pemangku kepentingan

Target EBT 2025 25% Kebutuhan listrik Provinsi Kep. Babel 2012 sebesar 2011 MW Kurangnya suplai tenaga listrik Salah satu lokasi terbaik untuk PLTN Potensi sumber daya energi terbarukan Data kebutuhan riil energi listrik 20 tahun di Kepulauan Bangka Belitung Analisis SIG untuk mengetahui lokasi tapak rencana pengembangan PLTN Rencana pengembangan (Road Map) Energi Listrik Nasional

PLN Bangka Belitung BATAN Dinas Pertambangan dan Energi Dinas Kehutanan Departemen Kehutanan WALHI

Isu Keberlanjutan Deskripsi

Sumber Daya Hutan dan Mangrove

Pada tahun 2003, luas hutan Indonesia mencapai 109 juta hektar, tapi hampir setengahnya mengalami tekanan dan cenderung terdegradasi. Pemanfaatan hutan dan hasil hutan sudah dimulai sejak tahun 1970 dan antara tahun 19972000 laju kerusakan hutan Indonesia mencapai 2,8 juta hektar/tahun atau setara dengan 364 lapangan sepak bola. Menurut Bank Dunia, Indonesia telah melepaskan 300 ton emisi karbon untuk setiap 1 hektar lahan hutan yang dibuka untuk perkebunan . Pada tahun 2011 Pemerintah Indonesia mengeluarkan Inpres No. 10 Tahun 2011 tentang penundaan ijin baru di hutan primer dan lahan gambut (moratorium), namun pelaksanaan di lapangan masih terjadi perusakan hutan dan lahan gambut. Hal ini diduga karena Pemerintah Daerah masih memiliki wewenang untuk mengeluarkan ijin dan tidak menaati moratorium . Salah satu indikator kurang berhasilnya moratorium, diantaranya adalah masih tingginya konflik pertanahan terkait pemanfaatan lahan, dimana pada tahun 2011 terdapat 97 kasus di sektor perkebunan, 36 kasus di sektor kehutanan, 21 kasus di sektor infrastruktur dan 8 kasus sektor pertambangan
43 42 41

41 42

Lembar Fakta WWF Indonesia, 2007. WALHI.Org. 2011. 43 WALHI.Org. 2011.

132 | P a g e

Hutan di Kep. Bangka Belitung berdasarkan data terdiri dari hutan lindung 160.000 Ha, Hutan Konservasi 33.700 Ha, Hutan Produksi 465.600 Ha dengan total 659.500 Ha . Namun dibeberapa media massan dinyatakan bahwa kondisi hutan di Bangka Belitung sudah kritis. Besaran kondisi hutan di kepulauan Bangka Belitung dan dimana sebarannya belum ada informasi yang secara jelas dan gamblang, sehingga memerlukan beberapa tambahan data. Begitu pula informasi mengenai luasan hutan mangrove yang mengalami degradasi di Kep. Bangka Belitung belum tersedia dengan jelas, namun dalam beberapa edisi surat kabar lokal menyatakan bahwa di beberapa tempat seperti Kab. Bangka Barat, kerusakan mangrove akibat penambang telah menyebabkan terjadinya abrasi pesisir . Pemerintah provinsi telah membentuk Kelompok Kerja Mangrove Daerah pada tahun 2010 yang meruoakan bagian dari Kelompok Kerja Mangrove nasional, namun juga belum ada informasi yang valid mengenai usahausaha perbaikan mangrove. Pada tahun 2010 terdapat informasi mengenai rencana pelepasan 216 titik kelompok kawasan hutan seluas 113.864 Ha dan permintaan menjadi kawasan hutan seluas 10.200 Ha, yang di dalamnya terdapat kawasan mangrove. Rencana ini berkaitan dengan penyelesaian RTRW Provinsi Kep. Bangka Belitung . Target dan Indikator Isu-Isu penting yang terkait
46 45 44

Moratorium 2011-2013

Penurunan luas kawasan lindung Apakah masih ada pembukaan lahan di kawasan hutan? Alih fungsi kawasan hutan Penurunan biodiversitas Rusaknya ekosistem mangrove di pesisir

Data dan analisis yang diperlukan untuk tahap berikutnya

Data kawasan hutan (HL, HTI, HP dll) Analisis SIG Perubahan kawasan hutan Kep. Bangka Belitung 10 tahun terakhir Analisis SIG perubahan kawasan Mangrove Kep. Bangka Belitung 10 tahun terakhir Analisis SIG Kawasan pertambangan dengan kawasan hutan

Pemgku kepentingan

Dinas Kehutanan PT Timah Kementerian Kehutanan

44 45

BPKH XIII Pangkal Pinang, 2010 WALHI 46 Beritadaerah.com. 2010

133 | P a g e

WWF Kemen LH POKJA Mangrove Daerah.

Isu Keberlanjutan Deskripsi

Tata Kelola Pemerintahan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tahun 2011 Indonesia masih termasuk ke dalam negara paling korup di dunia , dengan nilai indeks persepsi korupsi sebesar 3 bersama-sama dengan Suriname, Benin, Malawi, Djibouti dan Mexico, bandingkan dengan Malaysia (4,3) dan Singapura (9,2). Temuan BPK tahun 2011 masih menemukan adanya anggaran liar di pemerintah daerah di seluruh Indonesia sebesar 3 Triliun. ICW menyatakan bahwa semakin banyak kepala daerah atau mantan kepala daerah yang terjerat kasus korupsi dan dinyatakan bersalah. Hal ini menunjukkan bahwa tata kelola pemerintahan masih belum mencapai target yang diinginkan. Pengelolaan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di Bangka Belitung nampaknya belum ada karena proses penyusunan RTRW Provinsi Kep. Bangka Belitung pun hingga saat ini masih dalam proses dan secara tidak langsung menjadi hambatan dalam mengawasi pemanfaatam pesisir dan laut di Kep. Bangka Belitung . Kasus penggunaan bom ikan, racun ikan dan pukat untuk menangkap ikan masih marak terjadi. Kawasan pesisir terus mengalami tekanan dari tambang timah lapas pantai yang terlalu dekat ke pesisir. Dengan kondisi alam Kep. Bangka Belitung yang seperti sekarang, masih terbuka peluang untuk menghasilkan kebijakan, rencana dan program untuk menciptakan kesejahteraan selaiin dari sektor tambang timah. Keberhasilan Bangka Belitung eco park di lahan bekas tambang timah merupakan salah satu bukti dari adanya peluang tersebut. Hal ini menunjukkan adanya usaha untuk menciptakan good governance and good environment, namun tidak sekedar untuk menciptakan tetapi juga merawat. Diperlukan informasi lain untuk mendapatkan informasi yang valid dan utuh mengenai tata kelola pemerintahan terutama dalam bidang lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di Kep. Bangka Belitung.
48

47

Target dan Indikator

STRANAS Pemberantasan Korupsi 2010-2015

47

GTZ, 2006: Report on the Appraisal Mission of the Anti-corruption Clearing House in the Corruption Eradication Commission (KPK) Indonesia 48 http://www.babelprov.go.id/?q=/node/

134 | P a g e

Isu-Isu penting yang terkait

Adakah kasus korupsi yang terungkap? Belum adanya zoning kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Rendahnya perlindungan dan perawatan aset wisata bahari Adanya konflik kepentingan antara pertambangan timah dengan perlindungan ekosistem laut Rendahnya pengawasan penangkapan ikan Rendahnya penegakan hukum lingkungan Tingginya angka kriminalitas dan pelanggaran hukum yang disebabkan oleh migrasi Data pelanggaran hukum Data pengungkapan kasus korupsi Analisis SIG terkait konflik tambang dan sebaran ekosistem pesisir dan laut Analisis permasalahan tempat wisata dan pengelolaannya KPK ICW Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Pariwisata LON LIPI

Data dan analisis yang diperlukan untuk tahap berikutnya Pemangku kepentingan

Isu Keberlanjutan Deskripsi

Kesehatan dan Sosial Masyarakat

Masalah kesehatan di Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk, diantaranya adalah Malaria . Kasus malaria rata-rata di Indonesia pada tahun 2005-2010 relatif menurun dari 4,1 per 1000 penduduk menjadi 1,96 per 1000 penduduk, namun Kepulauan Bangka Belitung memiliki kasus malaria sebesar 5,06 per seribu penduduk, lebih tinggi dari rata-rata nasional. Namun tingginya nilai ini masih perlu diklarifikasi dengan Dinas Kesehatan terkait dengan sebaran penderita malaria. Pada tahun 2010, masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki
49

49

Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2007

135 | P a g e

fasilitas sanitasi sendiri hanya 66% sementara 5% menggunakan fasilitas sanitasi umum dan 29% sisanya tidak memiliki fasilitas sanitasi . Kondisi sanitasi juga dapat mencerminkan akses terhadap air bersih terlindungi, dimana baru 66% yang memiliki akses terhadap air bersih terlindungi sedangkan sisanya 34% tidak memiliki akses. Namun informasi ini terbatas pada besarannya saja belum dapat ditunjukkan lokasi yang memilki sanitasi buruk dan yang kesulitan akses air bersih. Beberapa media massa di Kepulauan Bangka Belitung pernah menyinggung informasi mengenai tingginya radiasi di Pangkal pinang, namun informasi yang lebih detil dan valid belum dapat ditemukan . Permasalahan sosial di Kepulauan Bangka Belitung disinggung oleh ED Walhi Kepulauan Bangka Belitung dalam beberapa artikel, diantaranya adalah konflik lahan antara perusahaan sawit dengan masyarakat, konflik antara kapal hisap inkonvensional dengan nelayan dan konflik terkait pengembangan PLTN . Informasi detil mengenai besaran, jenis dan lokasi konflik yang lebih detil dan valid belum tersedia.
52 51 50

Target dan Indikator Isu-Isu penting yang terkait

Target IR malaria tahun 2012 < 1 per 1000 penduduk

Meningkatnya tingkat radiasi dari pemrosesan biji timah Kurangnya sistem sanitasi sehat Konflik sosial akibat pertambangan lepas pantai Perubahan mata pencaharian nelayan menjadi petambang Tingginya migrasi dari luar Kepulauan untuk kebutuhan tambang timah Tumbuhnya kawasan kumuh di sekitar kegiatan tambang Tingginya prelevansi malaria, ISPA dan penyakit menular lainnya Potensi kenaikan muka air laut di permukiman pesisir Perubahan pola tanam lada menjadi kelapa sawit Rendahnya akses terhadap layanan kesehatan Adanya kekurangan energi listrik

Data dan analisis yang diperlukan

Analisis SIG untuk melihat kaitan masalah kesehatan dengan kegiatan tambang timah dan kegiatan lain

50 51

Riset Kesehatan Daerah Kemenkes 2010 Bangka Pos 52 http://walhibangkabelitung.blogspot.com

136 | P a g e

untuk tahap berikutnya

Analisis SIG untuk melihat sebaran tambang lepas pantai dengan permukiman nelayan dan wilayah tangkapan ikan Data migrasi penduduk dan sebarannya Analisis SIG untuk melihat katerkaitan kawasan tambang dengan permukiman kumuh Data produksi lada dengan produksi kelapa sawit Analisis SIG sebaran layanan kesehatan

Pemangku kepentingan

WALHI Dinas Kesehatan Kanwil BPN BATAN Dinas Kependudukan Dinas ESDM KLH (Climate Change)

Isu Keberlanjutan Deskripsi

Aktivitas Perekonomian Masyarakat

Besaran nilai LQ dapat digunakan sebagai indikator awal untuk melihat sektor ekonomi yang potensial (sektor basis) dan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Berdasarkan penghitungan LQ sektor unggulan Bangka Belitung adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. LQ sektor pertambangan berdasarkan data tahun 2000 sampai 2009 selalu bernilai > 1, hal ini memperlihatkan sektor ini merupakan sektor basis dimana selain menopang perekonomian Bangka Belitung juga dapat memenuhi daerah lain. Sementara itu LQ dengan pendekatan tenaga kerja bernilai < 1, yang memperlihatkan share tenaga kerja pada sektor ini di Bangka Belitung jauh lebih besar daripada share nasional. Berdasarkan LQ dengan pendekatan PDB dan tenaga kerja terlihat ketergantungan perekonomian Bangka Belitung terhadap sektor pertambangan dan penggalian khususnya pada komoditas timah . Pada tahun 2011, jumlah angkatan kerja di Kep. Bangka Belitung sebesar 617.631 jiwa, dimana 23% bekerja di sektor pertambangan dan 29,5% di sektor pertanian . Timah merupakan sumber daya yang tidak terbarukan dan berdasarkan informasi dari US Geological Survey 2006, disebutkan bahwa cadangan terukur timah di Indonesia adalah sekitar 800.000 sampai 900.000 ton. Dengan asumsi tingkat
54 53

53 54

www.bi.go.id. Sektor-Sektor Unggulan Penopang Perekonomian Bangka Belitung. 2010 BPS Kep. Bangka Belitung. 2011

137 | P a g e

produksi rata-rata sekitar 60.000 ton/tahun, atau setara dengan 90.000 ton/tahun pasir timah, cadangan tersebut akan mampu bertahan sekitar 10 - 12 tahun lagi, atau hingga tahun 2017 2019. Pada tahun 2010 Prof Emil Salim, menyampaikan laporan kepada Presiden bahwa secara ekonomi Kep. Bangka Belitung pasca timah tidak siap. Kepulauan Bangka Belitung tidak memiliki sektor yang menunjang selain timah. Sebelum era otonomi daerah, Kep. Bangka Belitung merupakan penghasil lada putih terbesar dan terbaik di dunia, namun setelah era otonomi daerah dan membaiknya harga timah dunia menyebabkan banyak petani beralih merubah lahan kebun menjadi lahan tambang inkonvensional. Kegiatan pariwisata yang dipicu oleh film Laskar Pelangi pun kini sudah terancam karena kegiatan tambang sudah merambah kawasan pesisir dan merusak pantai. Rusaknya pesisir juga berimbas kepada hasil tangkapan nelayan yang terus turun . Tahun 2002, produksi Muntok White Pepper berjumlah 33.000 ton. Jumlah tersebut menurun di tahun 2003 menjadi 27.000 ton, di tahun 2004 kembali menurun menjadi 20.000 ton, di tahun 2005 produksi tinggal 16.000 ton, tahun 2006 hingga 2007, jumlah produksi sama yaitu berada di angka 14.000 ton. Dan di tahun 2008, angka ini kembali menurun dan berada di angka 13.000 ton. Luasan kebun lada pun mengalami penurunan pada tahun 2000 luas lahan perkebunan lada mencapai 80.000 hektare, namun angka tersebut menurun di tahun 2007 tinggal 35.000 an hektare . Penurunan luas areal lada di Babel disebabkan oleh berbagai faktor. Empat faktor dominan yang menjadi penyebabnya adalah fluktuasi harga lada, gangguan OPT, dampak penambangan timah ilegal, dan pengembangan komoditas lain . Namun tidak ditemukan data yang memadai mengenai besaran pengaruh dari keempat faktor ini terhadap produksi lada. Pada triwulan I tahun 2012, sektor pertumbuhan mengalami pertumbuhan yang sangat baik 9,6% year to year karena kondisi cuaca yang lebih baik dari masa sebelumnya. Sedangkan pertambangan juga mengalami pertumbuhan namun tetap rendah pada nilai 3,6% year to year . Dari sektor pertanian tidak terdapat informasi yang memadai untuk melihat penyebab utama naiknya pertumbuhan sektor ini apakah alam atau non alam, begitu juga dengan sektor perikanan yang belum diperoleh data yang valid mengenai produksi perikanan tangkap dan budidaya. Target dan
58 57 56 55

55 56

Bangka Hijau Nursery, 2011 http://www.babelprov.go.id/content/bangkitkan-kembali-kejayaan-lada-putih. 2009 57 Jurnal Litbang Pertanian, 28(1), 2009 58 www.bi.go.id. Kajian Ekonomi Regional Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2012. 2012.

138 | P a g e

Indikator Isu-Isu penting yang terkait

Ketergantungan ekonomi kepada timah Dampak negatif pertambangan timah kepada sektor usaha lainnya Rendahnya budidaya perikanan Menurunnya produksi lada karena perkembangan kelapa sawit dan timah Tidak seimbangnya pembangunan di perkotaan dengan di perdesaaan Sebaran guru yang lebih banyak di perkotaan daripada di pedesaan Penurunan aktivitas di kawasan wisata Ketergantungan bahan pangan dari daerah lain Tingginya kebutuhan bahan bakar untuk memenuhi aktivitas pertambangan timah Penurunan tangkapan ikan nelayan di sekitar pesisir akibat rusaknya terumbu karang oleh aktivitas pertambangan Kurangnya armada perikanan tangkap yang memadai

Data dan analisis yang diperlukan untuk tahap berikutnya

Analisis perubahan mata pencaharian nelayan/petani menjadi penambang timah Analisis kecenderungan impor bahan pangan dari luar Kepulauan Bangka Belitung Analisis kecenderungan produksi lada dan nilai ekonominya dan perbandingan dengan komoditas timah dan kelapa sawit Analisis kebutuhan bahan bakar untuk menunjang peningkatan sarana penambangan darat maupun laut Analisis kecenderungan pendapatan nelayan 10 tahun terakhir Analisis kebutuhan guru di Kepulauan Bangka Belitung dalam 10 tahun terakhir Analisis kecenderungan kunjungan wisata 10 tahun terakhir

Pemangku kepentingan

PT Timah Dinas Perdagangan Dinas Pendidikan Dinas Kelautan dan Perikanan PT Pertamina Dinas Pertanian Bank Indonesia Babel

139 | P a g e

Isu Keberlanjutan Deskripsi

Penggunaan Lahan dan Wilayah Pesisir

Penetapan lahan sawah abadi di Pulau Jawa merupakan kepentingan strategis nasional, mengingat luasnya lahan dan tingginya tingkat produktivitas sehingga mampu memasok 60% produksi padi nasional. Namun, keberadaan lahan sawah tersebut terus terancam oleh proses konversi. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa selama tahun 19811999 di Indonesia terjadi konversi lahan sawah seluas 1,60 juta ha, dan sekitar 1 juta ha di antaranya terjadi di Jawa. Oleh karena itu, agar ketahanan pangan nasional tetap terjamin, perlu ditetapkan kawasan yang harus terus dipertahankan sebagai lahan sawah abadi atau utama, dan hanya boleh dikonversi dengan kompensasi yang berat . Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki 2 pulau besar dan 251 pulau kecil dengan panjang garis pantai 1.200 Km. Luas kawasan karang diperkirakan 20% dari kawasan laut teritorial yang seluas 65.301 Km2 . Tambang inkonvensional di
60 59

wilayah perairan merusak 30% wilayah karang di sepanjang pesisir terutama di Kabupaten Bangka Selatan, Kab. Bangka Barat dan Kabupaten Belitung. Walhi menyatakan bahwa pengerukan pasir kuarsa dan pasir timah yang berlangsung sejak tahun 2004 menggunakan kapal isap dan kapal keruk telah menyebabkan penurunan pendapatan nelayan hingga 80% . KIARA, salah satu LSM disana juga menyatakan bahwa Pulau Pemain yang memiliki luas 3.500 m2 kondisinya sudah terkikis abrasi sejauh 2 meter dan cenderung akan tenggelam. Di Pulau Belitung permasalah pesisir dan kelautan selain karena pertambangan juga yang muncul diantaranya adalah pengambilan terumbu karang untuk fondasi rumah, penggunaan racun untuk menangkap ikan, pengambilan kayu mangrove untuk bahan bakar dan juga penggunaan pukat (trawl) dari nelayan luar pulau . Informasi kerusakkan pesisir yang dikumpulkan baru terbatas pada lokasi-lokasi tertentu saja, diperlukan informasi tambahan untuk mendapatkan gambaran kerusakkan pesisir di Kepulauan Bangka Belitung. Hasil analisa penutupan lahan daratan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2009, terdiri dari 18 jenis penutupan lahan yang didominasi oleh pertanian lahan kering campur seluas 510.835,1 Ha (31,1%), semak belukar seluas 369.658,23 Ha (22,51%), hutan lahan kering sekunder 148.924,19 Ha (9,07%), perkebunan 126.191,24 (7,68%), pertambangan 110.753,77 Ha (6,74%) dan lain-lain . Dari tutupan lahan di atas, lahan kritis untuk kriteria sangat kritis kira-kira seluas
59 60
63 62 61

Jurnal Litbang Pertanian, 24(4), 2005 BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung, 2008 61 Walhi.org, 2004. 62 http://www.unepscs.org/Lessons_Learned/Files/South-China-Sea-Coral-Indonesia-Lesson.pdf 63 Dinhut.babelpro.go.id, 2011

140 | P a g e

112.838,86 Ha (6,93%) dari luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berada diluar dan didalam kawasan hutan, sedangkan lahan kritis dalam kawasan hutan kira-kira seluas 99.146,97 Ha (6,089%) dari luas wilayah daratan. Untuk kriteria agak kritis seluruhnya seluas 359.918,71 Ha (22,1%) dari wilayah daratan, sehingga untuk kriteria 1,2 dan 3 atau lahan kurang produktif seluruhnya seluas kurang lebih 472.757,57 Ha (29,03%) dari luas wilayah daratan untuk didalam dan luar kawasan hutan. Sedangkan sisanya seluas 1.155.426 Ha (70,97%) merupakan lahan yang potensial kritis dan tidak kritis untuk lahan lebih produktif. Aktivitas penambangan timah mengubah sifat fisika dan kimia tanah, dan mikroklimat. Tekstur tailing adalah pasir dengan kenaikan lebih dari 30% fraksi pasir dibandingkan lahan tidak terganggu (hutan, kebun karet, dan kebun lada), dan menurunnya fraksi liat dan debu sekurang-kurangnya 50%. Kandungan bahan organik tailing timah C hampir tidak tersisa, dan N mendekati nol. Penurunan P dan K total nyata pada pengalihan kebun karet dan kebun lada menjadi tailing timah. Demikian juga kandungan kation dapat ditukar Ca, Mg, K, dan Na menurun nyata pada pengalihan tanah hutan dan kebun lada. Total kation dapat ditukar pada hutan dan kebun lada berkurang masing-masing 50% dan 90%. Kapasitas tukar kation (KTK) berkurang antara 5080%, serta penurunan persentase kejenuhan basa dan konsentrasi Al3+ dibandingkan sifat tanah sebelum ditambang. Pengalihan fungsi lahan menyebabkan kelembapan tanah lahan pascatambang dan kelembapan udara di sekitar lahan pascatambang menjadi lebih rendah, temperatur tanah lahan pascatambang dan temperatur udara di sekitar lahan pascatambang menjadi lebih tinggi. Penurunan kelembapan tanah sekitar 10%, dan kelembapan udara 1020%, dan peningkatan temperatur tanah 210 C, serta peningkatan temperatur udara sekitar 69 C di lahan pascatambang diduga tidak mendukung bagi pertumbuhan vegetasi dan mikroba tanah, serta bagi habitat fauna. Ada contoh bahwa faktor yang melatarbelakangi pengalihan fungsi lahan kebun karet di Desa Bencah, dan kebun lada di Desa Silip menjadi lahan penambangan timah adalah: merosotnya masing masing harga lada dan karet, persepsi bahwa penerimaan pendapatan bertani karet dan lada relatif lama, mengisi waktu di antara waktu bertani, biaya sarana produksi pertanian tinggi, tidak adanya sanksi tegas dari Pemda terhadap aktivitas TI, dan persepsi bahwa usaha TI lebih menguntungkan. Rata-rata pendapatan petani lada di Desa Silip per ha/bulan adalah Rp592.536,00 dan rata-rata pendapatan petani karet di Desa Bencah adalah Rp122.111,00. Pendapatan dari penambangan timah memberi kontribusi signifi kan terhadap

141 | P a g e

total pendapatan keluarga per bulan. Kontribusi timah di Lubuk Kelik senilai Rp21.166.667,00/bulan atau 93,4%, di Desa Silip senilai Rp76.537.500,00 atau 95,1% sementara kontribusi lada tidak lebih dari 1%, dan di Desa Bencah senilai Rp4.684.286,00 atau 89,1% sementara kontribusi tanaman inti karet sebesar 2,3% . Lalu bagaimana dengan perubahan penggunaan lahan sawah (pertanian) yang menjadi tambang timah? Target dan Indikator Isu-Isu penting yang terkait
64

Kementan menargetkan produksi padi naik 6,63 juta ton GKG (10,14 persen)

Berkurangnya kawasan sawah produktif Alih fungsi lahan dari pertanian menjadi tambang timah Penurunan kualitas tanah akibat pertambangan Kerusakan pesisir akibat abrasi dan penambangan timah

Data dan analisis yang diperlukan untuk tahap berikutnya

Analisis SIG perubahan penggunaan lahan paling tidak 10 tahun terakhir Analisis kecenderungan perubahan kualitas tanah Analisis SIG untuk mengetahui kaitan kerusakkan kawasan pesisir dengan izin usaha pertambangan laut. Analisis kecenderungan nilai ekonomi pertanian/perkebunan dengan tambang timah. Dinas Pertanian dan perkebunan Dinas Kehutanan Dinas kelautan dan Perikanan WALHI KIARA Kementerian Pertanian Bappenas UBB

Pemangku kepentingan

Isu Keberlanjutan

Pertambangan Timah

64

NERACA EKOLOGI PENAMBANGAN TIMAH DI PULAU BANGKA: Studi Kasus Pengalihan Fungsi Lahan di Ekosistem Darat,

2008.

142 | P a g e

Deskripsi

Pada tahun 1953 Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan timah Belanda di Kepulauan Bangka belitung yang kemudian menjadi cikal bakal PT. Timah. Produksi timah dunia mengalami peningkatan dari dari 188.300 Ton pada tahun 1950an menjadi 309.000 Ton pada tahun 2000an. Produksi timah Indonesia meningkat dari 900 Ton pada tahun 1950an menjadi 95.700 Ton pada tahun 2010 dan menempatkan Indonesia pada peringkat 2 penghasil timah terbesar setelah China.65 Pada tahun 2011 diperkirakan produksi timah Indonesia turun menjadi sebesar 94.000 Ton, dimana 42.000 Ton merupakan hasil produksi sah dan 52.000 Ton hasil produksi ilegal.66 Harga timah dunia berfluktuasi mengikuti hukum permintaan dan penawaran serta stabilitas ekonomi dan politik negara penghasil timah. Pada tahun 1900, harga timah hanya USD 10.000-15.000 per MTon, mencapai puncaknya pada tahun 1980 sebesar USD 35.000-40.000 per Mton namun mengalami penurunan drastis pada tahun 1986 menjadi hanya USD 11.000 per Mton67 dan tahun 2011 harga timah menjadi rata-rata USD 26.000 per MTon.68 Pertambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung mayoritas dikuasai oleh PT Timah dan anak perusahaannya dengan luas tambang darat pada tahun 2011 sebesar 328.926 Ha dan luas tambang laut sebesar 183.838 Ha. Total produksi pada 2011 sebesar 38.132 Mton yang terdiri dari 51% atau sebesar 19.135 MTon dari total produksi berasal dari tambang darat sebesar 49% atau sebesar 18.351 Mton berasal dari tambang laut. Tidak tersedia informasi mengenai luasan dan hasil produksi tambang timah ilegal di Kepulauan Bangka Belitung. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sampai tahun 2006, luas lahan bekas tambang timah PT. Timah Tbk. dan PT. Koba Tin yang telah direklamasi adalah 6.683,27 ha dan yang belum direklamasi 2700,37 ha. Sementara itu, luas lahan bekas penambangan timah inkonvensional yang belum direklamasi 1.008 ha. PT. Timah Tbk selaku perusahaan pertambangan timah utama di Indonesia mulai melakukan penelitian secara sistematis dan ilmiah untuk reklamasi lahan pasca tambang timah pada tahun 1982 bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian (PT. Timah Tbk., 2002). Revegetasi dilakukan dengan menggunakan tanaman akasia (A. mangium dan A. auriculiformis), gamal dan sengon (Sujitno, 2007). Revegetasi selama lebih dari 6

65 66

ITRI Briefing 2011: Historical trends in tin production CRU Tin Monitor December 2011 67 ITRI Briefing 2011: long term history of tin prices 68 Laporan Tahunan PT Timah 2011

143 | P a g e

tahun dengan A. mangium di lahan pasca tambang PT. Timah Tbk dikategorikan berhasil (Latifah, 2000)69. Sebagai pemilik lahan terluas, lahan pasca tambang PT Timah yang harus direklamasi adalah 1.200 Ha per tahun, namun pada tahun 2011 hanya tercapai 550 Ha atau 46% dari rencana. Tidak terdapat informasi yang jelas mengenai luasan lahan bekas tambang inkonvensional dan reklamasi yang terkait.70 PT Timah pada tahun 2011 mempekerjakan 6.341 orang dimana 76% merupakan warga asli Kepulauan Bangka Belitung.71 Tidak terdapat informasi mengenai pekerja anak dibawah umur yang bekerja di tambang timah. Target dan Indikator

Reklamasi Lahan bekas tambang PT Timah 1.200 Ha per tahun Target produksi timah PT Timah tahun 2012 naik 10% dari produksi tahun 2011 (38.132 Mton) Lahan bekas tambang yang belum direklamasi Penambangan timah ilegal Kurangnya inovasi produk turunan timah Pekerja tambang di bawah umur

Isu-Isu penting yang terkait

Data dan analisis yang diperlukan untuk tahap berikutnya

Analisis SIG tumpang tindih tambang timah legal dan ilegal; tambang timah perusahaan dan inkonvensional Analisis SIG lokasi reklamasi lahan bekas tambang Data pekerja anak di pertambangan timah inkonvensional Informasi industri turunan dari hasil timah

Pemangku kepentingan

Komisi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak Dinas perindustrian PT Timah Kementerian Sumberdaya Mineral ILO Asosiasi Tambang Rakyat Daerah Asosiasi Industri Timah Indonesia BLHD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Isu

Pengelolaan Limbah

69

Ismed Inonu Pengelolaan Lahan Pascatambang Timah di Pulau Bangka: Sekarang dan Yang Akan Datang, 2010 70 Laporan Tahunan PT Timah 2011 71 Laporan Tahunan PT Timah 2011

144 | P a g e

Keberlanjutan Deskripsi Berdasarkan penelitian LIPI, IPB dan beberapa lembaga peneliti lainnya dinayatakan bahwa 80% limbah industri, rumah tangga dan limbah lainnya dibuang langsung menuju laut tanpa melalui proses pengolahan yang menimbulkan pencemaran. Di Kepulauan Bangka Belitung mengingat tingginya kegiatan tambang timah inkonvensional maka limbah tambang dipastikan juga cukup banyak. Laporan UNEP, permasalahan pengelolaan limbah di Indonesia termasuk di dalamnya adalah proses pemilihan lokasi yang tidak tepat, terbatasnya infrastruktur dan peralatan di tempat pengelolaan limbah, buruknya pengelolaan dan pengoperasian tempat pengelolaan limbah, keterbatasan anggaran, kurangnya kesadaran pentingnya mengelola limbah dan kurangnya dukungan politik terhadap pengelolaan limbah . Menurut data dari BPS tahun 2001, 40% limbah rumah tangga dibuang langsung ke TPA, 35% dibakar sendiri dan 15% dibuang langsung ke lingkungan sekitar. Dalam publikasi UNEP tahun 2010, di Indonesia terdapat 20 pabrik pengolahan limbah, 400 TPA terbuka, 70 TPA dengan sistem sanitary landfill terkontrol dan 10 sanitary landfill. Sumatera berada pada peringkat ke 2 timbulan sampah di Indonesia. 40% TPS berada di Sumatera. Tingkat timbulan sampah rumah tangga yang dihasilkan perkapita berdasarkan data tahun 2005 adalah sebesar 0,49 kg/kapita/hari dan sebagian besar merupakan limbah sisa pengolahan makanan yang memiliki potensi untuk dijadikan kompos. Dan dengan berkembangnya pertanian organik di Indonesia, terbuka peluang untuk menyediakan kompos. Limbah tailing dari pertambangan timah menjadi permasalahan serius di Bangka Belitung. Secara umum timah meninggalkan beberapa komposisi logam berat yang dapat dengan mudah berpindah dari lokasi penambangan ke lingkungan sekitarnya baik di permukaan tanah dan terserap hingga ke dalam muka air tanah. Para peneliti dari Limnologi LIPI menyimpulkan lewat studi pada 40 kolong (danau yang terbentuk dari bekas penambangan timah), mengatakan bahwa air dari kolong-kolong tersebut terkontaminasi jenis logam berat antara lain Ferum (fe), Timbal (pb), dan Arsen (as) yang sudah melebihi ambang batas normal yaitu lebih dari 4 ppm yang tanpa pengolahan terlebih dahulu tidak direkomendasikan untuk diminum karena dapat menyebabkan sejumlah penyakit seperti keracunan, kanker dan penyakit lainnya.
72

Target dan

72

UNEP, 2010: Municipal Waste Management Report Status-quo and Issues in Southeast and East Asian Countries

145 | P a g e

Indikator Isu-Isu penting yang terkait Data dan analisis yang diperlukan untuk tahap berikutnya

Peningkatan jumlah limbah rumah tangga Peningkatkan jumlah limbah tambang dan industri timah Kapasitas pengolahan limbah tambang, industri dan rumah tangga Analisis kecenderungan produksi limbah rumah tangga, tambang dan industri 10 tahun terakhir Analisis kapasitas tempak pengolahan limbah dan TPA/TPS Informasi terkait dampak lanjutan dari penanganan limbah yang tidak sesuai aturan Analisis kecenderungan pengelolaan limbah di Bangka Belitung

Pemangku kepentingan

KLH BLHD Dinas Kebersihan PT Timah ASTRADA Dinas Kesehatan

Isu Keberlanjutan Deskripsi

Sumber Daya Air

Indonesia memiliki Kebijakan Nasional Sumber Daya Air berdasarkan Keputusan PP No. 33 Tahun 2011. Potensi sumber daya air di Indonesia secara statistik masih berlimpah namun distribusinya tidak merata karena letak geografis yang berbeda-beda. Kebijakan pengelolaan sumber daya air 20 tahun ke depan dilakukan dengan: (1) Meningkatkan konservasi SD air secara terus menerus; (2) Mendayagunakan SD air untuk keadilan dan kesejahteraan masyarakat; (3) Mengendalikan dan mengurangi daya rusak air; (4) Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha untuk pengelolaan air; (5) membangun jaringan sistem SD air yang terpadu . Permasalahan air di Kepulauan Bangka Belitung diantaranya dialami oleh petani lada yang memerlukan air bersih untuk mencuci lada, sementara sumber air sudah tercemar oleh limbah tambang timah . Dalam peta indeks risiko kekeringan, Pulau Bangka bagian Utara dan Tengah dan seluruh Pulau Belitung merupakan wilayah dengan tingkat kerawanan kekeringan tinggi, sedangkan
74 73

73 74

PP No. 33 Tahun 2011. http://www.antarasumsel.com/berita/264155/petani-lada-bangka-belitung-kesulitan-air-bersih

146 | P a g e

Pulau Bangka bagian Selatan berada pada wilayah dengan tingkat kekeringan sedang . Menurut penelitian LESTARI et al (2007) konsentrasi logam berat di perairan Teluk Klabat (Bangka bagian Utara) secara umum belum membahayakan kehidupan biota laut, karena berada di bawah nilai ambang Baku Mutu, yaitu Pb < 0,01; Cd < 0,01; Cu < 0,06; Zn < 0,1 dan Ni < 0,002mg/L. Penelitian ini perlu diklarifikasi apakah saat ini kondisi pencemaran laut oleh logam berat masih rendah. Yang sudah mulai muncul dalam parameter kualitas air adalah tingginya pestisida organoklorin di beberapa titik pengamatan di Teluk Klabat. Tingginya kadar pestisida ini terjadi hanya pada musim-musim tertentu, biasanya pada saat masa tanam pada bulan Maret Juni . Hal ini perlu klarifikasi apakah pencemaran pestisida di perairan laut terjadi di semua wilayah? Banjir yang terjadi di Bangka Belitung terjadi di sekitar pesisir karena naiknya air pasang laut dan terjadi di Kota Pangkal Pinang . Tidak tersedia informasi terkait banjir rob di wilayah lain di Kepulauan Bangka Belitung. Target dan Indikator
77 76 75

MDGs goals: Jumlah penduduk indonesia yang belum mendapatkan air bersih dan sanitasi akan berkurang separuhnya pada tahun 2015. Target 2016: rehabilitasi hutan dan lahan kritis 2,5 juta Ha. Mempertahankan atau menambah luas kawasan hutan minimal 30% dari luas pulau Meningkatnya kekeruhan air sungai Penurunan kualitas sumber air baku dan kualitas perairan laut Kekeringan pada musim kemarau Apakah ada banjir?

Isu-Isu penting yang terkait

Data dan analisis yang diperlukan untuk tahap berikutnya

Data kualitas perairan sungai dan pesisir Data kejadian banjir Rob Data kejadian kekeringan Analisis kebutuhan air industri dan pertanian dan neraca air yang tersedia

75 76 77

http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2010/05/2010-03-24_risk_drought_babel.pdf Pestisida Organoklorin Diperairan Teluk Klabat-Pulau Bangka

147 | P a g e

Analisis SIG kejadian kekeringan dengan aktivitas tambang Analisis SIG kualitas air laut yang tercemar dengan sebaran izin usaha pertambangan
Pemangku kepentingan

Dinas pertambangan BMKG Dinas pengairan Dinas Pekerjaan Umum BLHD

148 | P a g e

LAMPIRAN 8 : Kajian, Mitigasi/Alternatif, Rekomendasi

Tingkat Keterkaitan Misi RPJMD 2012 2017 Dengan Misi RPJPD


RPJMD BABEL RPJPD BABEL Tingkat konsistensi Ya MISI 1. Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui kapasitas ekonomi untuk sentra-sentra pembangunan produk wilayah perdesaan/kecamata n/kabupaten/ kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah bagi mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah antarsektoral. dan unggulan penguatan lembaga rakyat menciptakan MISI 1. Mengembangkan potensi lokal yang dengan mewujudkan wilayah dan agri-bahari meningkatkan daya melalui ekonomi secara upaya ekonomi sejalan upaya Ya Baik RPJMD maupun RPJPD BABEL sama-sama mengkaitkan pemanfaatan potensi keunggulan daerah dan daya saing Kurang tidak Catatan keterkaitan**)

daya saing daerah. Peningkatan dilakukan pemanfaatan potensi daerah dengan pelestarian lingkungan, khususnya perkebunan, perikanan kelautan; pengolahan pariwisata kompetitif dimiliki masing-masing Kabupaten/Kota yang terutama daerah orientasi ke luar pemasarannya Provinsi dan industri dan sesuai yang oleh saing daerah akan

optimal dan sejalan

dengan keunggulan

149 | P a g e

Kepulauan Belitung;

Bangka

pembangunan sarana serta bidang 2. Pemberdayaan Masyarakat SDM melalui secara masyarakat kemitraan pembangunan dan kota mandiri pemenuhan terhadap kebutuhan Kepulauan Belitung. kualitas dasar Bangka desa secara dengan dan (Society keterlibatan aktif melalui peningkatan Kualitas Empowerment) reformasi dan di prasarana ekonomi; peraturan Ya daya Misi keduanya sama-sama menitikberatkan pada dan Iptek berbasis peningkatan kualitas dan daya saing SDM

dan perijinan. 2. Peningkatan kualitas dan saing SDM melalui penguasaan, pemanfaatan penciptaan yang

potensi lokal serta pemantapan Imtaq

masyarakat Provinsi

150 | P a g e

3. Peningkatan pengelolaan lingkungan dan tata ruang hidup dengan pengendalian

3. Penciptaan lingkungan dan lestari hidup bagi yang asri, nyaman generasi sekarang

Ya

Misi keduanya sama-sama mempertimba ngkan peningkatan kualitas lingkungan hidup bagi generasi mendatang.

memperhatikan keseimbangan pembangunan ekonomi, budaya, pemanfaatan pembangunan sarana prasarana melakukan rehabilitasi, reklamasi refungsionalisasi terhadap lahan melalui tata harmonis dengan peruntukannya dengan dan melibatkan swasta masyarakat pemerintah, lahanproduktif penataan ruang yang sesuai lahan kritis menjadi dan dan serta upaya SDA sosial,

dan generasi yang akan datang.

secara terpadu dan bersinergi.

151 | P a g e

4. Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh untuk meningkatkan saing daerah daya dan

4. Pemerataan Pembangunan peningkatan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan keberpihakan kepada masyarakat, kelompok wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap pelayanan serta sarana prasarana ekonomi;dan menghilangkan diskriminasi berbagai dalam aspek berbagai sosial dan secara dan sosial secara menyeluruh; dan Berkeadilan melalui

Ya

Misi nomor 4 keduanya fokus pada percepatan pembangunan infrasruktur wilayah n dan pengembanga wilayah dan strategis diperlukan adanya pemerataan pembangunan yang berkeadilan

memperkuat pondasi ekonomi dalam menghadapi globalisasi keterbukaan persaingan global. daerah rangka era dan

cepat tumbuh

termasuk gender.

152 | P a g e

5. Perwujudan governance clean melalui etos kualitas birokrasi penguatan kelembagaan penyusunan Peraturan yang bagi Belitung.

good dan

5. Penguatan ketatapemerintahan yang local kualitas baik (good governance) pelayanan

Ya

Misi nomor 5 sama-sama menitikberatk an good governance dan good government guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan publik Bangka Belitung bagi masyarakat pada perwujudan

government penciptaan kerja dan dengan dan Daerah berkualitas pelayanan Bangka pelayanan

melalui peningkatan publik, pemantapan kelembagaan demokrasi lebih penguatan masyarakat penguatan otonomi media kebebasan dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat, peningkatan budaya hukum secara adil dan menegakkan hukum desentralisasi pengembangan dan media yang kokoh, peran sipil, kualitas dan daerah,

masyarakat

153 | P a g e

Tingkat Keterkaitan Visi RPJMD Dengan Visi RPJMD Sumatera Selatan


RPJMD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 20132017 Ya VISI Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka yang dan saing potensi melalui pengembangan sinergitas konektivitas perkotaan perdesaan dan dan Belitung Mandiri, berdaya berbasis lokal Sumatera Selatan Sejahtera Terdepan Bersama Masyarakat Cerdas Berbudaya yang dan Kurang v tidak Visi RPJMD Provinsi Kepulauan Belitung RPJMD Sumatera kurang RPJMD Sumatera lebih fokus peningkatan sedangkan RPJMD Kepualauan pada SDA Bangka dan visi Provinsi Selatan Visi Provinsi Selatan pada SDM, visi Provinsi Bangka terkait. RPJMD PROVINSI SUMATERA SELATAN Tingkat konsistensi/terkait Catatan keterkaitan

Maju, Berkeadilan

Belitung lebih fokus pengelolaan

Tingkat Keterkaitan Misi RPJMD Dengan Misi RPJMD Sumatera Selatan


MISI 1 Pengembangan kerakyatan penguatan lembaga sentra produk ekonomi ekonomi melalui kapasitas rakyat 1 Mengembangkan Membina, memfasilitasi Pembentukan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Sumatera Selatan yang kreatif, sehat, produktif, inovatif dan peduli melalui semua jalur dan jenjang pendidikan, baik formal maupun informal; dan Serta v Misi I RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka memiliki keterkaitan dan VII erat dengan Misi II, VI RPJMD Sumatera Selatan berkenaan dengan Belitung

untuk menciptakan sentrapembangunan unggulan wilayah

perdesaan/kecamatan/kabu paten/ kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah bagi keseimbangan mewujudkan

154 | P a g e

pembangunan antarwilayah dan antarsektoral.

pengembangan ekonomi kerakyatan yang di Selatan pada upaya pemerataan pembangunan dan pengembangan kelembagaan bidang melalui ekonomi kerja RPJMD Belitung Sumatera fokus sektor

pertanian dengan

sama regional 2 Pemberdayaan dan SDM Empowerment) keterlibatan masyarakat kemitraan desa dan kota secara Masyarakat Kualitas (Society melalui aktif melalui pembangunan secara 2 Membangun terutama perkebunan teknis dengan yang penerapan tepat guna dan Pertanian dan berskala ekonomis infrastruktur cukup dan teknologi v Misi II peningkatan pangan Bangka

berkaitan dengan Misi I dan X pada RPJMD Sumatera Selatan sama-sama berorientasi pada pengembangan SDM yang

mandiri dengan pemenuhan terhadap kualitas kebutuhan dasar masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3 Peningkatan lingkungan pengendalian dengan keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, pemanfaatan SDA pembangunan sarana dan prasarana serta upaya terhadap menjadi melalui melakukan refungsionalisasi lahan-lahan lahan kritis produktif pengelolaan hidup tata dan ruang 3 Mendayagunakan sumber daya pertambangan dan energi cerdas, bijaksana yang luas; ( Fosil ) arif, dan dan demi Terbarukan dengan V

memperhatikan

kepentingan masyarakat

rehabilitasi, reklamasi dan

155 | P a g e

penataan tata ruang yang harmonis melibatkan swasta secara bersinergi. 4 Percepatan infrastruktur pembangunan wilayah dan wilayah daya dan pondasi dalam era 4 Membangun pengolahan manufaktur berdaya tambah saing potensial Industri dan yang global yang v Misi RPJMD Bangka memiliki keterkaitan dengan misi Selatan saing 5 Perwujudan governance government dan good clean melalui 5 Membangun dan v Misi Provinsi Kepulauan Bangka memiliki keterkaitan dengan VIII Sumatera Selatan hal dalam sama-sama tata misi no. RPJMD Belitung no. 5 menumbuhkembangkan pusat-pusat inovasi yang berbasis pada Perguruan Tinggi dan Lembaga untuk nilai ekonomi penelitian meningkatkan sektor berkelanjutan; dengan no. IV dalam no. IV Provinsi Belitung dan sesuai dengan dengan pemerintah, masyarakat dan terpadu peruntukannya

pengembangan untuk saing ekonomi rangka

Kepulauan

strategis dan cepat tumbuh meningkatkan daerah daerah menghadapi

dengan menciptakan nilai proporsional hulu-hilir kecil, besar serta dengan industri dan

memperkuat

memperkokoh kemitraan menengah,

RPJMD Sumatera peningkatan daya

globalisasi dan keterbukaan persaingan global.

penciptaan etos kerja dan kualitas pelayanan birokrasi dengan kelembagaan penyusunan Daerah yang penguatan dan Peraturan berkualitas

tambah dan produktivitas

bagi pelayanan masyarakat Bangka Belitung.

mengharapkan perwujudan pemerintahan yang baik. 6 Meningkatkan memeratakan Pembangunan menujukesejahteraan yang bermartabat 7 Membangun memperkuat kerjasama dan jejaring regional, dan

156 | P a g e

nasianal Internasional ekonomi, perdagangan kelembagaan 8 Membangun Pemerintahan amanah prinsip berkeadilan, bertanggung serta akuntabel; 9 Mengembangkan di

dan bidang industri, dan

yang demokratis, jujur dan jawab, dan

berdasarkan

membina budaya daerah yang berakar pada nilainilai 1 0 luhur " Simbur dan Cahaya "; Membina keserasian toleransi dalam

kehidupan beragama.

Tingkat Keterkaitan Visi RPJMD Dengan Visi RPJMD Sebelumnya


RPJMD PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG 2012 2017 RPJMD PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG 20072012 Ya VISI Terwujudnya Provinsi Bangka Berkeadilan berdaya berbasis lokal sinergitas konektivitas perkotaan perdesaan dan Kepulauan Belitung dan saing potensi melalui dan Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka sejahtera, demokratis berdaya global wadah Kesatuan Indonesia Belitung adil, dan saing dalam Negara Republik yang aman, damai, v Kurang tidak Visi RPJMD 20132017 memiliki tingkat keterkaitan yang kuat dengan visi RPJMD 20072012 tingkat nasional, global khususnya regional, dan yang pada daya saing di Tingkat konsistensi/terkait Catatan keterkaitan

yang Mandiri, Maju,

pengembangan

mengedepankan distribusi keadilan

157 | P a g e

Tingkat Keterkaitan Misi RPJMD dengan Misi RPJMD Sebelumnya


RPJMD PROVINSI KEP BANGKA BELITUNG 2012 2017 RPJMD PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG 20072012 Ya MISI 1 Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui penguatan kapasitas ekonomi sentra-sentra pembangunan produk wilayah perdesaan/kecamat an/kabupaten/ kota sesuai wilayah mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah antarsektoral. 2 Pemberdayaan Masyarakat peningkatan Kualitas (Society Empowerment) melalui keterlibatan secara kemitraan pembangunan desa dan kota secara dengan mandiri pemenuhan aktif masyarakat melalui SDM dan 2 Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Insani Masyarakat Penguatan Pendidikan, Kesehatan, Olahraga, Seni dan Budaya Generasi Daerah/Nasional serta Pembinaan Muda Melalui Sektor v dan dengan bagi kultur dan potensi unggulan lembaga rakyat 1 Membangun Komitmen Pemerintah, Masyarakat Swasta Menciptakan Kondusif Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa Bernegara Berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dan dan Untuk Iklim dalam Bersama Kurang v tidak Misi RPJMD 2007-2012 lebih pada integrasi dan sinergisitas antarpeman gku kepentingan, sedangkan misi I RPJMD 2013-2017 lebih terkait dengan misi V RPJMD 2007-2012. fokus I Tingkat konsistensi/terkait Catatan keterkaitan

untuk menciptakan

158 | P a g e

terhadap kebutuhan masyarakat

kualitas dasar

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 3 Peningkatan pengelolaan lingkungan dan hidup pengendalian 3 Meningkatkan Kapasitas Pengayoman Kepada Pada maupun Investasi Menerapkan SDA dan serta upaya dan lahanproduktif penataan yang sesuai ruang Sekurang-Kurangnya Standard Secara Penguatan Pelayanan Bertahap Kapasitas di Provinsi Bangka Termasuk Minimum (SPM) dan Mengupayakan Melalui Pengaplikasian e-Government Lingkungan Pemerintah Kepulauan Belitung dan Pelayanan Publik baik Masyarakat Umumnya Pelayanan dalam v Misi III RPJMD 2013-2017 dan misi VI RPJMD 2007-2012 memiliki kesamaan dalam pengolahan lingkungan hidup dan tata ruang, akan tetapi misi III RPJMD 2013-2017 lebih komprehensi f mengatur pengendalia n tata ruang.

tata ruang dengan memperhatikan keseimbangan pembangunan ekonomi, budaya, pemanfaatan pembangunan sarana prasarana melakukan rehabilitasi, reklamasi terhadap lahan melalui tata harmonis dengan peruntukannya dengan melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat secara terpadu dan bersinergi. refungsionalisasi lahan kritis menjadi sosial,

Segala Sektor dengan

Kabupaten/Kota.

159 | P a g e

4 Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah pengembangan wilayah untuk meningkatkan daya saing daerah dan memperkuat pondasi daerah ekonomi dalam strategis dan cepat tumbuh dan

Meningkatkan Kapabilitas Infrastruktur Rangka Ekonomi dan Kapasitas Infrastruktur Berkaitan Investasi Bandara, Laut, Industri, Tenaga Instalasi Rumah Air Yang Dengan seperti Pelabuhan Kawasan Pembangkit Listrik, Bersih, dan Pembangunan Masyarakat Penguatan dalam Mendukung

Keduanya saling terkait pada pengembang an infrastruktur guna mendukung ekonomi masyarakat

rangka menghadapi era globalisasi dan keterbukaan persaingan global.

Telekomunikasi, Sakit,

Perbankan. 5 Perwujudan governance clean etos kualitas birokrasi penguatan kelembagaan penyusunan Peraturan yang bagi Belitung. Daerah pelayanan berkualitas dan good dan 5 Menciptakan Lapangan Lapangan Dalam Kerja dan Berusaha, Rangka v Hampir semua RPJMD 2007-2012 terkait dengan good govermence dan clean goverment. Namun perlu penyusuran lebih lanjut atas tujuan, sasaran, dan program dan serta Tenaga Saing Salah Satu Daerah yang ada di dalamnya. misi

government kerja dan

melalui penciptaan pelayanan dengan

Meningkatkan Income Per Kapita dan Daya Beli Melalui Terhadap Unggulan Masyarakat Penguatan 6 Sektor Daerah

(Yaitu: Kelautan dan Perikanan, Pariwisata, Pertanian, Pertambangan, Perindustrian, Perdagangan Jasa), Menciptakan Berdaya Sebagai Komoditas

masyarakat Bangka

Kerja Siap Pakai dan

Yang Siap Dipasarkan

160 | P a g e

Ke Lingkup Domestik, Regional dan Global.

Memperhatikan Masalah Satu Publik Lingkungan Azas Pada Dalam Semua Hidup Sebagai Salah Mengambil Keputusan Sektor Pembangunan Sekaligus Upaya Reklamasi Refungsionalisasi Terhadap Lahan dengan dan Bersinergi. Pemerintah, LahanProduktif Melibatkan Swasta Masyarakat Lahan Kritis Menjadi Melakukan Rehabilitasi, dan

Secara Terpadu dan 7 Meneruskan Penyusunan Peraturan-Peraturan Daerah Sebagai dari yang Sebagai Penetapan Publik Daerah Legitimate Hukum Konsisten Konsekuen Lingkup baik Lebih (Perda) Penjabaran Aturan Tinggi Dasar Kebijakan Pemerintah yang serta Secara dan di Internal

Perundang-Undangan

Melakukan Penegakan

Pemerintahan maupun

161 | P a g e

Masyarakat. 8 Melaksanakan Program Pemberdayaan Ekonomi Melalui Kapasitas Ekonomi Kecil, Untuk Masyarakat Penguatan Lembaga Rakyat Menengah Menciptakan

Seperti Usaha Mikro, (UMKM) dan Koperasi Sentra-Sentra Pembangunan Produk Unggulan Wilayah Pedesaan/Kecamatan/ Kabupaten/Kota Sesuai Dengan Kultur dan Potensi Wilayah. 9 Meningkatkan Kapabilitas Pemerintah Menciptakan Government Tersistem Menyeluruh Melakukan Bersama Pemberantasan Berbasis Agama. Penerapan Reward Punishment Kultur Aparatur untuk Good secara dan dengan Gerakan dalam KKN dan

Governance dan Clean

Melakukan Prinsip and dalam

rangka Meningkatkan Rasa Tanggung Jawab dan dengan Jiwa Kebanggaan Tidak Pengabdian Profesionalisme Mengenyampingkan

162 | P a g e

Sebagai Negara

Abdi dan

Semangat Patriotisme Sebagai Bagian Anak Bangsa Senantiasa Melestarikan Semangat Kejuangan 17 (Law Agustus 1945. Hukum Secara dan Tanpa Bulu, Tidak Pilih Kepada dan baik Di Penegakan Dilakukan Konsisten Konsekuen Pandang Menyeluruh Tebang Berdasarkan Peraturan Berlaku Lingkungan Pemerintahan maupun Masyarakat Umumnya. 1 0 Melakukan Pembangunan Infrastuktur Proyek-Proyek Strategis Dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Regional dan Global Melalui Pengupayaan Pembangunan International Port Yang Trade Entry (Pelabuhan Dilengkapi Zone Atau Pada Upaya Pada Yang Berupaya

Enforcement)

Undang-Undang Yang

Samudera) di Belitung Dengan Kawasan Free Sekurang-Kurangnya

163 | P a g e

Bounded Sekaligus Penguatan Infrastruktur Tingkat

Zone Melakukan di Regional

Entry Port (Pelabuhan Nusantara) di Bangka dan Belitung Serta Status Pangkal Untuk Dapat Meningkatkan Bandara Pinang

Mengakomodasi Jalur Penerbangan Internasional Dengan Route Sekaligus Memperkuat Jalur Penerbangan Regional Yang Menghubungkan Secara Rutin JakartaBangka, Belitung, JakartaJakartaSingapuraBangka-Bali (SIBABA)

Bangka-Belitung, Batam-BangkaBelitung-Palembang Serta Mengupayakan Realisasi Sebagai Konsep Zona (Karimata Percepatan Belitung Merintis Pengembangan Karimata Growth Zone).

Etalase Kelautan dan

164 | P a g e

Tingkat Keberlanjutan Pembangunan Menurut Arah Kebijakan dan Strategi


RPJMD PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG 20132017 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Strategi Misi 1 1. Meningkatkan menengah menambah terhadap termasuk Kredit (KUR), aspek Usaha dan dengan akses modal perluasan Rakyat meningkatkan pengembangan 1. Pembangunan ekonomi pada yang diarahkan pemanfaatan berwawasan dan memajukan usaha kecil RPJPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Tingkat Keterkaitan Ya Kurang Catatan keterkaitan

potensi ekonomi lokal lingkungan

berdaya saing global sebagai upaya untuk meningkatkan dukung dalam daya lingkungan menunjang

bantuan teknis dalam produk dan pemasaran, melaksanakan kebijakan untuk ruang pengusaha menengah, menjaga keberadaan efisiensi tradisional pemihakan memberikan usaha kecil bagi dan serta fungsi, serta pasar

pembangunan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi daerah kapita Untuk dari berbasis berpotensi lingkungan perekonomian berkeunggulan kompetitif. dengan produksi, daerah Upaya Interaksi antar daerah didorong membangun sistem distribusi kokoh. keterkaitan dan masyarakat. itu dilakukan peningkatan PDRB per Ya Strategi RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2017 dan RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kesamaan rakyat fokus pada pengembangan ekonomi

transformasi bertahap perekonomian keunggulan merusak menjadi yang

komparatif SDA yang

dan pelayanan antar yang ini dilakukan

165 | P a g e

secara simultan dalam upaya mengurangi kemiskinan pengangguran bertahap. pembangunan investasi dititikberatkan sektor-sektor pertanian, (laut industri dan perikanan darat), pengolahan pada untuk tingkat dan secara Fokus dan

dan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. 2. Mempersiapkan berkembangnya ekonomi kerakyatan SDM 2. Peningkatan SDM pemberdayaan masyarakat ditingkatkan peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan pengetahuan keterampilan masyarakat, peningkatan informasi, akses pemberian Ya dan melalui: derajat kualitas dan Strategi RPJMD misi II pada dan sebagai syarat utama 2013-2017

RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki kesamaan peningkatan Daya Manusia (SDM) pada Sumber

kesempatan yang luas untuk menyampaikan aspirasi kebijakan peraturan menyangkut kehidupan masyarakat, peningkatan kesempatan kemampuan dan untuk serta terhadap dan yang

166 | P a g e

mengelola ekonomi yang kemakmuran mengatasi kemiskinan. Strategi Misi 2 2. Pemenuhan terhadap serta jumlah 2. pendidikan kualitas manusia, martabat mampu dalam pembangunan bersaing dengan kehidupan berkembang masyarakat diskriminasi, fasilitasi cakupan sarana kualitas pelayanan pendidikan; dan dan dan dan di era

usaha produktif dan

mendatangkan

Pembangunan diarahkan sumberdaya harkat berperan dan aktif proses dan global tetap yang di tanpa melalui peningkatan kualitas prasarana peningkatan cakupan Pendidikan Ya Strategi misi II no 2 pada RPJMD 2013-2017 dan RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki keterkaitan berorientasi sebagai pembangunan keberlanjutan fundamental yang dalam hal pada aspek sehingga

kualitas tenaga pengajar, tenaga rasio dengan masyarakat. kesehatan yang seimbang

pada upaya meningkatkan

berlandaskan pada norma

pembangunan pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD), Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Non Luar dan Tahun, Formal, Biasa; mutu tenaga budaya pembinaan serta Pendidikan Pendidikan Pendidikan peningkatan pendidik kependidikan; pengembangan baca dan perpustakaan; Menengah,

167 | P a g e

perbaikan pelayanan secara sesuai perkembangan terus

manajemen pendidikan menerus dengan ekonomi,

sosial, budaya dan IPTEK. Keberpihakan pemerintah perlu diberikan kepada kelompok masyarakat

miskin melalui pemberian pendidikan dasar sembilan tahun mendorong masyarakat meningkatkan SDM melalui gratis dan untuk kualitas pendidikan kesadaran

formal maupun informal. Strategi Misi 3

1. Perlindungan Konservasi Daya Alam

dan Sumber

1. Kebijakan pembangunan lingkungan untuk fungsi hidup dalam dan masyarakat Oleh karena hidup diarahkan pada upaya mewujudkan sumber yang daya serasi Strategi misi III nomor 1 pada RPJMD 2013-2017 dan Ya RPJPD Provinsi Bangka sama-sama untuk Kepulauan Belitung bertujuan alam

alam dan lingkungan mendukung budaya secara itu,

fungsi ekonomi, sosial

berkesinambungan. sangat penting untuk memanfaatkan rencana acuan spasial pembangunan sektor tata ruang sebagai landasan atau kebijakan bagi lintas maupun

melindungi sumber daya

168 | P a g e

wilayah pemanfaatan

agar ruang

dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan.

2. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

2. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup yang sehat peningkatan pendidikan kesehatan kepada dimulai masyarakat dengan sejak usia dini. Hal ini memberdayakan lingkungan yang sehat serta memberdayakan manusianya berperilaku berpola sehat. dengan dimulai hidup untuk atau yang Ditunjang pendidikan sejak lahir. yang Ya Strategi misi III nomor 2 pada RPJMD 2013-2017 dan RPJPD Provinsi Bangka sama-sama untuk lingkungan Kepulauan Belitung bertujuan alam hidup dan serta

mengelola sumber daya

pola hidup sehat yang Upaya-upaya dengan

perlu dilakukan adalah penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar; upaya pemeliharaan pengawasan dan kualitas

169 | P a g e

lingkungan; resiko

upaya

pengendalian dampak pencemaran upaya sehat; promosi dan lingkungan; pengembangan wilayah media kesehatan yang upaya pengembangan

teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE); pada misalnya pelayanan terpadu/pondok bersalin usaha sekolah. desa dan kesehatan serta upaya kesehatan bersumber masyarakat, pos

Prinsip Keseimbangan Ekonomi, Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup


RPJMD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2013-2017

KESEIMBANGAN Visi Terwujudnya Provinsi Kepulauan Ekonomi Ya Sosial Budaya Ya Lingkungan Hidup Ya

Bangka Belitung yang Mandiri, Maju, Berkeadilan dan berdaya saing berbasis potensi lokal melalui pengembangan sinergitas dan konektivitas perkotaan dan perdesaan MISI ``

170 | P a g e

1. Pengembangan ekonomi kerakyatan melalui penguatan kapasitas lembaga ekonomi unggulan sesuai wilayah keseimbangan 2. Pemberdayaan dengan kultur dan rakyat untuk menciptakan wilayah potensi sentra-sentra pembangunan produk

Ya

Ya

Ya

perdesaan/kecamatan/kabupaten/ kota bagi mewujudkan pembangunan Masyarakat SDM dan Ya Ya Ya

antarwilayah dan antarsektoral. peningkatan secara secara aktif mandiri Kualitas (Society melalui

Empowerment)

melalui

keterlibatan

masyarakat dengan

kemitraan pembangunan desa dan kota pemenuhan dasar terhadap Belitung. 3. Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang dengan memperhatikan keseimbangan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, pemanfaatan upaya SDA pembangunan reklamasi dan sarana dan prasarana serta melakukan rehabilitasi, refungsionalisasi terhadap lahan-lahan kritis menjadi lahan produktif melalui penataan tata ruang yang harmonis sesuai dengan peruntukannya dengan melibatkan masyarakat bersinergi. 4. Percepatan pembangunan wilayah untuk dan infrastruktur cepat tumbuh pemerintah, secara swasta dan dan terpadu Ya Ya Ya kualitas kebutuhan

masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka

pengembangan wilayah strategis dan meningkatkan daya saing daerah dan memperkuat pondasi ekonomi daerah dalam rangka menghadapi era globalisasi dan keterbukaan persaingan global.

171 | P a g e

5. Perwujudan good governance dan clean government melalui penciptaan etos kerja dan kualitas dan masyarakat pelayanan penguatan penyusunan Bangka birokrasi kelembagaan pelayanan Belitung. dengan

Peraturan Daerah yang berkualitas bagi

Keterkaitan Prinsip Keadilan Dalam RPJMD 2013-2017


RPJMD PPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2013-2017

KEADILAN Visi Terwujudnya Provinsi Kepulauan Antar Generasi Ya Antar Kelompok Ya

Bangka Belitung yang Mandiri, Maju, Berkeadilan dan berdaya saing berbasis potensi lokal melalui pengembangan sinergitas dan konektivitas perkotaan dan perdesaan

MISI 1. Pengembangan kerakyatan untuk wilayah perdesaan/kecamatan/kabupaten/ kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah bagi mewujudkan keseimbangan pembangunan antarwilayah dan antarsektoral. melalui ekonomi penguatan sentra-sentra unggulan

Antar Generasi Ya

Antar Kelompok Ya

kapasitas lembaga ekonomi rakyat menciptakan pembangunan produk

172 | P a g e

2. Pemberdayaan

Masyarakat

dan

Ya

Ya

peningkatan Kualitas SDM (Society Empowerment) melalui keterlibatan secara kota aktif secara masyarakat mandiri terhadap dasar Kepulauan melalui dengan kualitas Bangka pengelolaan Ya Ya kemitraan pembangunan desa dan pemenuhan kebutuhan Provinsi Belitung. 3. Peningkatan lingkungan hidup dan pengendalian tata ruang dengan memperhatikan keseimbangan ekonomi, pemanfaatan sarana reklamasi dan dan melakukan sosial, SDA upaya prasarana pembangunan budaya, pembangunan serta rehabilitasi,

masyarakat

refungsionalisasi

terhadap lahan-lahan kritis menjadi lahan produktif melalui penataan tata ruang yang harmonis sesuai dengan peruntukannya secara dengan dan melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat bersinergi. 4. Percepatan infrastruktur pengembangan dan cepat pembangunan wilayah wilayah tumbuh dan strategis untuk terpadu

meningkatkan daya saing daerah dan memperkuat pondasi ekonomi daerah dalam rangka menghadapi era globalisasi dan keterbukaan persaingan global.

173 | P a g e

5. Perwujudan good governance dan clean pelayanan penguatan berkualitas government birokrasi kelembagaan bagi melalui dengan dan penciptaan etos kerja dan kualitas

penyusunan Peraturan Daerah yang pelayanan masyarakat Bangka Belitung.

Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Dalam RPJMD 2013-2017


RPJMD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2013-2017 PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN *)

KETERKAITAN Visi Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Maju, saing Belitung berbasis yang Mandiri, berdaya lokal Berkeadilan dan Awi Ya Awa Ya Ase Ya APK Ya

KESEIMBANGAN EK Ya SOS Ya LH Ya

KEADILAN Pokmas Ya Gen Ya

potensi

melalui pengembangan sinergitas dan konektivitas perkotaan dan perdesaan MISI 1. Pengembangan kapasitas rakyat produk lembaga ekonomi ekonomi Ya Ya Ya Ya `` Ya Ya Ya Ya Ya

kerakyatan melalui penguatan untuk menciptakan pembangunan wilayah

sentra-sentra

unggulan

perdesaan/kecamatan/kabupa ten/ kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah bagi mewujudkan pembangunan keseimbangan antarwilayah

dan antarsektoral.

174 | P a g e

2. Pemberdayaan (Society melalui aktif dan

Masyarakat Empowerment)

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

dan peningkatan Kualitas SDM keterlibatan masyarakat kota secara kebutuhan secara melalui mandiri dasar Provinsi pengelolaan hidup tata dan ruang Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya

kemitraan pembangunan desa dengan pemenuhan terhadap kualitas masyarakat 3. Peningkatan lingkungan pengendalian dengan keseimbangan ekonomi, pemanfaatan pembangunan prasarana sarana serta

Kepulauan Bangka Belitung.

memperhatikan pembangunan budaya, SDA dan melakukan sosial,

upaya rehabilitasi, reklamasi dan refungsionalisasi terhadap lahan-lahan lahan penataan harmonis melibatkan kritis menjadi melalui yang dengan dengan pemerintah, produktif tata ruang sesuai

peruntukannya

swasta dan masyarakat secara terpadu dan bersinergi. 4. Percepatan infrastruktur pengembangan untuk pondasi globalisasi meningkatkan ekonomi dan pembangunan wilayah dan wilayah daya daerah Ya Ya Ya Ya

strategis dan cepat tumbuh saing daerah dan memperkuat dalam rangka menghadapi era keterbukaan persaingan global.

175 | P a g e

5. Perwujudan good governance dan clean government melalui penciptaan kualitas dengan Peraturan berkualitas etos kerja dan pelayanan birokrasi penguatan Daerah bagi yang

Ya

Ya

Ya

Ya

kelembagaan dan penyusunan pelayanan

masyarakat Bangka Belitung.

176 | P a g e

PENAPISAN KETERKAITAN DAFTAR INDIKASI PROGRAM DENGAN ISU STRATEGIS KLHS


No Isu Strategis Pencem aran sungai dan perairan Program pesisir Penurunan kualitas tanah Ketergantungan ekonomi masy terhadap timah Anak Putus Sekolah Akibat Menam bang Alih fungsi lahan pertania n dan perkebu nan ke tamban g timah A 1 MISI 1 Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif Alih fungsi kaw. Lindung dan mangr ove Penurunan biodiversitas Kerusakan pesisir akibat abrasi dan akresi Penurunan tangkapan ikan di area pesisir pantai Penambangan timah ilegal Rekla masi Tambang Timah Perubahan mata pencari an nelayan menjadi penamb ang Peningk atan Kebutuhan BBM Eksplor asi SD Energi Banyaknya pendatang yang ingin bekerja di sektor tambang

+1

+1

+1

+1

+1

177 | P a g e

Program Pengembanga n Kewirausahaa n dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

+1

+1

+1

+1

+1

Program Pengembanga n Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

+1

+1

+1

+1

+1

Program Pembinaan pedagang kaki lima dan asongan

+1

+1

+1

+1

+1

Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi

+1

+1

+1

+1

+1

178 | P a g e

Program pengembanga n lembaga ekonomi pedesaan

+1

+1

+1

+1

+1

Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan

Program Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional

Program Peningkatan dan 10Pengemban gan Ekspor

11

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negri

179 | P a g e

12

Program peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi

13

Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

+1

14

Program Penataan Struktur Industri

15

Program Pengembanga n sentrasentra industri potensial

-1

16

Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

180 | P a g e

17

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

18

Program Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana daerah

19

Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

20

Program Peningkatan Kesempatan Kerja

+1

+1

+1

+1

+1

+1

21

Program Perlindungan Pengembanga n Lembaga Ketenagakerja an

+1

+1

+1

+1

+1

+1

181 | P a g e

22

Program Pengembanga n Pemasaran Pariwisata

+1

23

Program Pengembanga n Destinasi Pariwisata

+1

24

Program Pengembanga n Kemitraan Program pemberdayaa n ekonomi masyarakat pesisir

+1

+1

+1

+1

+1

+1

25

Program perencanaan pembangunan ekonomi

+1

+1

+1

+1

+1

+1

26 B MISI 2

182 | P a g e

Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Pedesaan

+1

+1

+1

+1

Pelatihan aparatur pemerintah desa dalam bidang pembangunan kawasan perdesaan

Program Pendidikan Anak Usia Dini

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

+1

Program Pendidikan Menengah

+1

183 | P a g e

Program Pendidikan Non Formal

+1

+1

Program Pendidikan Luar Biasa

Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

10

Program Pengembanga n Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

11

Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

184 | P a g e

12

Program Upaya Kesehatan Masyarakat

13

Program Pengawasan Obat dan Makanan

14

Program Pengembanga n Obat Asli Indonesia

15

Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaa n masyarakat

16

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

17

Program Pengembanga n Lingkungan Sehat

185 | P a g e

18

Program Pencegahan dan Penanggulang an Penyakit Menular

19

Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

20

Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

21

Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/pu skesmas pembantu dan jaringannya

186 | P a g e

22

Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paruparu/rumah sakit mata

23

Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paruparu/rumah sakit mata

187 | P a g e

24

Program Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan

25

Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita

26

Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia

27

Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan

28

Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak

188 | P a g e

29

Program Pemberdayaa n Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya

+1

30

Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

31

Program pembinaan anak terlantar

+1

32

Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma

189 | P a g e

33

Program pembinaan panti asuhan/ panti jompo

34

Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya)

35

Program Pemberdayaa n Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

36

Program Pengembanga n dan Keserasian Kebijakan Pemuda

190 | P a g e

37

Program peningkatan peran serta kepemudaan

38

Program peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaa n dan kecakapan hidup pemuda

39

Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Anak dan Perempuan

40

Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan

191 | P a g e

41

Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan

42

Program penguatan kelembagaan pengarusutam aan gender dan anak

43

Program upaya pencegahan penyalahguna an narkoba

44

Program Pengembanga n Kebijakan dan Manajemen Olahraga

192 | P a g e

45

Program Pembinaan dan Pemasyarakat an Olahraga

46

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga

47

Program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan

48

Program pemeliharaan kantrantibmas dan pencegahan tindak criminal

49

Program pengembanga n wawasan kebangsaan

193 | P a g e

50

Program kemitraan pengembanga nwawasan kebangsaan

51

Program pemberdayaa n masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan

52

Program peningkatan pemberantasa n penyakit masyarakat (pekat)

53

Program pendidikan politik masyarakat

54

Program pencegahan dini dan penanggulang an korban bencana alam

194 | P a g e

55

Program Pengembanga n Nilai Budaya

56

Program Pengelolaan Kekayaan Budaya

57

Program Pengeloalan Keragaman Budaya

58

Program Pengembanga n Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya

59

Program Pelestarian Tradisi Budaya Daerah

60

Program Penataan Administrasi Kependuduka n

+1

195 | P a g e

C 1

MISI 3 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

196 | P a g e

Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber daya Alam

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

Program Peningkatan Pengendalian Polusi

+1

+1

+1

Program Pengembanga n Kinerja Pengelolaan Persampahan

+1

+1

Program pengembanga n ekowisata dan jasa lingkungan di kawasankawasan konservasi laut dan hutan

+1

+1

197 | P a g e

Program Pengendalian kebakaran hutan

+1

Program Pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem pesisir dan laut

+1

+1

10

Program pembangunan sistem pendaftaran tanah

+1

11

Program Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

+1

198 | P a g e

12

Program Penyelesaian konflik-konflik pertanahan

+1

13

Program Pengembanga n Sistem Informasi Pertanahan

+1

14

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

+1

+1

15

Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/per kebunan

+1

+1

+1

+1

16

Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/per kebunan

+1

+1

+1

199 | P a g e

17

Program peningkatan penerapan teknologi pertanian/per kebunan

+1

+1

+1

18

Program peningkatan produksi pertanian/per kebunan

+1

+1

+1

19

Program pemberdayaa n penyuluh pertanian/per kebunan lapangan

+1

+1

+1

20

Program pencegahan dan penanggulang an penyakit ternak

+1

+1

+1

21

Program peningkatan produksi hasil peternakan

+1

+1

+1

200 | P a g e

22

Program peningkatan pemasaran hasil produksi peternakan

+1

+1

+1

23

Program peningkatan penerapan teknologi peternakan

+1

+1

+1

24

Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

+1

+1

+1

+1

+1

25

Program rehabilitasi hutan dan lahan

+1

+1

+1

+1

+1

26

Perlindungan dan konservasi sumber daya hutan

+1

+1

+1

+1

+1

27

Program pemanfaatan kawasan Hutan Industri

+1

+1

+1

+1

+1

201 | P a g e

28

Program pembinaan dan penertiban industri hasil hutan

+1

+1

+1

+1

+1

29

Program perencanaan dan pengembanga n Hutan

+1

+1

+1

+1

+1

30

Program pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan

+1

+1

+1

+1

+1

31

Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

202 | P a g e

32

Program pemberdayaa n masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan

+1

+1

33

Program peningkatan kesadaran dan penegakan hukum dalam pendayagunaa n sumberdaya laut

+1

+1

+1

34

Program peningkatan mitigasi bencana alam laut dan prakiraan iklim laut

203 | P a g e

35

Program peningkatan kegiatan budidaya kelautan dan wawasan maritim kepada masyarakat

+1

+1

+1

+1

36

Program pengembanga n budidaya perikanan

+1

+1

+1

+1

37

Program pengembanga n perikanan tangkap

+1

+1

+1

+1

38

Program pengembanga n sistem Penyuluhan perikanan

+1

+1

204 | P a g e

39

Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan

+1

40

Program Kerjasama Pembangunan

41

Program Pengembanga n Wilayah Perbatasan

42

Program Perencanaan Pengembanga n Kota-kota menengah dan besar

43

Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan daerah

205 | P a g e

44

Program perencanaan prasarana wilayah dan sumber daya alam

45

Program perencanaan pembangunan daerah rawan bencana

46

Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

47

Program Penataan Daerah Otonomi Baru

MISI 4

206 | P a g e

Program pengembanga n wilayah strategis dan cepat tumbuh

-1

+1

-1

-1

-1

-1

+1

+1

+1

-1

Program pembangunan infrastruktur perdesaaan

-1

+1

-1

-1

+1

-1

Program Perencanaan Tata Ruang

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

Program Pemanfaatan Ruang

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

+1

Program Pembangunan Jalan dan Jembatan

-1

+1

-1

-1

-1

+1

207 | P a g e

rogram Pembangunan saluran drainase/goro ng-gorong

+1

+1

Program Pembangunan turap/talud/br ojong

+1

+1

+1

Program rehabilitasi/pe meliharaan Jalan dan Jembatan

10

Program rehabilitasi/pe meliharaan talud/bronjon g

11

Program inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan

12

Program tanggap darurat Jalan dan Jembatan

208 | P a g e

13

Program Pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan

14

Program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaa n

+1

+1

-1

15

Program penyediaan dan pengolahan air baku

+1

+1

16

Program pengembanga n, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya

+1

+1

209 | P a g e

17

Program pengendalian banjir

18

Program Pengembanga n Perumahan

-1

-1

-1

19

Program Lingkungan Sehat Perumahan

20

Program Pemberdayaa n komunitas Perumahan

21

Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial

22

Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran

210 | P a g e

23

Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

24

Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ

25

Program peningkatan pelayanan angkutan

26

Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas

27

Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor

211 | P a g e

28

Program Pengembanga n Komunikasi, Informasi dan Media Massa

29

Program pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi

30

Program fasilitasi Peningkatan SDM bidang komunikasi dan informasi

31

Program kerjasama informasi dan media massa

212 | P a g e

32

Program pembinaan dan pengembanga n bidang ketenagalistrik an

+1

MISI 5 1 Program peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah/ wakil kepala daerah 2 Program peningkatan dan Pengembanga n pengelolaan keuangan daerah

213 | P a g e

Program pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/ kota

Program peningkatan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH

Program Peningkatan Profesionalism tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan

214 | P a g e

Program Penataan dan Penyempurna an kebijakan sistem dan prosedur pengawasan

Program Mengintensifk an penanganan pengaduan masyarakat

Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Program Penataan Peraturan Perundangundangan

10

Program Pendidikan Kedinasan

215 | P a g e

11

Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur

12

Program Pembinaan dan Pengembanga n Aparatur

13

Program perencanaan pembangunan daerah

14

Program pengembanga n data/informasi /statistik daerah

15

Program perbaikan sistem administrasi kearsipan

216 | P a g e

16

Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsi p daerah

17

Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kerasipan

18

Program peningkatan kualitas pelayanan informasi

19

Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi

Jumlah dampak

-5 / + 9

-8 / +17

+36

+26

-1 / +30

-5 / +14

-4 / +15

-4 / +16

-1 /+17

-4 /+18

+9

+19

+1

-1 / +1

-1/+10

217 | P a g e

PERUMUSAN MITIGASI DAN/ATAU ALTERNATIF DAN REKOMENDASI PERKIRAAAN DAMPAK PROGRAM PEMBANGUNAN
Indikasi No. 1. Program Prioritas Program Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Program potensial, industri pengembangan industri sentra makanan seperti 1. Pada sentra harus sentra-sentra Dampak Rumusan Mitigasi dan Alternatif Mitigasi kawasan industri disertai yang akan Alternatif Program Pembangunan kawasan industri di sentra industri potensial Pemerintah provinsi perlu menambahkan program perencanaan kawasan industri potensial sebelum program pengembangan kawasan industri potensial. Pemerintah Kabupaten/Kota membuat program pembangunan jaringan drainase dan sanitasi sentra industri rumah tangga Rekomendasi

dikembangkan

menjadi potensial dengan

tradisional, sentra industri logam, sentra industri dok dan ikan limbah wilayah limbah proses limbah Limbah perkapalan, dan cair. yang sentra industri pengolahan hasil sebagainya menghasilkan Sumberdijadikan dari dan dari berpotensi

instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) secara terpadu, sehingga limbah cair yang berasal dari setiap industri yang berada dalam kawasan tersebut dialirkan dan diolah di IPAL tersebut ke sebelum atau sentra industri disalurkan 2. Apabila sungai

sumber limbah cair pada sentra industri berasal dari langsung produksi domestik cair

digunakan kembali (reuse). kawasan sentra industri yang dikembangkan merupakan rumah tangga yang berada dalam kawasan pemukiman maka industri-industri rumah

mess/perumahan pekerja. tersebut

218 | P a g e

berpotensi

mencemari

tangga

tersebut dan

harus wajib seperti

sungai dan air laut dimana sungai tersebut bermuara karena umumnya sentra industri dikembangkan di wilayah yang berdekatan dengan sumber air seperti di pinggir sungai. 2. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Program tumbuh wilayah kawasan pengembangan yang berada di 1.

dilengkapi dengan dokumen lingkungan, melakukan lingkungan, pembuatan IPAL. pengelolaan

Pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh di wilayah pesisir diupayakan tidak memanfaatkan atau membuka kawasan lindung pantai dan di wilayah yang secara geografis rentan terhadap abrasi.

1. Deleniasi dan pemasangan tapal batas kawasan lindung pantai 2. Program pembangunan penahan gelombang (breakwater) penahan abrasi di sepanjang sisi pantai.

Pemerintah provinsi menambahkan program perencanaan wilayah strategis cepat tumbuh dan menyertakan arahan mitigasi dan alternatif sebagai kegiatan.

wilayah strategis dan cepat pesisir bahari seperti terpadu,

kawasan sentra budidaya perikanan, dan minapolitan berpotensi dan pantai. pengembangan di daerah menyebabkan garis Misalnya kawasan akan hutan untuk menjadi gangguan terhadap abrasi perubahan

sentra budidaya perikanan pesisir memanfaatkan mangrove dialihfungsikan Akibat

tambak ikan atau udang. berkurangnya

219 | P a g e

mangrove mempercepat dan pantai. kebutuhan pendukung pelabuhan ikan, jalan pergudangan, lagi Program lahan perubahan Selain lahan

akan laju abrasi garis itu, untuk seperti pendaratan akses, akan yang 1. Pemilihan lokasi yang akan dikembangkan menjadi kawasan strategis dan cepat tumbuh bidang pertanian dan perkebunan harus diikuti dengan upaya untuk kawasan KIMBUN, Pangan akan limbah meminimalisasi limbah residu pestisida dan residu pupuk. Pencegahan dimulai dengan pengawasan terhadap aplikasi pestisida dan pupuk baik jenis maupun dosis yang tepat sesuai anjuran. Dalam hal ini peran penyuluh

pembangunan infrastruktur

memerlukan lebih banyak dialihfungsikan. pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh dapat berdampak terhadap laut/pesisir. Pengembangan agropolitan, Sentra dan Tanaman Hortikultura peningkatan pencemaran air sungai dan

menimbulkan pupuk. seperti

residu pestisida dan residu Residu pestisida organoklorin,

220 | P a g e

organofosfat, dari kawasan

karbamat, tersebut

pertanian/perkebunan sangat penting untuk mengedukasi petani/pekebun yang berada dalam kawasan tersebut. 2. Pembangunan pemukiman di kawasan strategis dan cepat tumbuh harus dilengkapi dengan sarana sanitasi seperti jamban yang memneuhi syarat, drainase air kotor beserta IPAL sederhana, dan tempat pengolahan sampah secara terpadu.

dan piretroid yang berasal akan mengalir ke sungai dan bila dikonsumsi dapat membahayakan kesehatan. dapat dampak seperti gondok terkendali. Pengembangan KTM akan menghasilkan limbah yang berasal dari lahan pertanian/perkebunan, dan limbah rumah tangga. Program pengembangan laju Pencemaran menimbulkan euterofikasi perkembang tidak sungai oleh residu pupuk

biakan tumbuhan enceng yang

Melakukan konservasi terhadap kawasan lindung seperti hutan lindung, hutan penyangga, kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan di sekitar mata air, kawasan di sekitar waduk/danau, dan

wilayah strategis dan cepat tumbuh memerlukan lahan yang luas dan harus dalam satu hamparan. Seringkali terjadi, karena kebutuhan lahan, lindung maka seperti kawasan daerah

221 | P a g e

resapan air hujan, sepadan sungai, sepadan lain pantai untuk seperti industri, perkebunan, akan fungsi akan 1. Zonasi kawasan kaya keragaman hayati dialihfungsikan penggunaan pemukiman, pertokoan/pasar, pertanian, Hal lindung, menurun. 3. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh yang mengalihfungsikan lahan hutan atau non hutan yang kaya akan sumber-sumber plasma nutfah (germplasm) menyebabkan menurunnya potensi keragaman hayati di kawasan tersebut. tambak, dan sebagainya. tersebut sehingga juga mengurangi luas kawasan ekosistemnya

kawasan suaka alam.

1. Program identifikasi dan inventarisasi potensi keragaman tumbuhan dan hewan spesifik lokal 2. Program domestikasi dan penangkaran hewan dan tumbuhan spesifik lokal

222 | P a g e

4. Terbukanya akses suatu kawasan lindung yang kaya plasmanutfah akibat pengembangan wilayah di sekitarnya menjadi wilayah strategis dan cepat tumbuh akan memicu terjadinya eksploitasi terhadap plasma nutfah baik fauna maupun flora yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti tumbuhan dan hewan spesifik dan langka. Untuk keberhasilan program tumbuh, memaksimalkan masyarakat lokal/tempatan, juga akan didatangkan penduduk mencapai dalam pengembangan selain 1. Sanksi yang tegas terhadap peserta KTM yang meninggalkan lokasi. 1. Penyusunan daerah kependudukan membatasi Babel peraturan tentang untuk pendatang

wilayah strategis dan cepat

unskill untuk menetap di

223 | P a g e

dari luar (umumnya dari Pulau Mereka dengan peserta tersebut KTM, dari KIMBUN, Jawa dan Bali). sebagai program pada KUNAK. didatangkan status

misalnya

Penduduk pendatang yang telah ditempatkan di lokasi wilayah dikembangkan beralih penambang pengaruh lebih Selain ekonomi yang dapat menjadi karena atau

ajakan dari pihak lain yang menguntungkan. itu, penduduk cenderung dari untuk menjadi Dengan program wilayah cepat dan

pendatang dan mencari termasuk penambang. demikian, pengembangan strategis

untuk mengajak keluarga temannya asalnya kampung

pekerjaan,

224 | P a g e

tumbuh maupun yang

secara tidak

langsung langsung di 1. Kawasan hutan mangrove sedapat mungkin tidak dimanfaatkan untuk peruntukan lain karena fungsi ekonomi dan ekologinya yang sangat penting. 2. Sebelum menetapkan suatu kawasan menjadi wilayah strategis dan cepat tumbuh diperlukan studi kelayakan, termasuk ancaman terhadap rusaknya hutan mangrove di sekitar kawasan.

dapat memicu pendatang akan bekerja pertambangan rakyat. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh di wilayah pesisir berpotensi menyebabkan terjadinya pengalihfungsian hutan mangrove untuk peruntukan lain sesuai dengan program pengembangan wilayah. Kawasan hutan mangrove dapat berubah menjadi jalan, pemukiman, tambak udang/ikan bila di kawasan tersebut dikembangkan menjadi kawasan Minapolitan, Sentra Budidaya Perikanan atau Kawasan Bahari Terpadu.

225 | P a g e

Hal tersebut akan semakin menurunkan luas hutan mangrove di Babel secara keseluruhan.

Program ini dapat menimbulkan spekulasi penjualan lahan sehingga harganya lahan akan meningkat. 3. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan Program infrastruktur (PPIP) adalah pembangunan pedesaan kegiatan dengan infrastruktur dapat kontribusi bagi daerah Jenis-jenis pedesaan, air sanitasi di nyata

Keterbukaan dalam proses dan tahapan pengadaan tanah serta pengawasan dan pengendalian pengadaan tanah 1. Pembangunan perdesaan sedapat di infrastruktur desa pesisir mungkin Struktur jalan desa dengan jalan layang dan tidak melakukan penimbunan. Pemerintah Provinsi menambahkan program perencanaan infrastruktur pedesaaan dan menyertakan arahan mitigasi dan alternatif sebagai kegiatan.

yang memfokuskan pada perdesaan kemajuan diharapkan memberikan yang tersebut. dan jembatan dan masyarakat

menghindari sepadan pantai dan hutan mangrove.

kegiatan PPIP adalah jalan irigasi minum, perdesaan. perdesaan,

Pembangunan

infrastruktur di perdesaan

226 | P a g e

yang pesisir,

termasuk jalan

desa seperti dan akan

pembangunan jembatan berfungsi

memanfaatkan areal yang lindung dan Keterbukaan dalam proses dan tahapan pengadaan tanah serta pengawasan dan pengendalian pengadaan tanah Dalam pembangunan jembatan lindung mangrove. Pada program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan seperti pelebaran jalan, peningkatan kualitas jalan perlu mempertimbangkan keberadaan hutan mangrove. Pemerintah Provinsi menambahkan program perencanaan sarana dan prasarana kebinamagaan dan menyertakan arahan mitigasi dan alternatif sebagai kegiatan. pembangunan seperti dan tidak di jalan hutan mangrove. Program ini dapat menimbulkan spekulasi kepemilikan lahan sehingga harga lahan menjadi mahal Program pembangunan infrastruktur pedesaan yang berada diwilayah pesisir yang membuka kawasan lindung pantai akan berpotensi meningkatkan abrasi dan perubahan garis pantai. 4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan Program sarana dan peningkatan prasarana yang kawasan berpotensi luas dan infrastruktur perdesaan diupayakan pantai

lahan yang berada di kawasan berhutan

kebinamargaan memanfaatkan mangrove mengurangi

yang berfungsi lindung dan

227 | P a g e

fungsi hutan mangrove. 5. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Program pembangunan jalan dan jembatan baru seperti jalan provinsi dan jalan kabupaten yang melintasi kawasan pesisir, akan menyebabkan kawasan lindung pantai menjadi terbuka tanpa vegetasi, sehingga berpotensi meningkatkan abrasi pantai dan perubahan garis pantai. 3. Program pembangunan jalan baru dan yang jembatan melintasi yang 1. Dalam pembangunan jalan & jembatan harus selektif dalam pemilihan jalur jalan yang melintasi atau bersinggunagan dengan kawasan dengan keanekaragaman tinggi. . 1. Program identifikasi dan inventarisasi potensi keragaman tumbuhan dan hewan spesifik lokal 2. Program domestikasi dan penangkaran hewan dan tumbuhan spesifik lokal 3. 1. pengalihan jalur jalan yang akan melewati hutan mangrove dan rawan abrasi 1. Pembangunan talud Pemerintah Provinsi menambahkan program perencanaan Pembangunan Jalan dan Jembatan dan menyertakan arahan mitigasi dan alternatif sebagai kegiatan

kawasan memiliki tinggi

hutan

biodiversitas berpotensi

menurunkan biodiversitas. 4. Pembukaan jalan baru yang akan hutan bersinggungan meningkatkan sehingga akan dengan kawasan hutan, akses masuk ke dalam

228 | P a g e

meningkatkan ekploitasi kekayaan fauna. 6. Program Pengembangan Perumahan Program pengembangan perumahan akan meningkatkan limbah rumah tangga yang dapat mencemari sungai. Program perumahan produktif berkurangnya area pengembangan menyebabkan lahan dan catchment Setiap perumahan yang akan juga sampah 1. Program Pembangunan kolam retensi 2. Pengaturan tata ruang di tingkat kabupaten/kota Pembangunan IPAL Communal Program perencanaan pengembangan perumahan dan menyertakan arahan mitigasi dan alternatif sebagai kegiatan dibangun tempat diwajibkan pembuangan terhadap flora dan

membangun IPAL terpadu dan sementara (TPS). 1. Dalam proses perencanaan pengembangan perumahan, kawasan catchment area dan lahan produktif dan subur tidak dicadangkan sebagai kawasan pengembangan kawasan perumahan,

berkurangnya

229 | P a g e

LAMPIRAN 9 : SK POKJA Pengendalian Lingkungan

230 | P a g e

231 | P a g e

232 | P a g e

233 | P a g e

234 | P a g e

LAMPIRAN 10 : Daftar Hadir Workshop Workshop Provinsi Bangka Belitung No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. Martini Melani Sri Heldawati M. Isnaeni Iskandar Zulkarnaen Nopi Handara Ropalia Amanda Intan Ismed Inonu Ahmad Saragi Sidik Cahyono R.M. Ikmanto Mardian Suherli Agus Purnama Sukiharto Agung Dwi Candra Iriyanto Fhores Fherado Lia Meyana Dwi Wulan Yanu Edi Kurniadi Nazalyus Jamilah Dwi Eva K Fajar Novianti Andarta F Hepry Edo Duanda Putra Joko Triadi Erine Yunus Sondang L Gaol Yoppi H J Samato Dwi Nurcahyadi Adi Wiyana Rudy P Tambunan Tanggal 3-5 July 2012 Nama Bappeda Provinsi Bappeda Provinsi BLHD Provinsi LP3LH UBB UBB UBB Bappeda Provinsi UBB / Tim KLHS Bangda UBB Bappeda Provinsi Bappeda Kota Pangkalpinang Bappeda Kota Pangkalpinang Bappeda SPM Bangka Tengah Bappeda Provinsi Bappeda Provinsi Bappeda Kab. Bangka Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bappeda Provinsi Bappeda Provinsi BLHD Provinsi Ka Bappeda Provinsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Dinas Perhutanan Provinsi Bappeda Provinsi Bappeda Bangka Tengah Bappeda Bangka Barat Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Provinsi Bappeda provinsi BLHD Provinsi LSM Bangda Bangda Bangda Tim KLHS Bangda Tim KLHS Bangda Tim KLHS Bangda Institusi

235 | P a g e

38. 39. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.

Deni Lintong Lina Rozana

DIM DIM

Tanggal 17 19 July 2012 Name H. Husein Karim Johan Murod, S.IP, MM, MBA Iriyanto Donal Andrianus Martini Nopi Handara Melani Suranto Suhaimi M. Amin Hepry Darusman Aswan Khairil Alfi Eko Kurniawan Agung Dwi Chandra A. Fauzan Risfaheri Yulias Tuti Ningsih Luci Veronika Sidik Cahyono Haholongan S Monica A Kapiantari Edi Kurniadi Azali P Samosir Rudi Elvianti Rika Komarina Silvia Rivanda Sekar Melati Jamilah Bambang Sustiawan P M. Pungut Amanda Intan W Lia Meyana Dwi Eva Kustyaningrum Sri Heldawati Agus Purnama Ilham H. Yusfendi Bappeda dan Statistik Kab. Bangka Barat Ketua SPSI Provinsi Babel PLN Wilayah Babel BLH Kabupaten Bangka Bappeda dan Statistik Prov. Babel Bappeda dan Statistik Prov. Babel BPTP Provinsi Babel Bappeda dan Statistik Prov. Babel Bappeda dan Statistik Prov. Babel Bappeda dan Statistik Prov. Babel UT Danida ESP2 BLHD Provinsi Babel Interpreter RRI Sungailiat Bappeda Kota Pangkalpinang KLH Kabupaten Bangka Tengah BLHD Kabupaten Belitung Timur Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Babel BLHD Kabupaten Belitung BLHD Kota Pangkalpinang Bappeda dan Statistik Prov. Babel Bappeda dan Statistik Prov. Babel Dinas Kehutanan Provinsi Babel BLHD Provinsi Babel Bappeda dan Statistik Kab. Bangka Tengah Bapedalda Kabupaten Bangka Barat Institution Ketua 19 Paguyuban Bangka Belitung DPD HNSI Prov. Babel Bappeda Kab. Bangka BLH Kota Pangkalpinang Bappeda dan Statistik Prov. Babel Universitas Bangka Belitung Bappeda dan Statistik Prov. Babel AKLI

236 | P a g e

37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68.

Zainal Arifin Ropalia Fajar Novianti Joko Triadhi Rusdi Agus Sudibyo Luhut H Silalahi Mujo Yuwono Fhores Fherado M. Isnaeni Dwi Wulan Yanu Edo Duanda Putra H. Simanjuntak Ardiansyah Kurniawan Juaidi Mogens Straarup Yuliani Noprial Riady Yudho H Marhoed Suhardi Basri Afrisna Nilasari Adlan Taufik Sondang L Gaol Ahmad Saragi Andarta F Eddu H, ST Rudy P Tambunan Ismed Inonu Martin Smutny Dwi Nurcahyadi Agista Rakhmadani Lina Rozana

AELI UBB Bappeda dan Statistik Kab. Bangka Tengah Bappeda dan Statistik Prov. Babel Bappeda dan Statistik Prov. Babel BPS Provinsi Babel Kanwil BPN Provinsi Babel Kanwil Kumham Provinsi Babel Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Babel LP3LH Bappeda dan Statistik Prov. Babel Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan Babel Akademisi UBB Sekretaris Bappeda dan Statistik Prov. Babel Danida ESP2 Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Dinas Pertambangan dan Energi Prov. Babel WALHI DPD REI Provinsi Babel BPKH wilayah XIII Bappeda Belitung Timur Bangda UBB Bappeda dan Statistik Kab. Bangka Tengah Bapedalda Bangka Barat Tim KLHS Bangda Tim KLHS Bangda Tim KLHS Bangda Tim KLHS Bangda PT. DIM PT. DIM

No. 1. 2. 3. 4. 5.

Tanggal 8 10 Agustus 2012 Name Ropalia Erine Dwi Eva Kustyaningrum Sri Heldawati Jamilah Institution UBB (Local Consultant Team) BLHD Provinsi Babel Dinas Kehutanan Provinsi Babel BLHD Provinsi Babel Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Babel

237 | P a g e

6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

Rusdi Melani Lia Meyana Susanti Noprial Riady Amanda Intan Agung Dwi Chandra Sidik Cahyono Edo Duanda Putra Martini Diah Indrajati Adi Wiyana Dwi Nurcahyadi A.Fauzan Joko Triadhi Ismed Inonu Dwi Wulan Yanu Lina Agista Hijri Rudy P Tambunan

Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Babel Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Dinas Pertanian Perkebunan & Peternakan Prov Babel Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Bangda MoHA Bangda SEA Team Bangda SEA Team Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Bappeda dan Statistik Provinsi Babel Local Consultant Bappeda dan Statistik Provinsi Babel DIM DIM Bangda SEA Team

Tanggal 5-6 September 2012 Name Febri FhoresFherado DeasyKusuma A Sri Heldawati FajarNovianti Dwi Eva K Rudy P Tambunan Rika Komarina Karina Lestari Harpina Suranto EdduNovandaharto TH Khairul M.Pungut Donal A AgusSudibyo HahlonganSimanjuntak ArdiansyahKurniawan BappedaProvinsi DKP Prov.Kab.Babel DIM BLHD Provinsi BPP Statistik Dishut Prov. Babel Tim SEABangda Bappeda PKP UBB UBB DPD Akli BappedaKab.Bangka Barat BappedaKab.Babel BLH Kota PKP BLH Kota PKP BPS UT UBB Institution

238 | P a g e

19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57.

Nugroho Juned S Bambang SP IskandarZulkarnain EviOktaviani Marzuki Rusli Melani LiaSevtiani Hepry Edi K Ernie Jp Eko K Afrisna N LiaMeyana Susanti Edo Duanda P Ahmad Saragi Amanda Intan W Nazalyus D.WulanYanu Fauzan SidikCahyono Ratno Budi Mastinah Luhut H Silalahi DeniLintong SekarMelati AgusPurnama Jamilah Ismed Inonu Rudi Elvianti Darusman Agus S JokoTriadi Susanto AdlanTaufik M.Isnaini Silvia R

PT Timah PT Timah BLHD Kab.Belitung UBB / KonsultanLokal KanwilKementrianHukum/HAM Babel Bappedalda Babar Bappedaprovinsi BappedaProvinsi BappedaProvinsi Bappeda Babar BLHD BLHD BLH Bangka BPKH XIII PKP BappedaProvinsi BappedaProvinsi DistanbunnakProvinsi KonsultanLokal BappedaProvinsi KaBappeda Babel BappedaProvinsi BappedaProv.Babel Bappeda&Statistik Walhi Babel BLH Kab.Babel Kanwil BPK Prov.Babel DIM BLHD Bappeda Bangka Tengah DisbandparProvinsi UBB RRI Babel SPSI BPS Babel Bappeda KarangTarunaDs.Benteng Belitung Timur LP3LH KLH Bangka

239 | P a g e

LAMPIRAN 11 : Foto-Foto Kegiatan Workshop

240 | P a g e

241 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai