Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Tujuan percobaan Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat menentukan kesadahan total (Ca+2 dan Mg+2), konduktivitas dan kadar TDS dengan menggunakan resin penukar kation dan anion.

1.2 1.2.1

Air Gambut Karakteristik Air Gambut Secara Umum Umumnya karakteristik air gambut secara kualitatif umumnya, yaitu: 1. Kadar alkalinitas rendah 2. Air keruh dan berwarna merah kecoklatan 3. Kandungan garam mineral relatif tinggi 4. Tingkat keasaman tinggi (pH rendah) 5. Konsentrasi total karbon organik (TOC) tinggi akibat pelapukan bahan organik yaitu asam humik dan fulfik.

warna cokelat air gambut berasal dari zat-zat humus yang terdapat pada tanah dan gambut, merupakan zat polimer yang mengandung persenyawaan asam karboksil dan gugusan fenol. Sifat asam air gambut disebabkan oleh adanya tanah lempung mengandung sulfida, yang kemudian teroksidasi menjadi asam sulfat.

Gambar 1.1 Air gambut

1.2.2

Karakteristik Air Gambut Secara Kuantitatif Komposisi air gambut berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah lain

bergantung pada struktur tanah, ketebalan humus, dan umur humusnya. Sebagai contoh, disajikan karakteristik air gambut di Riau dan Jambi.

Tabel 2.1 Karakteristik Air Gambut Riau dan Jambi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Parameter pH Warna Kekeruhan Kesadahan Besi (Fe) Sulfat (SO4) Nilai KMnO4 Satuan PtCo NTU mg/L mg/L mg/L mg/L Air Gambut Riau 6.6 225 6.21 12.9 1.04 0 162.7 Air Gambut Jambi 4.7-5 70-85 32-50 15-17 1.21-1.29 9.5-9.8 76-77

Distribusi humus berbeda-beda tergantung pada kondisi tanah (lihat Gambar 1.2). Humus merupakan komponen penting dalam air gambut yang berupa molekul bioorganik. Humus sangat kompleks, terdiri dari berbagai kelas molekul dan mengandung kurang lebih 50% karbon organik. Humus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu humic acid, humin dan filfic acid. Perbedaan ketiga bagian ini terletak pada kelarutannya dalam air. Fulfic acid larut pada semua pH, humic acid larut pada pH lebih besar dari 2, sedangkan humin tidak larut dalam air.

Gambar 1.2 Komposisi humus pada grassland / lahan gambut.

1.2.3

Karakteristik Secara Kualitatif

Humic acidi berukuran lebih besar dan mengandung lebih sedikit oksigen, lebih fluorecent, mengandung lebih banyak karbon dan derajat

polimerisasinya lebih tinggi. Fulvic acid mengandung lebih sedikit polimer dan karbon, namun mengandung lebih banyak ikatan hidrogen dan oksigen. Jenis tanah sangat mempengaruhi komposisi humic acid dan filvic acid.

Warna humid acid antara cokelat tua sampai hitam, wnarna fulvic acid antara kuning sampai kuning kecoklatan, sedangkan warna humini hitam. Secara kualitatif, perbandingan fulvic acid dan humic acid adalah sebagai berikut: a. Fulvic acid 1. Reaktif 2. Memiliki berat molekul rendah 3. Biopolimer alifaik dan aromatik 4. Struktur molekul acak 5. Warnanya dari kuning muda sampai kuning kecoklatan 6. Fulvic acid cenderung untuk tidak teragregasi dan sifatnya tidak begitu menyerupai dtergen. b. Humic Acid 1. Sangat reaktif 2. Memiliki berat molekul tinggi 3. Biopolimer dan aromatik polifenolik 4. Struktur molekul acak 5. Warnanya coklat tua sampai hitam 6. Memiliki karakter seperti deterjen, terutama pada konsentrasi 510 ppm. Dalam air, humic acid akan membentuk pseudomicelles yang terdiri dari inti yang bersifat nonpolar dan permukaan yang bersifat polar dan larut dalam air. 7. Mampu melarutkan materi hidrofobik 8. Agregasi (pengelompokan) humci acid dipercepa oleh adanya ion positif dalam larutan, terutama ion multivalen dan kenaikan

temperatur.

Ion monovalen seperti

Na+

dan H+

dapat

mempercepat agregasi humic acid namun tidak secepat ion multivalen. 9. Pada pH yang rendah dan temperatur yang tinggi, sifat deterjen dari humic acid akan semakin terlihat. 10. Radiasi UV dapat membuat ukuran molekul humic acid lebih kecil dan tidak dapat membentuk pseudomicelles. 11. Humic acid dapat bereaksi dengan nutrien, logam toxic, radionuklida, dan halogen. 12. Humid acid mempunyai radikal bebas yang stabil yang dapat bereaksi dengan senyawa inorganik seperti Hg, Cr dan Pu 13. Humic acid juga mampu untuk bereaksi dengan senyawa organik anthropogenic seperti hidrokarbon polycyclinic aromatic. Humic acid merupakan makromolekul aromatik yang kompleks dengan asam amino, gula amino, peptida, komponen alifatik. Humic acid juga mengandung ikatan OH, struktur quinone, nitrogen, ikatan oksigen dan kelompok COOH yang bervariasi dalam rantai aromatik. Sedangkan, fulvic acid mengandung aromatik, struktur alifatik, ikatan oksigen dan gugus fungsional.

1.2.4

Karakteristik Secara Kuantitatif Ukuran makromolekul humic acid dan fulvic acid berkisar antara 60-

500 A. Komposisi humic acid dan fulvic acid dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Komposisi humic acid dan fulvic acid %dry ash-free basis Senyawa Fulvic acid Humic acid C 44-49 52-62 H 3,5-5,0 3,0-5,5 O 44-49 30-33 N 2,0-4,0 3,5-5,0

1.3

Air Bersih Dengan meningkatnya pertumbuhan manusia maka kebutuhan hidup

manusiapun akan meningkat, salah satunya kebutuhan akan air yang bersih, sehat dan tercukupi. Dalam kondisi ini sarana penyediaan air bagi masyarakat adalah faktor fital dalam rangka meningkatkan standar hidup masyarakat. Oleh karena itu, pelayanan akan air bersih tidak terbatas pada air minum saja tetapi juga untuk berbagai macam keperluan kehidupan sehari-hari termasuk untuk penggunaan industri. Pemanfaat air bersih antara lain : a. Untuk keperluan rumah tangga (domestic use) Penggunaan air bersih di rumah tangga adalah untuk minum, memasak, mandi, mencuci, fasilitas sanitasi di rumah dan keperluan lainnya; b. Untuk keperluan industri (industrial use) Di industri air bersih mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai bahan pokok seperti yang digunakan pada industri makanan/minuman dan berfungsi sebagai bahan pembantu seperti untuk pencuci, pendingin, atau pengisi ketel uap; c. Untuk keperluan umum dan perkotaan (public use) Keperluan umum dan perkotaan seperti untuk menyiram tanaman, membersihkan jalan, penggelontoran saluran kota, pemadam kebakaran, keperluan fasilitas umum, aktivitas komersil, pelabuhan, dan keperluan rekreasi. Di Indonesia, air yang diproduksi oleh suatu sistem penyediaan air bersih haruslah memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/per/IV/2010 Tentang Standar Kualitas Air Bersih sebagai persyaratan kualitas air minum, dapat dilihat dalam lampiran A. Air baku yang akan dijadikan sumber air minum harus memenuhi syaratsyarat tertentu, yaitu: 1. Kualitas air baku menurut Undang-undang antara lain: 1) Peraturan Menkes No. 492/MENKES/per/IV/2010; 2) Peraturan pemerintah No.81/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air serta pedoman penetapan baku mutu air.

2. Aspek kuantitas air baku Penyediaan air baku selain memperhatikan kualitasnya juga harus

memperhatikan kuantitasnya yang berarti tersedianya air baku dengan jumlah yang cukup. 3. Aspek kontinuitas air baku Tersedianya air dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk belum dapat menjamin kesejahteraan jika tidak ada jaminan ketersediaan air yang kontinu dan dalam jangka waktu yang lama. 1.4 Pengolahan Air Pengolahan yang dilakukan tergantung air baku yang akan diolah. Air jernih adalah air yang secara fisis dan kimia telah memenuhi syarat tetapi secara biologis belum memenuhi. Sedangkan air bersih adalah air yang telah memenuhi syarat fisis, kimia dan biologinya. Secara lengkap pengolahan air terdiri dari : a. Prasedimentasi Pengendapan yang memanfaatkan gravitasi bumi dan tanpa pembubuhan zat kimia. Unit ini dibutuhkan jika turbiduty airnya tinggi, besar dari 7 NTU (Kawamura,1991). b. Koagulasi dan flokulasi Aliran air yang sudah melewati unti prasedimentasi selanjutkan akan dibubuhkan dengan zat kimia alumunium sulfat (Al2(SO4)3). Pada unit ini terjadi satuan proses. Fungsi kimiawi tersebut untuk menjadikan partikel koloid bermuatan. Kondisi aliran pada koagulasi biasanya turbulen, sedangkan pada flokulasi terjadi aliran laminar. c. Sedimentasi Flok yang terbentuk dari proses flokulasi diharapkan akan mengendap akibat gaya beratnya sendiri, sehingga bila terjadi

pengendapan terlebih dahulu pada unit sebelumnya atau sesudahnya maka perlu dipertanyakan proses perancangan proses flokulasi dan

sedimentasinya.

d. Filtrasi Air akan melewati lapisan atau media berbutir sehingga diharapkan partikel yang mungkin masih ada terbawa air olahan pada unit ini akan tersangkut pada butiran media filter. e. Ion exchange Air yang melewati fitrasi yang masih mengandung kesadahan, akan dilewatkan pada kolom penukar ion, untuk menghilangkan ion-ion berbahaya. f. Desinfeksi Pembubuhan kimia disenfektan, misalnya kaporit dengan tujuan untuk membunuh bakteri patogen. 1.5 Pengolahan Air dengan Metode ion exchange Dalam perrcobaan akan dilakukan pengolahan air dengan metode ion exchange atau pertukaran ion. Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ionion yang terjerap pada suatu permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam air (Setiadi, 2007). Pertukaran ion secara luas digunakan untuk pengolahan air dan limbah cair,terutama digunakan pada proses penghilangan kesadahan dan dalam proses demineralisasi air. Ion exchange terdiri : 1. Resin kation Melepaskan ion positif pada resin ( misalnya mobile H+atau Na+) untuk ditukar dengan kandungan unsur kation pada air . Resin kation mempunyai immobile berupa SO3- atau COO2. Resin anion Melepaskan ion negative ( misal OH-atau Cl-) untuk di tukar dengan kandungan unsur anion pada air. Resin anion mempunyai immobile NH2+.

1.5.1

Prinsip ion exchange Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses tersebut

senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif atau negatif tertentu dari larutan dan melepaskan ion lain ke dalam larutan tersebut dalam

jumlah ekivalen yang sama. Jika ion yang dipertukarkan berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan jika ion yang dipertukarkan berupa anion, maka resin tersebutdinamakan resin penukar anion (Setiadi, 2007). Contoh reaksi pertukaran kation dan reaksi pertukaran anion disajikan pada reaksi di bawah ini :

Reaksi pertukaran kation : 2H-R (s) + MgSO4 (aq) Reaksi pertukaran anion : 2R-OH (s) + H2SO4 R 2SO4(s) + 2H2O (2) CaR (s) + H2SO4 (aq) (1)

Reaksi I menunjukkan bahwa larutan yang mengandung MgSO4 diolah dengan menggunakan resin penukar kation R-H+, dengan R menyatakan gugus resin. Resin ini mengikat kation dengan lemah sehingga mudah lepas jika direaksikan. Resin akan berikatan dengan ion Mg2+ yang terkandung dalam larutan dan melepaskan ion H+ yang dimilikinya ke dalam larutan. Secara ilustratif hal ini diberikan pada gambar 1.3

Gambar 1.3 Penukaran kation pada ion exchange

Reaksi II menunjukkan bahwa larutan yang keluar dari kolom penugukar kation yang mengandung H2SO4 diolah dengan menggunakan resin penukar anion R-OH, dengan R menyatakan gugus resin. Resin ini mengikat anion dengan lemah

sehingga mudah lepas jika direaksikan. Resin akan berikatan dengan ion SO42yang terkandung dalam larutan dan melepaskan ion OH- yang dimilikinya ke dalam larutan. Secara ilustratif hal ini diberikan pada gambar 1.4

Gambar 1.4 Penukaran anion pada ion exchange 1.6 1.6.1 Kesadahan Pengertian Kesadahan Istilah kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan magnesium yang terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen (setara) kalsium karbonat. Kesadahan (hardness) adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi dua. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan (presipitasi) maupun dengan anion-anion yang terdapat didalam air membentuk kerak air dan endapan atau karat pada perlatan logam. Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+ juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua (Banurea, 2008). Air sadah adalah air yang mengandung beberapa jenis mineral yaitu Ca, Mg, Sr, Fe dan Mn yang konsentrasinya tinggi sehingga mengakibatkan air menjadi keruh dan dapat mengurangi daya kerja sabun serta menimbulkan kerak pada dasar ketel. Kesadahan air dikenal dengan nama kekerasan air (hard water).

Menurut (Banurea, 2008), berdasarkan kadar kalsium di dalam air maka tingkat kesadahan air digolongkan dalam 4 kelompok yaitu: 1. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 0-75 mg/l disebut air lunak (soft water) 2. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 75-150 mg/l disebut moderately hard water 3. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300 mg/l disebut hard water 4. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 300 mg/l ke atas disebut very hard water Menurut (Banurea, 2008), berdasarkan kandungan mineral maka kesadahan air dibagi dalam 2 golongan yaitu: a) Kesadahan air sementara/temporer disebut pula kesadahan karbonat. Air disebut mempunyai kesadahan sementara apabila kesadahannya dapat dihilangkan dengan pendidihan, mengandung kalsium dam magnesium bikarbonat. Air dengan tipe ini terdapat di daerah berkapur. Sejumlah kecil karbon dioksidasi terlarut dalam air hujan membentuk asam lemah yaitu asam bikarbonat. H2O Air dioksida Asam karbonat secara + CO2 Karbon dioksida perlahan-lahan melarutkan H2CO3 Asam karbonat kalsium karbonat

membentuk kalsium bikarbonat yang larut. b) Kesadahan air tetap/permanen disebut pula kesadahan non karbonat. Air dengan kesadahan tetap mengandung sulfat dan klorida kalsium dan magnesium yang terlarut dalam air hujan yang lewat menerobos batu batuan yang mengandung garam-garam tersebut.

1.6.2

Penentuan Kesadahan Air Penentuan kesadahan sangat penting terutama dalam industri, karena air

sadah menimbulkan endapan batu ketel yang dapat menaikkan konsumsi bahan bakar. Karena itu, air industri selalu ditentukan kesadahannya agar usaha untuk melunakkannya dapat dilakukan seefisien mungkin. Air sadah dapat menyebabkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun yang menyebabkan sifat detergen sabun hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32-

mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat CaCO3. Kerak ini akan mengurangi penampang basah pipa yang dapat menyulitkan pemanasan air dalam ketel (Banurea, 2008). Kesadahan air tidak menguntungkan, karena air yang dianggap bermutu tinggi mempunyai kesadahan yang tendah. Kalsium atau magnesium yang terdapat dalam air sadah dapat bereaksi dengan sabun sehingga sabun tidak memberi busa. Garam asam hidrogenkarbonat larut dalam air, tetapi jika dipanaskan akan mengendap sebagai garam karbonat yang mengendap di dasar ketel yang meningkatkan ongkos pemanasan dan merugikan perindustrian. Kesadahan karena sam hidrogenkarbonat dinamakan kesadahan karbonat atau kesadahan sementara. Kesadahan karena garam-garam sulfat atau klorida disebut kesadahan tetap atau kesadahan permanen. Jumlah keduanya dinamakan kesadahan total. Untuk air minum kesadahan dibawah 250 bpj masih dapat diterima. Diatas 500 bpj akan dapat merusak kesehatan. Kesadahan yang tinggi belum tentu disebabkan oleh limbah industri, dapat juga disebabkan oleh susunan geologi tanah (Banurea, 2008). Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Pada penentuan kesadahan air, diperlukan modifikasi dari cara titrasi larutan Mg-Ca murni, karena dalam air sering dijumpai pengotoran oleh ion besi dan logam-logam lain. Penggunaan indikator Eriochrome Black T atau Calmagit akan terjadi indikator oleh ion besi karena akan bereaksi. Oleh sebab itu, penambahan buffer pH 10 jumlah molekul EDTA dapat membuat pasangan kimiawi dengan ion-ion kesadahan dan beberapa jenis ion lainnya. Pasangan tersebut lebih kuat dari pada hubungan antara indikator dengan ion-ion kesadahan. Oleh karena itu, pada pH 10 jumlah molekul EDTA yang ditambahkan sebagai titran sama (ekuivalen) dengan jumlah ion-ion kesadahan dalam sampel, dan molekul indikator terlepas dari ion kesadahan (Banurea, 2008).

1.6.3

Metode Penghilangan Kesadahan Air

Beberapa metode penghilangan keadahan air yaitu: a. Pendidihan Jika air dididihkan, hanya kesadahan sementara yang dapat dihilangkan. Bikarbonat dipecah menjadi karbonat, air dan karbon dioksida. Persamaan berikut menunjukkan pemecahan kalsium karbonat: Ca(HCO3)2 CaCO3 + Kalsium Karbonat H2O + Air CO2 Karbon Dioksida

Kalsium Bikarbonat

Persamaan untuk magnesium bikarbonat adalah serupa. Karbonat adalah endapan dan oleh karena itu tidak bereaksi dengan sabun dan keluar dari larutan.

b. Penambahan kapur mati (Proses Clark) Kapur mati (kalsium hidroksida) juga hanya memisahkan kesadahan sementara. Kapur harus ditambahkan pada jumlah yang telah diperhitungkan sehingga kapur tersebut hanya cukup untuk menetralkan bikarbonat dan terbentuk kalsium karbonat yang tidak larut. Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 2CaCO3 Kalsium Karbonat (tidak larut) + 2H2O Air

Kalsium Bikarbonat (air sadah)

Kalsium Hidroksida (kapur mati)

c. Penambahan soda pencuci Metoda ini menghilangkan kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Soda pencuci (natrium karbonat) bereaksi dengan garam kalsium dan magnesium dalam air sadah membentuk garam natrium yang larut dengan garam kalsium dan magnesium yang tidak larut yang tertinggal sebagai endapan. Sebagai contoh: CaSO4 + Na2CO3 Natrium karbonat (soda pencuci) CaCO3 + Na2SO4 Natrium sulfat (larut)

Kalsium sulfat (air sulfat)

Kalsium karbonat (tidak larut)

d. Proses pertukaran ion Metoda ini digunakan dalam rumah tangga dan industri untuk menghilangkan kedua tipe kesadahan. Proses ini meliputi penggunaan resin alami dan resin buatan seperti permutit dan zeolit. Air sadah dilewatkan melalui kolom yang diisi resin dan ion-ion kalsium dan magnesium dalam air ditukar dengan ion natrium dalam resin. Resin diregenerasi dengan dialiri larutan garam pekat (natrium klorida). Hal ini akan mengisi ion natrium lagi (Banurea, 2008).

1.6.2

Cara-Cara Titrasi EDTA

a. Cara titrasi langsung Cara ini terbatas pada kation yang bereaksi cepat dengan EDTA. Contoh cara ini adalah penentuan kesadahan air. b. Cara titrasi kembali Cara ini digunakan untuk kation yang bereaksi dengan EDTA atau bila terdapat indikator yang cocok. Dalam cara ini analat diberi larutan baku EDTA berlebih lalu kelebihan itu ditentukan dengan mentitrasinya dengan larutan baku suatu kation dan indikator yang cocok, misalnya larutan baku untuk titrasi kembali itu larutan Mg2+ dengan indikator Eriocrom Black T (EBT). c. Cara tidak langsung Cara tidak langsung digunakan pada penentuan sulfat dengan

menambahkan larutan baku barium berlebih dan mentitrasi kelebihan tersebut dengan EDTA. d. Cara pergeseran Cara ini baik untuk kation yang membentuk kelat-EDTA yang lebih kuat dari Mg-EDTA atau Zn-EDTA. e. Cara titrasi alkalimetri Dalam metode ini ditambahkan larutan Na2H2Y berlebih kepada larutan analat yang beraksi netral. Ion hidrogen yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku basa (Banurea, 2008).

1.7

Konduktivitas Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit

di dalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan arus listrik. Semakin banyak garam-garam yang terlarut semakin baik daya hantar listrik air tersebut. Air suling yang tidak mengandung garam-garam terlarut dengan demikian bukan merupakan penghantar listrik yang baik. Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam terlarut konduktivitas juga dipengaruh oleh nilai temperatur. Konduktivitas dapat merujuk pada:
a. b. c.

Konduktivitas listrik, ukuran kemampuan bahan untuk membuat arus listrik Konduktivitas hidrolik, properti kemampuan bahan untuk mengirim air Konduktivitas termal, properti intensif bahan yang menandakan

kemampuannya untuk membuat panas


d.

Konduktivitas Rayleigh, menjelaskan kelakuan apertur mengenai aliran cairan atau gas

e.

Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan-muatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik. Konduktivitas listrik dari rapat arus terhadap kuat medan listrik : didefinsikan sebagai ratio

f. g.

. Pada beberapa jenis bahan dimungkinkan terdapat konduktivitas listrik yang anisotropik. Lawan dari konduktivitas litrik adalah resistivitas listrik biasa disebut sebagai resistivitas saja, yaitu . atau

BAB II METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 2.1.1

Alat dan bahan Alat alat

a. Tabung kolom berisi resin penukar kation b. Pipet tetes c. Buret, klep, dan statip d. Gelas ukur 100 ml, 50 ml, 10 ml e. Corong f. Spatula g. Batang pengaduk h. Erlenmeyer 100 ml i. Stopwatch j. Conductivity meter k. Aluminium foil l. Botol aqua Bahan bahan

2.1.2

a. Sampel air gambut b. Resin penukar kation c. NH4Cl 1 M d. NH4OH 1 M e. Indikator EBT f. Garam natrium EDTA

2.2 2.2.1

Prosedur kerja yang dilakukan Pemeriksaan Alat Alat dipastikan sedemikian sehingga aliran air dapat mengalir, mudah

diamati, dan mudah dioperasikan. Konstruksi kolom resin, konstruksi metode

pengikatan kesadahan dengan sistem bath atau kontinu menggunakan kolom glas dengan diameter 10 cm dan panjang kolom 50 cm.

2.2.2

Pemeriksaan Sampel Sampel air gambut diambil. Pemeriksaan dilakukan pada sampel sebelum

dialirkan kedalam kolom penukar ion terhadap kesadahan total dan kesadahan Ca2+, Mg2+, dan Cl-, pemeriksaan dilakukan dengan cara titrasi menggunakan EDTA, serta konduktivitas dengan alat conductivity meter.

2.2.3 Pelaksanaan Sistem Penukar Ion Termasuk Menggunakan Parameter yang Diperlukan Percobaan dimulai setelah persiapan selesai. Kemudian dilanjutkan dengan mengalirkan sampel air melalui kolom penukar ion. Setelah itu pemeriksaan kesadahan total, kesadahan Ca2+, Mg2+, dan Cl- dan konduktivitas dilakukan. Variasi perlakuan terhadap debit air.

2.2.4

Pengujian Kesadahan Total dengan Titrasi Kompleksometri a. Sampel air gambut dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. b. Tambahkan 1 ml larutan buffer amonia-ammonium klorida. c. Tambahkan indikator Ericrom Black T (EBT). d. Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sampai timbul perubahan wana biru. e. Hitung kadar kesadahan total dengan rumus: ( ) 1 tetes

2.2.5

Pengukuran Daya Hantar dengan Conductivity Meter a. Sampel air gambut dipipet sebanyak 100 ml dan dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml. b. Ukur hantaran larutan sampel dengan mencelupkan elektroda konduktometri ke dalam sampel tersebut. c. Biarkan beberapa saat sampai angka yang tertera pada Conductivity Meter berhenti berubah atau keluar kata steady. d. Baca angka yang tertera pada Conductivity Meter sebagai nilai konduktivitas larutan sampel tersebut. e. Setelah pengukuran hantaran sampel yang pertama, elektroda konduktometri dicuci dengan aquadest dan dibersihkan menggunakan tissue sebelum dicelupkan ke dalam sampel berikutnya.

2.2.6

Rangkaian alat penukar ion

kolom resin penukar anion

inlet

kolom resin penukar kation

outlet

pompa air

bak penampung sampel air

Gambar 2.1 Rangkaian alat penukar ion

Anda mungkin juga menyukai