1. Later Belakang
Sejak tahun 80an, peran-serta masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan perkotaan sangat penting. Beberapa cara pendekatan dikembangkan melalui berbagai metoda oleh berbagai instansi (PI: public involvement untuk proyek infrastructure, misalnya). Pengunaan data GIS tiga dimensi berkembang sejalan dengan perkembangan ini, sebagai alat bagi masyarakat untuk melihatkan isi perencanaan secara lebih jelas dan mudah, dibandingkan dengan cara-cara sebelumnya, seperti gambar, maket dsb 2). Saat ini, harga hardware semakin murah dan kemampuan (kecepatan, jumlah memori) semakin tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai alat perencanaan dalam sakala perkotaan. Misalnya, dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi sesudah bencana di Aceh tanggal 26 Des. 2004, citra 3d prototip rumah sering digunakan oleh pihak NGO. Tetapi di Jepang, kegiatan oleh arsitek atau konsultan untuk menciptakan citra utopia makin turun sejak tahun 80an, dan perencanaan peran-serta masyarakat kadang-kadang mulai dari tahap awal, tanpa ide yang cukup baik bagi masyarakat yang menerima. Sehingga, kadang-kadang pihak masyarakat meminta kepada pemerintah untuk mempersiapkan alternative perencanaan yang cukup baik dan bisa diterima sebelum dimulai kegiatan peren-serta, karena mereka sudah membayar pajak untuk perencanaan tata-kota. Dalam rangka perencanaan permukiman/perkotaan, ide dasar yang bersejarah adalah kesehatan (misalnya khusus di Europe, Garden City) atau keamanan (misalnya khusus di Jepang, kota tahan gempa dan kebakaran). Saat ini, pemikiran dari segi lingkungan makin penting, terlihat dari adanya dampak negativ melalui pemanasan dunia (kenaikan permukaan air laut, atau makin sering terjadi bencana alam). Ada dua pendekatan yaitu: adaptasi (perkotaan tahan pemanasan dan kenaikan permukaan air laut, dan mitigasi (perkotaan dengan emisi CO2 yang sedikit). Citra perkotaan yang memperhatikan hal tersebut belum cukup dikembangkan. *) Research Coordinator for Housing Information System, Recearch Center for
Advanced Information Technology, National Institute for Land and Infrastructure Management (NILIM), Ministry of Land Infrastructure and Transport(MLIT) Japan Apabila melihat dari aspek lingkungan dunia dalam perencanaan perkotaan/ permukiman, manfaat dari pengunaan data GIS tiga dimensi adalah bukan hanya sebagai alat untuk peran-serta masyarakat, tapi juga alat untuk simulasi dan evaluasi dari segi adaptasi dan mitigasi, dengan indek-indek secara kuantitatif.
lebih mudah untuk didapatkan, tetapi data mengenai tinggi tanah masih terlihat kasar.
3. Kasus di Bandung
(1) Data bentuk tanah, oleh Bakosurtanal Peta daerah kota Bandung yang diperoleh dari oleh Bakolsurtanal adalah skala 1:25,000 dengan garis kontur. Tim belum punya peta ini di atas kertas, tetapi data digital, yang dikerjakan oleh swasta berdasarkan peta ini bisa digunakan. Setiap file 13.9km(W-E) x 13.9km(S-N). Ada 6 file terkait daerah terbangun, sebagai berikut: Daftar 1: Nama dan daerah setiap file, sekitar kota Bandung File: c313 W776,213-E790,109(M) S9,239,275-N9,253,178 File: c311 W776,213-E790,109 S9,225,450-N9,239,345 (2) Data peta atas CAD File data berdasarkan peta Bakosurtanal untuk daerah kota Bandung disimpan dalam bentuk format dwg untuk AutoCAD. Garis kontur dikelompokkan setiap tinggi tanah ke dalam setiap layer, sehingga bisa mudah dicari dan dibaca. Dalam studi ini, sesudah diambil, data bentuk garis kontur dua dimensi disimpan dalam format file shp (shape file), yang digunakan secara umum untuk GIS. bentuk garis 2 dimensi. Bentuk setiap garis kontur kelihatannya pernah mungkin disimpan dengan digitizer, memilih beberapa titik dengan koordinat x-y. Satu garis kontur yang panjang dipotong setiap sekitar 100 titik. Ini cukup baik untuk cetak atas kertas, tapi tidak cocok untuk analysis data 3D, sehingga beberapa bagian satu garis yang pernah dipotong perlu disambungkan kembali, menjadi satu gasir kontur bentuk asli melalui penbandingan koordinat titik awal dan titik terakhir. Arah garis kontur tidak teratur (pada umumnya berlawerer arah jarum jam, tapi kadang-kadan juga terbalik). Sehingga perlu dilakukan data cleaning sebelum mendapat data tiga dimensi. Daftar2: Contoh salah satu garis kontur
TITIK V00 X Y Z V01 0 781197 923334 687.5
Data
kontur (tinggi tanah) disimpan dalam file dengan format dbf sebagai attribute data
0 V02 781201 923334 687.5 0 V03 781205 923334 687.5 0 V04 781212 923337 687.5 0 V05 781213 923338 687.5 0 V06 781215 923339 687.5 0 V07 781220 923339 687.5 0 V08 781234 923339 687.5 0 V09 781249 923339 687.5 0 V10 781271 923339 687.5 0
V11
V12
V13 V14
V15
V16
V17
V18
V19
V20
Gambar1: Daf.2
Bentuk
garis
kontur
S.Cikapundung
(3) Konversi File (DWG=>SHP=>LSSG) Dengan demikian, semua garis kontur diatur dan disimpan dalam format file yang siap digunaan untuk analisis tiga dimensi.
(4) Koordinat (UTM) Di Indonesia data yang biasa digunakan adalah menggunakan koordinat UTM, yang diukur dari south pole, sehingga koordinat Y di daerah dekat equator adalah sekitar 10,000km (1/4 dari seputar dunia). Koordinat X diukur dari beberapa bagian dunia yang dipotong. Ini sangat penting untuk ketemukan letak citra satelit dengan data bentuk tanah. Citra satelit yang sudah digunakan dalam diskusi lokakarya 2005-03-15 untuk kota Bandung terdiri dari dua bagian, karena sempit batas daerah dimortrait. Daftar 3 dan Gambar7: Letak 2 lembar data citra satellite atas data bentuk tanah
Sarija di
Antapan i
Bagian barat GMT, Units) UL Map X (Easting): 782540.77 meters UL Map Y (Northing): 9239635.12 meters Pixel Size X: 1.0000000000 meters Pixel Size Y: 1.0000000000 meters Product Order Map Units: meters Columns: 7369 pixels Rows: 9425 pixels GMT Units)
Bagian Timur
Acquisition Date/Time: 2001-07-17 03:13 Acquisition Date/Time: 2003-06-17 03:24 Component Map Coordinates (in Map Component Map Coordinates (in Map UL Map X (Easting): 788500.77 meters UL Map Y (Northing): 9239603.12 meters Pixel Size X: 1.0000000000 meters Pixel Size Y: 1.0000000000 meters Product Order Map Units: meters Columns: 6711 pixels Rows: 9422 pixels Percent Component Cloud Cover: 0
Percent Component Cloud Cover: 0 Data citra satellite dengan resolusi yang rendah sudah dapat diperoleh melalui misalnya google earth secara bebas (ada kemungkinan pengunaan sebagai tekstur (jenis guna tanah) atas bentuk tanah 3d di daerah sekitarnya, seperti genung, dsb.). Untuk kota Cirebon, salah satu lokasi studi ini, data yang akan digunakan akan diperoleh dari Bakosurtanal, kita masih menunggu ijin.
4. Prospekt ke depan
(1) Simulasi Dalam kegiatan perencanaan, beberapa aspekt yang terkait perkiraan emisi CO 2 yang akan diakibatkan oleh setiap bentuk alternativ perkotaan/permukiman akan dihitungkan melalui simulasi yang berdasarkan data tiga dimensi berupa GIS. a. Bahan Bangunan Dalam jangka waktu yang panjang, bangunan akan berubah atau dibongkar kemudian dibangun kembali. Untuk itu, terdapat emisi CO 2 yang diakibatkan melalui pemasangan dan pembuangan bahan bangunan. 2004/2005. Secara makro, proses ini bisa dihitung, berdasarkan beberapa data / index yang sudah terdapat dari kegiatan tahun
Gambar7: Simulasi Pembangunan/Pembongkaran dalam kawasan selama 100 tahun b. Transportasi Jarak antara setiap rumah dan titik lokasi prasarana/tempat sebagai sasaran kegiatan dapat diukur atas GIS secara automatis, dan dihitung jumlah jarak, dengan jenis transportasi. c. Domestik Ini terkait kegiatan yang dilakukan dalam rumah, sehingga kaitan dengan GIS adalah sedikit. Tetapi, tata ruang dalam satu kawasan adalah syarat yang penting untuk kondisi cahaya dan udara yang diakibatkan pengunaan lampu, AC atau mesin keringkan cucian dsb. untuk setiap unit rumah. Jumlah emisi akan dihitung dengan factor emisi CO 2 (jumlah bensin, misalnya) dikaitkan dengan jarak dan jenis transportasi.
Perhitungan kondisi matahari adalah mudah dihitung dan sudah sering digunakan di Jepang. Tetapi simulasi angin sangat sulit, tetapi sedang ditelite/dicoba oleh Suhu panas akibatkan pengunaan AC makin lembaga-lembaga penelitian pada saat ini. Saat ini, heat island adalah masalah yang sangat penting di kota-kota besar. sering, yang mengakibatkan pembuangan suhu ke dalam lingkungan yang makin menambah panas di lingkungan (negative chain). d. Hijau Proses organik adalah proses yang paling sulit untuk simulasi. Kita perlu metoda modeling junis dan jumlah pohon tropic dalam satu kawasan. Sampai saat ini, ada beberapa pendekatan simulasi tumbuh pohon/hutan yang terkait kondisi (mata hari, sifat tanah, air dsb.). Dalam jangka waktu yang panjang, selain rencana tata ruang untuk hijau, perlu program untuk pemeriharaan (potong sebagian) dan pengantian total secara rutin, sama seperti yang dilakukan perhutanan atas genung. (2) Persediaan usulan simulasi peran-serta masyarakat Beberapa bentuk alternatif perkotaan/permukiman yang disiapkan oleh arsitek/ planner dengan hasil simulasi akan terdapat dari studi tahun ini. Hasil ini akan disampaikan kepada lokakarya yang bersifat sosial (pejabat, penduduk setempat, dsb.) pada tahap terakhir (2006/2007). Dalam hal ini, data tiga dimensi akan digunakan sebagai media untuk menjelaskan isi perencanaan secara realistis, berarti tidak perlu keahlian untuk mengerti, seperti gambar, peta. (3) Utopia Konsep Utopia adalah citra bentuk perkotaan/permukiman dalam mimpi, tetapi yang mungkin akan tercapai pada masa depan. Saat ini, konsep sustainability semakin menarik. Dalam ide ini, bukan hanya bentuk perkotaan pada suatu saat, tetapi proses metabolis untuk mempertahankan keadaan baik tanpa batas waktu juga penting5). Oleh karena itu, bukan hanya bangunan permanen, tetapi bahanbahan organik (semi-permanen) juga bisa digolongkan, jika sistem pengelolaan sumberdaya (perusahaan hutan, misalnya) digabunkan4).
5. Kesimpulan
Pemilihan bentuk perkotaan/permukiman akan dilakukan oleh masyarakat, democrasy atau pasar ekonomi. Tetapi penyediaan citra secara alternativ adalah tangun-jawab ahli di bidang-bidang yang terkait, dan tidak bisa diserahkan kepada masyarakat. Biasanya suatu ide baru perlu waktu yang sangat lama untuk dimengerti dan diterima oleh masyarakat. untuk diterima di Jepang. Kepusatakaan 1) Hideyuki Kobayashi, Kuswara, Analysis Citgra Satellite untuk Model Rancangan, Lokakarya FAKTOR-FAKTOR PENENTU EMISI CO2 PADA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PERKOTAAN, Bandung, Mar.15,2005 2) Hideyuki Kobayashi: Development of a Communication System for Town Planning, Proceedings of World Congress IT in Construction (INCITE 2004), Langkawi-Malaysia, Feb.2004 3) Hideyuki Kobayashi, Siti Zubaidah Kurdi : Impact of Sea Level Rise on Coastal Cities Case Studies in Indonesia , Technical Note of National Institute for Land and Infrastructure Management No.194, September 2004, Analysis Guidance 4) Kobayashi H.(2000): Durability of Building from Viewpoint of Global Environment & Urban Sustainability Statistical and Macro Approach-, Proceedings of the Second Asia/Pacific Conference on Durability of Building Systems Harmonized Standard and Evaluation, July 10-12, 2000, Insitut Teknologi Bandung, Indonesia 5) Kobayashi H: Urban Simulation Technologies for Planning -from synchronic to Appendix 2: Satellite Image Misalnya mengenai rumah susun perlu 50 tahun
10
11