Anda di halaman 1dari 5

FORM REFLEKSI KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Nama Dokter Muda Stase NIM Identitas Pasien Nama/Inisial No RM Umur Jenis Kelamin Diagnosa

: Evy Yulia Kusmayanti : Ilmu Kesehatan Mata :

: Tn. S : 52xxxx : 57 tahun : Laki-laki : OS ulkus kornea

Pengambilan kasus pada minggu ke : II Jenis Refleksi : lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek keislaman bersifat wajib) a. b. c. d. e. Keislaman Etika/Moral Medikolegal Sosial Ekonomi Aspek lain

Form Uraian 1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/kasus yang diambil) Tn. S 57 tahun datang ke poli Mata RSUD Goeteng dengan keluhan keluar cairan terus menerus, kelopak mata membengkak, nyeri pada mata yang menjalar hingga kepala, mual, muntah, mata berwarna merah, dan terdapat tonjolan berwarna kecoklatan dari bagian mata berwarna hitam. Awalnya pasien mengeluh mata kiri terasa merah, mengganjal, terasa nyeri, berair, pegal dan keluar kotoran tanpa sebab. Pasien sudah berobat ke dokter umum dan diberikan obat tetes mata. Sejak 2 minggu yang lalu mata kiri pasien terdapat putih-putih pada pinggir bagian hitam mata yang semakin lama melebar menutupi warna hitam mata. Keadaan tersebut membatasi kegiatan sehari-hari pasien sehingga pasien hanya beraktivitas dirumah saja.

Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat trauma (-), riwayat alergi obat disangkal, riwayat alergi makanan disangkal. Saat diperiksa, visus mata pasien : VOD : 0 VOS : 1/20 Eviserasi bulbi atas indikasi ulkus kornea 2. Latar belakang/alasan ketertarikan pemilihan kasus Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Banyak hal yang dapat menyebabkan ulkus korena dari hal infeksi, non infeksi bahkan dari system imun sendiri. Ulkus kornea dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea perifer. Komplikasi dari ulkus kornea dapat berupa perforasi kornea, prolaps iris, bahkan glaucoma sekunder. Ulkus kornea merupakan penyakit yang sering dijumpai di ilmu kesehatan mata, sehingga mempelajari dan mengetahui lebih banyak tentang ulkus kornea dapat membantu dalam mendeteksi dan membantu menentukan diagnosis lebih cepat sehingga dapat dilakukan penanganan yang cepat dan tepat untuk mengindari terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk penyakit pasien. Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Banyak hal yang dapat menyebabkan ulkus korena dari hal infeksi, non infeksi bahkan dari system imun sendiri. Ulkus kornea dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea perifer. Komplikasi dari ulkus kornea dapat berupa perforasi kornea, prolaps iris, bahkan glaucoma sekunder. Ulkus kornea merupakan penyakit yang sering dijumpai di ilmu kesehatan mata, sehingga mempelajari dan mengetahui lebih banyak tentang ulkus kornea dapat membantu dalam mendeteksi dan membantu menentukan diagnosis lebih cepat sehingga dapat dilakukan penanganan yang cepat dan tepat untuk mengindari terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk penyakit pasien.

3. Refleksi dari aspek etika evidence/referensi yang sesuai

moral/medikolegal/sosial

ekonomi

bererta

penjelasan

Secara garis besar, bioetika adalah suatu kajian kritis bersifat interdisipliner yang mengkaji perilaku manusia, dampak, masalah-masalah atau isu-isu etis, sosial, hukum, kependudukan, lingkungan hidup dan lain-lain. Hal ini yang dikaji timbul sebagai akibat perkembangan dan kemajuan ilmu-ilmu biologi dan ilmu serta teknologi kedokteran serta penerapannya pada kehidupan dan pelayanan kesehatan manusia. Terdapat 4 kaidah dasar bioetik kedokteran yaitu beneficence, nonmaleficence, justice, dan otonom. Kasus ini akan ditinjau menurut dari ke empat aspek tersebut. a. Beneficienci: adalah tindakan berbuat baik, disini dokter harus mengupayakan yang terbaik bagi kesehatan pasien. Dalam kasus ini dicontohkan bahwa dari segi medis tindakan terbaik demi kesehatan pasien adalah melakukan pengambilan bola mata dengan eviserasi bulbi untuk menghindari infeksi yang meluas. Beneficience membawa arti memberi kemudahan dan kesenangan kepada pasien seperti mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik dan meminimalisasi akibat buruk yang mungkin dapat terjadi. b. Nonmaleficenci: tidak berbuat jahat maksudnya dokter tidak boleh melakukan hal yang merugikan pasien. Dalam kasus ini dokter melakukan tiindakan yang sebisa mungkin tidak merugikan pasien dengan melakukan tindakan sesuai dengan indikasi medis. c. Justice: dokter tidak membeda-bedakan pasien meski dari Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan gender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya dokter tetap akan melakukan yang terbaik. d. Otonom:setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan. Dalam kasus ini pasien berhak menentukan atau menolak tindakan ayang akak dilakukan dokter, bahkan pasien berhak memilih dokternya sendiri. Selain itu otonomi dalam praktek kedokteran yakni setiap dokter harus menghormati martabat seorang manusia. Yang dimaksud menghormati martabat adalah setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki

otonomi (hak menentukan nasib sendiri) dan setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan. 4. Refleksi keislaman beserta penjelasan evidence/referensi yang sesuai Ketika manusia lahir kebumi, Allah swt. menganugerahkan kepada manusia (termasuk kita) tiga alat untuk mencari Ilmu. Sebab pada dasarnya manusia itu tidak mengetahui terhadap apa-apa. Didalam QS. an-Nahl ayat 78, Allah swt berfirman :

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan 3 alat. Yang pertama, yang berarti

"pendengaran". kenapa tidak telinga? Udzunun? karena tidak setiap orang yang punya telinga bisa mendengar. Begitu pun hal-nya dengan

Ketika manusia lahir, atau seorang bayi lahir, kita sudah pada mafhum kalau hal pertama yang paling ditunggu oleh keuda orang tuanya adalah tangisan sibayi. kenapa? karena memang dengan menangisnya bayi tersebut, itu menandakan kalau tubuhnya sehat dan aktif serta ketiga alat yang allah berikan aktif. Adapun alat yang kedua yakni penglihatan. Didalam KITAB "Shafqaatun Raabihah" yang dikarang oleh Dr. Khalid Ahmad Abu Syadi, beliau menegaskan bahwa yang namanya mata atau pandangan itu berkaitan erat dengan hati. Pada kasus ini, kehilangan salah satu mata merupakan problema yang pertama dan terutama serta merupakan induk dari problem-problem lainnya. Kehilangan salah satu mata pada dirinya membatasi orientasi dan mobilitas mereka sehingga menghambat dan menyulitkan kehidupannya. Selain itu rasa tidak percaya diri juga banyak dijumpai pada penderita yang mengalami kehilangan matanya, sehingga dibutuhkan kesabaran dalam

menghadapi segala cobaan dan ujian dalam rangka menaikkan level keimanan seorang individu. Hal ini seperti pada hadits riwayat Muslim : Alangkah luar biasanya urusan orang-orang mukmin apabila dikaruniakan nikmat mereka bersyukur dan ketika ditimpakan musibah mereka bersabar Cobaan dan ujian dapat mendekatkan kita kepada Allah dibandingkan ujian kenikmatan, Jika diberikan ujian kenikmatan, umumnya manusia akan lupa pada yang memberi nikmat sehingga tidak dapat menaikkan level keimanan seseorang. Hadits-hadits lain yang berkenaan dengan hal tersebut antara lain : Jibril telah menceritakan kepadaku, sesungguhnya Rab seru sekalian alam telah berfirman : Balasan bagi orang yang telah kuambil penglihatan kedua mata yang sangat dimuliakannya, ialah kekal di dalam rumah-Ku (surga) dan dapat memandang wajah-Ku (HR. Baihaqi) Apabila Aku telah mengambil mata hamba-Ku yang sangat dimuliakannya (membutakannya), lalu ia bersabar semata-mata karena Aku, Akut tidak merelakan pahal baginya selain surga. (HR. Ibnu Majah, Ibnu Yala dan Thabrani yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a) Hadits-hadits diatas menggambarkan bahwa orang yang dibutakan oleh Allah SWT memiliki pahala yang besar yaitu surga, namun ia harus rela akan ujian dan cobaan yang dideritanya, sabar akan penderitaannya dan tetap memuji Allah atas musibah itu. Allah senantiasa menguji hamba-Nya, apakah dengan ujian hamba-Nya akan bersyukur dan tabah atau sebaliknya, menjadi ingkar dan kufur. Islam menghargai para penderita cacat mata dan islam memberikan tempat dan kedudukan tinggi kepada mata itu sendiri. Dalam Al Quran, mata merupakan anggota badan yang selalu disebut-sebut nomor dua setelah telinga, baik untuk manfaat maupun untuk maksiat.

Anda mungkin juga menyukai