Anda di halaman 1dari 20

Landasan filosofis dalam pendidikan 1. Fisafat dan pendidikan Telah dijelaskan pendekatan fassafah terhadap pendidikan.

Kami akan mencoba

menyampaikan beberapa terhadap pendidikan. Kami akan mencoba menyampaikan beberapa pandangan yang menggunakan pendekatan falsafah dalam menganalisis pendidikan. Pendekatan falasafah menghasilkan filsafat pendidikan . filsafat pendidikan filsafat merupakan aplikasi dari filsafat, menerapkan cara kerja filsafat untuk menelah pendidikan. Secara etimologis filsafat berasal dari kata-kata philos yang artinya love ( cinta ) dan sophia artinya wisdom ( kebijaksanaan kearifan). Jadi filsaat dapat diartikan cinta secara mendalam terhadap kebijaksanaan , cinta akan kearifan. Menurut Henderson filsafat dapat berarti sebagai pendirian hidup, sebagai pandangan hidup, misalnya falsafah pancasila merupakan pandangan atau pendirian hidup bai bansa Indonesia .dijerman di bedakan antara filsafat dengan pandangan hidup ( pandangan hidup adalah wiltanshauung ).filsafat Diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sedalam-dalamnya sampai ke akar-akarnya ( radiks ) mengenai segala sesuatu yang ada. philosophy means the attempt to conceive and present and present an inclusive and Systematic view of the universe and mans place in it Harld titus, mengemukakan bahwa filsafat dalam arti sempit merupakan scence of science, di mana tugas utamanya memberikan analisis secara kritis terhadap asumsi-asumsi dan konsep konsep sains, dan mengadakan sistematisasi atau pengorganisasian pengetahuan dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintergrasikan pengetahuan manusia dari b erbagai lapangan pengalaman manusisa yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan konprehensif tentan alam semesta, hidup dan makna hidup. Suatu pandangan di atas, berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia, di mana manusia akan berusaha untuk mencapai kebijaksanaan ( kebijakan )dan kearrifan. Berfilsafat adalah berfikir namun tidak semua berpikir berfilasat . berfilasat adalah b erpikir yang memiliki tiga cirri, yaitu radikal sistematis, dan universal menurut sidi gazalba berpikir radikal ialah berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggunt-tanggung , sampai kepada konsekuensi-nya yang terakhir. Berpikir sistematis ialah berpikir logis, yang bergerak selankah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab

dan saling bergubungan yang teratur. Berpikir universal ialah berpikir secara menyeluruh , tidak khusus, tidak terbatas kepada bagian-bagian tertentu. Berfilsafat adalah berpikir dengan sadar, yang mengandung pengertian secara teliti dan teratur, harus dapat menyerap secara keseluruhan apa yang ada dalam semesta, tidak sepotong-potong. Dalam hubungannya dengan pendidikan , pendidikan berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupang individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan, pendidikan tidak dapat dipahami seluruhnya, tampa memahami tujuan akhir yang bersumber kepada tujuan serta pandangan hidup manusia Filsafat akan menelah suatu realita denga lebih luas suatu dengan cirri-ciri berpikir filsafat, yaitu radikal, sistematis, dan universal konsep tentang dunia pandangan dan tujuan pendidikan. Brubacher seorang guru besar dalam filsafat pendidikan di amerika serikat, mengemukakan bahwa filsfat tidak hanya filsafat pendidikan. John Dewey mengemukakan, bahwa filsafat merupakan suatu teori umum tentang pendidikan Pendekatan filsofis akan mencoba menjawat tiga pertanyaan pendidikan secara menyeluruh, yaitu: 1) apakah pendidikan, 2 ) apakah yang seharusnya dicapai oleh pendidikan, 3) dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan ( baik tersirat maupun tersurat ) dapat dicapai. Jawaban terhadap persoalan-persoalan diatas akan tergantung atau sangat ditentukan oleh filsafat atau pandangan hidup kita. Pendekatan filsofois tidak terbatas kepada fakta yang factual, yang han ya dibatasi oleh pengalaman indriawi, filsafat pendidikan setogianya harus sampai kepada penyelesaian secara tuntas tentan baik dan buruk, tentang persyaratan kehidupan yang baik serta sempurna. 2. Filsafat dan metode filsafat a. Depinisi konsepsional filsafat J.A Leighton mendefinisikan filsafat sebagaia world-view or reasoned conception of the whole cosmos, and a lifeview, or dotrine of the values meaning, and purpose of human life. Dari definisi ini kita mendapat gambaran pengertian filsafat sebagai system atau sistematika filsafat yaitu metafisika, etika, dan logika yang artinya secara berturut turut adalah teori tentan kosmoloti dan ontologi, teori tentang nilai moral dan ajaran berpikir filoffis, yaitu

logika formal aristoteles dan logika materiil instrumental dan logika simbolis dari Georgeboole dan kawan-kawannya. Theodore bramld dalam bukunya menyatakan salah satu definis filsafat adalah the discipline conserred with the formulation of procise maning di mana menimbulkan kemungkinan salah satu/suatu istilah yan g sama diartikan berbeda dan sebaliknya tentan nilai yang disebutkan sebagai etos, maka definis filsafaat konsep tidak mungkin berdiri sendir dan selalu dikaitkan dan berkaitan denga latar belakan filsafat dan kebudayaannya . contoh sederhana istilah sarapan memiliki konotasi yang berbeda sesuatu denga berbedaan kebudayaan . b. Definisi analitis operasional 1) Filsafat sebagai metode perpikir. Salah satu daya jiwa manusia yang paling dapat dipercaya dan yang telah menghasilkan ilmu filsafat adalah pikiran manusia dikenal berbagai jenis dan tingkat pikir, seperti brpikir religious. Berpikir historis, berpikir sosiologis dan berpikir empiris positip serta berpikir filosofis dan berpikir spekualatip teorotis Berpikir sipnoptis adalah berpikir merankuman, yaitu penarikan kesimpulan umu sebagai caban ilmu pengetahuan dalam suatu jpostulat atau aksioma melalui proses abstraksi dan generalisasi. Dari ilmu fisika, biologi, dan psikologi kita dapat menarik dalil-dalil, bahwa tiap peristiwa tentu ada sebab yang menjadikannya, dan setiap tingakah laku makluk apa pun tentu bertujuan, srta hidup dan kehidupan ini menurut suatu peraturan tertentu 2) Berpikir radikal sebagai variasi berpikir filsafat yang lain adalah berpikir mendalam sampai batasradks. Akarnya akar apa?akar kenyataan. Dunia, hidup dan akar manusia sampai pada akar tata kehidupan pemenintahan dan Negara berpikir reflektif sebagai variasi ketiga dari metode filsafat merupakan kebalikan dari yang sinoptis, di mana dari suatu kasus peris tiwa individual diajukan berbagai macam teori dan asumsi atau spekulasi untuk bidang dan masalah kehidupan yang lain. 3) Fisafat sebagai sikap terhadap dunia dan hidup dan hidup. Berbagai macam sikap yang dikembangkan oleh manusia terhadap alam semesta ini. Hidup adalah pengabdian, atau perjuangan untuk kekuasaan, atau memperoleh kenikmatan hidup, atau menyerahkan diri kepada tuhan seperti orang-orang pemeluk agama atau pecinta menciptakan karya ilmiah

atau teori ilmiah bahkan mungkin hidup sekadar menunda kematian, atau dunia ini dipandang sebagai medan permainan sandiwara. 4) Filsafat sebagai suatu rumpun problema. Sesuai dengan metode filsafat sebagai berpikir radikal maka dalam kehidupan manusia dari semenjak dulu dihadapkaan kepada persoalan hidup yang mendasar seperti: apa itu agama, filsafat, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan? Apa itu kebenaran dan kenyataan? Apakah yang dimaksud dengan kebebasan, keadilan dan kebenaran dan bagaimana hubungan antara ketigannya denga kekuasaan? Apakah kebenaran di atas kekuasaan atau sebaliknya. Atau keadilan di atas kekuasaan ataukah kekuasaan di atas kebenaran? Apakah segala peristiwa di dunia ini berjalan secara kebetulan? Bagaimana hubungan antara tuhan , manusia, keabadian, dan kebebasan moral 5) Filsafat sebagai system pemikiran. Filsafat dalam pengertian sestem terdiri atas tiga aspek atau tiga segi di mana antara yang suatu dengan yang lain bekaitan. Yaitu: kategori metafisika yang menjawab masalah kosmologi dan ontologi/etika yang menjawab persoalan inlai norma tigkah laku yang baik dan tidak, benar atau tidak, yaitu teori-teori nilai-nilai etis yang mendasari tingkah laku manusia, dan kategori logika yang menjelaskan sumber. Alat, dan criteria ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir logis rasional. Bagan gambaran filsafat sebagai sistem di mana kategori yang satu tidak bertentangan dengan yang lain. 6) Filsafat sebagai aliran atau teori. Berbariasi teori tentang kategori-kategori sistematika filsafat di atas, menyebabkan timbulnya bermacam-macam aliran filsafat seperti idealism,reonalisme, relisme, empirisme, metarialisme, eksistensialisme dan masing-masing aliran di atas masi dapat di pecah menjadi tipe-tipe yang lebh banyak lagi .

7) System filsafat tradisianal Metafisika ( theory of reality) Kosmologi yaitu teori tentang asal-usul, hakikat, dan perkembangan kosmos, alam semesta. Ontology yaitu teori tentan hubungan antara pengertian konsep- konsep istilah real. Exist, perceptible dan inteligible a. Thistis religious b. Humanism naturalis c. Humanisme naturalis d. Natualis materlasis e. Eksistensialis. Etika ( theory of morality = of good and evils ) a. Theis regilius b. Idalistis c. Hokum kodrat ( natural rights ) d. Utilitarianisme (social-altruistic hedonism ) Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang system etos-etos, nilainilai spiritual etis yang mendasari tingkah laku perbuatan manusia. Logika ( epistemology = theory of knowledge ) Ajaran tentang pikiran dan berpkir filosofis dalam menemukan dan menciptakan kebenaran dan kenyataan. Seperti yang telah dirumuskan oleh metafisika atau etika. a. Kepercayaan ( revelation theory ) b. Intuisi ( intuition theory ) c. Pikiran ( coherence-reasoning theory ) d. Pembentukan konsep ( concept-formation-replice=insight theory ) e. Pengamatan ( perceptual-obsebation theory )

3. Ilmu filsafat pendidikan Pstulat di atas memberikan gambaran kepada kita bagaimana hubungan antara agama, filsafat, dan kebudayaan yang pada suatu ketika dapat dijadikan dan atau mendasari pertimbangan-

pertimbangan dalam merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan yang secara umum merupakan pokok-pokok masalah dalam ilmu filsafat pendidikan. Apa yang tersimpul dalam rumusan postulat di atas dan konsep-konsep istilah yang berhubungan dengan itu dapat dijelaskan dalam bentuk pokok-pokok pikiran beserta bagan skematisnya,sebagai berikut: a. Sebagai ilmu pengetahuan normative, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma atau ukuran tigkah laku perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia. Atau ilmu pendidikan bertugas merumuskan peraturan-peraturan tentan tingkah laku perbuatan makhluk manusia dalam kehidupan dan penghidupannya. b. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan ialah menanamkan system-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijungjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. c. Ilmu pendidikan erat hubunganya dengan ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan normative lainnya, yang dalam sejarah perkembangan merupakan bagian yang tak terpisahkan. Baru pada abad modern ini memisahkan diri sebagai ilmu pengetahuan yang sendiri, di samping menyebabkan lahirnya cabang ilmu pengetahuan baru, yaitu filsafat pendidikan. d. Ilmu pengetahuan yang dapat dimasukan kedalam ilmu pengetahuan normative- meliputi agam, filsafat degan segala cabangnya, yaitu metafisika, etika, estetika dan logika, way of life social masyarakat, kaidah fundamental Negara maupun tradisi kepercayaan bangsa. e. Agama, filsafat degan cabangnya serta istilah yang ekuivalen lainnya, menentukan dasar-dasar dan tujuan hidup yang akan menentukan dasar dan tujuan pendidikan manusia, dan selanjutnya akan menentukan tingkah laku perbuatan manuisa dalam kehidupannya. f. Dalam perumusan tujuan-tujuan proximate dan ultimate pendidikan akan ditetapkan hakikat manusia dan segi-segi pendidikan yang akan dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan sebagaimana yang tercantum atau dirumuskan dalam system pendidikan. g. Sistem pendidikan bertugas merumuskan alat-alat, prasarana. Pelaksanaan, teknik-teknik atau pola-ola proses pendidikan dan pengajaran. Degan apa akan dicapai dan dibina tujuan- tujuan pendidikan, dan ini meliputi problematika kepemimpinan dan metode pendidikan, politik pendidikan sampai kepada seni mendidik.

h. Isi moral pendidikan atau tujuan perantara adalah berisi prumusan norma-norma atau nilai spiritual etis yang akan dijadikan moral pendidikan, yang belaku di segala jenis dan tingkat pendidikan . i. Sewajarnya setiap manusia memeiliki filsafat hidup tentang kehidupan dan penghiupannya. Suatu keharusan agar setiap pendidik dan guru memiliki dan membina filsafat pendidikan yang menjadi penoman dalam pelaksaaan tugas pendidikan dan pengajarannya, baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan formal sekolah j. Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi bertugas merumuskan secara normative dasardasar dan tujuan pendidikan: hakikat dan sifat hakikat manusia, hakikat dan segi-segi meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan dan metodologi pengajarannya:pola-pola alkulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat 4. Kegunaan filsafat pendidikan Dalam rangka memahami nilai manfaat mempelajari filsafat pendidikan, maka telebih dahulu

diajukan tiga asumsi dasar yang ada kaitanyan dengan persoalan ini. a. Bahwa hidup tanpa perenungan adalah suatu kehidupan yang kurang berbobot . b. Bahwa apabila pendidikan sebagai porses eksperimentasi, maka berbeda dengan ekspermentasi dalam ilmu eksata fisika, eksperimentasi pendidikan (soal) berhasil tidaknyta tidak mudah atau tidak segera kita ketahui atau buktikan c. Bahwa berbuat salah tetapi tahu atau sadar akan kesalahanya, lebih baik dari pada berbuat baik tetapi tidak tahu letak kebaikanya. Apabila ketiga asumsi dasar di atas benar, di atas benar, maka dapat dikemukakan beberapa nilai manfaat yang mungkin dapat diperoleh dengan jalan mempelajari filsafat pendidikan, yang antara lain sebagai berikut (1) Membiasakan kita berpikir kritis dan reflektif terhadap problema kehidupan dan penghiupan manusia. (2) Memberikan pengertian yang mendalam akan problema-problema esesial dan dasar-dasar

pertimbagan mana yang harus kita gunakan dalam menyelesaikan problema pendidikan. (3) Member kesempatan pada pendidik/guru untuk menijau kembali pandangan filsafat pendidikan yang selama ini diyakininya. (4) Bahwa berdasar kenyataan keragaman aliran-aliran filsafat pendidikan dalam pengertian betapa banyaknya aliran tentang dasar-dasar dan tujuan pendidikan yang menuntut kepada kaum

pendidik untuk meninjau kembali segala macam perbedaan itu. Secara bebas, kritis, dan reflektif. Argumentasi-argumentasi dalam bentuk pokok-pokok pikiran-pikiran berikut ini akan memberikan kepada kita pengertian dan dasar alasan mengapa ilmu filsafat pendidikan harus dipelajari oleh setiap guru dan pendidik. Pokok-pokok pikiran tersebut adalah sebagai berikut : a. Setiap individu harus bertindak, demi terciptanya manfaat pendidikan, secara sadar dan terarah dengan tujuan yang pasti. b. Setiap individu harus bertanggung jawab dalam pendidikan. Yang tinggi rendahnya nilai mutu tanggung jawab tersebut akan banyak ditentukan oleh system dasar nilai norma yang melandasinya. c. Bahwa setiap manusia yang hidup tentu memiliki filsafat hirup, demikian pula manusia yang hidup dalam dunia pendidikan harus memiliki filsafat pendidikan yang merupakan tonggak penunjuk jalan sumber dasar, tujuan tindakan dan tanggung jawabnya dalam pendidikan. d. Suatu kenyataan bahwa terdapat keragaman aliran-aliran pendidikan di mana individu pndidik harus menentukan pilihanya secara penuh rasa tanggung jawab. 5. Beberapa system filsafat pendidikan Telah dijelaskan, bahwa pendekatan falsafah merupakan pnelaahan pendidikan dengan

menggunakan metode atau cara kerja filsafat, atau dengan kata lain menerapkan cara berpikir filsafat terhadap pendidikan. Kita akan menemukan beranekan ragam pemikiran. Namun dalam hali ini, kami hanya akan mengemukakan beberapa saja di antaranya:

progresivismeperenialisme, esensialisme, eksistensialisme: dan selanjunya akan kami kupas juga beberapa aliarn dalam pendidikan seperti nativisme empirisme, dan konvergensi a. progresivisme aliran progresivisme berdasarkan falsafah naturalisme romantic dari tousseu dan filsafat pragmatism dari john dewey filsafat rousseau yang mendasari pendidikan progresif ialah pandangannya

mengenai hakikat manusia, sedangkan dari pragmatism dewey ialah ajarannya tentang minat dan kebebasan dalam teori pengetahuan rousseu memandang, pada hakikatnya manusia itu alamiah yaitu manusia yang dilahirkan dari kandungan alam, adalah manusia yang baik, yang senantiasa berbuat sesuai dengan asas-asas yang tetap manusia ( anak ) pada hakikatnya adalah baik, masyarakat yang tidak baik nama namun

rousseau tidak mengaharapkan masyarakat ( kebudayaan dalam masyarakat ) ditiadakan. Ia menerima bahwa hidup masyarakat adalah diperlukan. Karena sewasa ini manusia tidak mungkin lagi hidup tanpa bantuan orang lain ( contract social ) ia mengharapkan bahwa keuntungankeuntungan yang terdapat dalam keadaan alamiah harus sedapat mungkin dipelihara di dalam hidup besekutu harus ditemukan kebebasan dan kesamaan sebagai tokoh naturalism, dalam pendidikannya rousseau menekankan kepada self activity, freedom dan self expression.anak harus dijauhkan dari lingkungan yang tidak menguntungakan dalam pendidikan tidak boleh ada pengertiankekekuasaan perintah yang harus ditaati. Kembalikanlah anak kepada dirinya sendiri program sekolah akan deprogram/diorganisasi sekitar dan sesuai dengan minant serta kebutuhan anak. Prgmatisme sebagai pendukung utama atau wakil utama da n progresivisme yang dipelopori oleh peirce. Pendidikan berfungsi sebagai pembaharuan hidup, renewal of life. Hidup itu selalu berubah selalu menuju kepada pembaharuan. Hidup itu merupakana self renewing process throught action upon encironment dalam memenuhi kebutuhan hidup tersebut terjadi interaksi antara individu degna lingkungannya ( masyarakat ) kehidupan masyarakat tumbuh melalui proses transmisi, yang belangsung melalui alat komunikasi didalam kebiasaan bertindak, berpikir, dan merasakan , dari yang lebih tua dengan yang muda, kebudayaan tidak mungkin akan berlansung terus untuk kelansungan hidup itulah diperlukkan suatu usaha untuk mendidik anggota masyarakat, yaitu mereka yang akan meneruskan usaha pemenuhan kebutuhan tersebut sebagai minat pribadi ( personal interest )namun pembaharuan hidup tersebut tidak berlangsung secara otomatis, melainkan banyak tergantung kepada teknologi, kesenian. Ilmu pengetahuan, dan perwujudan moral kemaniaan. 1. Pendidikan sebagai pertumbuhan Menurut john dewey, pertumbuhan merupakan suatu perbuatan perilaku yang berlansung terus menerus untuk mencapai suatu hasil selanjutnya. Kapasitas yang potensial itu adalah kapasitas yang tumbuh menjadi suatu berlainan karena pengaruh yang dating dari luar Ciri dari kebelummatanga ialah adanya kerergan tungan dan plasitistas si anak kalau diterapkan kepada pendidikan bahwa kekuatan untuk tumbuh tergantunga kepada kebutuhan atau ketergantungan terhadap orang lain dan plastisitas yang dimiliki sianak. Keergantungan tidak dimaksudkan sebagai suatru pribadi yang selalu harus mendapatkan pertolongan, melainkan harus dilihat sebagai pertumbuhan yang didorong

oleh kemampuan tersembunyi, yang belum diolah dan segi fisik yang lemah haruslah diartikan sebagai suatu kebelummampuan dalam meniru lingkungan . Yang dimadsud plastisitas ialah kemampuan belajar dari pengalaman yang menentukan pembentukan kebiasaan kebiasaan mengambil bentuk habituation yaitu keseimbangan dan kekuatan yang ada pada aktivitas organisme dengan lingkugan dan kapasitas yang untuk mengadakan penyesuaian kembali ( readjustment ) agar dapat mencapai suatu kondisi baru. 2. Pendidikan sebagai fungsi social Pendidikan merupakan suatu cara yang dilakukan masyarakat dalam membimbng anak yang belum matan, sesuat dengan bentuk serta susunan masyarakat itu sendiri. Jadi, pendidikan kitu memiliki fungsi untuk meneruskan, menyelamatkan sumber dan cita-cita masyarakat. Sekolah sebagai suatu lingkungan khusus, dalam hubungan ini memiliki tiga fungsi. Seperti di kemukakan dewey, yaitu A) Menyederhanakan dan menertibkan factor-faktor bawaan yang dibutuhkan untuk berkembang B) Memurnikan dan mengidealkan kebiasaan masyarakat yang ada C) Menciptakan suatu lingkungan yang lebih luas, dan lebih baik sesuai dengan harapan anak itu sendiri. 3. Tujuan pendidikan Dimuka telah disinggung, bahwa naturalisme rousseau lebih menekan perkembangan alamiah individu sianak. Anak akan lebih dekat degan alam dari pada denga manusia ( masyarakat ) jadi tujuan pendidikan menurut rousseau ialah individu yang berkembang yang optimal secara alamiah. Pragmatisme dewey lebih menekankan iteraksi individeu denga lingkungannya tujuan pendidikan harus diambil dari masyarakat dimana sianak hidup yang menjadi tempat berlangsungnya pendidikan karena pendidikan berlangsung dalam kehidupan tujuan pendidikan tidak berada di luar kehidupan melalikan dalam kehidupan itu sendiri Pragmatism berpandangan bahwa esensi realitas adalah perubahan tidak ada kebenaran mutlak serta tidak ada nilai yang mutlak yang berlaku secara universal yang ada hanya tujuan khusus. Untuk menyusun suatu tujuan pendidikan dewey mengemukan tiga criteria yang harus diperhatikan ialah: (1) tujuan pendidikan harus bersumber kepada situasi kehidupan yang berlangsung (2) tujuan pedidikan harus fleksibel:dan (3) harus mencerminkan aktivitas bebas Tujuan itu menurut dewey bersifat temporer yang beratti apabila suatu tujuan telah tercapai maka hasil tujuan tersebut menjadi alat untuk mencapai tujuan berikutnya dengan tujuan tersebut si

individu harus mampu melanjutkan pendidikanya. For it itumed that aim of education is to enable individuals to continue their education or that the subject and reaward of learning is continue capacity for gowing. Tujuan pendidikan ialah kehidupan yang baik bagi individu dan masyarakat kehidupan terbaik bagi memeiliki control terhadap di mana tidak mengenal adanya stratifikasi social kesamaan kesempatan merupakan suatu jaminan bahwa setiap orang akan mengambil bagian dalam melaksanakan segala aktivitas lembaga yang ia masuki penggunaan inteligen cecara maksimal beratti memberi kesempatan suatu pertumbuahan individu secara maksimal. 4. Proses belajar Untuk memperoleh pengetahuan yang benar dewey menekankan pengalaman indra belajar sambil bekerja dan mengembangkan inteligensi sehingga anak dapat menemukan dan memecahkan

masalah bahan pelajaran harus didasarkan kepada fakta-fakta yang sudah diobserbasi dipahami serta dibicarakan sebelumnya bahkan pelajaran harus mengandung ide-ide yang dapat mengembangkan situasi untuk mencapai tujuan sekolah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sekolah merupakan cara khusus untuk mengatur lingkungan direncanakan dan diorganisasi di sekolah anak belajar apa yang ada dalam kehidupan dengan sekolah kitadapat menolong anak dalam menciptakan kehidupan baik pendidikan adalah kehidupan itu sendiri bukan persiapan untuk hidup subjek mater harus berhubungan langsung denga masalah yang dihadapi anak dan masyarakat diperhatikan untuk memecahkan masalah tersebut. Pragmatism mengakui bawah pikiran murid aktif dan kreatif tidak begitu saja secara pasip menerima apa yang diberikangurunya pengetahuan dihasilkan dengan transaksi antara manusia dengan lingkunganya( kneller ) dalam situasi belajar mengajar guru seyogianya menyusun situasi-situasi belajar sekitar msalah masalah utama yang dihadapi masyarakat yanag pemecahannya diserahkan kepada murid-murid untuk sampai kepada pengerian yang lebih baik tentan lingkungan social maupun fisik. Dalam mnentukan kurikulum setiap pelajaran tidak boleh terpisah harus merupakan suatu kesatuan pengalaman di sekolah dan luar sekolah harus dipersatukan sehinga segalanya menjadi suatu kebulatan atau kesatuan caranya ialah denga mengambil suatu masalah menjadi pusat segala kegiatan masalah yang dijadikan pusat trsebut sebaiknya hal-hal yang menarik perhatian anak harus sesuai denagn minant anak metode yang diperlukan adalah disiplin bukan denga cara otoriter otoriter tidak dapat dijadikan metode pendidikan karena merupakan suatu kekuatan yang dating dari luar dan disadari oleh suatu asumsi bahwa ada tujuan yang baik dan objetif dimana sianak dipaksa mencapai tujuan tersebut dengan otoriter guru merupakan pengasa dalam kelas yang menentukan segala-segalanya disiplin

merupakan kemauan dan minat yang keluar dari dalam diri anak sendiri anak akan belajar apabila ia memiliki minat dan perhatian dan perhatian terhadap suatu masalah untuk dipelajari 5. Factor-faktor yang wajib diperhatikan oleh guru Guru sekolah harus merupakan suatu petunjuk jalan serta pengamat tingkah laku anak untuk mengaetahui apakah yanga menjadi minat perhatian anak ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam menghadapi murid dalam kelas murid dalam kelas menurut kingsley price seperti berikut. (1) Guru tidak boleh memaksakan suatu idea tau pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan kemauan murid. (2) Guru hendaknya menciptakan suatu situasi di mana murid akan merasakan adanya suatu masalah yang ia hadapi sihingga timbul minat untuk memecahkan masalah tersebut (3) Untuk membangkitkan minat anak, hendaknya guru mengenal kemampuan serta minat masingmasing murid (4) Guru harus dapat menciptakan situasi yang menimbulkan kerja sama dalam belajar antara murid dengan murid begitu pula antara guru dengan murid Jadi tugas guru dalam proses belajar mengajarkan adalah member dorongan kepada anak untuk bekerja bersama-sama menyelidiki dan mengamati sendiri berpikir dan menarik kesimpulan sendiri membangun dan menhiasi sendiri sesuai dengan minant yang ada pada dirinya 6. Prinsip-prinsip pendidikan Dari uraian di atas kami menyimpulkan beberapa prinsip pendidikan progresif seperti di bawah ini: 1) Pendidikan adalah hidup itu sendiri bukan persiapan untuk hidup kehiupan yang baik adalah kehidupan yang inteligen yaitu kehidupan yang mencakup interprets dan rekonstruksi pengalaman anak akan memasuki situasi belajar disesuaikan dengan usianya dan berorientasi pada pengalaman tidak ada tujuan umum atau akhir pendidikan pendidikan adalah pertumbuhan untuk menghalikan pertumbuhan berikutnya 2) Pendidikan harus berhubungan secara langsunga dengan minat anak minat individu yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar sekolah menjadi child centered, di mana proses belajar ditentukan terutama oe\leh anak secara kodrati anak sukan belajar apa saja yanbg berhubungan denga minatnya atau untuk memecahkan masalahnya begitu pula pada dasarnya akan menolak apa yang dipaksakan kepadanya anak akan belajar karena merasa perlu dan mau belajar tidak karena

terpaksa oleh orang lain anak akan mampu melihat relevansi dari apa yang ia pelajari terhadap kehidupannya bahkan juga terhadap konsep kehiupan orang dewasa 3) Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presenden terhadap pemberian subjek mater jadi belajar harus dapat memecahkan masalah yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan anak dalam memecahkan suatu masalah anak dibawa berpikir melewati beberapa tahap yang disebut metode berpikir ilmiah sebagai berikut (A) anak menghadapi keraguan merasakan adanya masalah (B) menganalisis masalah tersebut dan menduga atau menyusun hipotesis-hipotesis yang mungkin (C) mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas masalah (D) memilih dan menganalisis hipotesis sementara (E) mencoba menguji dan membuktikan progresivisme menolak bahwa belajar secara esensial terdiridari penerimaan pengetahuan itu sebagai suatu subtasi yang asbstrak di mana guru berusaha mengisikannya kedalam jiwa anak pengetahuan merupakan alat untuk mengelola pengalaman untuk menangani situasi-situasi yang secara terus menerus baru dan situasi kehidupan yang berubah-ubah penelitian pengetahuan yang asbstrak harus ditafsirkan ke dalam pengalaman pendidikan yang aktif jikan siswa memahami beberapa apresiasi cita social dan politk sekolah harus menjadi pengalaman hidup dalam demokrasi. Dewey tidak menolak isi subjek mater yang tradisioal bahkan ia mengemukakan bahwa kebanyakan dari subje tersebut perlu dikuasai namun perlu di ingat bahwa subjek mater tersebut dalam isinya selalu berupbah karena memang kehidupan ini adalah suatu perubaha yang terjadi secara terus menerus akibatnya pendidika tidak hanya dibatasi dengan mengumpulkan informasi yang hanya diperoleh dari seoran guru atau teksbook subjek mater bukan penerapan pengetahuan yang terdahulu melainkan suatu rekonstruksi yang konstan karena adanya penemuan-penemuan-penemuan baru, karena itu pemecahan masalah ( dengan metode ilmiah di atas ), harus di lihat bukan hanya sekadar penyelikidkan pengetahuan fungsional namu sebagai suatu kaitan yang secara terus menerus dengan subjek meter. 4) Penanan guru tidak langsung melainkan member petunjuk kepada murid kebtuhan dan minat murid akan menentukan apa yang merekan pelajari anak harus diizinkan untuk merencanakan pekembangan diri mereka sendiri dan guru haus membimbing kegiatan belajar. 5) Sekolah harus member semangat untuk berkerja sama bukan mengembankan persaingan manuisia pada dasarnya social dan kepuasan yang paling besar pada manusia karena ia berkonunikansi

denga orang lain ptgresivisme berpandangan bahwa kasih sayanag dan persaudaraan lebih berharga bagi pendidikan dari pada persaingan dan usaha pribadi karena itu pendidikan adalah rekonstruksi pengalaman mengarah kepada rekonstruksi mausia dalam kehidupan social persaingan tidak ditaolak namaun persainga tersebut harus mampu mendorong pertumbuhan pribadi karena itu pendidikan adalah rekonstruksi pengalaman mengarah kepada rekonstruksi manusia dalam kehidupan social persaingan tidak dotolak namun persainga tersebut harus mampu mendorong pertumbuhan opribadi 6) Kehidupan yang deomokratis merupakan konsisi yang diperlukan bagi pertumbuhan demokrasi pertumbuhan dan pendidikan saling berhubungan untuk mengajar demokrasi sekolah itu sendiri harus demokratis sekolah harus meningkatkan stundent govement diskusi bebas tentang suatu masalah partisipasi penuh dalam semua pengalaman pendidikan tetap sekolah tidak mengindoktrinasi murid-murid denga tata social yang baru 7) Beberapak kritik terhadap progresivisme Ada beberapa kritik yang dilontarkan terhadap progresivisme di antaranya (1) Murid tidak mempelajari warisan social mereka tidak mengetahui apa yang seharusnya diketahi oleh orang tididik (2) Mengabaikan kurikulum yang telah di tentukan yang menjadi tradisi di sekolah (3) Mengurangi bimbingan dan pengarahan guru,murid memilih aktivitas sendiri. (4) Murid menjadi orang yang mementingkan sendiri,iamenjadi manusia yang tidak memiliki self discipline,dan tidakmau berkorban demi kepentingan umum.

b Perenialisme 1. Dasar pemikirannya Perenialisme merupakan filsafat pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh, sebagai suatu kritik terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan suatu yang baru. Ia mengharuskankepada prinsip-prinsipyang mutlak.kaum perenialis memandang situasi dunia dewasa ini penuh dengan kekacauan,ketidak tentuan,dan kekacauan , terutama dalam kehidupan moral,intelektual, dan sosiokultural.Maka karena itu perlu ada usaha untukmengamankan ketidak beresan tersebut diatas.

Jalan yang di tempuh oleh kaum perenialis, ialah dengan jalan mundur ke belakang ,dengan mengambil /menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh pada zaman kuno dan zaman pertengahan, yang dianggap sebagai dasar budaya bangsa-bangsa didunia ini dari masa ke masa,dari abad ke abad. Pandangan-pandangan yang telah menjadi dasar budaya manusia di atas, telah dapat di uji ke ampuhan dan ke kukuhannya oleh sejarah, terutama pandangan atau ajaran-ajaran plato dan aristoteles dari zaman yunani kuno serta ajaran Thomas Aquina dari abad pertengahan.Kaum perenialis percaya bahwa, ajaran-ajaran dari tokoh-tokoh di atas memiliki kualitas yang dapat di jadikan tuntutan hidup dan kehidupan manusia pada abad kedua puluh ini. 2. Prinsip-Prinsip Pendidikannya 1) Walaupun perbedaan lingkungan,namun pada hakikatnya manusia dimana pun ia berada adalah sama. Robert Maynard Hutshins yang merupakan pelopor perenialisme di Amerika serikat, mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan rasional,(ini adalah pandangan Aristoteles) dan tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebaikan.Pendidikan harus sama bagi semua orang , dimanapun dan kapanpun ia berada,begitu pula tujuan pendidikan harus sama. Yaitu memperbaiki manusia sebagai manusia . Hutshins mengenukakan: .man way vary from society to societyBut the function of a man,as a man,as a man ,is the same in every age and in every society,since it result from his nature as a man . The aim of educational system is the same in every age in every society where such a system can exist:it is to improve man as man.

2) Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menguunakannya untuk mengerahkan sifat bawaannya sesuai dengan tujuan yang telah di

tentukan.Manusia adalah bebas, tapi mereka harus belajar , untuk memperhalus fikiran dan mengontrol seleranya. Apabila anak gagal dalam belajar, guru tidak boleh dengan cepat meletakan kesalahan kepada lingkungan yang tidak menyenangkan, atau rangkaian peristiwa psikologis yang tidak menguntungkan . Guru harus mampu mengatasi semua gangguan tersebut, dengan melakukan pendekatan secara intelektual yang sama bagi

semua murid . Tidak ada anak yang diinginkan untuk menentukan pengalaman pendidikannya yang ia inginkan. 3) Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti ,absolut, dan abadi. Kurikulum di organisasi dan di tentukan terlebih dahulu di tujukan untuk melatih aktivitas akal,dan mengembangkan akal. Anak harus di beri pelajaran yang pasti, yang akan memperkenalkannya dengan keabadian dunia. Anak tidak akan di paksa ke dalam pelajaran yang tampaknya penting pada suatu saat . Begitu pula anak tidak diizinkan untuk mempelajari pelajaran yang menarik baginya pada saat-saat yang khusus. Yang di pentingkan dalam kurikulum ialah general education,yang meliputi : bahasa, sejarah, matematika,IPA, filsafat, dan seni. 3 Rs (membaca,menulis, berhitung), merupakan esensi dari general education. 4) Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup,melainkan merupakan suatu persiapan untukl hidup. Sekolah tidak pernah menjadi situasi kehidupan nyata. Sekolah bagi anak merupakan peraturan-peraturan yang artifisial dimana ia berkanalan dengan hasil yang paling baik dari hasil warisan sosial budayanya . 5) Murid seyogianya mempelajari karya-karya desar dalam literature,filsafat, sejarah,sains, dan juga dalam politik dan ekonomi, diman manusia sepanjang masa telah melahirkan aspirasi dan hasil yang maha besar.

Hutchins menyusun kurikulum untuk sekolah menengah dan universitas yang brpusat kapada buku-buku besar seperti di atas. Keuntungan dari mempelajari buku-buku klasik tersebut ialah siswa belajar apa yang telah terjadi pada zaman lampau , dan apa yang telah dipikirkan oleh orang-orang besar terdahulu. Siswa belajar berfikir untuk dirinya, karena akan menjadi pedoman untuk mengatasi kesulitan hidup sehari-hari.Segala masalah dapat di pecahkan dengan

menggunakan prinsip-prinsip dan kebijaksanaan yang telah di miliki oleh manusia, serta dengan menggunakn fikiran yang telah disiplinkan untuk berfikir.

c. Esensialisme 1) Dasar pemikirannya

Esensialisme secara formal bukan kelanjutan dari filsafat trdisional yang di dukung oleh filsafat idealisme dan realismeklasik,tetapi berhubungan dengan pandangan filsafat yang berbeda-beda. Esensialisme tidak memiliki suatu organisasi dan tidak pula merupakan suatu gerakan , melainkan mereka memprotes terhadap progresivisme. Namun dalam mengadakan protesnya tersebut esensialisme tidak menolak atau menentang progresivisme secara keseluruhan, ada beberapa aspek yang prinsipil tidak dapat di terimanya. Mereka berpendapat bahwa betul-betul ada hal-hal yang esensial dari pengalaman anak yang ,memilki nilai untuk di bimbing. Semua manusia dapat mengenal hal-hal yang esensial tersebut apabila ia berpendidikan. Filsafat esensialisme mungkin idealisme, dan mungkin juga realisme, namun kebanyakan mereka tidak menolak epistemology Dewey. Esensialisme menyajikan hasil fikiran mereka untuk: a. Penyajian kembali materi-materi kurikulum secara tegas. b. Membedakan program-program di sekolah yang esensial. c. Mengangkat kembali wibawa guru dalam kelas. Seperti halnya perenealisme, esensialisme mater kepada pusat proses membantu untuk mengembalikan subjek tidak mendukung pandangan

pendidikan.Tetapi

perenealisme,bahwa subjek mater yang benar adalah realitas yang abadi yang di sajikan dalam buku-buku besar dari peradaban barat. Buku-buku tersebut dapat di pergunakan, tetapi bukan untuk mereka sendiri, melainkan untuk di hubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ada pada dewasa ini.

2) Prinsip-prinsip pendidikan Para pengikut esensialisme tidak memiliki kesatuan garis, karena mereka memegang filsafat yang berlainan. Namun diantara mereka ada kesepakatan tentang prinsip dasar yang berhubungan dengan pendidikan. Beberapa prinsip pendidikan esensilisme adalah sebagai berikut: (1) Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan kadang-kadang dapat menimbulkan keseganan, dan menekankan pentingnya prinsip disiplin. Terhadap pandangan progresivisme yang menekankan minat pribadi,menerimanya sebagai konsep untuk berbuat. Mereka mengakui bahwa minat adalah suatu pelajaran, banyak menimbulkan usaha atau mendorong siswa untuk dapat menguasai

pelajaran tersebut. Namun minat yang paling tinggi dan dapat lebih bertahan tidak di peroleh sejak awal atau sebelum belajar, namun timbul melalui usasha keras,tidak begitu saja timbul dari dalam diri siswa. (2) Inisiatif dalam pendidikan harus di tekankan pada pendidik (guru) bukan pada anak. Peranan guru dalam menjebatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak. Guru telah disiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas di atas, sehingga guru lebih berhak untuk membimbing murid-muridnya.

Kneller mengutip pendapat Isaac L.Kandel, sebagai berikut: The essentialist is no less interested then the progressive in the prinscipals that learning cannot be secoesful unless it is based on the capacities , interest , and purpose of the learner, but he believes those interest, and purpose must be made over by the skill of the teacher, who is mater of that logical organization called subject and who unserstands the process of educational development.

3) Inti dari proses pendidikan adalah asmilasi dari subjek mater yang telah di tentukan. Kurikulum diorganisasi dan di rencanakan dengan pasti oleh orang dewasa (guru). Pandangan ini sesuai dengan filsafat realisme, bahwa secara luas lingkungan materiil dan sosial, manusia yang menentukan bagaimana seharusnya ia hidup. Esensialisme mengakui bahwa pendidikan akan mendorong individu merealisasikan

potensialitasnya, tetapi realisasinya harus berlangsung dalam dunia yang bebas dari perorangan. Karena itu sekolah yang baik adalah dekolah yang berpusat kepada masyarakat atau society centered school , sebab kebutuhan minat dan sosial di utamakan. Minat individu di hargai,namun di arahkan agar siswa tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri (egoist selfish) . 4) Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental.Esensialisme mengakui bahwa metode pemecahan masalah problem solving ada faedahnya, namun bukan suatu prosedur untuk melaksanakan bagi seluruh

proses belajar. Pendapat di atas di dasari oleh pandangan bahwa kebanyakan pengetahuan adalah abstrak dan tidak dapat di pecahkan ke dalam masalah-masalah yang diskrit. 5) Tujuan akhir dari pendidikan ialah Untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena di anggap merupakan tuntutan demokrasi yang nyata.

Dari uraian diatas, seolah-olah ada titik temu antara perenealisme dan Esensialisme. Memang ada beberapa persamaan anatara kedua filsafat tersebut diantaranya ialah: a) Adanya tujuan akhir atau umum pendidikan b) Kurikulum ditentukan oleh orang dewasa c) Mengakui suatu keharusan adanya disiplin yang keras dari orang dewasa dalam membawa anak didik untuk mencapai tujuan akhir. d. Eksistensialisme 1) Dasar pemikiran Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal kepada eksistensi. Eksistensi adalah cara manusia berada di dalam dunia. Cara manusia berada di dalam dunia , berbeda dengan cara beradanya benda-benda materiil. Keberadaan benda-benda tersebut tidak sadar akan dirinya sendiri,dan juga tidak komunikasi satu sama lainnya. Tidak demikian berada manusia di dunia ini.M anusia berada bersama dengan manusia,dan benda-benda itu akan berarti karena manusia. Eksistensialisme berasal dari pemikiran soren kier kegard (Denmark: 1813-1855). Inti masalahnya ialah : Apa itu kehidupan manusia ? Apa tujuan dari kegiatan manusia ? Bagaimana kita menyatakan keberadaan manusia ? Pokok pemikirannya di curahkan kepada pemecahan yang konkreat terhadap persoalan arti berada mengenai manusia . Tokoh-tokoh lainnya yang kita kenal diantaranya : Martin buber , Martin Heideger , Jean paul satre, karl jasper, Gabril Marsel,Paul Tillich. Paham Eksistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri dari berbagai pandangan yang berbeda-beda. Namun demikian pandangan-pandangan tersebut memiliki beberapa persamaan,sehingga mereka dapat di katakan filsafat

eksistensialisme.

Persamaan-persamaan

tersebut

dikemukakan

oleh

Haru

Hadiwijonosebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai

  • Draft Kontrak Kontruksi SDA2020
    Draft Kontrak Kontruksi SDA2020
    Dokumen51 halaman
    Draft Kontrak Kontruksi SDA2020
    Gilang Saefullah
    Belum ada peringkat
  • K6T8S2P5
    K6T8S2P5
    Dokumen2 halaman
    K6T8S2P5
    Gilang Saefullah
    Belum ada peringkat
  • Proposal Neon
    Proposal Neon
    Dokumen8 halaman
    Proposal Neon
    Gilang Saefullah
    Belum ada peringkat
  • Spek ISDA 2020
    Spek ISDA 2020
    Dokumen17 halaman
    Spek ISDA 2020
    Gilang Saefullah
    Belum ada peringkat
  • SSUK
    SSUK
    Dokumen39 halaman
    SSUK
    Gilang Saefullah
    Belum ada peringkat
  • SSKK
    SSKK
    Dokumen5 halaman
    SSKK
    Gilang Saefullah
    Belum ada peringkat
  • Makalah Iddahg
    Makalah Iddahg
    Dokumen11 halaman
    Makalah Iddahg
    Gilang Saefullah
    Belum ada peringkat
  • Ceramah Puasa
    Ceramah Puasa
    Dokumen1 halaman
    Ceramah Puasa
    Gilang Saefullah
    Belum ada peringkat