Anda di halaman 1dari 6

Sapi!!!

Namaku taufik, aku penggembala kecil . keluarga dan teman-temanku biasa memanggilku dengan sebutan opik . Aku masih duduk dikelas 3 SD . Aku tinggal didesa yang sangat jauh dari kota . Keadaan didesaku masih sangat alami . Disini sungainya masih jernih dan sawahpun masih banyak . Tetapi ketika aku pergi kesekolah, aku harus jalan berkilo-kilo meter jauhnya . Keluargaku bukanlah keluarga yang mapan . Rumahku hanyalah gubuk kecil beralaskan tanah. Bapakku bekerja sebagai petani di sawah dan ibuku bekerja sebagai pembuat brem dirumah . Setiap harinya setelah pulang sekolah aku harus menggembala sapi milik nenekku untuk menambah biaya sekolahku . Tetapi aku tidak sendiri, teman-temanku kerap kali menggembala bersamaku . Hari ini seperti biasa, pagi-pagi sekali aku sudah siap untuk berangkat sekolah . Kutenteng kresek yang kupakai sebagai tas karena orang tuaku tidak mampu membelikan tas untukku . didalamnya ada satu buah buku tulis dan pensil yang ujung belakangnya kulilitkan karet sebagai penghapus . Kupakai sandalku kemudian aku bersiap untuk berangkat sekolah . Le.., panggil ibuku kepadaku Nanti pulang sekolah langsung bawa sapinya kepadang rumput ya, pulangnya ambil singkong di kebun buat makan kamu ma temen-temenmu, lanjut ibuku . Iya bu, opik berangkat dulu ya bu, jawabku seraya menyalimi tangan ibu. Saat di perjalanan ke sekolah, aku bertemu teman-temanku. Dengan riangnya, kami menyanyikan lagu agar tetap semangat. Karenanya, perjalanan yang jauh kesekolah terasa tidak jauh . Sampai pada akhirnya kami sampai disekolah . Kumasuki ruang kelasku kemudian aku duduk dibangkuku . Opik, nanti aku ikut ke padang rumput ya? mas Setyo kakakku sekolah sampai sore, jadi ngga bisa kasih makan sapi. Kamu temenin aku kerumah dulu ambil sapi ya? Nanti kamu makan dirumahku saja., Kata Sur teman sebangkuku . Iya. Temani aku saat mengambil sapi dirumah nenekku juga ya?, jawabku diikuti anggukan dari Sur . Teng.. teng.. Bel pulang sekolahpun sudah berbunyi . Selesai berdoa bersama, teman-teman mulai menghambur keluar kelas . Kemudian, Aku dan Sur pergi kerumah Sur yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahku . Aku

menemaninya mengambil sapi dan makan siang disana. Kemudian dia menemaniku mengambil sapi dirumah nenekku . Setelah itu kamipun pergi kepadang rumput menaiki sapi kami masing-masing . Perjalanan kepadang rumput tidaklah begitu jauh . Kami melewati jalan yang sudah diaspal . Aku turun dari sapiku dan kutuntun sapiku, begitu pula si Sur. mooo.. begitulah sapiku melenguh sepanjang perjalanan. Sesampainya kami dipadang rumput, kucari tempat yang rumputnya banyak dan masih segar . Kuikatkan tali yang ada dileher sapi ke patok yang kutancapkan sendiri . Kemudian aku menungguinya sambil membabati rumput untuk makan kambing dan sapi dirumah nanti . Hari sudah sore, Segera aku membawa sapiku pulang . Kucopot patok agar talinya terlepas dan kurapikan tali yang melingkar dileher sapiku . moo.., lenguh sapiku berkali-kali . Hei Sur, nanti malam kerumahku ya? Kita bakar singkong bersama . kalau bisa ajak yang lain ya? , Kataku pada Sur seraya mengumpulkan rumput yang kubabati . Iya, nanti aku ajak mas Setyo, Nur, Anto, dan Rudi deh. Hati-hati dijalan ya, Jawab Sur sambil meninggalkanku yang masih mengikat rumput untuk makanan sapi. Aku pulang meninggalkan padang rumput menuju rumah nenek . Kumasukkan sapi ke kandang disamping rumah nenek dan aku menata rumput di depan kandang kambing untuk makan . Kemudian kutemui nenek untuk berpamitan. Nenek, sapinya sudah dikandang . Kambingnya juga udah tak kasih rumput yang banyak . Aku pamit pulang dulu ya nek, Kataku pada nenek. Iya le, besok pagi sapinya dibawa kepadang rumput lagi ya le, Kata nenekku. Iya nek Akhirnya aku pulang kerumah. setelah bersalaman dengan ibu, aku mandi dan ke kebun untuk mengambil singkong . Wah, singkongnya besar-besar sekali, makan malam nanti aku pasti kenyang sekali, Batinku ketika aku mengambil umbi singkong di kebun ibu . Aku mengambil banyak sekali singkong untuk persediaan makan hari-hari berikutnya . Segera setelah itu aku meminta kayu bakar pada ibu dan

menumpuknyadi halaman rumahku untuk membuat api unggun nanti malam . Kusiapkan beberapa singkong didepan rumah . Setelah itu aku membantu ibuku membuat teh manis untuk ayah dan teman-temanku . Yang datang berapa orang le?, ujar ibu ketika aku merebus air untuk menyeduh teh . 5 orang bu. Eh, bapak pulang kapan bu ? sudah mau maghrib kok belum pulang., kataku . Bapak tadi bilang mau jual beras di pasar. pulangnya habis maghrib. Sekalian sholat di mushola desa katanya Oh.., jawabku singkat . Adzan maghrib sudah berkumandang, aku dan ibu sholat didalam rumah . Selesai sholat, aku keluar rumah karena mendengar bapak pulang kerumah . Tak lama setelah itu aku mendengar teman-temanku mengucap salam didepan rumahku . Langsung saja tanpa basa basi aku mengajak semuanya menghidupkan api unggun dan membakar singkong dengan menimbunnya di dalam api unggun itu . Sambil menunggu api unggun kita berbincang-bincang sambil minum teh yang dibuat ibu tadi. Eh, besok kan hari minggu, jam 8 pagi kita renang disungai deket padang rumput itu yuk. Sekalian cari ikan buat makan bareng-bareng, kata mas Setyo mengawali perbincangan . Tapi aku harus bawa sapiku kepadang rumput besok pagi, jawabku lesu. Ah gak apa-apa pik, kan sungainya deket padang rumput . Waktu sapimu makan, kita berenang. Gimana pik? Mau kan?, kata Anto diikuti acungan jempol Rudi, Sur, dan Budi. Ya udah deh, aku mau ikut, ujarku kemudian . Tapi nanti berenangnya jangan jauh-jauh ya. Denger-denger ni disekitar sungai itu ada tempat yang wingit lho. Banyak penunggunya!, kata Rudi yang seketika membuat bulu kudukku merinding . Iya, katanya ada orang yang mati disana, Timpal Budi . Ah, udah deh, jangan mbuat takut . Nanti aku ngga berani pulang, kata Sur ketakutan. Ah, kamu kan pulang bareng mas Setyo . ngapain takut!, kataku.

Iya juga sih.., Sur tersenyum malu . Huuu!, seketika semuanya mencibir Sur disertai gelak tawa kami semua. Tak berapa lama setelah itu singkong yang kami bakar sudah matang . Aku menyisihkan 2 singkong yang besar untuk bapak dan ibu didalam rumah . Kemudian aku dan teman-teman makan singkong dengan sangat lahap . enak sekali, batinku dalam hati . Selesai makan, kami membersihkan sisa-sisa kayu bakar, membuang sampah kulit singkong, dan menyingkirkan gelas kedapur . Setelah itu teman-temankupun pulang . Ibu, Nanti jam 8 aku mau bawa sapi nenek ke padang rumput lagi, pulangnya siang sebelum dzuhur, Kataku setelah selesai mandi pagi. Iya. Nanti dibawain sangu gingkong goreng atau tiwul lauknya osengoseng tempe mau ngga?, kata ibu sambil menata sarapan dan kopi dibaki untuk bapak yang sedang duduk-duduk didepan rumah dan untukku juga. Ngga usah deh bu, nanti Opik makan dirumah aja Ya udah, tolong ini dikasihkan bapak diluar. Sekalian kamu sarapan juga gih, Ibuku menyodorkan baki kepadaku . Kubawa baki itu ke teras rumah .Aku dan ayahpun sarapan diluar rumah . Setelah itu aku pergi ke rumah nenek untuk mengambil sapi . Assalammualaikum nek, Opik mau ambil sapinya, Kataku pada nenek ketika nenek sedang menyapu teras rumah beliau. Iya le, hati-hati dijalan ya, Jawab nenekku lembut . Akupun kekandang dan mengambil sapi. Aku adalah anak gembala selalu riang serta gembira.., aku bernyanyi mengikuti lagu yang sering kudengar diradio diselangi sedikit siulan sambil menaiki sapi yang kugembalakan menuju padang rumput . Hei, Opik! Opik!, teriak teman-temanku berbarengan ketika aku sudah sampai dipadang rumput . Segera saja aku talikan sapiku pada patok dan langsung berlari menuju sungai . Kulepas kaosku dan langsung mencebur sungai dengan riangnya . Opik, lomba yuk . siapa yang paling cepat renangnya!, ajak Rudi padaku. Ayo, Tantangku . Kamipun berenang secepatnya dan alhasil aku kalah berenang . Teman-teman yang lainnya pun langsung menyorakiku . cipratancipratan airpun menghujaniku disusul tawa riang kami semua.

Tak terasa hari sudah siang, adzan dzuhur bersahut-sahutan . Tetapi aku masih membakar ikan tangkapan teman-teman saat berenang tadi . aku makan lahap sampai hari menjelang sore sehingga lupa bahwa aku janji pulang sebelum adzan . ketika teman-teman sudah pulang aku baru teringat akan janjiku pada ibu dan nenek . ya ampun, batinku . langsung saja kucabut patok dan ku tuntun sapiku pulang melewati jalan pintas melewati sawah dan menyusuri tepian sungai tempatku berenang tadi agar cepat sampai kerumah . Setelah melewati sawah, dengan tergesa aku menuntun sapiku menyusuri sungai yang agak curam. Tiba-tiba aku teringat cerita Rudi semalam . Bukankah ini tempat wingit yang diceritakan Rudi semalam?, tanyaku dalam hati . Seketika saja seluruh bulu kudukku berdiri . Aku berjalan lebih cepat sehingga tidak memperhatikan sapiku dan... BYUUUURR!!, Sapiku terperosok kedalam sungai. AAAAA..!! SAPINYA..!!, Aku berteriak sekuatnya . Aku melihat sapiku terbawa arus dan tidak bisa naik kedaratan . Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan . Aku menangis dan berteriak sekuat-kuatnya tetapi tidak ada yang mendengar . Kulempari sapiku dengan batu agar dia ketepian sungai . Kulempari terus menerus sambil kukejar . Tak henti-hentinya aku menangis meraung . SAPI..!!, teriakku lagi . Tolong...!!!. Sapiku melenguh keras karena terbawa arus . Aku terus berlari mengikuti sapi . Sampai akhirnya sampai pada sungai yang tepiannya tidak curam . Aku langsung menceburkan diri dan menarik sapiku ketepian . Kupeluk sapiku sambil menangis sampai air mataku kering . sapi...., ucapku lirih . Untung saja tempat kutemukan sapiku tidak begitu jauh dari rumah . Langsung saja aku menuntun sapiku kerumah nenek . Sesampainya dirumah nenek, nenekku langsung berlari kearahku. Loh le, kok baru pulang jam segini kenapa? . tadi ibumu nyari lho le, tanya nenekku panik melihatku basah kuyup dengan mata yang sembab . Tadi sapinya jatuh ke sungai nek, kataku sambil sesekali terisak. Ya Allah, kok bisa tho le? Kamu gak kenapa-kenapa tho?. Minum teh dulu disini . nanti biar diantar pulang pakdhe, kata nenekku. Sapiku kemudian dimasukkan kandang oleh pakdheku atau kakaknya ibu . Akupun dibawa masuk oleh nenek dan dipakaikan baju pakdhe yang sangat kebesaran . Nenek memberiku teh panas agar menghangatkan badanku . Tak lama setelah itu ibuku datang kerumah nenek dan membawaku pulang .

Tadi kok bisa jatuh?, tanya ibuku malam harinya . Tadi aku lewat pinggiran sungai bu, soalnya aku cari jalan pintas. Tadi aku renang sama temen-temen disungai sampai hampir sore, lupa kalau janji pulang sebelum dzuhur . Aku pingin cepet-cepet sampai rumah . makanya cari jalan pintas, jawabku jujur sambil menunduk dalam-dalam karena takut ibu memarahiku . Aduh le, makanya jangan lewat situ lagi . kalau pulang telat juga ibu gak bakal marahi kok le . mbo kamu bilang dulu kalau mau main sama temenmu . Ibu kan bisa bilang ke nenek biar kamu ngga gembalain sapi dulu, jawab ibuku lembut . Iya bu Malam ini aku tidur sangatlah nyenyak dipangkuan ibuku. Hari ini aku belajar bahwa aku akan selalu izin pada ibu jika aku akan pergi dan tidak dekatdekat sungai yang curam . Aku tahu kenapa orang desa bilang bahwa tempat itu wingit . mungkin karena arus sungainya deras dan tepiannya sangat curam . Pantas saja ada orang yang meninggal disana . Beruntungnya aku karena Allah tidak mengizinkanku masuk kesungai melainkan sapiku. Hihi, Makanya, hati-hati kalau bawa sapi, aku mengigau lirih diikuti tawa kecil bapak dan ibu.

Nama : Alindina Izzani Kelas : X SBI 1 No : 02

Anda mungkin juga menyukai