Anda di halaman 1dari 3

Anak-Anak yang (tak) Tangguh!

Duma Rachmat Adalah seorang anak yang menangis di pinggiran pintu masuk kelas. Menangis sendiri. Ketika didekati oleh seorang guru, ditanyakan tentang apa yang terjadi, dia hanya menggeleng dan menangis. Ketika ditanyakan apa yang diinginkannya, dia hanya menggeleng. Ketika ditawarkan tentang sesuatu, dia menggeleng. Serba salah situasi ini, sebab sang anak hanya bisa menggeleng, tak mau mengungkapkan apa yang diinginkannya dan tak segera mengiyakan alternatif perilaku yang mungkin untuk dilakukannya. Serba salah, sebab orang lain dipaksa secara halus untuk mengiyakan keinginan anak. Dengan cara menangisnya. Dengan gelengan kepalanya, dengan bungkamnya yang lama membuat orang lain serasa tidak punya pilihan lain selain mengiyakan keinginannyayang itu pun terkadang tidak jelassebab anak hanya mampu terdiam seribu bahasa. Kejadian yang lain anak tersebut, merengek menjadi minta pulang sebab buku yang semestinya dibwa tertinggal di rumah. Atau bajunya tak sama dengan temannya. Kejadian serupa telah terjadi di banyak kesempatan dengan anak tersebut. Beberapa kejadian mirip-mirip kejadian di atas pernah terjadi. Kejadiankejadian yang terkadang dan seringkali membuat salah tingkah guru dan orang tua. Mungkin banyak orang dewasa akan me-label anak-anak seperti ini sebagai anak-anak yang sulit. Walaupun sebenarnya istilah ini tidak tepat dan terlalu judgmental (menghakimi), istilah ini memang lumayan untuk membantu menyederhanakan pengalaman yang biasanya dialami oleh orangtua. Anak -anak sulit sebenarnya bukan anak yang sulit dalam artian yang sesungguhnya. Tahukah Anda, kalau anak-anak ini hanyalah produk pengasuhan yang terlalu melindungi? Perilaku anakanak tersebut terbentuk dari beberapa gabungan kondisi dari perlakuan dan pendidikan yang dilakukan oleh orangtua di rumah. Mengapa demikian? Walaupun terkadang alasan melindungi, itu dilakukan dika renakan kondisi kesehatan anak yang tidak optimal, namun sebaiknya kita perlu mewaspadainya. Bagaimana tidak? Anak-anak seperti ini tanpa kekuatan yang memadai akan banyak tertinggal di belakang, tanpa mereka mau dan bersedia menyusulnya. Harus didorong-dorong dengan segenap upaya oleh lingkungannya. Bagaimana tidak? Anak-anak seperti ini memiliki potensi yang besar, namun mereka cenderung menyembunyikannya sebab untuk mengeluarkannya selalu butuh ruang apresiasi dan penerimaan yang terlalu lebar. Bagaimana tidak? Anak-anak ini memiliki senyum yang lebar tapi terutama akan muncul setiap apa yang diinginkannya terpenuhi semuanya. Sementara ketika situasi berubah menjauhinya, dia buru-buru mengambil jarak yang jauh. Hingga terasa aman. Atau diambilnya langkah-langkah yang lebih pasif (menangis, menyendiri, termenung) untuk mengambil perhatian dari orang lain. Bagaimana tidak? Anak-anak ini memiliki kepandaian yang luar biasa, namun cepat mengeluhkan kondisinya. Bermain sedikit panas mengeluh. Kehujanan mengeluh. Diganggu temannya menangis dan tak membela diri.

Perlindungan orangtua sebagai bentuk kasih sayang orangtua memang layak untuk didapatkan anak sebagaimana sifat merawat dan melindungi anak memang juga tidak akan dapat dilepaskan dari pengasuhan. Namun ketika kemudian itu dilakukan dalam takaran yang berlebihan tentu malah akan berdampak yang kurang menguntungkan untuk anak itu sendiri ke depannya. Selain bahwa orangtua akan cenderung menjadi lebih banyak repotnya. Karena hampir-hampir segala hal yang mungkin bisa dilakukan anak-anak yang lain, orangtua atau lingkungan sekitarnya masih saja melakukan untuk anak. Makan di mana anak bisa makan sendiri dan masih saja disuapin, diladeni bukankah itu merepotkan? Gentar menghadapi setiap masalah, setiap kesulitan, dan orangtua selalu yang memajukan dirinya untuk mengatasi, bukannya itu juga merepotkan? Setiap bertemu dengan kesulitan selalu memanggil orangtua bukannya itu juga merepotkan? Orangtua yang selalu mengerjakan semua-semuanya atau menyedia semua-semuanya untuk anaknya, dan tidak berani melepas anaknya mengerjakan sendiri hal-hal yang berhubungan dengan dirinya, tentunya hanya akan menuai kerepotan demi kerepotan di masa yang akan datang. Orangtua yang terlalu melarang untuk anak mencoba walau salah, walau mungkin akan jatuh dan sakit, ini hanya akan menuai kesakitan yang lebih panjang di masa depannya. Anak-anak ini bukannya tidak memiliki sesuatu. Mereka banyak memiliki kemampuan, karakter yang unik, potensi yang menarik. Namun dikarenakan perlakuan yang orangtua dan lingkungannya, semua menjadi terkubur di dalam ketidakberdayaannya. Semua menjadi hilang sebab keluhannya yang jauh berkepanjangan. Jangan salah juga bahwa ketika kita memuji anak terlalu berlebihan pun akan memiliki dampak yang hampir sama dengan perlakuan pengasuhan yang terlalu melindungi. Pujian yang berlebihan dan tidak proporsional hanya akan menjadi lingkaran energi yang nyamanyang membuat anak tidak tergerak melakukan yang lebih menantang. Melakukan sesuatu yang melebihi batas kemampuannya. Kemauan untuk melewati rintangan yang tersulit dari apa yang sudah pernah diraihnya. Sebab dengan yang sederhana saja, dengan yang kecil saja, dengan yang aman-aman saja, anak sudah mendapatkan pujian. Anak sudah mendapatkan apresiasi yang dibutuhkannya bahkan berlebihan. Anak-anak sulit pun bisa merupakan produk role model yang tidak handal di dalam menghadapi permasalahan hidup sehari-hari. Lihatlah kira-kira bagaimana jadinya anak-anak kalau orangtuanya dikenal sebagai pengeluh yang super duper rewel. Semua hal direwelkannya. Semua hal yang tidak sesuai dengan keinginannya dikeluhkannya. Semua yang tidak berkenan di hati, diomongkannya tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Semua yang salah, semua hal yang dianggap kurang, dikomentari seperti tak ada habisnya. Bukankah layak dari contoh yang seperti ini, seandainya sang anak juga akan pandai mengeluhi situasi. Tidak menjadi tanggap dengan situasi dan hanya pandai untuk mencari-cari alasan untuk tidak melakukan. So, bagaimana dengan Anda? Bagaimana dengan kita semuanya? Apakah masih melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya malah melemahkan potensi dan kekuatan anak-anak kita? Masihkah kita akan meneruskan keluhan dan bersikap tidak sabaran mengadapi situasi dan kondisi yang tidak nyaman? Masihkah kita akan banyak bicara dibandingkan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi? Masihkan kita akan memuji terlalu membumbung, melindunginya tanpa batasan, mengasihinya tanpa mengarahkan? Masihkan kita akan membiarkan anak menjadi lemah hanya dengan alasan itu akan salah untuk anak, menyakiti, atau akan membuat anak terluka? Masihkah kita akan menjadi contoh yang menuntut orang lain berbuat untuk kita tanpa kita memberi teladan bahwa setiap tuntutan kepada orang lain adalah tuntutan kepada diri kita sendiri? Benahi-benahi segera. Andaikan ada konflik secara internal di dalam diri yang membuat kita merasa ketakutan akan bahaya yang menerpa anak kita, benahi itu dulu. Bantu diri kita untuk menjadi lebih berani. Andaikan kita masih terlalu enggan menjadi pelaku atas kata-kata kita sendiri, bantulah diri kita dengan melatih berhati ketika berkata-kata. Tahanlah setiap kata dan kalimat sehingga kita mengenali setiap konsekuensi dan akibatnya. Bantulah diri kita untuk menahan setiap kata keluhan yang tidak perlu dengan melihat sisi baik

setiap kejadianselalu ada hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa. Bantulah diri kita untuk mengurangi cemasnya, takutnya, khawatirnya dengan berani mencoba sesuatu yang baru dalam hidup kita. Melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, menempuh jalan yang berbeda, mengenakan pakaian yang sedikit berbeda, dan menemui orang-orang yang jauh berbeda dengan yang pernah kita temui. Belajarlah dengan setiap hal yang baru. Rasakan keberaniannya, dan ambillah kebaikannya. Tetaplah jaga kesadaran untuk tetap mewaspadai kemungkinan-kemungkinan dari pilihan pertemanan kitasetiap hal yang tidak membawa ke dalam kebaikan diri, yang akan semakin mendekatkan diri pada Tuhan, membaikan potensi kita dan keluarga, segera jauhi. Sebab dengan semua hal inilah kita akan dilihat oleh anak-anak kita. Model yang buruk hanya akan menghasilkan sikap dan tindakan yang buruk, dan simpan baik-baik dalam benak kita, itu pulalah yang akan kita petik nantinya, di suatu masa, di suatu hari. Semoga kita terjaga dari terus membenahi tindakan dan perilaku kita.

Anda mungkin juga menyukai