Anda di halaman 1dari 2

Kalau Kau Jatuh, Nak...

oleh
Duma Rachmat
Kalau kau berlari dan jatuh, Nak...
Duh, rasanya. Rasa sakit itu sepertinya berputar di badan kami.
Jujur Nak, hati kami pilu. Dada kami serasa terbelah dengan sakitmu. Tapi kami harus kuat. Menahan diri untuk
tidak terlalu khawatir. Untuk tidak berlebihan menyikapi luka dan dukamu. Walau rasa batin kami serasa ingin
menghimpun semua lukamu. Menghimpun semua dukamu. Untuk hanya kami miliki sendiri. Untuk hanya kami
rasakan sendiri. Untuk hanya kami nikmati sendiri tanpa kau perlu mengerti. Tanpa kau perlu mengalami.
Tanpa perlu kau merasakannya. Sebab rasa sakitnya. Sebab rasa perihnya.
Tapi kami harus membiarkanmu.
Mengalami jatuhmu. Menjalani saat-saat lukamu.
Merasakan perihnya rasa lukamu. Sebab kami tahu luka adalah sebuah cara alamiah untuk menguatkanmu.
Untuk menguatkan fisikmu. Menguatkan mentalmu biar tangguh. Biar tubuhmu tak rentan lagi menghadapi
bahaya. Biar mentalmu tangguh untuk mengatasi permasalahan yang menghampirimu. Biar kesadaranmu
menjadi terlatih terjaga mengenali situasi dan bagaimana menyikapinya. Biar pikiranmu menjadi terbuka
mengenali bahaya dan bagaimana mengatasinya.
Kalau kau bersepeda dan tergelimpang dari sepedamu, Nak...
Kalau kau ingin menangis, menangislah. Menangislah sekuat engkau bisa menangis. Ini bukan permasalahan
kau perempuan atau laki-laki. Menangis itu adalah tetesan mutiara pemberian surga yang membuat manusia
lebih siap untuk menghadapi kenyataan berikutnya. Menangis itu percikan embun yang menghapus deritamu.
Menangislah sebab rasa sakitmu dan setelahnya bersiaplah untuk terus mencoba lagi. Sebab semua itu hanya
awalan, akan masih ada banyak kesenangan yang kau dapatkan ketika kau tak lagi jatuh dan bergelimpangan
dari sepedamu. Terus mencobalah, Nak, walau akan jatuh dan terjatuh lagi. Sebab di sepersekian kali jatuh,
kau tak akan lagi menganggap penting rasa sakitmu. Yang tertinggal adalah harapan akan kesenangan
penjelajah di dunia yang berwarna dan bercahaya ini. Yang tersisa adalah semangat untuk mendapatkan
sesuatu yang kau inginkan.
Kalau kau bermain dengan temanmu, dan tiba-tiba temanmu mendorongmu hingga jatuh, Nak...
Kalau kau mau memukulnya sebab kau marah, kami bisa memahaminya.
Kalau kau ingin membalas mendorongnya, kami sangat memahaminya.
Jujur, sebenarnya kami tidak ingin membiarkanmu berkelahi dan memiliki konflik dengan temanmu. Jujur itu
sebenarnya kadang itu membuat kami malu. Malu itu penyakit sosial yang kadang salah kami tempatkan. Yang
kadang kami lupakan konteks yang sebenarnya. Padahal semestinya kami selaku orangtua harus selalu
memahami bahwa nyaris tidak mungkin kalau meninginkan tidak ada konflik ketika ada orang lain. Apalagi
hanya masalah mainanyang untuk membelinya pun bukan barang yang sulit untuk kami. Apalagi hanya
konflik sebab bersenggolan dan tubrukan ketika berlarian. Kami harus banyak menahan diri untuk terus
mengintervensimu. Untuk terus ngaruhi (Jawa: ikut campur). Kami harus menahan diri, walau mungkin
kadang menjadi tidak enak dengan ibu-ibu temanmu. Dengan tetangga sebelah rumah kita. Dengan guru di
sekolahmu. Tapi terkadang kami harus menahan diri untuk dirimu menghadapi sendiri. Mencari cara untuk kau
kenali arti pertemanan yang sesungguhnya. Kalau ini terjadi di lain hari, bertanyalah padanya apa maksud dia
mendorongmu? Sebab dengannya kau akan lebih mengerti dan memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan
temanmu, Nak. Sebab dengannya kau mengembangkan sistem berpikirmu dengan lebih luas mengenali
fenomena sosial yang kau temui. Kau akan semakin mengerti konsep aku, kamu, dia, kita, kami, dan mereka.

Kalau kau tiba-tiba dijauhi oleh teman-temanmu, dan kau bersedih, sebab merasa ditinggal...
Nak, ditinggalkan teman pastilah sangat menyedihkanmu. Pastilah membuatmu bingung, apa yang harus kau
lakukan. Kami tahu rasanya sendiri, kami tahu rasanya ditinggal teman. Duh, rasanya kami tidak ingin engkau
mengalami perasaan sendiri. Perasaan ditinggalkan itu menyesakkan. Seperti berada di ruangan yang sempit
dan pengap. Terhimpit dan terperangkap.
Tapi, Nak, kau harus melewati perasaan sendirimu. Perasaan sendiri ketika kau ditinggalkan hanyalah waktu
jeda untuk dirimu mengenali diri sendiri. Belajarlah baik-baik tentang perasaan dan emosi, Nak. Kesinilah Nak.
Kesinilah. Pelukan kami dan elusan tangan ayah ibumu di kepalamu, pastilah akan membantumu kuat
menghadapi masa jeda ini. Perasaan nyaman pelukan kami akan selalu tersedia, Nak...hanya untukmu. Apapun
ketika kau membutuhkannya, kami siap melakukannya untukmu. Sebab kau adalah bagian dari diri kami.
Sebab separuh nafas kami ada padamu. Sebab jiwa dan pengalaman hidup kami ada yang mengalir pada
tubuhmu. Rasa nyaman, mungkin hanyalah sesaat tapi kami yakin itu modal penting dan berharga untukmu
melewati kesendirianmu di masa jeda tanpa teman. Selain bahwa itu akan menguatkanmu untuk tetap belajar
bergembira apapun situasi dan kondisimu.
Nak, belajarlah untuk tetap menikmati kesendirianmu dengan melakukan aktivitas lain. Carilah teman baru.
Carilah situasi yang baru. Walau mungkin itu berat bagimu, Nak. Walaupun kami tahu dan yakin terkadang itu
bukan perkara mudah. Perkara yang bisa dilampaui dalam ukuran waktu satu dua hari. Tapi tetaplah yakin
bahwa kami akan selalu menemani menghadapi situasi yang kau hadapi sekarang ini. Tetaplah yakin bahwa
kami akan selalu membantu mencarimu mengenali situasi baru ini dan mendapatkan jalan dari segenap
permasalahanmu.
Nak, tak usah takut untuk jatuh...
Sebab dengannya kau akan mengerti caranya berdiri.
Nak, tak usah takut untuk dijauhi teman...
Sebab dengannya kau akan mengerti bagaimana caranya bersahabat yang sesungguhnya,
Nak, tak usah takut untuk tidak dimengerti
Sebab dengannya kau akan belajar caranya berpikir.
Nak, tak usahlah takut untuk sendiri.
Sebab kau akan mengerti makna berbagi dan bersama.
Nak, apapun yang terjadi denganmu, apapun yang sedang kau pelajari, tak usah menyangsikan bahwa cinta
dan kasih sayang Tuhan padamu tak akan berkurang karena sakitmu. Yakinlah jatuhmu, meninggikanmu.
Kesepian akan menguatkanmu. Tangis yang kau ujarkan akan jadi bagian sempurna kebahagiaanmu nanti.
Yakinlah dengan semua ini, Nak.
Yakinlah kami pun selalu ada untukmu. Terus maju walau kau akan terjatuh lagi. Terus melangkah walau kau
akan dihalangi. Jangan menyerah. Jangan menyerah. Ini hanya sepenggal kisah yang harus kita lewati bersama.
Ya, Anakku. Hanya perlu dilewati bersama.

Anda mungkin juga menyukai