KALSIUM OKSIDA
4.1 Pendahuluan Sebelum sampai kepada perancangan proses yang lebih detail maka data laboratorium perlu melewati tahap verifikasi lebih lanjut. Verifikasi dapat dilakukan melalui percobaan pada kondisi dan kapasitas yang kita inginkan untuk mendapatkan basis data yang lebih detail, pengujian skala pilot atau
mempersiapkan model simulasi (Seider et al. 1999). Pada penelitian ini, tahapan yang dipilih adalah melalui simulasi. Simulasi proses industri yang melibatkan
banyak satuan operasi seperti layaknya sebuah pabrik, dilakukan sebelum kajian tekno-ekonomi dan analisis dampak lingkungan. Simulasi proses banyak
dilakukan dengan bantuan perangkat lunak HYSYS (Zhang et al. 2003a). Langkah pertama dalam mengembangkan simulasi proses batch ini adalah perancangan dasar (basic design) yaitu dengan membangun bagan alir proses, menghitung kesetimbangan massa, mengembangkan bagan waktu setiap proses, menghitung kesetimbangan energi digunakan. dan membuat daftar peralatan yang
meliputi biaya peralatan, biaya pabrik secara keseluruhan, biaya peubah, dan biaya lainnya yang berguna untuk kajian tekno-ekonomi (Sakai et al. 2009) Studi yang berkenaan dengan tekno-ekonomi proses produksi biodiesel telah banyak dipublikasikan. Diantara peubah sistem produksi yang dikaji, harga bahan baku minyak merupakan faktor utama yang menjadi kendala dalam
komersialisasi biodiesel. Disamping itu kapasitas pabrik, teknologi proses, dan harga gliserol merupakan peubah paling nyata yang mempengaruhi kelangsungan hidup ekonomi produksi biodiesel (Nelson et al. 1994, Zhang et al. 2003b; Van Kasteren and Nisworo 2007; You et al. 2008; West et al. 2008; Marchetti and Errazu 2008; Sakai et al. 2009; Lim et al. 2009). Biaya produksi biodiesel dari berbagai sumber seperti minyak kedele, lemak hewan, minyak kanola, minyak bunga matahari dan minyak rapseed secara
112
berturut-turut adalah 0, 3; 0,320,37; 0,4; 0,63, dan 0,69 USD L-1 (You et al. 2008). Disamping itu, dari studi yang komprehensif oleh berbagai peneliti
menunjukkan bahwa semakin besar kapasitas produksi suatu pabrik maka biaya rata-rata untuk menghasilkan satu liter biodiesel juga akan semakin rendah (Zhang et al. 2003a, 2003b, Haas et al. 2006, Puspasari 2007; Sakai et al 2009).
Sementara itu, Zhang et al. (2003b) menunjukkan nilai gliserol mengurangi biaya produksi total 6-6,5% dan ia memberikan dampak nyata terhadap nilai bersih dari biaya produksi (total manufacturing cost). Selain masalah tekno-ekonomi, isu lain yang menjadi kepedulian masyarakat saat ini adalah isu lingkungan. Isu lingkungan berkait sangat erat dengan peubah tekno-ekonomi, dikarenakan biaya dan efisiensi dari proses yang dipilih dalam produksi biodiesel terikat sangat erat dengan produksi jangka panjang dan mempengaruhi biaya investasi dan biaya operasional serta beban lingkungan dari produk (Kiwjaroun et al. 2009). Dengan kata lain, kepedulian terhadap masalah lingkungan dapat berhubungan dengan aspek ekonomi, dikarenakan mengurangi konsumsi bahan dan energi berhubungan secara langsung dengan keuntungan finansial, disamping peningkatan kualitas
lingkungan (da Silva and Amaral 2009). Ada sejumlah alat bantu yang telah dikembangkan untuk menghitung konsumsi dan dampak lingkungan dari suatu proses. Diantara alat bantu tersebut Penilaian Daur Hidup (Life Cycle Assessment/LCA) dapat dipertimbangkan sebagai metode yang paling komprehensif (Zhang 2008). LCA adalah sebuah metode analisis yang dirancang untuk mengevaluasi potensi dampak lingkungan dari suatu produk atau proses mulai dari ekstraksi bahan baku, proses produksi dan penggunaan, sampai ke akhir dari masa hidupnya. International menyatakan
analisis LCA terdiri dari empat fasa: Definisi tujuan dan ruang lingkup, analisis inventori siklus hidup/Life Cycle Inventory (LCI), penilaian dampak siklus
hidup/Life Cycle Impact Assessment (LCIA) dan terakhir adalah penafsiran hasil dan penilaian perbaikan. LCA secara luas telah diterima untuk menyelidiki
dampak lingkungan potensial yang disebabkan oleh produk dan jasa (Majer et al 2009).
113
Kajian tekno-ekonomi biodiesel secara sinambung, baik itu menggunakan katalis homogen alkali atau asam, katalis heterogen asam, dan proses
menggunakan metanol superkritis telah banyak dilakukan terutama pada produksi skala besar. Pada penelitian ini, penulis melakukan kajian tekno-ekonomi
produksi biodiesel menggunakan katalis heterogen dan secara batch dengan kapasitas 200 L/batch. Sistem batch dijadikan pilihan karena otomatisasi pada sistem sinambung berharga mahal (dapat mencapai 50% dari modal peralatan). Hal ini akan menjadikan investasi pabrik menjadi mahal sehingga pabrik yang dibangun dengan kapasitas produksi yang kecil akan menyebabkan dia tidak efisien. Kapasitas produksi 200L/batch ditetapkan berdasarkan kesesuaian
ukuran peralatan sehingga pabrik dapat dibuat dalam bentuk modul. Dimana modul tersebut dapat dimasukkan ke dalam kontener komersial seperti yang dibuat oleh BDRST (2008). Berkaitan dengan LCA, ada tiga fasa dalam sistem produksi biodiesel jarak pagar (Gambar 28). Fasa 1 adalah perkebunan jarak pagar yang menghasilkan biji jarak pagar. Fasa ini memiliki masukan, proses, dan dampak lingkungan tersendiri. Fasa 2 merupakan fasa pengolahan biji yang terdiri dari ekstrasi Masukan, proses, dan
minyak, detoksifikasi, esterifikasi dan transesterifikasi. dampak lingkungannya berbeda dengan Fasa 1.
biodiesel hasil Fasa 2. Dengan asumsi bahwa proses penyiapan bahan baku pada Fasa 1 dan tahapan pemanfaatan biodiesel (Fasa 3) adalah sama pada setiap proses yang dikembangkan dengan dampak lingkungannya juga sama, fokus dari analisis LCA pada penelitian ini adalah pada Fasa 2.
114
Gambar 28 Sistem produksi biodiesel jarak pagar Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) merancang proses produksi
biodiesel secara batch dan menilai performanya dari sudut pandang pabrik secara keseluruhan.; (2) melakukan analisis ekonomi berdasarkan nilai prakiraan biaya produksi, nilai return on investment (ROI) dan payback period (PBP) dari proses produksi biodiesel (3) melakukan kajian mengenai dampak lingkungan mengunakan metode LCA proses produksi biodiesel menggunakan katalis
heterogen (CaO) dibandingkan dengan proses konvensional menggunakan katalis homogen NaOH. Batasan sistem untuk proses produksi biodiesel dari jarak pagar yang mengandung ALB tinggi dan ALB rendah dapat dilihat pada Lampiran 20 dan 21.
115
4.2 Metode Penelitian Tahapan yang dilalui dalam pemilihan ini adalah: pemilihan proses, simulasi proses, perancangan proses, menghitung biaya produksi Prakiraan dan analisis LCA.
4.2.1 Pemilihan Proses Pemilihan proses didasarkan pada data penelitian laboratorium sebelumnya seperti lamanya reaksi, banyaknya bahan baku yang digunakan, faktor suhu dan tekanan. Proses yang dipilih adalah proses yang paling sedikit menggunakan energi dan bahan baku. 4.2.2 Simulasi Proses Prosedur simulasi proses meliputi: penentuan komponen-komponen kimia yang digunakan, pemilihan model termodinamik yang sesuai, penentuan kapasitas pabrik, pemilihan satuan-satuan pengendalian yang sesuai untuk digunakan penentuan masukan (kecepatan aliran, suhu, tekanan dan
Informasi bagi sebagian besar komponen seperti metanol, gliserol, sodium hidroksida dan air telah tersedia dalam component library HYSYS 3.2. Karena asam oleat merupakan komponen terbanyak yang terkandung dalam minyak jarak pagar, maka triolein (C57H104O6) telah dipilih untuk menggantikan minyak jarak pagar dalam simulasi HYSYS 3.2. Metil oleat (C19H36O2) juga dipilih sebagai Karena triolein tidak tersedia dalam daftar produk biodiesel yang dihasilkan dan sifat-sifatnya telah tersedia dalam component library HYSYS 3.2.
component library HYSYS 3.2, komponen ini didefinisikan menggunakan Hypo Manager yang ada dalam HYSYS 3.2. Dengan adanya komponen-komponen
yang sangat polar seperti metanol dan gliserol, maka model termodinamik yang dipilih untuk simulasi ini adalah non-random two liquid (NRTL). Diantara satuan operasi utama dalam proses produksi biodiesel modular ini ialah reaktor, satuan pemisahan dan pemurnian produk. Karena informasi terperinci tentang kinetika reaksi tidak tersedia, conversion reactor untuk memodelkan reaktor. maka digunakanlah model Produk antara dalam reaksi
116
transesterifikasi yaitu di- dan monoasilgliserol, hanya terdapat pada tahapan awal reaksi disebabkan karena nisbah molar metanol : minyak yang tinggi. Oleh karena itu, dalam simulasi ini produk perantara ini tidak dipertimbangkan. Setelah informasi mengenai masukan dan model alat pengendali telah ditentukan, simulasi proses bisa dilakukan oleh HYSYS 3.2. energi Keseimbangan massa dan
diselesaikan menggunakan simulasi HYSYS 3.2. 4.2.3 Perancangan Proses untuk Pembuatan Biodiesel Jarak Pagar Metode perancangan peralatan dilakukan berdasarkan tinjauan dari berbagai rujukan perancangan peralatan yang biasa digunakan seperti Sinnott (1983), Walas (1988) serta McCabe dan Smith ( 1956), juga dengan mempertimbangkan aturan-aturan perancangan peralatan (rules of thumb). Perancangan peralatan ini dimaksudkan untuk memperoleh dimensi setiap peralatan yang digunakan pada pabrik biodiesel modular dalam kajian ini.
Perancangan peralatan dibatasi oleh kendala dimensi kontener karena pabrik ini akan dibangun di dalam sebuah kontener. Sedangkan tangki penyimpanan
bahan masukan (feedstocks) dan produk disediakan oleh pelanggan dan tidak disusun di dalam kontener.
4.2.4 Prakiraan Biaya Produksi Biaya produksi biodiesel yang dihitung pada penelitian ini berdasarkan kapasitas produksi 200L/batch Biaya bahan baku dihitung berdasarkan
kesetimbangan massa, sementara biaya utilitas yang meliputi biaya listrik dan steam dihitung berdasarkan kesetimbangan energi. Biaya tenaga kerja didasari pada prakiraan bahwa pabrik dengan kapasitas 200L/batch yang beroperasi selama 14 jam setiap hari memerlukan 6 orang operator yang dibagi ke dalam 2 shift (BDRST 2008).
117
4.2.4.1
Menurut You et al 2008, CFC (Fixed Capital Cost) merepresentasikan biaya untuk membangun pabrik baru. Umumnya, CFC terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama adalah total bare module capital cost (CBM), yang merupakan jumlah dari harga masing-masing alat di dalam proses. Bagian kedua terdiri dari biaya contingencies and fees (CCF), biasanya diperkirakan sebagai persentase tertentu dari CBM (biasanya 18% seperti yang digunakan dalam penelitian ini). Bagian ketiga berhubungan dengan biaya auxiliary facilities (CAF), meliputi itemitem seperti pembelian lahan, instalasi listrik, air, dan konstruksi semua jalan-jalan internal. CAF is biasanya sebesar 30% total basic module cost (CTBM) (You et al. 2008).
CFC 1,3CTBM
Sedangkan modal kerja Prakiraan CWC biasanya diperkirakan sebesar 15% dari pada CFC (You et al. 2008). Modal Permulaan Pabrik CSU = 8%CFC
4.2.4.2 Prakiraan Jumlah Biaya Produk Jumlah biaya produk terdiri daripada biaya produksi, COM dan pengeluaran umum, GE, menurut persamaan:
TPC = COM + GE Berdasarkan Persamaan di atas, biaya produksi terdiri daripada biaya produksi langsung, DMC dan biaya produksi tetap,
118
COM = DMC + FMC Biaya produksi langsung, DMC ditentukan menurut persamaan:
C MR
COS CLC CR
Biaya produksi tetap, FMC yang terdiri dari penyusutan, pajak lokal dan asuransi diperkirakan 11,4% CFC. Sementara itu beban pengeluaran umum, GE, terdiri dari distribusi dan pemasaran, serta penelitian dan pengembangan, masing-masing dianggarkan sebesar 2% dan 0,5% daripada penjualan (Puspasari 2007).
4.2.4.3 Kajian Prakiraan Keuntungan dan Kelayakan Ekonomi Pertimbangan ekonomis merupakan kunci penting untuk mendorong pengembangan teknologi proses produksi biodiesel. Ada beberapa kriteria
ekonomi utama yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah biaya investasi total (total investment cost/TCC), biaya produksi total (total manufacturing cost/TMC) dan harga impas bidiesel (BBP). Peneliti yang berbeda menggunakan kriteria yang berbeda pula (You et al. 2008). Seider et al. (1999) menyatakan bahwa prakiraan keuntungan, seperti juga TCC, memainkan peran penting di dalam keseluruhan perancangan proses dalam membantu tim perancang untuk memilih alternatif rancangan yang terbaik.
119
adalah tingkat keuntungan yang dihasilkan dari jumlah investasi yang dikeluarkan. Sementara PBP adalah waktu pengembalian modal yang dihasilkan berdasarkan keuntungan yang dicapai. Perhitungan ini diperlukan untuk
mengetahui dalam berapa tahun investasi yang telah dilakukan akan kembali.
ROI =
PBP =
4.2.5.1
Tujuan
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mengidentifikasi
dan
membandingkan beban lingkungan dari berbagai proses produksi biodiesel jarak pagar baik untuk biodiesel yang berasal dari minyak jarak dengan ALB yang tinggi, maupun untuk minyak jarak yang mengandung ALB rendah. Ruang
lingkup penelitian meliputi penyiapan minyak, proses esterifikasi/transesterifikasi dan detoksifikasi. Satuan fungsional adalah 1 L biodiesel berdasarkan kapasitas produksi biodiesel tahunan 200L/batch.
4.2.5.2 Life Cycle Inventory (LCI) Analisis inventori siklus hidup (LCI) adalah proses penghitungan jumlah energi dan kebutuhan bahan mentah, emisi ke atmosfir, emisi yang ditularkan melalui air, produk. limbah padat dan pelepasan lainnya untuk seluruh siklus hidup
Dalam fasa LCI ini semua data yang relevan dikumpulkan dan
120
diorganisir. Tanpa LCI, tidak ada dasar untuk mengevaluasi dampak lingkungan atau potensi perbaikan. Tingkat akurasi dan detail dari data yang dikumpulkan
tercermin dalam seluruh proses LCA. LCI melibatkan kompilasi seluruh masukan dan luaran dari seluruh sistem yang diteliti, tujuan studi. berhubungan dengan satuan fungsional dan ruang lingkup dan Masukan sistem terdiri dari semua aliran bahan dan energi yang
berhubungan dengan lingkungan, yang digunakan sepanjang siklus hidup satuan fungsional. Luaran sistem terdiri dari limbah dan emisi yang dihasilkan dari penggunaan sumberdaya (bahan dan energi) (Point 2008).
4.2.5.3 Life Cycle Impact Assessment (LCIA) Pada fasa LCIA, hasil LCI diekspresikan menurut kontribusinya terhadap kategori dampak yang nyata secara global seperti penipisan sumberdaya abiotik, asidifikasi, ekotoksisitas, perubahan iklim dan lain-lain (Point 2008, Kiwjaroun et al. 2009; Papong and Malakul 2010). Dalam evaluasi dampak lingkungan,
dampak yang disebabkan oleh penggunaan sumber daya dan emisi limbah dari proses produksi diperlukan. LCA, Informasi ini dapat diperoleh dari perangkat lunak Dalam disertasi ini,
Simapro versi 7.1 dan Eco-indicator 99 digunakan untuk mengevaluasi sebelas kategori dampak lingkungan yang menjadi perhatian: perubahan iklim, karsinogen, pernapasan organik dan inorganik, penipisan lapisan ozon, penggunaan
ekotoksisitas, peningkatan keasaman /eutrofikasi, mineral, radiasi, lahan dan bahan bakar fosil. 4.2.6.4 Penilaian dan Penafsiran
Penilaian dan penafsiran digunakan untuk mengevaluasi setiap proses yang berguna untuk membantu membuat keputusan. Fasa ini ni merupakan fasa terakhir dari LCA yang melibatkan perbaikan, penilaian dan presentasi hasil dalam rangka menarik kesimpulan yang lebih luas dan membuat rekomendasi mengenai sistem yang sedang dikaji. Pilihan-pilihan perbaikan yang potensial
121
untuk mengurangi dampak lingkungan dari sistem juga diidentifikasi dan dievaluasi pada tahap ini (Point 2008).
4.3
4.3.1 Pemilihan Proses Berdasarkan hasil optimasi pada penelitian sebelumnya, diperoleh kondisi proses pembuatan biodiesel jarak pagar ALB tinggi yang optimal seperti
dicantumkan pada Table 44 dan biodiesel jarak pagar ALB rendah Tabel 45. Berdasarkan data Tabel 44, maka Proses-2 dipertimbangkan untuk
dikembangkan karena proses ini lebih baik daripada Proses-3 dilihat dari lama reaksi yang lebih singkat, jumlah metanol yang digunakan lebih sedikit dan suhu rata-rata lebih kecil. Lama dan suhu reaksi akan berpengaruh terhadap
banyaknya energi yang dibutuhkan untuk menjalankan reaksi (Zhang et al. 2003a; West et al. 2009). Berdasarkan data Tabel 45, maka Proses-3 dipertimbangkan untuk dipilih sebagai proses yang akan dikembangkan karena ia lebih baik daripada Proses-2 dilihat reaksi yang berjalan lebih singkat. Semakin banyak jumlah metanol yang dibutuhkan dalam reaksi pada Proses 2 menyebabkan reaktor yang diperlukan juga lebih besar. Semakin besar reaktor akan menyebabkan semakin banyak
energi yang dibutuhkan untuk menjalankan reaksi (Zhang et al. 2003a; West et al. 2009).
122
Tabel 44 Resume kondisi proses pembuatan biodiesel dari jarak pagar ALB tinggi PROSES-1 (Tiwari et al. 2007)
Homogen 60 oC 1 atm
85 menit 98%
PARAMETER PROSES
ESTERIFIKASI Suhu Tekanan
Lama Reaksi Konversi
PROSES -2
Homogen 60 oC 1 atm
85 menit 98%
PROSES -3
Heterogen 65 oC 1 atm
5 jam 95%
Metanol:minyak Bentonit-HCl
Katalis H2SO4
8 mol
8 mol
15 mol 3,84%
2,7%
2,7%
Homogen 60 C 1 mol
1 atm 24 menit
o
Heterogen 65 C 1 mol
1 atm 88 menit
o
Heterogen 65 oC 1 mol
1 atm 90 menit
Tabel 45
Resume kondisi proses pembuatan biodiesel dari jarak pagar ALB rendah PROSES-1 (Chitra et al. 2005)
Homogen 20% NaOH (1%)
o
PARAMETER PROSES
TRA S-ESTERIFIKASI Metanol:minyak Katalis
PROSES -2
PROSES -3
Heterogen 12:1
CaO ( 2,5%) 65 oC
1 atm
Suhu
Tekanan
60 C
1 atm
45 C
1 atm
Lama Reaksi
90 menit
3,02 jam
120 menit
123
4.3.2 Perancangan Proses Esterifikasi Menggunakan Katalis Homogen Esterifikasi dilakukan pada suhu 60oC dan tekanan 1 atm selama Metanol (nisbah Metanol minyak 8:1) dan H2SO4 (2,7% dari
Esterifikasi. 85 menit.
minyak) dicampurkan sebelum dipompakan ke reaktor konversi V-100. Minyak seberat 175 kg pada aliran aliran 103A mengandung FFA (6,99%) dipanaskan pada pemanas (E-101) sebelum memasuki V-100. Semua FFA berubah menjadi metil ester, aliran 201 dimasukkan ke kolom V-101 untuk dilakukan pencucian dengan gliserin untuk membuang asam sulfat dan air. Diagram alir proses
secara sempurna sebelum dilakukan transesterifikasi dengan alkali. Tambahkan gliserin (4 kg) pada suhu 25oC dan tekana 1 atm. Semua air akan dibuang dari minyak setelah pencucian pada V-101. Aliran 302 dari V-101 dialirkan ke reaktor transesterifikasi. Aliran 301 yang mengandung metanol yang tidak bereaksi,
gliserol, asam sulfat dan minyak yang tak bereaksi, air dan sedikit ester. Metanol dari aliran 301 direcycle pada tangki rekoveri metanol pada evaporator V-102. Aliran 301A yang keluar dari evaporator akan melewati pendingin E-301 sehingga uap metanol berubah menjadi cair.
Pengambilan metanol.
menggunakan evaporator. Bagian yang tinggal di bagian bawah berupa gliserol, asam sulfat, sebagian kecil minyak dan air dialirkan ke tangki limbah cair.
124
Gambar 29
4.3.3
Perancangan Proses Transesterifikasi menggunakan Katalis Homogen Transesterifikasi dilakukan pada suhu 60oC dan tekanan 1
Transesterifikasi.
atm. Metanol dan NaOH dicampurkan sebelum dipompakan ke reaktor konversi V-100. Minyak aliran 101 (175 kg) dipanaskan pada pemanas (E-105) sebelum memasuki V-100 (konversi menjadi metil ester = 98%). Setelah transesterifikasi pada V-100, aliran 201 dipompakan ke tangki pengendapan V-201 untuk
memisahkan gliserol dengan metil ester. Lapisan bawah yang terbentuk berupa gliserol dipompakan ke dalam Evaporator 1 V-301 untuk dilakukan proses untuk recoveri metanol. Lapisan sebelah atas (aliran 201A) dipompakan ke dalam
Evaporator 2 (V-302) untuk dilakukan proses untuk recoveri metanol (Gambar 30) Pengambilan Metanol. Pada Evaporator 1 V-301 dilakukan pengambilan
terhadap metanol yang ada pada lapisan gliserol. Bagian bawah yang tinggal di berupa gliserol, NaOH, pemurnian gliserol V-402. dan air (aliran 401B) dipompakan ke dalam tangki Pada Evaporator 2 V-303 dilakukan pengambilan atas (aliran 301 A). Setelah
pengambilan metanol maka biodiesel kasar (aliran 401A) dikirim ke tangki pencucian V-302 untuk selanjutnya dilakukan pencucian menggunakan air panas
125
yang berasal dari tangki air panas, untuk selanjutnya dilakukan pengeringan hampa pada V-501.
Gambar 30
Diagram alir proses transesterifikasi menggunakan katalis homogen Gliserol dimurnikan menggunakan H3PO4. Hasil
Tujuan tahapan ini adalah untuk memisahkan FAME Pencucian air (V-302) dilakukan
menggunakan air (2,5kg). Aliran 501A merupakan crude biodiesel (biodiesel dan air) selanjutnya dilakukan pengeringan hampa. Pengeringan hampa. Hasil pengeringan hampa dilakukan pada 501A
4.3.4
Perancangan Proses Transesterifikasi menggunakan Katalis Heterogen CaO Transesterifikasi dilakukan pada suhu 65oC dan tekanan 1
Transesterifikasi.
126
100. Minyak aliran 101 (175 kg) dipanaskan pada pemanas (E-105) sebelum memasuki V-100. Setelah transesterifikasi pada V-100, aliran 201 dipompakan
ke tangki pengendapan V-201 untuk memisahkan gliserol dengan metil ester. Lapisan bawah yang terbentuk berupa gliserol dipompakan ke dalam Evaporator 1 V-301 untuk dilakukan proses untuk pengambilan metanol. Lapisan sebelah atas (aliran 201A) dipompakan ke dalam Evaporator 2 (V-302) untuk dilakukan proses untuk recoveri metanol (Gambar 31) Pengambilan Metanol. Pada Evaporator 1 V-301 dilakukan pengambilan
terhadap metanol yang ada pada lapisan gliserol. Bagian bawah yang tinggal di berupa gliserol, CaO, dan air (aliran 401B) dipompakan ke dalam tangki penyimpanan gliserol setelah sebelumnya melewati Penyaring untuk menahan sisa-sisa partikel CaO. Pada Evaporator 2 V-303 dilakukan pengambilan
terhadap metanol yang ada pada lapisan atas (aliran 301 A). Setelah pengambilan metanol maka biodiesel kasar (aliran 401A) dikirim ke tangki pemurnian V-302 untuk selanjutnya dilakukan pemurnian menggunakan bentonit-H2SO4.
EVAPORATOR 1 V-301
EVAPORATOR 2 V-301A
KONDENSER E-106
301 A
Gambar 31
Pemurnian Biodiesel. Pemurnian dilakukan menggunakan tangki pemurnian V302 menggunakan bentonit yang diaktifasi asam sulfat sebagai adsorben.
127
Minyak hasil pemurnian dipompakan ke dalam tungku penyimpanan setelah sebelumnya melewati penyaring.
4.3.5 Spesifikasi Peralatan Proses Pembuatan Biodiesel Jarak Pagar Spesifikasi peralatan yang digunakan pada proses pembuatan biodiesel dengan kapasitas produksi 200L/batch ada pada Tabel 46 dan 47. Proses yang
menggunakan katalis heterogen memiliki jumlah alat yang lebih sedikit dibandingkan dengan proses yang menggunakan katalis homogen. Proses yang menggunakan katalis heterogen tidak memerlukan pengering hampa untuk menurunkan kadar air biodiesel, karena pemurnian biodiesel tidak menggunakan air seperti proses yang menggunakan katalis homogen. Disamping itu proses 1 tahap juga memerlukan alat yang lebih sedikit daripada proses 2 tahap karena proses ini tidak memerlukan satuan esterifikasi. Kondisi ini menguntungkan
karena investasi untuk pengadaan alat menjadi lebih kecil. Tabel 46 Spesifikasi peralatan utama untuk reaksi esterifikasi minyak jarak pagar menggunakan katalis homogen Esterifikasi menggunakan katalis homogen Tipe Alat Reaktor Tangki Pencucian Pencampur Pompa Kode V-100 V-101 MIX 111 P-101 P-101 P-201 P-301
P-401 P-501 P-502
Pompa
Deskripsi Reaksi esterification Pemisahan minyak dengan H2SO4 dan metanol Pencampuran H2SO4 - etanol Pompa H2SO4 - metanol Pompa minyak Pompa campuran minyak, katalis dan metanol Pompa minyak menuju reaktor transesterifikasi Gliserol Metil Ester Pompa hampa untuk pengeringan Pemanas minyak jarak pagar Daur ulang metanol Daur ulang metanol
50 x 100
128 Tabel 47 Spesifikasi peralatan utama reaksi transesterifikasi minyak jarak pagar
Transesterifikasi menggunakan katalis homogen aOH Tipe Alat Kode Deskripsi Ukuran: D x T (cm)
68,5 x 175 68,5 x 175 45,0 x 100 68,5 x 175
Transesterifikasi menggunakan katalis heterogen CaO Tipe Alat Kode Ukuran: D xT (cm)
68,5 x 175 45,0 x 100 45,0 x 100 68,5 x 175 68,5 x 175
Deskripsi
Reaktor
Tangki pengendapan Evaporator 1
Reaktor transesterifikasi Pemisahan Biodieselgliserol Penguapan metanol dari gliserol Penguapan metanol dari biodiesel Memurnikan gliserol Pencucian biodiesel dengan air panas Pengeringan hampa biodiesel Sumber air panas untuk pencucian
Reaktor
Tangki pengendapan Evaporator 1
Reaktor transesterifikasi Pemisahan Biodiesel-gliserol Penguapan metanol dari gliserol Penguapan metanol dari biodiesel Memurnikan Biodiesel
Evaporator 2
V-301A
V-402
129
Pengaduk
Pompa
MIX 111 P-101 P-102 P-201 P-301 P-401 P-104 P-302 P-303 E-105
E-106 E-107
NaOH-Metanol Minyak Metanol-NaOH Biodiesel-gliserol Biodiesel Gliserol Air panas Biodiesel murni Pompa hampa Pemanasan minyak jarak pagar Kondenser gliserol Kondenser biodiesel Penyaring biodiesel
45 x 100
Pengaduk Pompa
45 x 100
E-144
Penukar Panas Kondenser Kondenser E-106 E-107
E-108
Penyaring 1 Penyaring 2
E-109 E-110
Pemanasan minyak jarak pagar Kondenser gliserol Kondenser Biodiesel Penyaring gliserolCaO-metanol Penyaring biodiesel
130 4.3.6 Managemen Operasional Pabrik Pabrik beroperasi menggunakan sistem batch dengan kapasitas produksi sebesar 200 L/. Untuk mengoperasikan pabrik selama 14 jam, diperlukan 2 shift kerja yang masing-masing bekerja selama 7 jam dimana setiap shift terdiri dari 3 operator. Jadwal produksi biodiesel jarak pagar kapasitas 200L/batch ini dapat
dilihat pada Tabel 48-51. Proses dua tahap dan proses satu tahap menggunakan katalis homogen berproduksi masing-masingnya sebanyak 6 batch/hari dikarenakan waktu overlap nya adalah 2 jam. Sementara proses satu tahap menggunakan katalis heterogen berproduksi sebanyak 5 batch/ hari karena waktu overlapnya 2,5 jam. Dari Tabel 48-51 juga dapat dilihat bahwa proses satu tahap berlangsung lebih singkat dibandingkan dengan proses dua tahap dikarenakan ia tidak memerlukan proses esterifikasi disebabkan ALB nya yang rendah. Tabel 48 Jadwal produksi biodiesel 200 L/ batch (Proses 2 tahap: Esterifikasikatalis homogen, transesterifikasi-katalis homogen), overlap: 2 jam
Waktu operasi 14 jam Uraian Proses Menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Mixing katalis H2SO4metanol Reaksi esterifikasi Pencucian dengan gliserol Penguapan methanol Mixing MeOH-NaOH Reaksi transesterifikasi Pengendapan Evaporasi metanol 1 Evaporasi metanol 2 Pemurnian gliserol Pencucian biodiesel Pengeringan Batch 1 Batch 2 Batch 3 Batch 4 Batch 5 Batch 6
30
90
30 45 30 30 45 45 45 30 45 45
131 Tabel 49 Jadwal produksi biodiesel 200 L/ batch (Proses 2 tahap: Esterifikasi, katalis homogen, transesterifikasi, katalis heterogen): overlap: 2 jam
Waktu Operasi 14 jam
Uraian Proses Mixing katalis H2SO4metanol Reaksi esterifikasi Pencucian dengan gliserol Penguapan metanol Mixing MeOH-CaO Reaksi transesterifikasi Pengendapan Evaporasi metanol 1 Evaporasi metanol 2 Pemurnian Biodiesel Batch 1 Batch 2 Batch 3 Batch 4 Batch 5 Batch 6
Menit
10
11
12
13
14
30 90 30 45 30 88 30 45 45 30
Tabel 50 Jadwal produksi biodiesel 200 L/ batch (Proses 1 tahap: transesterifikasi menggunakan katalis homogen), lamanya overlap: 2 jam
Waktu operasi 14 jam
Uraian Proses Mixing MeOH-NaOH Reaksi transesterifikasi Pengendapan Evaporasi metanol 1 Evaporasi metanol 2 Pemurnian gliserol Pencucian biodiesel Pengeringan Batch 1 Batch 2 Batch 3 Batch 4 Batch 5 Batch 6
Menit
10
11
12
13
14
30 90 45 45 45 30 45 45
132 Tabel 51 Jadwal produksi biodiesel 200 L/ batch (Proses 1 tahap: transesterifikasi menggunakan katalis heterogen), lamanya overlap: 2,5 jam
Waktu operasi 14 jam Uraian Proses Mixing MeOH-CaO Reaksi transesterifikasi Pengendapan Evaporasi metanol 1 Evaporasi metanol 2 Pemurnian Biodiesel Batch 1 Batch 2 Batch 3 Batch 4 Batch 5
Menit 30 120 30 45 45 30
1 2 3 4
10
11
12
13
14
4.3.7 Biaya Produksi Biodiesel Modal investasi dan biaya total produksi biodiesel dari minyak jarak pagar yang mengandung ALB tinggi dan ALB rendah ditampilkan pada Tabel 52 dan 53. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa modal investasi dan total biaya produk pada proses transesterifikasi menggunakan katalis heterogen lebih kecil dibandingkan dengan metode konvensional. Penelitian ini sejalan dengan
Marchetti et al. (2008) dan Sakai et al. (2009) yang menunjukkan bahwa sistem produksi biodiesel secara batch menggunakan katalis heterogen menurunkan biaya investasi dan biaya produksi. Keuntungan yang diperoleh dari gliserol pada penelitian ini adalah menurunkan biaya produksi biodiesel sebesar 11,47%; 12,49%; 12,00%; 12,54% berturut-turut untuk ALB tinggi-homogen, ALB tinggi-heterogen, ALB rendahhomogen dan ALB rendah-heterogen untuk proses yang tidak terintegrasi dengan detoksifikasi (Tabel 52). Hasil ini lebih besar daripada yang disampaikan oleh Zhang et al. (2003b) yang menunjukkan bahwa nilai gliserol akan mengurangi biaya produksi total 6-6,5%. Disamping kapasitas pabrik dan teknologi proses, harga gliserol merupakan peubah nyata yang mempengaruhi kelangsungan hidup
133 ekonomi produksi biodiesel (Nelson et al. 1994, Zhang et al. 2003b; Van
Kasteren and Nisworo 2007; You et al. 2008; West et al. 2008; Marchetti and Errazu 2008; Sakai et al. 2009; Lim et al. 2009). Walaupun demikian, gliserol yang diproduksi oleh pabrik biodiesel tidak dapat diserap oleh pasar tradisonalnya sehingga menyebabkan penurunan yang sangan tajam pada harga gliserol (Apostolakou et al. 2009). Oleh karena itu,
masih ada peluang untuk mencari teknologi konversi gliserol menjadi produk lain yang bernilai ekonomi tinggi sehingga keuntungan yang diberikan oleh gliserol akan semakin tinggi pula untuk mengurangi biaya total produksi biodiesel. Salah satu peluang itu adalah melakuan modifikasi gliserol menjadi bahan aditif gliserol eter (Noureddini et al. 1998 dan Klepacova et al. 2006). Disamping itu, apabila proses ekstraksi minyak dan detoksifikasi terintegrasi dengan pengolahan biodiesel, maka keuntungan dari detoksifikasi berupa bungkil akan menurunkan biaya produksi biodiesel apabila dibandingkan dengan yang tidak dilakukan detoksifikasi. Apabila proses detoksifikasi bungkil terintegrasi dengan proses produksi biodiesel, maka keuntungan yang didapat dari penjualan bungkil akan mengurangi biaya total produksi biodiesel sebesar 27,55%; 28,34%; 28,40 dan 28,57% secara berturut-turut untuk ALB tinggihomogen, ALB tinggi-heterogen, ALB rendah-homogen dan ALB rendahheterogen (Tabel 53). Pada Gambar 32 ditampilkan perbandingan biaya produksi biodiesel per liter berdasarkan ALB minyaknya dan jenis proses yang digunakan. Dapat dilihat bahwa biaya produksi proses produksi yang menggunakan katalis heterogen lebih rendah dibandingkan dengan proses yang menggunakan katalis homogen. Proses pengolahan biodiesel yang terintegrasi dengan proses detoksifikasi menghasilkan biaya biodiesel per liter yang lebih rendah dibandingkan dengan proses yang tidak melakukan proses detoksifikasi. Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 32 semakin memperjelas bahwa proses pembuatan biodiesel yang menggunakan katalis heterogen CaO, yang dikembangkan dalam penelitian ini, memperlihatkan hasil yang lebih baik dari sisi ekonomis. Konsep untuk mengintegrasikan proses transesterifikasi dengan menunjukkan pula hasil yang lebih baik secara
134 ekonomis, karena detoksifikasi dapat menurunkan biaya produksi biodiesel per L sehingga harga biodiesel dari jarak pagar dapat bersaing dengan solar. Keuntungan lain dari sisi petani adalah, bungkil jarak yang dimiliki oleh petani dapat dinilai secara ekonomis. Dengan demikian harga biji jarak yang dimiliki oleh petani dapat dibeli dengan harga yang lebih tinggi, karena biji jarak dihargai bukan saja berdasarkan kandungan minyaknya, tetapi juga dihargai berdasarkan adanya bungkil yang berpotensi digunakan untuk pakan ternak.
Gambar 32
Perbandingan biaya untuk memproduksi 1 liter biodiesel berdasarkan ALB minyaknya dan jenis katalis yang digunakan.
4.3.8 Kelayakan Ekonomi Rancangan Proses Diantara kriteria yang digunakan untuk memperkirakan keuntungan dari
rancangan adalah ROI (return on investment) dan PBP (payback period) (Seider et al. 1999). Rangkuman dari perhitungan ROI dan PBP (Tabel 54 dan 55)
memperlihatkan bahwa bahwa ROI dari jarak pagar ALB tinggi lebih kecil dibandingkan dengan ALB rendah dan PBP yang lebih lama. Sementara itu rancangan proses yang terintegrasi dengan detoksifikasi memberikan nilai ROI yang lebih baik dan nilai PBP yang lebih singkat daripada yang proses yang tidak terintegrasi dengan detoksifikasi. Dari semua data memperlihatkan bahwa
penggunaan katalis heterogen CaO lebih baik secara ekonomis dibandingkan dengan penggunakan katalis konvensional NaOH.
135 Tabel 52 Rangkuman perhitungan biaya operasional produksi biodiesel tanpa proses detoksifikasi
Asam Lemak Bebas Rendah Asam Lemak Bebas Tinggi
TOTAL MODAL I VESTASI = CTC Direct Manufacturing Cost (DMC) Bahan baku, CRM Penanganan limbah, CWT Utilitas, CU Tenaga kerja, COL Supervisory labour, 0.1COL Maintenance & Repairs = 0,02CFC Operating Supplies = 0,005CFC Lab charges = 0,1COL Royalti dan Patent = 0.01P Sub-Total Fixed Manufacturing Cost (FMC) Depresiasi= 0.1CFC Pajak dan asuransi = 0.014CFC Sub-total General Expense ( GE) Distribusi dan penjualan = 0.02P Penelitian dan Pengembangan = 0.005P Sub-Total TOTAL PRODUCT COST Keuntungan dari gliserol Keuntungan dari bungkil Total manufacturing cost Biaya produksi per Liter Biodiesel
Homogen 1,320,774,000 1,807,710,701 174,167,535 299,455,200 216,000,000 21,600,000 21,476,000 5,369,000 21,600,000 29,075,127 2,596,453,562
107,380,000 15,033,200 122,413,200
Heterogen 1,037,751,000 1,518,610,177 163,922,386 194,205,000.00 216,000,000 21,600,000 16,874,000 4,218,500 21,600,000 24,229,272 2,181,259,335
84,370,000 11,811,800 96,181,800
Homogen 1,433,983,200 1,907,709,780 176,728,822 299,455,200.00 216,000,000 21,600,000 23,316,800 5,829,200 21,600,000 29,075,127 2,701,314,928
116,584,000 16,321,760 132,905,760
Heterogen 1,320,774,000 1,906,940,470 166,483,673 233,046,000.00 216,000,000 21,600,000 21,476,000 5,369,000 21,600,000 29,260,411 2,621,775,554
107,380,000 15,033,200 122,413,200
136 Tabel 53 Rangkuman perhitungan biaya produksi biodiesel yang terintegrasi dengan proses detoksifikasi
Asam Lemak Bebas Rendah
TOTAL MODAL I VESTASI = CTC
HomogenDetoksifikasi 1,886,820,000 HeterogenDetoksifikasi 1,660,401,600
Direct Manufacturing Cost (DMC) Bahan baku, CRM Penanganan limbah, CWT Utilitas, CU Tenaga kerja, COL Supervisory labour, 0.1COL Maintenance & Repairs = 0,02CFC Operating Supplies = 0,005CFC Lab charges = 0,1COL Royalti dan Patent = 0.01P
Sub-Total Fixed Manufacturing Cost (FMC)
Depresiasi= 0.1CFC Pajak dan asuransi = 0.014CFC Sub-total General Expense ( GE) Distribusi dan penjualan = 0.02P Penelitian dan Pengembangan = 0.005P
Sub-Total TOTAL PRODUCT COST Keuntungan dari gliserol Keuntungan dari bungkil Total manufacturing cost Biaya produksi per Liter Biodiesel
2,218,638,790 1102,62
1,820,422,819.48 1016,43
2,333,387,956 1392,39
2,212,724,684 1087,69
137
Tabel 54 Rangkuman perhitungan prakiraan ROI dan PBP produksi biodiesel tanpa proses detoksifikasi Asam Lemak Bebas Rendah Homogen Heterogen 1,320,774,000 1,037,751,000 161,070,000 126,555,000 1,159,704,000 911,196,000 92,776,320 72,895,680 115,958,081 100,353,302 0.09 0.10 5.6 5.3 Asam Lemak Bebas Tinggi Homogen Heterogen 1,433,983,200 1,320,774,000 174,879,000 161,070,000 1,259,104,200 1,159,704,000 100,728,336 92,776,320 60,415,600 108,701,458 0.04 0.08 7.8 5.8
TOTAL MODAL INVESTASI Modal Kerja Total Modal Terdepresiasi Depresiasi Keuntungan ROI PBP (tahun)
Tabel 55 Rangkuman perhitungan prakiraan ROI dan PBP produksi biodiesel terintegrasi dengan proses detoksifikasi Asam Lemak Bebas Rendah HomogenHeterogenDetoksifikasi Detoksifikasi 1,886,820,000 1,660,401,600 230,100,500 202,488,000 1,656,719,500 1,457,913,600 132,537,560 116,633,088 355,361,210 324,577,180 0.19 0.20 3.4 3.3 Asam Lemak Bebas Tinggi HomogenHeterogenDetoksifikasi Detoksifikasi 2,075,502,000 1,719,997,500 253,400,000 234,347,500 1,822,102,000 1,485,650,000 145,768,160 118,852,000 340,612,064 361,275,366 0.16 0.21 3.7 3.1
TOTAL MODAL INVESTASI Modal Kerja Total Modal Terdepresiasi Depresiasi Keuntungan ROI PBP (tahun)
137
138 4.3.9 Life Cycle Assessment (LCA) Masukan bahan dan energi yang digunakan untuk produksi biodiesel dari jarak pagar pagar dengan kapasitas 200L/setiap batch ada pada Tabel 54 dan 55. Berdasarkan masukan energi dan bahan baku yang digunakan maka dilakukanlah analisis dampak lingkungan menggunakan metode LCA.
4.3.9.1 Variasi Tiga Dampak Lingkungan Utama Berbagai Proses Produksi Minyak Jarak Pagar Jika kita fokus pada tiga dampak lingkungan utama, maka proses heterogen menurunkan dampak kerusakan 18,83% dan 24,08% lebih kecil dibandingkan proses konvensional terhadap kesehatan manusia dan kualitas ekosistem. Namun pada kerusakan sumberdaya, proses yang menggunakan katalis heterogen
menurunkan dampak total sebesar 4,83%. Sementara untuk minyak jarak pagar ALB rendah, proses heterogen menurunkan dampak kerusakan sebesar 27,34% pada kesehatan manusia dan 36,85% terhadap dibandingkan proses konvensional. Walaupun kualitas ekosistem jika terjadi kenaikan dampak
lingkungan sebesar 1,23% terhadap sumber daya, namun secara total proses heterogen menurunkan dampak kerusakan sebsar 6,50% (Gambar 33 A). Proses pembuatan biodiesel terintegrasi dengan detoksifikasi memberikan dampak kerusakan yang lebih buruk dibandingkan yang non-detoksifikasi. Hal ini disebabkan karena detoksifikasi mengkonsumsi zat beracun seperti NaOH dan metanol yang lebih tinggi dan menggunakan energi yang lebih besar (Kiwjaroun et al 2009). Namun demikian, dampak buruk yang ditimbulkan proses ini
terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan manusia lebih kecil pada proses yang menggunakan katalis heterogen dibandingkan dengan proses konvensional yang terintegrasi dengan detoksifikasi (Gambar 33 B).
139
Tabel 56
Inventori
Bahan dan energi yang untuk produksi biodiesel dari jarak pagar pagar yang mengandung ALB tinggi setiap batch
Transesterifikasi dengan katalis NaOH Konvensional Transesterifikasi dengan katalis CaO Transesterifikasi dengan katalis NaOH dan detoksifikasi Transesterifikasi dengan katalis CaO dan detoksifikasi
Bahan (kg/jam) Daging buah Minyak jarak pagar H2SO4 NaOH CaO Metanol H2 O Gliserol H3PO4 Bentonit-H2SO4 Energi (listrik, kWh) Steam (kg) Utilitas (Air pendingin/kg/jam) Produk Biodiesel (L/jam) Gliserol (kg/jam) Bungkil Jarak Pagar
175 4,2 1,7 26,98 6,6 4,5 1,6 55,2 56,63 1241 200 18
175 4,2 1,75 30 4,5 1,6 4,375 50,4 54,92 1095,98 200 18
305 175 4,2 2,6 1,75 97,9 170 4,5 1,6 4,375 60,5 57,23 1686,67
200 18 128
140
Table 57 Bahan dan energi yang digunakan untuk produksi biodiesel dari jarak pagar pagar yang mengandung ALB rendah setiap batch
Inventori Transesterifikasi dengan katalis NaOH Konvensional Transesterifikasi dengan katalis CaO Transesterifikasi dengan katalis NaOH dan detoksifikasi Transesterifikasi dengan katalis CaO dan detoksifikasi
Bahan (kg/jam) Daging buah Minyak jarak pagar NaOH CaO Metanol H2 O Gliserol Bentonit-H2SO4 H3PO4 Energi (Lisrik, kWh) Steam (kg) Utilitas (Air Pendingin, kg/jam) Produk Biodiesel (kg/jam) Gliserol (kg/jam) Bungkil Jarak Pagar
305 175 4,3 92,5 177 1,6 40,4 58,42 1734,848 200 18 128
305 175 2,6 3,5 96,8 170 4,375 40,0 51,02 1286,69 200 18 128
141
Tanpa Detoksifikasi [A] [B] Dengan Detoksifikasi Sumberdaya Sumberdaya
Kesehatan Manusia
Kesehatan Manusia
Kualitas Ekosistem
Kualitas Ekosistem
Gambar 33 Perbandingan dampak lingkungan berbagai proses produksi biodiesel dari jarak pagar tiga dampak lingkungan utama: kesehatan manusia, ekosistem dan sumberdaya Pada minyak jarak pagar ALB tinggi, terjadi peningkatan terhadap kualitas lingkungan pada kesehatan manusia, kualitas lingkungan dan
sumberdaya adalah 11,74%; 18,22% dan 1,01% secara berturut dibandingkan dengan proses konvensional. Secara total, proses yang menggunakan katalis
heterogen menurunkan dampak buruk terhadap lingkungan sebesar 3,13%. Pada proses pembuatan biodiesel menggunakan minyak ALB rendah yang terintegrasi dengan detoksifikasi, dampak buruk terhadap kesehatan manusia dan
142 kualitas ekosistem menurun sebesar 12,93% dan 21,24%. Walaupun masih ada kenaikan dampak buruk 2,11% terhadap sumberdaya, namun secara total katalis heterogen memberikan kenaikan kualitas lingkungan sebesar 0,36%. Data
lengkap mengenai tiga dampak utama pada berbagai proses produksi biodiesel hasil analisis menggunakan Simapro Version 7.1 dilampirkan pada Lampiran 22 dan 23. 4.3.9.2 Sebelas Kategori Dampak Lingkungan dari Produksi Minyak Jarak Pagar Berbagai Proses
Gambar 34 menunjukkan perbandingan dampak lingkungan berbagai proses produksi biodiesel jarak pagar pada sebelas kategori lingkungan: perubahan iklim, karsinogen, pernapasan organik dan inorganik, penipisan lapisan ozon, ekotoksisitas, peningkatan keasaman /eutrofikasi, mineral, radiasi, penggunaan lahan dan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil merupakan kategori yang paling
perlu diperhatikan, diikuti oleh respirasi anorganik dan perubahan iklim. Namun demikian dari sebelas kategori lingkungan, penggunaan katalis heterogen memiliki dampak lingkungan yang lebih baik pada sembilan kategori dampak, kecuali untuk penggunaan bahan bakar fosil dan mineral. Kondisi yang seperti
ini terlihat pada proses menggunakan katalis heterogen terintegrasi dengan detoksifikasi ataupun tidak terintegrasi. Untuk jarak pagar ALB tinggi, dari sebelas dampak lingkungan utama proses heterogen meningkatkan kualitas lingkungan pada sembilan dampak. Ia
hanya 0,70% lebih tinggi pada penggunaan bahan bakar fosil dan 4,84% pada penggunaan mineral. Sementara untuk jarak pagar ALB rendah, penggunaan
katalis heterogen menyebabkan tingginya dampak terhadap penggunaan bahan bakar fosil sebesar 1,23 % dan penggunaan mineral sebesar 7,56% (Gambar 34 A). Kecenderungan yang sama juga diperlihatkan apabila proses pembuatan biodiesel terintegrasi dengan proses detoksifikasi. Pada minyak ALB tinggi, Walaupun ia menurunkan kualitas lingkungan karena penggunaan mineral
sebesar 1,89% lebih banyak, penggunaan katalis heterogen meningkatkan kualitas pada 10 dampak utama lainnya. Untuk minyak ALB rendah, terjadi penurunan
kualitas pada 4 dampak utama: lapisan ozon, mineral, pernafasan organik dan
143 penggunaan bahan bakar fosil. Namun secara total, katalis heterogen
meningkatkan kualitas lingkungan sebesar 3,86% (Gambar 34B). Data lengkap mengenai dampak lingkungan berbagai proses produksi biodiesel dari jarak pada 11 kategori lingkungan dilampirkan pada Lampiran 24-25.
Pernafasan anorganik Perubahan iklim Ekotoksisitas Asidifikasi/Eutrofikasi Karsinogen Penggunaan Lahan Mineral Radiasi Pernafasan Organik Lapisan Ozon
mPt
Gambar 34 Perbandingan dampak lingkungan berbagai proses produksi biodiesel dari jarak pada 11 kategori lingkungan
144 4.3.9.3 Total Dampak Lingkungan Berdasarkan Tiga Dampak Utama dari Berbagai Proses Produksi Minyak Jarak Pagar Gambar 35 memperlihatkan perbandingan dampak lingkungan total berbagai proses produksi biodiesel dari jarak pagar pada berdasarkan tiga dampak lingkungan utama: kesehatan manusia, ekosistem dan sumberdaya. Secara total proses produksi biodiesel jarak pagar ALB tinggi menggunakan katalis heterogen baik terintegrasi dengan detoksifikasi ataupun tidak terintegrasi, memberikan dampak yang lebih baik terhadap lingkungan. Pada minyak jarak ALB rendah kerusakan yang ditimbulkan oleh proses yang menggunakan katalis homogen sedikit lebih baik.
Gambar 35 Perbandingan dampak lingkungan total berbagai proses produksi biodiesel dari jarak pagar pada berdasarkan tiga dampak lingkungan utama: kesehatan manusia, ekosistem dan sumberdaya
145 Namun demikian, kalau dilihat faktor penyebab tingginya nilai kerusakan lingkungan pada proses yang menggunakan katalis heterogen hanya
Sementara dampak
terhadap kesehatan manusia dan kualitas lingkungan, penggunaan katalis heterogen masih lebih baik dibandingkan dengan proses konvensional. .
4.3.9.4
Pengaruh Masing-masing Masukan Energi dan Masukan Bahan Baku terhadap Dampak Lingkungan
Dari sebelas dampak utama yang dilihat pada analisis sebelumnya, katalis heterogen umumnya menurunkan kualitas lingkungan pada dua dampak utama yaitu karena menggunakan bahan bakar fosil dan mineral yang lebih besar dibandingkan dengan proses menggunakan katalis homogen. Sementara itu, dari tiga dampak utama yang dianalisis, penggunaan katalis heterogen menurunkan kualitas lingkungan karena menggunakan semberdaya yang lebih besar. Namun demikian, katalis heterogen memberikan peningkatan terhadap utama yaitu kualitas lingkungan dan kesehatan manusia. dua dampak
paling berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan dapat diamati pada Gambar 36. Penurunan kualitas lingkungan karena menggunakan bahan bakan fosil yang lebih besar disumbangkan oleh penggunaan metanol, listrik dan steam (Gambar 36). Untuk tiga dampak utama yang dianalisis, penggunaan sumberdaya yang tinggi juga disebabkan oleh penggunaan metanol, listrik dan steam. Sementara itu masukan utama yang paling berpengaruh terhadap kesehatan manusia adalah penggunaan asam sulfat, asam fosfat, metanol dan listrik (Gambar 37).
146
15 14.5 14 13.5 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 7.5 7 6.5 6 5.5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 JCME High-Homogen Carcinogens Ecotoxicity Methanol, at plant/GLO Sulphuric acid, liquid , at plant/RER U Respiratory organics Acidification/ Eutrophication NaOH (100%) Tap water, at user/RER Phosphoric acid , industrial grade Climate change Minerals Glycerine, from vegetable oil, at Radiation Fossil fuels Electricity, oil, at power plant/UCTE Ozone layer Steam, for chemical processes, at plant
mPt
mPt
[b] Katalis heterogen Gambar 36 Pengaruh masing-masing masukan terhadap 11 dampak lingkungan.
147
15 14.5 14 13.5 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 7.5 7 6.5 6 5.5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 JCME High-Homogen Methanol, at plant/GLO Sulphuric acid, liquid , at plant/RER U NaOH (100%) Tap water, at user/RER Human Health Phosphoric acid , industrial grade Ecosystem Quality Resources Glycerine, from vegetable oil, at Electricity, oil, at power plant/UCTE Steam, for chemical processes, at plant
m Pt
m Pt
[b] Katalis heterogen Gambar 37 Pengaruh masing-masing masukan terhadap 3 dampak lingkungan utama
4.4.1 1.
Simpulan Berdasarkan pertimbangan lama reaksi, suhu reaksi dan jumlah metanol yang dikonsumsi, maka metode transesterifikasi menggunakan katalis
heterogen CaO dipilih sebagai proses yang akan dikembangkan. Proses transesterifikasi in-situ tidak dipilih karena reaksi transesterifikasinya lebih lama dan menggunakan sangat banyak alkohol dalam reaksi dibandingkan dengan transesterifikasi menggunakan katalis heterogen CaO. 2. Rancangan proses dengan menggunakan katalis heterogen CaO merupakan proses yang paling layak secara ekonomis dibandingkan dengan proses konvensional menggunakan katalis homogen NaOH berdasarkan kriteria prakiraan return of investment (ROI) dan payback period (PBP). Dari semua data memperlihatkan bahwa penggunaan katalis heterogen CaO lebih baik secara ekonomis dibandingkan dengan penggunakan katalis konvensional NaOH. Prakiraan biaya produksi per liter biodiesel untuk pabrik skala kecil kapasitas 200L/batch masing-masing adalah Rp 1.725, 50 (proses heterogen) dan Rp. 1.998,47 (proses konvensional) untuk proses minyak dengan kandungan asam lemak tinggi serta Rp 1.699,76 (proses heterogen) dan Rp. 1.707, 17 (proses konvensional) untuk proses minyak dengan kandungan asam lemak rendah. Untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih tinggi, maka integrasi proses transesterifikasi heterogen dan detoksifikasi menggunakan 2% NaOH yang diikuti dengan pencucian dengan methanol dan air, merupakan proses yang berpotensi untuk dikembangkan. Rancangan proses yang terintegrasi dengan detoksifikasi memberikan nilai ROI yang lebih baik dan nilai PBP yang lebih singkat daripada yang proses yang tidak terintegrasi dengan detoksifikasi. Secara umum proses produksi biodiesel menggunakan katalis heterogen memiliki dampak buruk terhadap lingkungan yang lebih rendah dibandingkan dengan proses konvensional menggunakan katalis homogen. 3. Keuntungan yang diperoleh dari gliserol dapat menurunkan biaya
149 didapat dari penjualan bungkil dapat mengurangi biaya total produksi biodiesel sebesar 25,18%- 26,24%. 4. Secara umum proses produksi biodiesel menggunakan katalis heterogen memiliki dampak buruk terhadap lingkungan yang lebih baik
dibandingkan dengan proses konvensional menggunakan katalis homogen. Proses yang menggunakan katalis heterogen meningkatkan kualitas
lingkungan sebesar 4,83% pada pengolahan minyak jarak pagar ALB tinggi dan 6,50% pada pengolahan minyak jarak pagar ALB rendah. Pada proses produksi biodiesel yang terintegrasi dengan detoksifikasi, penggunaan katalis heterogen meningkatkan kualitas lingkungan sebesar 3,13% dan 3,86% masing-masing untuk minyak ALB tingggi dan ALB rendah. 5. Penggunaan metanol, listrik dan steam merupakan masukan utama yang berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan karena menggunakan bahan bakan fosil dan penggunaan sumberdaya yang lebih yang tinggi. Sementara itu masukan utama yang paling berpengaruh terhadap kesehatan manusia adalah penggunaan asam sulfat, asam fosfat, metanol dan listrik.
4.4.2 Saran
1.
Berdasarkan
produksi biodiesel menggunakan katalis heterogen CaO secara terintegrasi dengan unit detoksifikasi bungkil. 2. Besarnya jumlah alkohol yang digunakan oleh proses yang menggunakan katalis heterogen dan detoksifikasi diduga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan. Untuk menurunkan
dampak lingkungan ini, maka daur ulang yang lebih baik diperlukan agar kehilangan metanol dapat dikurangi. 3. Disarankan untuk terus menggali peningkatan nilai tambah pengusahaan jarak pagar disamping detoksifikasi. Salah satu peluang yang
150 memungkinkan adalah pemanfaatan hasil samping gliserol sebagai bahan aditif.