Aljabar Linier
MATRIKS
Pertemuan 1
Kompetensi Dasar : Memahami Definisi Matriks Indikator : Mampu memahami definisi Matriks, mengetahui jenis-jenis Matriks, operasi-operasi Matriks, dan kaidah-kaidah Matriks. Isi :
A=
Contoh:
(a11 . amn) disebut suku-suku matriks/anggota matriks. (am1 am2 . amn) (a1n a2n .. amn) untuk setiap n disebut kolom ke n
Matriks yang mempunyai m baris dan n kolom disebut berukuran m x n Matriks A di atas dapat ditulis A = (aij)mxn atau A = [aij]mxn B. Jenis-jenis Matriks Matriks Bujur Sangkar Adalah matriks yang jumlah baris dan kolomnya sama. Contoh: A[aij]2x2 atau B[aij]3x3 Pada matriks bujur sangkar ada elemen lain yang disebut DIAGONAL UTAMA. Perhatikan contoh matriks di bawah:
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si. Page 1
Matriks Diagonal Adalah Matriks bujur sangkar yang elemen-elemen di luar diagonal utama = 0 (nol). Contoh: 0 2 0 0 0 3 atau 1 0 0 0 0 2 0 0 0 0 5 0
Matriks Satuan Adalah Matriks diagonal yang semua elemen pada diagonal utamanya = 1, biasanya dinyatakan dengan I (identity) Contoh: I3 = 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 I2 = 0 0 1
atau
dan seterusnya.
Matriks mxn yang semua elemennya nol disebut Matriks Nol. Contoh: 0 0 0 Matrika 3x3 0 0 0 0 0 0 Matriks 2x3
atau
Matriks Simetris Adalah Matriks bujur sangkar [aij]nxn akan disebut matriks simetris, jika aij = aji.
Page 2
Contoh: 2 5 3 6
1 2
3 4
Matriks Tranpose Tranpose dari suatu matrik A dinyatakan denga A' atau AT dengan menukar letak baris dengan kolom. Contoh: 1 4 2 5 1 3 matriks A2x3 menjadi 2 6 3 4 6 5 matriks A3x2
C. Operasi pada Matriks Penjumlahan dan Pengurangan Dua buah matriks dapat dijumlahkan dan dikurangkan bila ukurannya sama, dengan cara menjumlahkan/mengurangkan elemen-elemen yang seletak.
Contoh:
Perkalian Bilangan dengan Matriks Suatu bilangan dapat dikalikan dengan sebuah matriks dengan cara mengalikan bilangan tersebut dengan setiap elemen pada matriks. Contoh: k(aij)mxn = (kaij)mxn misalnya:
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si. Page 3
Perkalian Matriks dengan Matriks Matriks A dapat dikalikan dengan matriks B dalam bentuk AB, dapat dilakukan bila banyak kolom matriks A sama dengan baris matriks B. Misalnya: Amxn x Bmxn = Cmxn Contoh:
dimana:
2. (A + B) + C = A + (B + C) 4. I A = A 3. k(A + B) = kA + kB
5. 0 A = 0; 0 + A = A; A + 0 = A 6. A B B A 7. (A + B) = A + B
tidak komutatif
8. (A B) = A B 9. (A) = A
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si. Page 4
asosiatif perkalian
C = 4
Daftar Pustaka
Page 5
DETERMINAN
Pertemuan 2
Kompetensi Dasar : Memahami dan menentukan nilai Determinan Matriks Indikator : Diharapkan mampu: - Memahami definisi Determinan Matriks, dan dapat
menentukan nilai determinan dari suatu matriks (Determinan tingkat 2 dan tingkat 3) - Memahami menentukan Minor Matriks dan Kofaktor Matriks - Menentukan nilai determinan dari suatu Matriks (Determinan tingkat 3 ke atas) menggunakan Uraian Laplace - Memahami sifat-sifat Determinan Matriks - Mengerjakan beberapa contoh soal Isi :
A. Definisi Determinan Determinan matriks adalah nilai/harga yang diperoleh dari elemen-elemen matriks bujur sangkar dengan suatu operasi tertentu dari matriks nxn sehingga akan diperoleh Determinan Tingkat n. Contoh: Matriks A maka determinan matriks A ditulis A B. Menentukan Nilai Determinan suatu Matriks 1. Determinan tingkat 2 Matriks A =
A =
Page 6
A = = = =
Ada dua cara untuk menentukan harga Determinan dari matriks A, yaitu: a. Cara Khusus Cara ini digunakan hanya untuk Determinan tingkat 3 saja.
Page 7
b. Cara Umum Digunakan untuk Determinan tingkat 3 dan seterusnya. Untuk mencari nilai Determinan tingkat 3 dan seterusnya, terlebuh dahulu kita harus mencari nilai Minor matriks dan Kofaktor (Cofaktor) matriks tersebut. MINOR Minor aij dari determinan tingkat n adalah determinan tingkat n-1 dengan elemen-elemen yang tidak tereliminasi jika baris dan kolom melalui elemen-elemen aij dieliminasi dinyatakan dengan Mij. Contoh: 1. A =
KOFAKTOR (COFAKTOR) Kofaktor dari elemen aij dari determinan tingkat n didefinisikan dengan:
4 6
Jawab: a.
b.
c.
3 2
2 4
= 12 4 = 8 4
= -(-12 8) = 20 4
Cara Umum biasa disebut juga dengan Uraian LAPLACE. Suatu Determinan dapat diuraikan menjadi jumlah perkalian elemen-elemen pada suatu baris/elemen-elemen pada sustu kolom maka akan menghasilkan harga yang sama. Contoh:
Page 9
= 6 + 6 + 18 (27 + 12 + 2) = 30 41 = -11
Jika dicari dengan cara umum a. Menurut baris, misalnya baris ke 1 = a11c11 + a12c12 + a13c13
= 2
3 3
2 1
+ 1
2 3
2 1
+3
2 3
3 3
= 2
3 3
2 1 + 2 1 3
3 1 + 3 1 3
3 2
= -6 + 16 + (-21) = -11
Page 10
A=
= 22 3 4 + 3 1 3 4 + 11 2 4 + 4 1 2 3
= 2(30+60+2 (9+8+50)) + 3(-(45+40+1 (6+12+25))) + (30+16+3 (4+36+10)) + 4(-(6+12+15 (20+27+2)) = 2(92-67) + 3(-(86-43)) + (49-50) + 4(-(33-49)) = 2(25) + 3(-43) + (-1) + 4(16) = 50 + (-129) + (-1) + 64 = -16 b. Menurut kolom ke 2 = a12c12 + a22c22 + a32c32 + a42c42 3 2 5 3 1 1 5 2 1 2 1 4 5 2 2 1 5 1 4 5 2 1 1 5 3 4 4
= 3 1
4 + 21 3
4 + 2 3
1 + 33
= 3(-(45+40+1 (6+12+25))) + 2(30+8+4 (24+8+5)) + 2(-(50+2+12 (40+2+15))) + 3(40+1+36 (20+6+12)) = 3(-(86-43)) + 2(42-37) + 2(-(64-57) + 3(77-38) = 3(-(43)) + 2(5) + 2(-(7)) + 3(39) = (-129) + 10 + (-14) + 117 = -16
Page 11
C. Sifat-sifat Determinan 1. A = A 2. Jika pada suatu determinan, elemen pada suatu baris atau kolom sama dengan 0 (nol) maka harga determinannya sama dengan 0 (nol). Contoh: 1 0 2 0 4 = 0 5 2 0 4
3. Jika tiap elemen pada suatu baris atau kolom dikalikan dengan skalar k, maka harga determinan k dikali harga determinan semula. k
nilai skalar dikalikan dengan salah satu baris atau kolom. 4. Jika 2 baris atau 2 kolom ditukar tempatnya, maka harga determinan berubah tanda, misalnya: = 1 2 1 3 2 1 1 2 3
Page 12
= 10 + 12 + 9 (12 + 9 + 10) = 21 21 =0 6. Suatu determinan nilainya tidak berubah bila kelipatan elemen-elemen pada suatu baris atau kolom ditambahkan pada elemen-elemen baris atau kolom lain. 7. Determinan dari 2 matriks AB = A B 8. Nilai determinan dari matriks diagonal sama dengan hasil kali elemen-elemen pada diagonal tersebut, misalnya: A = 0 0 3 0 2 0 0
A = 0 0
0 4 2 0 0 3 0 4
A = 2 3 4 A = 24
Baris ke 2 dikalikan -2 kemudian ditambahkan dengan baris ke 1. Baris ke 2 dikalikan -3 kemudian ditambahkan dengan baris ke 3. Mencari determinan berdasarkan kolom ke 1 = 0 3 7 + 0 2 1 + 1 7 3 3 5 1 5 3
Page 13
2.
3 1 2 3 0 10 8 6 Baris ke 3 dikalikan -1 kemudian ditambahkan dengan baris ke 1 Baris ke 3 dikalikan -2 kemudian ditambahkan dengan baris ke 2 Baris ke 3 dikalikan 3 kemudian ditambahkan dengan baris ke 3 Secara singkatnya dihasilkan = 1 5 10 1 0 2 8 1 3 2 2 6 1 1 2
Baris ke 1 dikalikan -5 kemudian ditambahkan dengan baris ke 2 Baris ke 1 dikalikan 10 kemudian ditambahkan dengan baris ke 3 = 0 8 26
= -1(78 16)
8 26
Evaluasi
: 1 2 1 , C = 3 2 3 4 2 3 2 1 2 4 1 1 3 1 2 2
Page 14
Page 15
INVERS
Pertemuan 3
Kompetensi Dasar : Menentukan Invers Matriks Indikator : Mampu menjelaskan definisi dari Invers Matriks, menyebutkan beberapa sifat dari Invers Matriks serta mampu mengerjakan beberapa contoh soal. :
Isi
Jika untuk matriks A dan B berlaku AB = BA = I, dimana I adalah matriks satuan. Yaitu matriks dengan elemen pada diagonal utamanya sama dengan 1 dan elemen dikuar diagonal utamanya bernilai 0. Maka matriks B disebut INVERS matriks A, ditulis B = A-1, juga A = B-1 jadi dapat ditulis AA-1 = A-1A = I. Salah satu cara menentukan A-1 adalah dengan rumus:
||
Jika A = 0, maka matriks A tidak mempunyai Invers. Matriks singuler sama dengan matriks yang determinannya = 0 Matriks non singuler sama dengan matriks yang determinannya 0 Bentuk disebut Adjoint A.
Page 16
A = 0 + 6 + 6 (12+ 1 + 0) = -1 3 1 = 0 1 = -1 0 3
= =
1 2
= = = = = =
1 2
3 2 3 1 1 2
= 3 6 = -3 1 2 0
2 = 0 4 = -4 0 3 1 2 1 3 3
3 3 1
= 3 6 = -3
= 3 9 = -6
Page 17
1 2 3 3 5 6
1 2 3 5
3 6
= || =
= 2 3
2 4 5
2 3
2 4 5
3 6
3 6
= 3
= 3 6 3 = 0 0 1 2 2 0 0 0 0 1
1 6 6
1 2
6 12 5 4 4 0
2 12 10
9 15 6 6 5 0
3 15 12
= 2 3
A-1A = I
4 5 3
1
Page 18
3 15 12
9 15 6
= A | | =
||
=
:
Evaluasi
1.
2 5 5 Diketahui matriks A = 1 1 0, tentukan A-1 jika ada! 2 4 3 1 6 Diketahui matriks A = 2 4 1 2 : 4 -1 1, tentukan A jika ada! 5
2.
Daftar Pustaka
Page 19
Kompetensi Dasar : Memahami Sistem Persamaan Linier (SPL) Indikator : Diharapkan mampu: - Memahami definisi SPL dan mengetahui pemecahan SPL menggunakan determinan. - Memahami pemecahan SPL dengan menggunakan Matriks. - Memahami pemecahan SPL yang mempunyai banyak pemecahan (Himpunan Pemecahan). - Menyelesaikan SPL yang bersifat homogen. Isi A. Pendahuluan Sistem Persamaan Linier adalah himpunan berhingga dari persamaan linier. a. 2 Contoh: 0 :
b. 4 Namun tidak semua persamaan linier memiliki penyelesaian (solusi), sistem persamaan linier yang memiliki penyelesaian memiliki dua kemungkinan yaitu, penyelesaian tunggal dan banyak penyelesaian. Bentuk Umum Persamaan Linier dalan n peubah (variabel) x1, x2, ..., xn berbentuk: Dimana : 1. , , . konstanta
2 2 6
Page 20
disebut pemecahan atau penyelesaian atau solusi atau jawab dari persamaan di atas. Himpunan dari , , , disebut himpunan penyelesaian. Persamaan Linier (SPL) Sistem Persamaan Linier dengan n peubah dan banyaknya m buah berbentuk:
Harga-harga , , , yang serempak memenuhi m persamaan-persamaan di atas disebut pemecahan SPL itu.
Sistem Persamaan Linier yang mempunyai pemecahan disebut konsisten dan yang tidak mempunyai pemecahaan disebut inkonsisten (tidak konsisten) dengan grafik Kemungkinan-kemungkinan pemecahan dari suatu SPL, contoh: dengan grafik
Kemungkinan-kemungkinan pemecahan: 1. 2. 3.
B. Pemecahan Sistem Persamaan Linier dengan Menggunakan Determinan dengan A adalah matrik Metode Crammer. Suatu SPL yang berbentuk Pemecahan SPL dengan menggunakan Determinan biasanya disebut dengan
bujur sangkar dapat dikerjakan dengan Metode Crammer jika hasil perhitungan
menunjukkan bahwa det(A) 0. Penyelesaian yang didapatkan dengan metode ini adalah penyelesaian tunggal.
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si. Page 21
dengan A adalah Diketahui suatu sistem persamaan linier berbentuk matriks bujur sangkar berukuran nxn dan det(A) 0 sedangkan nilai dan adalah:
Maka:
Contoh:
=1
= =
= -2
=3
C. Pemecahan Sistem Persamaan Linier dengan Menggunakan Matriks Ketika dihadapi dengan masalah yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linier terutama yang menggunakan banyak peubah, maka hal pertama yang dapat digunakan untuk menyederhanakan permasalahan adalah dengan mengubah SPL yang ada ke dalam bentuk matriks. Suatu SPL biasanya juga tidak didapatkan secara langsung tetapi melalui penyederhanaan dari permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah diubah ke bentuk matriks, maka matriks tersebut diubah ke bentuk matriks dalam bentuk matriks eselon baris tereduksi untuk mendapatkan penyelesaian dari SPL. Prosedur untuk mendapatkan matriks eselon baris tereduksi biasa disebut dengan eliminasi Gauss-Jordan. Pada proses eliminasi tersebut operasi-operasi yang digunakan disebut sebagai operasi baris elementer.
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si. Page 23
A=
Matriks yang memiliki ukuran nx1 atau 1xn biasa disebut vektor. Penulisan vektor sedikit berbeda dengan penulisan matriks, yaitu menggunakan huruf kecil dengan sehingga SPL dapat ditulis dengan A = . Pada SPL sebagai x dan b atau dan yang berbentuk seperti ini, matriks A juga biasa disebut sebagai matriks konstanta. cetak tebal atau digaris atasnya. Jadi matriks X dan B di atas biasa dituliskan yang Untuk penyelesaian SPL di atas maka dibuat matriks diperbesar dari A dan
, X = , B =
yang elemen-elemennya merupakan gabungan elemen matriks A dan vektor , yaitu: dinotasikan
Page 24
Untuk menyelesaikan SPL tersebut dilakukan eliminasi Gauss-Jordan seperti ditunjukkan dalam contoh berikut: a. x + 2y + 3z = 1 2x + 5y + 3z = 6 x + 8z = -6 1 = 2 matriks diperbesar 1 carilah nilai x, y dan z! 1 = 2 1 1 = 0 0 1 = 0 0 1 = 0 0 2 3 1 5 3 6 0 8 6 menghasilkan: operasi baris elementer pada 2 3 1 5 3 6 ~2 21 0 8 6 3 1 1 22 2 3 1 1 3 4 ~ 2 5 7 3 21 0 9 7 1 33 1 3 4 ~2 33 0 1 1 0 0 2 1 0 1 0 1 1
Maka pemecahan SPL di atas adalah: x = 2, y = 1, z = -1. Keterangan: Penulisan b1, b2 dan sebagainya pada proses di atas sifatnya tidak mutlak dan hanya digunakan sebagai alat bantu dalam proses operasi baris elementer. Dalam perhitungan selanjutnya penulisan ini mungkin tidak perlu dilakukan.
D. Sistem Persamaan Linier yang Mempunyai Banyak Pemecahan (Himpunan Pemecahan) Berikut ini adalah contoh soal untuk penyelesaian SPL dengan bentuk banyak pemecahan (solusi). Untuk lebih jelasnya seperti apa bentuk SPL dengan banyak solusi, perhatikan contoh soal berikut ini:
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si. Page 25
y-
x-
jadi,
karena baris ke 3 adalah nol dan kolom yang tidak memiliki satu utama adalah kolom ke 3 maka dapat diambil nilai z sembarang misalkan z = s, sehingga
Page 26
zs
atau,
E. Sistem Persamaan Linier Homogen Suatu SPL dikatakan homogen jika setiap suku konstan sama dengan nol. 0 0
0 Jika x1 = 0, x2 = 0, , xn = 0 disebut pemecahan trivial Jika SPL homogen mempunyai pemecahan 1 disebut pemecahan non trivial (banyak pemecahan) Jika banyaknya bilangan yang tidak diketahui lebih dari jumlah persamaan, maka SPL homogen tersebut selain mempunyai jawaban trivial pasti mempunyai jawaban non trivial. Contoh: Tentukan pemecahan SPL berikut: x + 2y = 0 -x 2y + z = 0 2x + 3y + z = 0 1 = 1 2 Jawab: 2 2 3 0 1 1 0 0 0
Page 27
Evaluasi
Pada matriks yang terakhir terlihat bahwa semua kolom matriks memiliki satu
Selesaikan Soal-soal berikut: 1. Diketahui SPL sebagai berikut: 2x + 5y + 5z = 1 -1 + -1 = 1 2x + 4y + 3z = -1 Carilah pemecahan SPL di atas dengan menggunakan metode Crammer! 2. Diketahui SPL sebagai berikut: x + y + 2z = 9 2x + 4y 3z = 1 3x + 6y 5z = 0 Carilah pemecahan SPL di atas dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan 3. Diketahui SPL sebagai berikut: x + 2z = 1 -x + y z = 0 2x + y + 5z = 3 Carilah pemecahan dari SPL di atas, apa kesimpulannya? Daftar Pustaka :
Page 28
Kompetensi Dasar : Memahami Vektor dan Ruang Vektor Indikator : Diharapkan mampu:
- memahami sistem koordinat pada Vektor - memahami persamaan garis lurus pada Vektor dan syaratsyarat persamaan garis pada Vektor
- memahami persamaan bidang datar pada Vektor dan syaratsyarat persamaan garis pada Vektor
- memahami jenis-jenis ruang Vektor - memahami Kombinasi Linier Vektor, Basis dan Dimensi
Vektor Isi A. VEKTOR Pendahuluan Vektor didefinisikan sebagai besaran yang memiliki arah. Kecepatan, gaya dan pergeseran merupakan contoh-contoh dari vektor karena semuanya memiliki besar dan arah walaupun untuk kecepatan arahnya hanya positif dan negatif. Vektor dikatakan berada di ruang-n (Rn) jika vektor tersebut mengandung n komponen. Jika vektor berada di R2 maka dikatakan vektor berada di bidang, sedangkan jika vektor berada di R3 maka dikatakan berada di ruang. Secara geometris, di bidang dan di ruang, vektor merupakan segmen garis berarah yang memiliki titik awal dan titik akhir. Vektor biasa dinotasikan dengan huruf kecil tebal atau huruf kecil dengan ruas garis. :
Page 29
dan dengan A disebut sebagai titik awal. Sedangkan titik B, C dan D titik awal O (untuk vektor di bidang, titik O adalah (0,0)).
, Dari gambar di atas terlihat beberapa segmen garis berarah (vektor) seperti
Gambar 1.1 Bentuk Vektor
disebut titik akhir. Vektor posisi didefinisikan sebagai vektor yang memiliki
Operasi-operasi pada Vektor Misalkan dan adalah vektor-vektor yang berada di ruang yang sama, Operasi Penjumlahan
maka vektor ( ) didefinisikan sebagai vektor yang titik awalnya = , jika vektor dan = Perhatikan gambar 1.1. Misalkan = Contoh: titik akhir = C, jadi merupakan segmen garis berarah titik awal dan titik akhirnya = titik akhir .
Vektor nol didefinisikan sebagai vektor yang memiliki panjang = 0. Misalkan vektor tak nol dan k adalah skalar, k R. Perkalian vektor dengan skalar k, k didefinisikan sebagai vektor yang panjangnya kali
Page 30
2u u -2u
Perhitungan vektor = ( , , ) maka: adalah = ( , , ) dan = ( , , ) + Diketahui a dan b vektor-vektor di ruang yang komponen-komponennya
. = ( , , ) maka:
= ( , , ) -
Hasil kali titik, panjang vektor dan jarak antara dua vektor = ( , , ), hasil kali titik antara vektor Diketahui = ( , , ) dan Hasil kali titik dua vektor jika diketahui komponennya didefinisikan sebagai: dan = ( . ) + ( . ) + ( . ) .
Hasil kali titik dua vektor jika diketahui panjang vektor dan sudut adalah dua buah vektor yang memiliki panjang berturutDiketahui dan antara dua vektor
Dengan mengetahui besarnya , akan diketahui apakah hasil kali titik akan Jika hasil kali titik dua buah vektor berupa skalar. > 0 lancip, 0 < 900 . bernilai positif atau negatif. = 0 900, saling tegak lurus . dan
= cos , 0, .
didefinisikan sebagai: Hasil kali titik antara vektor dan pada titik awal yang sama.
= (3k, -1), tentukan nilai k agar saling Diketahui = (1, -3) dan dan Contoh: tegak lurus! Jawab saling tegak lurus, maka haruslah = 0. Agar dan . = 3k + 3 = 0 k = -1 .
Panjang (norm) vektor dan jarak antara dua vektor Panjang vektor Dengan menggunakan operasi hasil kali titik jika diketahui komponen . = = ( , , ) didapatkan bahwa ..
(1)
. = cos 0 ...
didefinisikan sebagai panjang dari vektor Jarak antara dua vektor dan Jarak Antara dua Vektor
Page 32
= B C
A = merupakan dan , maka jarak antara Misalkan = dan panjang dari ruas garis berarah Contoh: Diketahui = (2, -1, 1) dan = (1, 1, 2), tentukan besarnya sudut yang
= 2 1 1 = 6 = 1 1 2 = 6 cos = 1. 2. 3. =
.
. = 2- 1 + 2 = 3 Jawab
= = = 600
) = (m = ) = ( )m m( ) (m
Page 33
x3 Dimana:
. B, ,
C , , x1
0 0
, , , -
0 , ,
0 0
;
Ketiga persamaan di atas disebut persamaan parameter garis g.
, , , , , ,
Page 34
Tentukan persamaan garis yang melalui titik A(1, 2, 3) dan B(3, 5, 6) Jawab: , , = 1,2,3 3 1,5 2,6 3 Persamaan vektor garis g: = 1 + 2 Persamaan parameter garis g: = 2 + 3 = 3 + 3
, , = 1,2,3 2,3,3
Persamaan Bidang Datar Persamaan bidang datar dapat ditentukan jika diketahui tiga titik yang tidak terletak pada satu garis. Contoh: R( , , ) Misalkan sebuah bidang datar melalui titik-titik P( , , ), Q( , , ) dan
tersebut terlihat:
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si.
, , = , , , , , ,
Persamaan di atas disebut dengan persamaan vektor PQR Umumnya jika bidang tersebut melalui titik-titik
P( , , , ),
Contoh:
Tentukan persamaan bidang datar melalui titik-titik A(2, 1, 3), B(3, 2, 4) dan C(4, 2, 5)! , , = 2,1,3 3 2,2 1,4 3 4 2,2 1,5 3 Jawab: Perkalian sebuah bidang datar yang melalui titik P( , , ) dengan vektor , , = , , , , , , . (1) tersebut: , , = 2,1,3 1,1,1 2,1,2
= (4)
Jika dan di eliminir dari persamaan (2) dan (3) maka diperoleh:
= (3)
( - )( - )- { ( - )- ( - )}- { ( - )- ( - )} = 0
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si. Page 36
A +B +C - (A +B +C ) = 0 -( A +B +C ) = D misalkan:
A( - ) + B( - ) + C( - ) = 0
= 2
A +B +C +D = 0
A = - = 12 11 = 1 D = - =1 B = - = 12 12 = 0 = -(12+01+(-13))
C = - = 11 12 = -1
Page 37
+ = ( , , . , )
= ( ) = ( , , , )
= =
d( , ) = =
Contoh:
Page 38
) = 1 1 1 2 = 7 d( , Ruang vektor umum Pada materi ini kita akan membahas koonsep-konsep tentang ruang vektor dengan konsep yang lebih luas. 1. Jika vektor-vektor , V, maka vektor + V Ada 10 syarat agar V disebut sebagai vektor, yaitu: 2. + = +
5. Untuk setiap V terdapat V sehingga 0 vektor nol; 6. Untuk sembarang skalar , jika V, maka V; 8. , dan sembarang skalar; 9. 10. 1 = 7. , sembarang skalar;
3.
Dalam hal ini yang paling menentukan apakah V disebut ruang vektor atau tidak adalah operas-operasi pada V tau bentuk dari V itu sendiri. Jika V merupakan ruang vektor dengan operasi-operasi vektor (operasi penjumlahan dan operasi perkalian dengan skalar) yang bukan merupakan operasi standar, tentunya V harus memenuhi 10 syarat di atas, jika satu syarat saja tidak terpenuhi maka tentunya V bukan merupakan ruang vektor. Jika diketahui himpunan bagian vektor-vektor , , , dalam ruang Vektor Bergantung Linier dan Bebas Linier
vektor V maka:
Page 39
2. Himpunan tersebut dikatakan bebas linier jika dari persamaan Berdasarkan definisi:
b. Jika 0 ( bukan vektor nol) maka 0 hanya dipenuhi jika vektor ol bergantung linier 2. Jika ada dua vektor dan yang berkelipatan, misalnya 2 , maka: 2 = 0 1 2 = 0 Jadi ada 1 dan 2 yang memenuhi 0, ini berarti 0, jadi setiap vektor yang belum vektor nol adalah bebas linier
Berikut adalah contoh dua vektor dimana , dua vektor yang tidak adalah dua vektor yang berkelipatan selalu bergantung linier.
3 4 0 =
Page 40
1,0,2 dan 3, 1, 5, periksa Diketahui 3 vektor 2,1,3, apakah ketiga vektor tersebut bebas linier atau bergantung linier 0 Persamaan Jawab:
2 3 0
Maka kita dapatkan 0, 0, 0, sehingga kesimpulannya ketiga vektor tersebut bergantung linier.
2 3 0
Suatu vektor dikatakan kombinasi linier dari vektor 1, 2, , n bila Kombinasi Linier terdapat skalar-skalar , , , untuk setiap 1 + 2++ n. Sifat-sifat Kombinasi Linier 1. Jika n vektor 1, 2, , n dimana n > 1 bergantung linier, maka paling sedikit terdapat 1 vektor yang dapat ditulis sebagai Kombinasi Linier dari vektor-vektor lainnya.
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si. Page 41
, n. Bila vektor-vektor 1, 2, , n bebas linier dan bukan kombinasi linier dari 1, 2, , n maka 1, 2, , n dan bebas
4. Bila s = { 1, 2, , n} himpunan bagian dari ruang vektor , maka linier. bagian dari . L(s) disebut ruang vektor yang dibentuk s. V dimana V kombinasi linier dari 1, 2, , n.
5. Suatu himpunan vektor 1, 2, , n disebut sistem pembentuk dari ruang vektor ditulis = L( 1, 2, , n) bila setiap vektor anggota
Diketahui vektor-vektor 2,1,3, 0,1,2 dan 2,2,4, Contoh: 2,1,3 = 0,1,2+ 2,2,4 Jawab: 2 0 2 , 1 3 2 4 1 2 1 periksalah apakah kombinasi linier dari dan !
. (1)
. (2) . (3)
untuk 1, 1 3 = -2 + 4 3 = 2(-1) + 41
Setiap pembentuk yang bebas linier dari suatu ruang vektor V disebut Basis dari ruang vektor tersebut karena vektor-vektor anggota V mungkin tak
Lalu Yudhi Prihadi, S.Si. Page 42
Jadi , , bergantung linier, sehingga dapat dikatakan , bebas linier, , bebas linier dan , bebas linier.
buah.
Misalkan V ruang vektor dan S = {1, 2, , n}. S disebut basis dari V bila memenuhi dua syarat, yaitu: 1. S bebas linier. S 1+ 2+ n hanya memiliki penyelesaian 0 dikatakan bebas linier jika
persamaan
2. S membangun V. Dimana jika untuk setiap V, merupakan kombinasi Basis dari suatu ruang vektor tidak harus tunggal tetapi bisa lebih dari satu. Ada dua macam basis yang kita kenal yaitu basis standar dan basis tidak standar. 1. S = {1, 2,, n}, dengan 1, 2,, n Rn Contoh Basis Standar: Merupakan basis standar dari Rn. 1 0 , 0 1 0 0 , 0 0 linier dari S, yaitu: = 1+ 2+ n, , , , : skalar.
Suatu himpunan vektor dapat ditunjukkan merupakan himpunan yang bebas vektor dan dim ruang vektor. Contoh jika diketahui =(1,2), =(2,2), =(1,3) dapat kita liha banyaknya vektor = 3 dan dim R2=2, sebenarnya tanpa menghitung kita sudah bisa menyimpulkan bahwa himpunan vektor tersebut tidak bebas linier karena agar bisa bebas linier maksimal jumlah vektor = dim ruang vektor. Sebaliknya jika suatu himpunan vektor hanya memuat vektor dengan jumlah kurang dari dim ruang vektor, maka dapat disimpulkan bahwa himpunan ruang vektor tersebut tidak membangun. Berdasarkan hal ini, maka suatu himpunan vektor kemungkinan bisa menjadi basis ruang vektor berdimensi n jika jumlah vektornya = n. Jika jumlah vektor < n maka tidak membangun sebaliknya jika jumlah vektor > n maka bergantung linier. Jika jumlah vektor = n, maka dapat dihitung nilai Determinan dari ruang yang dibangun oleh himpunan vektor tersebut. Jika Det 0, maka ia bebas linier dan membangun Jika Det = 0, maka tidak bebas linier dan tidak membangun. merupakan basis. linier atau membangun ruang vektor V hanya dengan melihat dari jumlah
Page 44
Jawab
Jumlah matriks (bisa dipandang sebagai vektor di R4) dalam H = 4 = dim M22, jadi untuk menentukan apakah H merupakan basis dari R4 atau bukan adalah dengan melihat nilai determinan dari ruang yang dibangun oleh H. 0 2 = A 1 3 0 0 1 Misalkan W adalah ruang yang dibangun oleh H, maka untuk sembarang w 1 0 0 1 0 0 0 1
W berlaku: 1 2 w= 1 1 1 0 0 1
untuk menentukan apakah H merupakan basis atau tidak adalah dengan 1 2 1 1 Evaluasi 1. menghitung nilai det(A) dari SPL di atas. 0 1 1 3 + 21 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 2 = -20 1 1 3 0 0= 2 3 1 2 1 1 4 1
2,3,4,5 dan panjang masing-masing Tentukan jarak antara 1,1,2,3 dan vektor! Tentukan persamaan garis lurus g melalui titik A=(2,3,1) dan sejajar BC bila Diketahui garis g dengan persamaan , , 2,1,0 1,0, 1. Periksalah B=(4,-5,1) dan C=(2,7,-3)!
2.
3.
4.
Tentukan persamaan bidang datar W yang melalui titik 0,0,0 dan persamaan apakah titik A=(1,1,1) dan B=(6,2,1) terletak pada garis g atau tidak! g , , 1, 1,0 2,1,1 :
Daftar Pustaka