Anda di halaman 1dari 21

`

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ablasio retina adalah lepasnya lapisan sensorik retina dari lapisan retinal pigment epithelium (RPE). Lapisan sensorik retina adalah derivat dari lapisan dalam optic cup, sedangkan RPE adalah derivat dari lapisan luar optic cup, membentuk suatu rongga potensial yang mudah terpisah dan terisi oleh cairan sub retina. nsiden ablasio retina di Amerika !erikat lebih kurang satu dalam lima belas ribu dengan prevalensi ",# $. %mur yang terbanyak menderita ablasio retina adalah &" sampai '" tahun dan lebih sering ter(adi pada pria dari pada )anita, hal ini mungkin disebabkan seringnya pria mendapat trauma dibanding )anita. Pada keadaan tertentu ablasio retina sering menyerang kedua mata terutama pada mata a*akia. nsiden penyakit ini relati* tinggi pada etnik yahudi dan relati* rendah pada orang kulit hitam, akan tetapi penyebabnya belum diketahui. Ablasio retina termasuk kasus kedaruratan mata yang harus ditangani segera. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada a)al +'"" , oleh de !aint-.ves, namun diagnosis klinis baru bisa ditegakkan se(ak ditemukannya o*talmoskop oleh /elmholt0 pada tahun +12+. !ampai tahun +34" karena tidak adanya penanganan kasus ini oleh para ahli sampai akhirnya 5ules 6onin menemukan tehnik pengobatan pertama untuk mengatasi penyakit ini di Lausanne, !)it0erland. 7e)asa ini pengobatan terhadap ablasio retina telah berkembang dengan pesat seperti, scleral buckling, intravitreal gas, dan vitrektomi sehingga visus penderita dapat dipertahankan. 1.2 Batasan Masalah ,akalah ini membahas de*inisi, epidemiologi, etiologi, pato*isiologi, klasi*ikasi, diagnosis, serta penatalaksanaan ablasio retina. 1.3 Tujuan Penulisan 8u(uan penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan tentang ablasio retina. 1.4 Met !e Penulisan ,etode yang digunakan adalah tin(auan kepustakaan yang meru(uk kepada berbagai literatur +

BAB II TIN"AUAN PU#TA$A


2.1 Anat %i !an &isi l gi 'etina Retina adalah selembar tipis (aringan sara* yang semi transparan dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama (auhnya dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serrata. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga (uga tertumbuk dengan membrane 9ruch, khoroid dan sclera. 7i sebagian besar tempat, retina dan epitellium pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk suatu ruang subretina. 8etapi pada discus optikus dan ora serrata, retina dan epithelium pigmen retina saling melekat kuat, sehingga membatasi perluasan cairan sub retina.

6ambar +. Anatomi Retina Retina terdiri dari lima (enis sel penyusun retina : +. !el - sel reseptor , 9erupa sel batang dan kerucut. !el kerucut (cones) paling banyak terdapat di bagian sentral yang dinamakan sebagai daerah macula lutea. Pada sentral macula lutea, yaitu daerah *ovea sentralis yang tidak tercampuri sel-sel batang. 9esar macula lutea +-4 mm, daerah ini daya penglihatannya paling ta(am terutama di *ovea sentralis. 4

` !truktur makula lutea : a. 8idak ada sel sara* b. !el sel ganglion sangat banyak di pinggir c. Lebih banyak sel kerucut daripada sel batang. Pada *ovea sentralis hanya terdapat sel kerucut. ;ungsi sel kerucut adalah untuk photoptic vision (melihat )arna, cahaya intensitas tinggi dan penglihatan sentral < keta(aman penglihatan), persepsi detail dan )arna pada cahaya yang cukup terang. Pada cahaya yang remang-remang sel kerucut ini kurang ber*ungsi. 7idalam sel kerucut terdapat # macam pigmen yang masing-masing peka terhadap sinar merah, hi(au, biru !el-sel batang lebih banyak di bagian peri*er terutama di sekitar macula. ;ungsinya adalah untuk penglihatan di tempat gelap, untuk scotoptic vision, yaitu untuk melihat cahaya dengan intensitas rendah, tidak dapat melihat )arna, untuk penglihatan peri*er dan orientasi ruangan. Pada nasal dari macula lutea terdapat papilla nervi optikus yaitu tempat dimana nervus menembus sclera. Papil ini hanya terdiri dari serabut sara*, tidak mengandung sel batang atau sel kerucut sama sekali. =leh karena itu, tidak dapat melihat sama sekali dan disebut titik buta (skotoma *isiologis, blind spot). 9entuk papil lon(ong, berbatas tegas, pinggirnya lebih tinggi dari retina sekitarnya. 9agian tengahnya ada lekukan yang tampak agak pucat besarnya +<# diameter papil yang disebut ekskavasasi *isiologis. 7ari tempat ini keluarlah arteri dan vena retina sentral yang kemudian bercabang-cabang ke temporal dan ke nasal, keatas dan ke ba)ah.

6ambar 4. 6ambaran retina normal #

` 4. !el-sel bipolar .aitu penghubung dari sel sel reseptor dengan sel ganglion. 9entuknya ada yang khusus menyambungkan satu sel reseptor kerucut dengan sel ganglion dan ada pula bercabang banyak yang menghubungkan beberapa sel batang ke satu sel ganglion. #. !el ganglion !el ganglion menyampaikan impuls ke arah otak. Aksonnya pan(ang meliputi lapisan permukaan retina, yang terus berkumpul di sara* optic dan selan(utnya sampai di badan genikulatum lateral untuk bersinaps di sini dengan sel sel sara* yang melan(utkan impuls visual kekorteks ke daerah *issure calcarina lobus oksipitalais. &. >euron Lainnya : sel /ori0ontal dan sel amakrin 7iduga ber*ungsi mengatur atau menggabungkan dan menyaring aliran impuls dari masingmasing sel sara* sebelumnya. 2. !el ,uller 9ukan sel sara* tapi *ungsinya penting sebagai membentuk sistem kerangka penun(ang (aringan retina. ,embran limitasi interna dan eksterna adalah bagian yang dibentuknya. !el muller ber*ungsi sebagai depot glikogen yang penting untuk energi sel lainnya.

6ambar 4. !el penyusun retina

&

` Retina terdiri dari +" lapisan. Lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya adalah : +. ,embrana limitans interna, merupakan membrana hialin antara retina dan badan kaca. 4. Lapisan serat sara*, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang ber(alan menu(u nervus optikus. 7i dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina. #. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua. &. Lapisan *leksi*orm dalam,yang mengandung sambungan-sambungan sel ganglion dengan sel amakrin dan sel bipolar. 2. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel hori0ontal. ?. Lapisan pleksi*orm luar, yang mengandung sambungan-sambungan sel bipolar dan sel horisontal dengan *otoreseptor. '. Lapisan inti luar sel *otoreseptor, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang. @etiga lapisan diba)ahnya avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid. 1. ,embrana limitans eksterna yang merupakan membrana ilusi. 3. Lapisan *otoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas selbatang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut. +". Epitelium pigmen retina

6ambar #. Lapisan retina

` 2.2 De(inisi Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensoris retina dengan sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini, sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran 9urch. !esungguhnya antara lapisan sensoris tidak terdapat suatu perlekatan struktural dengan khoroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis4. Ablasio retina termasuk kasus kedaruratan mata yang harus ditangani segera karena lepasnya lapisan sensoris retina dari koroid atau sel epitel pigmen mengakibatkan gangguan nutrisis retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan *ungsi yang menetap. ;aktor resiko tersering yang berhubungan dengan Ablasio Retina adalah myopia, a*akia, pseodo*akia dan trauma, kira-kira &"$ disamping adanya kelainan ba)aan penyakit degenerati* maupun penyakit metabolik lainnya (underlying diseases). 2.3 $lasi(ikasi Ablasio retina diklasi*ikasi menurut etiopatogenesis men(adi dua yaitu regmatogenosa dan non-regmatogenosa. Ablasio retina tipe regmatogenosa disebut (uga dengan ablasio retina primer. 8ipe non-regmatogenosa atau sekunder, terbagi men(adi dua yaitu ablasio retina eksudati* dan ablasio retina traksi. 2.4 E)i!e%i l gi ;aktor etiologi ablasio retina yang paling sering ditemukan adalah myopia, aphakia, pseudophakia, dan trauma. @ira-kira &"-2"$ pasien ablasio retina terdapat mani*estasi myopia, #"-&"$ pernah men(alani pembedahan katarak dan +"-4"$ mengalami trauma okular langsung.. 9elum ada studi mengenai insiden ablasio pada aktivitas tertentu, namun olahraga khusus seperti tin(u dan bungee jumping mempunyai risiko yang tinggi Pasien ablasio retina unilateral, +2$ turut mengalami ablasio retina pada sisi yang lain setelah beberapa )aktu. Resiko ablasio retina bilateral lebih tinggi pada pasien yang telah men(alani ekstraksi katarak bilateral. Predileksi (antina tidak ditemukan pada ablasio retina tetapi (umlah trauma okular pada lelaki lebih banyak terutama di ba)ah usia &2 tahun di mana ?"$ adalah lelaki dan &"$ perempuan. ?

` 9erdasarkan usia, semakin bertambah usia, semakin banyak kasus ablasio retina. Paling banyak pada usia antara &"-'" tahun. Ablasio traumatik lebih sering ditemukan pada pasien usia muda. Ablasio myopic lebih banyak pada usia 42-42 tahun. nsiden penyakit ini relati* tinggi pada etnik yahudi dan relati* rendah pada orang kulit hitam, akan tetapi penyebabnya belum diketahui. 2.* Eti l gi + &akt r 'esik !etiap tipe ablasio retina mempunyai *aktor resiko yang berbeda: Ablasio retina regmatogenosa a. Aphakia b. ,yopia c. 8rauma tumpul 4) Ablasio retina traksi a. 7iabetes melitus b. 9ayi prematur c. 8rauma tembus d. !ickel cell disease e. =klusi vena #) Ablasio retina eksudat a. /ipertensi maligna b. Eklampsia c. 6agal gin(al d. >eoplasia

'

` 2., Pat genesis 2.,.1 A-lasi 'etina 'eg%at genesa stilah regmatogen berasal dari bahasa yunani yaitu rhegma yang berarti robekan atau diskontinuitas. ,erupakan tipe yang paling sering ter(adi. Ablasio retina regmatogenesa ter(adi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan corpus vitreus masuk ke belakang di ruang subretina. 8er(adi pendorongan retina oleh badan kaca yang mencair yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. ;aktor yang menyebabkan ter(adinya ablasio retina diantaranya adalah adanya robekan retina, pengenceran vitreous, traksi atau tarikan pada retina (vitreoretinal traction), dan perpindahan cairan vitreus ke subretina. 7iantaranya adalah mata yang ter(adi pengenceran vitreus yang diikuti oleh pelepasan vitreus posterior, yang akan menyebabkan robekan retina ditempat dimana ter(adi adhesi vitreoretinal yang kuat. Aairan vitreus yang mengalami pengenceran akan memasuki robekan yang akan mengakibatkan ablasio retina. Robeknya retina atau retinal break adalah pemutusan total (*ull-thickness) di area retina sensorik. Robekan ini akan memberi ruang pada badan kaca yang mengalami pencairan untuk memasuki ruang subretina. 5enis-(enis robekan yang ter(adi pada retina adalah: *lap tear disebabkan oleh giant retinal tear sebagian dari retina tertarik ke arah anterior karena adanya traksi vitreoretina. !ering trauma. robekan besar yang membentuk sudut 3" dera(at atau lebih. operculated hole permukaannya. dialisis kaca. atro*ic hole robekan yang circum*erentialB dan linear yang ter(adi di basis anterior dan posterior badan !ering karena trauma tumpul. atro*i lapisan retina bagian dalam. 1 ter(adi bila ada traksi yang cukup kuat untuk memutuskan sebagian retina daro

` macular hole adanya de*ek lamellar di *ovea secara histologis.

9ila ablasio retina telah ter(adi, letak robekan primer dapat ditentukan dengan menggunakan Lincol** rules.

Ada lesi yang ter(adi di retina yang merupakan *aktor predisposisi untuk ter(adinya ablasio retina terutamanya adalah 7egenerasi Lattice. 7egenerasi Laticce adalah adanya kelaina di vitreoretinal. !ering ditemukan pada orang dengan myopia karena adanya predileksi *amilial. +"

` !ecara hisopatologi, ditemukan atro*i lapisan dalam retina yang dapat bervariasi dera(atnya, badan kaca di atasnya mengalami likue*aksi dan kondensasi dan adesi badan kaca di lokasi lesi. Calaupun hanya sebagian penderita dengan degenerasi Lattice akan berkembang men(adi ablasio retina, 4"-#"$ pasien dengan ablasio retina regmatogenesa ada lesi Lattice. ,ata yang yang mempunyai predisposisi untuk ter(adinya ablasio tipe ini adalah mata dengan myopia tinggi, aphakia, dan trauma tumpul mengenai mata. 6e(ala yang ditimbulkan adalah : +. ;otopsia : sensasi sub(ekti* yang dikeluhkan penderita sebagai kilatan cahaya atau pi(aran api pada lapangan pandang. ;otopsia ter(adi karena adanya stimulasi mekanis oleh traksi vitreoretinal pada retina. 4. ;loaters : Adanya bayangan hitam yang berbagai bentuk yang tampak pada lapang pandang pasien. 6erakan kekeruhan vitreous yang memberikan bayangan pada retina. 8er(adi karena adanya kekeruhan di badan kaca seperti sel eritrosit, sel-sel in*lamasi dan aggregasi serat kolagen. Ada tiga bentuk *loaters yang sering dikeluhkan oleh pasien : a. Lingkaran besar ( Ceiss Ring ) b. Cobwebs c. 9intik-bintik kecil (!aucer Like) #. 7e*ek Lapang Pandangan 8erdapat gangguan lapang pandang yang kadang D kadang terlihat sebagai tabir yang menutup akibat dari penyebaran dari ablasi ke bidang ekuator. &. /ilangnya penglihatan pusat apabila ablasi sudah meluas hingga *ovea.

Pada pemeriksaan *unduskopi akan terlihat retina yang terangkat ber)arna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina ber)arna merah. Pemeriksaan yang teliti biasanya memperlihatkan satu atau lebih pemutusan retina total ++

` misalnya robekan berbentuk tapak kuda, lubang atro*ik bundar, atau robekan sirkum*erensial anterior (dialisis retina). Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan (enis, robekan tapak kuda paling sering ter(adi di kuadran supratemporal, lubang atropik di kuadran temporal, dan dialisis retina di kuadran in*ratemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel, maka de*ek biasanya terletak dalam 3" " satu sama lain. 9ila bola mata yang diperiksa bergerak, akan terlihat retina yang lepas akan ikut bergoyang. Pada R7 yang baru, akan memperlihatkan tanda D tanda sebagai berikut : a. Adanya de*ek a**eren pupil . b. 8ekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah ter(adi neovaskular glaukoma pada ablasi yang telah lama. c. 9ila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas bergoyang. d. ,ild anterior uveitis. e. Eitreous menun(ukan gambaran Fasap tembakauF (8obacco 7ust) di anterior vitreous, dengan ablasi vitreous posterior. 8er(adi karena adanya gumpalan kecil sel pigmen yang lepas. Pada R7 yang telah lama (long standing) menun(ukan tanda D tanda sebagai berikut : a. Penipisan retina. b. @ista sekunder intra D retinal. c. 6aris D garis demarsirasi sub Dretina d. Apabila tidak diobati, sebagian besar ablasio retina men(adi total dan pada akhirnya memberi komplikasi katarak, uveitis kronik, hipotoni, dan akhirnya ptosis bulbi.

2.,.2 A-lasi 'etina Traksi nal Ablasio retina akibat traksi adalah (enis tersering kedua yang terutama disebabkan oleh beberapa kelainan seperti : +4

` Retinopati diabetik proli*erati* Retinopati prematurity 8rauma tembus segmen posterior

@elainan diatas menyebabkan adanya gaya-gaya traksi yang secara akti* menarik retina sensorik men(auhi epitel pigmen diba)ahnya disebabkan oleh adanya membran vitreosa, epiretina atau subretina yang terdiri dari *ibroblas sel glia atau sel epitel pigmen retina. 8raksi ini menyebabkan terlepasnya lapisan sensorik retina dengan RPE. Pada a)alnya pelepasan mungkin terbatas di sepan(ang arkade-arkade vaskular, tetapi dapat ter(adi perkembangan sehingga kelainan melibatkan retina mid peri*er dan macula. 9erbeda dengan penampakan konveks pada ablasio regmatogenosa, ablasio retina akibat traksi yang khas memiliki permukaan yang lebih konka* dan cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora serata. Pada retinopati diabetic proli*erative, iskemia retina yang progressi* akan merrangsang terbentuknya pembuluh darah yang baru (neovaskularisasi). Pembuluh darah tersebut akan proli*erasi ke bagian vitreus posterior. Pada tahap a)al, pembuluh darah baru yang terbentuk adalah kecil dan komponen serat *ibrosanya sedikit. Pembuluh darah ini akan bertambah besar dan komponen *ibrosanya (uga makin banyak. @ontraksi korpus vitreus menarik (aringan *ibrovaskuler yang terbentuk tadi dan retina diba)ahnya ke arah anterior menu(u dasar korpus vitreum. 8raksi local pada retina bisa menyebabkan robeknya retina, yang nanti akan mengakibatkan kombinasi ablasio regmatogenesa-traksi . 6e(ala dari ablasio tipe ini adalah: a. Penurunan lapang pandang yang ter(adi lambat dan bersi*at progresi*. 7apat berlangsung tanpa memburuk selama beberapa bulan sampai tahun b. 8idak menun(ukan ge(ala *loaters dan *otopsia karena traksi vitreo-retinal berkembang lamban. 8anda D tanda dari ablasi retina traksi adalah # : a. 9iasanya tidak memperlihatkan tanda D tanda perobekan retina. b. @on*igurasi dari ablasi retina berbentuk konka*. Elevasi yang tertinggi dari retina ter(adi pada tempat D tempat traksi vitreo-retinal. c. 6aris D garis desermasi sub D retinal tidak ada

+#

2.,.3 A-lasi 'etina Eksu!ati( Ablasio retina pada tipe ini ter(adi karena akumulasi cairan diba)ah retina sensorik. 8er(adi apabila pembuluh darah di retina atau khoroid mengalami de*ek, sehingga membenarkan cairan keluar ke runag subretina. Penyebab yang paling sering adalah neoplasia dan gangguan in*lamasi. Aairan di subretina mengikuti daya gravitasi, oleh itu ia melepaskan area retina yang ia akumulasi. Aontohnya, (ika pasien sedang duduk, bagian retina yang lepas adalah in*erior. ,anakala (ika pasien dalam posisi supinasi, area macula akan mengalami ablasio. 9eberapa kondisi yang dapat mengakibatkan ablasio tipe ini adalah uveitis, tumor metastasis, melanoma, Aoats disease, retinoblastoma, choroidal hemangioma, dan lain-lain 6e(ala yang ditun(ukkan adalah sebagai berikut : a. 8erkadang terdapat *loaters. b. 8idak ada *otopsia. c. Penurunan lapang pandang . d. ,ata merah (pada penyakit uveal) e. >yeri (skleritis) *. Pupil yang putih (leucokoria)

8anda-tanda dari ablasio retina eksudati* adalah : a. 8idak ada robekan retina. b. @on*igurasi dari ablasi retina konvek. Permukaan retina yang lepas licin, non corrugated dan bullos dan dapat melekat pada belakang lensa. +&

` c. Shifting of fluid merupakan tanda khas dari ablasio retina eksudati*. 2.. Diagn sis 7iagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan o*talmologi dan pemeriksaan penun(ang. i. Anamnesis 7alam anamnesis perlu ditanyakan adanya ri)ayat trauma, ri)ayat pembedahan sebelumnya (seperti ekstraksi katarak, pengangkatan benda asing intraokular, dsb), ri)ayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, ambliopia, glaukoma dan retinopati diabetik), ri)ayat keluarga dengan penyakit mata, serta penyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes, tumor, sickle cell disease, leukimia, eklamsia dan prematuritas). 6e(ala yang sering dikeluhkan penderita : ;loater : terlihat adanya benda melayang-layang pada lapang pandang pasien ;otopsia : pi(aran api atau kilatan cahaya Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Penglihatan kabur atau visus menurun ii) Pemeriksaan o*talmologik Pemeriksaan visus 7apat ter(adi penurunan ta(am penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun ter(adi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. 8a(am penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat. Pemeriksaan lapangan pandang +2

` Akan ter(adi de*ek lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relati* sesuai dengan kedudukan ablasio retina. Pemeriksaan *unduskopi ,erupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek o*talmoskopi. Pada pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio retina tampak sebagai membran abuabu merah muda. 5ika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya ber)arna gelap, berkelok-kelok, dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang mengalami ablasio terlihat lipatan-lipatan halus. !uatu robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid diba)ahnya. ,ungkin didapatkan debris terkait pada vitreus. iii) Pemeriksaan penun(ang Antara pemriksaan penun(ang yang dapat dilakukan adalah ultrasonogra*i mata. !ekiranya retina tidak dapat dilihat melalui *unduskopi karena *aktor seperti kelainan kornea, katarak atau perdarahan, ultrasonogra*i sangat diperlukan untuk diagnosis. @edua A !can ultrasound dan 9 !can %ltrasound dapat membantu dalam diagnosis ablasio retina dan membedakannya dari ablasio vitreal posterior. %ltrasonogra*i (uga dapat membedakan antara ablasio retina regmatogenosa dan non regmatogenosa. Pada ablasio eksudati*, ultrasonogra*i dapat digunakan untuk mendeteksi adanya tumor subretinal, perdarahan koroid atau pelepasan retina itu sendiri. Pemeriksaan lain seperti A8 !can dan ,R tidak dian(urkan maupun diindikasikan untuk mendiagnosis ablasio retina. >amun pemeriksaan tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi tumor atau benda asing intraorbital. 2./ Diagn sis Ban!ing +. Retinoskisis Retinoskisis dapat dibedakan dari ablasio retina dengan membandingkan permukaannya yang rata, biasanya tidak ditemukan perdarahan atau pigmen di dalam vitreus, selalu

+?

` muncul dengan skotoma, 9iasanya mengalami perbaikan dengan *otokoagulasi, tidak ada pergerakan cairan seperti pada ablasio retina 4. =klusi arteri retina !trok okuli yang disebabkan oklusi arteri paling sering oleh emboli. ,ani*estasi berupa kehilangan penglihatan yang sekiranya tidak ditatalaksana segera dapat menimbulkan kebutaan permanen. 2.0 Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan : a. !kleral buckle ,etode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisi robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe, dan selan(utnya dengan skleral buckle (sabuk). !abuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat. %kuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan (umlah robekan retina. Pertama-tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina.!abuk di(ahit mengelilingi sklera sehingga ter(adi tekanan pada robekan retina sehingga ter(adi penutupan pada robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara spontan dalam )aktu +-4 hari.

6ambar . !kleral buckle

+'

` b. Retinopeksi pneumatik ,erupakan metode yang (uga sering digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama (ika terdapat robekan tunggal pada bagian superior retina. 8ekhnik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas kedalam rongga vitreus. 6elembung gas ini akan menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lan(ut melalui robekan. 5ika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam +4 hari. Robekan retina dapat (uga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina

6ambar . Retinopeksi pneumatic c. Eitrektomi ,erupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes dan (uga digunakan pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau perdarahan vitreus. Aara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum vitreus melalui pars plana. !etelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutter untuk menghilangkan berkas badan kaca (vitreus strand), membran, dan perlekatan-perlekatan. 8eknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio.

+1

6ambar . Eitrektomi 2.11 Pr gn sis 9ila retina berhasil direkatkan kembali, mata akan mendapatkan kembali sebagian *ungsi penglihatan dan kebutaan total dapat dicegah. 8etapi seberapa (auh penglihatan dapat dipulihkan dalam (angka enam bulan sesudah tindakan operasi tergantung pada se(umlah *aktor. Pada umumnya *ungsi penglihatan akan lebih sedikit pulih bila ablasio retina telah ter(adi cukup lama atau mungkin muncul pertumbuhan (aringan di permukaan retina. @orpus vitreus yang terus menyusut dan munculnya pertumbuhan (aringan di permukaan retina menyebabkan tidak semua retina yang terlepas dapat direkatkan kembali. 9ila retina tidak dapat direkatkan kembali, maka penglihatan akan terus menurun dan akhirnya men(adi buta. 2.11 $ %)likasi Penurunan keta(aman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling umum ter(adi pada ablasio retina. Penurunan penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina yang melibatkan makula.

BAB III $E#IMPULAN


Retina adalah selembar tipis (aringan sara* yang semi transparan dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama (auhnya dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serrata

+3

` Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang dengan sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini, sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran 9ruch. 7ikenal # bentuk ablasi retina: Ablasi retina regmatogenosa, Ablasi retina eksudati*, Ablasi retina traksi. 8erapi yang dilakukan pada Ablasi retina regmatogenosa dan Ablasi retina eksudati* adalah dengan operati*, sedangkan pada Ablasi retina traksi berdasar etiologinya. 7iagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan o*talmologi dan pemeriksaan penun(ang. Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan seperti scleral buckle, retinopeksi pneumatic dan vitrektomi. 9ila retina berhasil direkatkan kembali, mata akan mendapatkan kembali sebagian *ungsi penglihatan dan kebutaan total dapat dicegah. Penurunan keta(aman penglihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang paling umum ter(adi pada ablasio retina.

DA&TA' PU#TA$A

+. American Academy =phthalmology. Retinal 7etachment. Retina and Eitreous. 9A!A !ection +4. P. 4''-433. 4. Larkin. 6. 7. Retinal 7etachment. ,edscape Re*erence. 4"+4 http:<<emedicine.medscape.com<article<'312"+-overvie) #. Riordan-Eva P. Anatomi dan embriologi mata. 7alam: Chitcher 5P, Riordan-Eva P, editors. Eaughan G Asbury =*talmologi %mum Edisi +'. 5akarta: E6AH 4""'. h +-4'. 4"

` &. ;letcher E.A. Retina. 7alam: Chitcher 5P, Riordan-Eva P, editors. Eaughan G AsburyIs 6eneral =phtalmology +'th edition. 9oston. ,c6ra) /ill. 4""'.

4+

Anda mungkin juga menyukai