Anda di halaman 1dari 17

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Terminologi hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dianggap sinonim,
padahal kedua istilah tersebut agak berbeda dalam kondisi tertentu.
Hipertiroidisme menunjukkan aktifitas kelenjar tiroid yang berlebihan dalam
mensintesis hormon tiroid, sehingga meningkatkan metabolisme di jaringan
perifer. Sedangkan istilah Tirotoksikosis itu sendiri adalah manifestasi klinis
kelebihan hormone tiroid yang beredar dalam sirkulasi.1,2
1.2 Epidemiologi
Dua tipe hipertiroid yang sering di temui yaitu penyakit graves dan goiter
nodular toksik. Penyakit Graves merupakan gangguan auto imun yang biasanya
ditandai dengan produksi autoantibodi yang mirip kerja TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) pada kelenjar tiroid. Autoantibodi IgG (Imuno Globullin G) ini, yang
disebut tyroid stimulating immunoglobulin, menstimulasi produksi TH (Thyroid
Hormone), namun tidak dihambat oleh kadar TH yang meningkat. Kadar TSH dan
TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone) rendah karena keduanya dihambat oleh
kadar TH yang tinggi. Penyebab penyakit Graves tidak diketahui akan tetapi,
terdapat predisposisi genetik pada penyakit autoimun.3,4
Hipertiroidisme relatif jarang terjadi pada anak - anak. Perempuan lebih
sering menderita Graves di banding laki-laki, dengan perbandingan 3-6:1. Di
Amerika serikat penyakit Graves menyebabkan sekitar 60-80% kasus
tirotoksikosis. Setiap tahun penyakit Graves ditemukan 0,5 kasus per 1000
penduduk, dengan kejadian puncak pada usia 20-40 tahun. prevalensi penyakit
Graves pada orang dewasa diperkirakan 0,02%, dan 95% diantaranya sebagai
penyebab terjadinya hipertiroidisme .5
Goiter nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon
tiroid biasanya terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik
yang tinggi misalnya pubertas atau kehamilan. Dalam kasus ini, peningkatan TH

1
disebabkan oleh aktifitas hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme
sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan
hormon tiroid berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali keukuran
sebelumnya, namun Kadang-kadang terjadi perubahan yang ireversibel dan
kelenjar tidak mengalami regresi. Tiroid yang membesar dapat terus memproduksi
TH dalam jumlah yang berlebihan. Apabila individu tetap mengalami hipertiroid,
keadaan ini disebut goiter nodular tosik.4
Goiter nodular toksik (15-20% dari tirotoksikosis) lebih sering terjadi di
daerah kekurangan yodium. Kebanyakan orang di AS (Amerika Serikat)
menerima cukup yodium, dan kejadian goiter nodular toksik di penduduk AS
lebih rendah dibandingkan di daerah-daerah dunia yang kekurangan yodium.
Sama seperti penyakit graves, goiter nodular juga lebih sering terjadi pada
perempuan dari pada laki- laki dengan rasio laki-perempuan adalah 1:2-4.5
Di kawasan Asia dikatakan prevalensi lebih tinggi di banding yang non
Asia (12% : 2,5%). Prevalensi hipertiroid di Indonesia belum diketahui, tetapi
kasusnya semakin meningkat. Data dari Whickham survey pada pemeriksaan
penyaring kesehatan dengan Free Thyroxine Index (FT4) menunjukkan prevalensi
hipertiroid pada masyarakat sebanyak 2%.6
3

BAB 2
DIAGNOSIS HIPERTIROID

Diagnosis suatu penyakit hampir pasti di awali oleh kecurigaan klinis.


Untuk itu anamnesis yang teliti pemeriksaan fisik dan kemudian di teruskan
dengan pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi diagnosis.2
2.1 Patofisiologi Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi
berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil
meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer. Dalam keadaan normal
hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme jaringan, proses oksidasi
jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein. Hormon-hormon tiroid ini
berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui mekanisme transport
asam amino dan elektrolit dari cairan ekstraseluler kedalam sel, aktivasi / sintesa
protein enzim dalam sel dan peningkatan proses-proses intraseluler.7
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih
meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15
kali lebih besar dari pada normal. Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma
menurun, karena ada sesuatu yang menyerupai TSH, biasanya bahan bahan ini
adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating
Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan
reseptor yang mengikat TSH. Bahan bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga
menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. 8

3
Pada goiter nodular toksik peningkatan kadar hormon tiroid disebabkan
oleh autonomisasi dari nodul yang bersangkutan dengan fungsi berlebihan
sedangkan bagian kelenjar selebihnya fungsinya normal atau menurun. 7
2.2 Anamnesis
Pada anamnesis penderita hipertiroid biasanya mengeluhkan beberapa
gejala klinis dari hipertiroid mereka umumnya mengeluhkan palpitasi,
kegelisahan, mudah lelah dan diare, banyak keringat, tidak tahan panas, dan
senang dingin. Sering terjadi penurunan berat badan, tanpa penurunan
nafsu makan. Pada anak-anak terdapat pertumbuhan cepat dengan pematangan
tulang yang lebih cepat.9
Gejala dan tanda yang timbul merupakan manifestasi dari peningkatan
metabolisme di semua system tubuh dan organ yang mungkin secara klinis terlihat
jelas seperti hipermetabolisme susunan system saraf biasanya menyebabkan
penderita mengeluhkan tremor, sering sulit tidur, sering terbangun di waktu
malam, mengalami ketidak stabilan emosi, kegelisahan dan kekacauan pikiran.
Penurunan berat badan terjadi pada penderita hipertiroid karena peningkatan
metabolisme yang menyebabkan peningkatan kebutuhan kalori dan seringkali
asupan kalori tidak mencukupi kebutuhan. Dalam system kardiovaskular
peningkatan metabolism terlihat dari bentuk peningkatan sirkulasi darah, antara
lain dengan peningkatan curah jantung sampai dua - tiga kali dari normal, irama
nadi naik dan tekanan denyut bertambah sehingga penderita akan menagalami
takikardi dan palpitasi, sedangkan diare sendiri terjadi karena pada saluran cerna
baik sekresi maupun peristaltik meningkat. 10
2. 3 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik penderita hipertiroid sering di temukan :
a. Peningkatan Tekanan darah
b. Takikardi
c. Pembesaran kelenjar tiroid, adanya vaskular bruit
d. Keringat berlebihan, telapak tangan terasa lembab, tidak tahan hawa panas
e. Mata eksoftalmus, Retraksi palpebra
f. Tremor
g. Refleks Tendon yang berlebihan11
Hipersekresi T3 oleh sel folikel tiroid pada pasien hipertiroid juga
5

mengakibatkan peningkatan jumlah reseptor adrenergik, oleh karena itu terjadi


respon terhadap reseptor adrenergik berlebihan saat hormone T3 di lepaskan ke
jaringan, dan saat terjadi stimulasi terhadap medulla adrenal untuk biosintesis
katekolamin oleh hormon T3 dan saat hormon katekolamin itu dilepaskan, maka
berikut adalah efeknya:
1) Saat hormone epinefrin dan norepinefrin di lepaskan kejaringan dan
berikatandengan reseptor 1, mengakibatkan :
a) Pada jantung akan mengakibatkan peningkatan kerja otot
jantung, sehingga denyut jantung meningkat bersamaan
dengan meningkatnya cardiak output. Oleh karena itu, terjadi
takikardi yang menyebabkan metabolism basal semakin
meningkat. Karena metabolism basal naik dan tertimbunya
panas tubuh yang semakin lama semakin berlebih, maka
terjadi intoleransi terhadap panas dari lingkungan, oleh karena
itu pada pasien yang hipertiroid umumnya cenderung memilih
kondisi yang dingin. Selain itu takikardi tadi juga akan
berbanding lurus dengan peningkatan tekanan darah serta
palpitasi pada pasien hipertiroid umumnya.
b) Pada system saraf akan terjadi aksi system saraf perifer
yang lebih cepat. Mekanisme kontraksi otot perifer umumnya
di kontrrol lewat sereblum dan ganglion basalis. Namun pada
pasien hipertiroid, terjadi rangsangan berlebihan terhadap
ganglion basalis, oleh karena itu pada otot yang ada di
ekstremitas terjadi kontraksi berlebihan saat ada kegiatan yang
akan mengakibatkan tremor. Tremor ini bebeda dengan tremor
pada pasien Parkinson, oleh karena, pada pasien Parkinson
tremor akan meningkat pada keadaan istirahat.
2) Saat hormon Epinefrin dan Norepinefrin dilepaskan ke jaringan dan
berikatan dengan reseptor 1 dan 2 mengakibatkan peningkaatan
glukoneogenesis, lipolisis dan glikogenesis. Oleh karena itu pada
pasien hipertiroid umumnya berat badan mereka akan mengalami

5
penurunan. selain itu vasodilatasi perifer pun terjadi di extremitas
yang mengakibatkan tangan sering berkeringat.12
Pembesaran Kelenjar tiroid secara difus meliputi bagian isthmus dan lobus
lateralisnya, tetapi pada palpasi tidak teraba nodulus yang terpisah. Penyebab
pembesaran difus diantara nya adalah penyakit Grave. Nodulus yang multiple
yaitu terdapat dua atau lebih nodulus yang dapat di kenali, yang dapat
menunjukan kelainan metabolic di banding proses neoplastik. 13
Kendati ciri-ciri fisik kelenjar tiroid, Seperti ukuran, bentuk, dan
konsistensi merupakan hal yang penting dalam diagnostic, namun biasanya cirri-
ciri fisik kurang menggambarkan fungsi tiroid. Penilaian fungsi tiroid bergantung
pada gejala, tanda pada bagian tubuh lain dan pemeriksaan laboratorium. 13
Terjadinya hyperplasia atau pembesaran kelenjar juga di ikuti oleh
pembengkakan pembuluh darah sekitar bagian tiroid yang mengalami hyperplasia
yaitu di arteri carotis externa dan juga terjadi hipervaskularisasi. Oleh karena itu
saat di auskultasi di daerah leher terdengar vascular bruit. 12
Mata penderita hipertiroid biasanya terlihat menonjol atau sering di sebut
dengan eksoftalmus. Hal ini terjadi karena reaksi autoimun berupa ikatan antibody
terhadap reseptor pada jaringan ikat dan otot ekstrabulbi di dalam rongga mata.
Jaringan ikat dan jaringan lemaknya menjadi hiperplastik sehingga bola mata
terdorong keluar dan otot mata terjepit.10
2.4 Indeks Wayne
Index wayne dapat digunakan untuk melakukan diagnosa penyakit
hipertiroid. Indeks Wayne sendiri merupakan suatu checklist yang berisi ada atau
tidaknya gejala-gejala. Pada indeks tersebut terlihat bahwa penderita merasa lebih
suka terhadap udara panas atau udara dingin, berat badan menurun atau naik,
nafsu makan bertambah atau berkurang, keringat berlebihan, berdebar-debar atau
palpitasi, serta gejala dan tanda-tanda lainnya. 14
Untuk meningkatkan akurasi diagnosa telah dirancang penilaian indeks
Wayne, di mana skor diberikan untuk kehadiran atau ketidakhadiran berbagai
gejala dan tanda-tanda penyakit tiroid (seperti terlihat pada Tabel 2.1). Pada
7

indeks Wayne, skor lebih dari 19 berarti hipertiroid, skor antara 11 19 berarti
ragu-ragu dan skor kurang dari 11 berarti tiroid normal (euthyroid).
Tingkat keberhasilan dalam diagnosa menggunakan indeks Wayne tidak
berbeda dari yang diperoleh dengan pemeriksaan laboratorium, sehingga indeks
Wayne adalah alat diagnostik yang berguna dan berharga dalam melakukan
diagnosa penyakit hipertiroid. 14

Gejala Skor Tanda Tanda Skor


Ada Tidak

Sesak nafas 1 Pembesaran tiroid 3 -3


Palpitasi 2 Bruit pada tiroid 2 -2
Mudah Lelah 2 Eksoftalmus 2 0
Senang hawa panas -5 Retraksi Palpebra 2 0
Senang hawa dingin 5 Palpebra terlambat 1 0
Keringat berlebihan 3 Gerak Hiperkinetik 4 -2
Gugup 2 Telapa tangan kering 2 -2
Nafsu makan bertambah 1 Telapak tangan 1 -1
basah
Nafsu makan berkurang -3 Nadi <80 / menit -3 0
Berat badan naik -3 Nadi >90 / menit 3 0
Berat badan turun 3 Fibrilas Atrial 4 0
Tabel 2.1 Index Wayne.14

2.5 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan kelenjar tiroid biasanya dilakukan secara berkala untuk
memantau hasil pengobatan dan untuk mengetahui kadar hormon tiroid, naik atau
turun. Pemeriksaan yang banyak dilakukan adalah tes darah.
a. Pemeriksaan Kadar Hormon T3 dan T4
Pemeriksaan kadar hormon T3 (thyronine) dan T4 (thyroxine)
merupakan pemeriksaan kadar hormon T3 dan T4 total dalam darah. T4
sebenarnya adalah prohormon yang berarti hormon tiroid yang paling
lemah, yang harus diubah menjadi hormon T3 yang kuat, yang aktif

7
bekerja untuk mengatur metabolisme tubuh. Namun hormon yang paling
banyak dikeluarkan kelenjar tiroid adalah T4.
` Homon T3 dan T4 berikatan dengan protein. Proten harus
dilepaskan terlebih dahulu supaya hormon bisa bekerja dengan efektif. T3
dan T4 yang sudah melepaskan ikatan protein akan berubah menjadi Free
T3 (FT3) dan Free T4 (FT4). Hormon yang paling banyak dikeluarkan
kelenjar tiroid adalah T4, sedangkan T4 yang melepaskan ikatan protein
akan berubah menjadi Free T4, sehingga untuk mengetahui berapa banyak
hormon yang bekerja dalam sel tubuh diperlukan pemeriksaan FT4. 14
b. Pemeriksaan Resin Uptake
Pemeriksaan Resin T3 Uptake dan Resin T4 Uptake adalah
mengukur berapa banyak protein yang masih bisa berikatan dengan
hormon T3 dan T4. Jika protein banyak, hormon yang diikat oleh protein
tadi pun menjadi banyak. Akibatnya, kelejar tiroid akan mengeluarkan
banyak hormon untuk mengimbanginya. Jika protein berkurang, hanya
sedikit hormon yang bisa diikat, maka kelenjar tiroid akan menurunkan
produksi hormonnya. Kadar normal resin T3 uptake adalah 25%-35%,
Prosentase kadar resin T3 uptake yang rendah menunjukkan hipertiroid,
sedangkan prosentase kadar resin T3 uptake yang tinggi menunjukkan
hipotiroid.14

c. Pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon


Thyroid-Stimulating Hormon (TSH) adalah hormon yang
diproduksi oleh kelenjar hipofisis atau pituari. Ketika hormon tiroid yang
beredar didalam darah menurun, TSH akan banyak dikeluarkan.
Sebaliknya, jika kebanyakan hormon tiroid, pembentukan TSH akan
dikurangi. Pemeriksaan Thyroid-Stimulating Hormon (TSH) adalah tes
fungsi tiroid yang akurat untuk mengukur fungsi kelenjar tiroid. Selain itu,
pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon sensitive (TSHs) memiliki
akurasi lebih tinggi atau lebih sensitif jika dibandingkan dengan TSH,
yaitu sampai 1/1000 sedangkan TSH hanya sampai 1/100. Kadar normal
9

TSHs adalah 0,25 - 5 lU/mL (mikroliter unit per mililiter. Kadar TSHs
yang rendah menunjukkan hipertiroid, kadar TSHs yang tinggi
menunjukkan hipotiroid.14

Dibawah ini merupakan Algoritma dalam pemeriksaan Hipertiroid.

Suspect Hipertiroid

Periksa TSH dan FT- 4

TSH : N TSH: TSH : TSH: N /


FT- 4: N FT- 4: N FT4: FT- 4:

Non Toxic Periksa HIPERTIRODISM SEKRESI


FT- 3 TYROTROPIN
TUMOR
PTUITARI-
RESISTEN
HORMON TIROID

FT- 3: N
FT- 3:

Non- FT- 3 HIPERTIRODISM


subklinik TOXICOSIS

9
GRAVE DISEASE

Gambar 2.1 Algoritma diagnosis Hipertiroidism.15

BAB 3
PENATALAKSANAAN HIPERTIROID

3.1 Non Medikamentosa


1. Istirahat.
Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin
meningkat. Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan /
mengganggu pikiran baik di rumah atau di tempat bekerja. Dalam keadaan berat
dianjurkan bed rest total di Rumah Sakit. 7
2. Diet.
Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini antara lain
karena terjadinya peningkatan metabolisme. 7
3. Pembedahan/Tiroidektomi
Operasi baru di laksanakan jika keadaan pasien eutiroid, klinis maupun
biokimiawi. Operasi di lakukan dengan tiroidektomi subtotal dupleks menyisakan
jaringan seujung ibu jari, atau lubektomi total termasuk ismus dan tiroidektomi
subtotal lobus lain. 3
3.2 Penatalaksanaan Medikamentosa
Tujuan pengobatan hipertiroid pada penyakit Grave adalah untuk
mengurangi sintesis hormone tiroid dengan menggunakan obat antitiroid, atau
mengurangi jumlah jaringan tiroid dengan radioiodine (131I ) dan dapat juga
dengan tiroidektomi. Obat antitiroid adalah terapi yang dominan yang banyak di
lakukan di pusat eropa dan jepang termasuk Indonesia, sedangkan radioiodine
lebih sering di gunakan sebagai terapi utama di Amerika Utara. Perbedaan ini
11

mencerminkan fakta bahwa dalam terapi hipertiroid untuk mencapai hasil


maksimal di perlukan terapi yang menggabungkan kedua prinsip pengobatan
diatas. 16
Obat- obatan dalam hipertiroid utama dalah golongan thionamide, seperti
propylthiourasil (PTU), dan methimazole.
a. Profil Tiourasil (PTU)
1. Mekanisme Kerja
Profil Tiourasil menghambat proses inkorporasi yodium pada residu
tirosil dari tiroglobulin, dan juga menghambat penggabungan residu yodotirosil
ini untuk membentuk yodotironin. Kerjanya dengan menghambat enzim
peroksidasi sehingga oksidasi ion iodide dan gugus yodotirosil terganggu. PTU
juga menghambat deyodinasi tiroksin menjadi triyodotironin di jaringan perifer,
sedangkan metimazole tidak memiliki efek ini.
2. Farmakokinetik
Tiourasil di distribusi ke seluruh jaringan tubuh dan di ekskresi
melalui urin dan air susu. PTU pada dosis 100mg mempunyai masa kerja 6-8 jam,
sedangkan metimazole pada dosis 30-40 mg bekerja selama kira-kira 24 jam.
Dengan dosis di atas , keadaan eutiroid biasanya tercapai dalam waktu 12 minggu.
Setelah ini tercapai dosis perlu di kurangi.
3. Efek Samping
PTU dan metimazole jarang sekali menimbulkan efek samping dan
bila timbul biasanya mempunyai gambaran yang sama, dengan frekuensi 3:7
antaralain berupa agranulositosis, dengan reaksi yang paling sering timbul adalah
purpura dan popular rash.
4. Indikasi
Antitiroid digunakan untuk hipertiroidisme dengan kombinasi
yodium radioaktif untuk mempercepat perbaikan klinis sementara menunggu efek
terapi yodium radioaktif, selain itu anti tiroid dapat di gunakan untuk
hipertiroidisme dengan pembesaran kelenjar tiroid bentuk difus maupun noduler.
Keuntungan penggunaan anti tiroid ini adalah dapat mengurangi tindakan
operatif dan segala komplikasi yang mungkiin timbul dan juga mengurangi
miksedema yang menetap karena penggunaan yodium radioaktif. Pada ibu hamil
yang hipertiroidisme anti tiroid merupakan obat terpilih (PTU) karena

11
tiroidektomi sering menimbulakan abortus sedangkan yodium radioaktif dapat
merusak kelenjat tiroid fetus. 17

5. Sediaan
PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 mg, biasanya di berikan
dengan dosis 100 mg setiap 8 jam. Metimazole tersedia dalam bentuk tablet
5mg dan 10 mg, dosis yang di anjurkan 30mg 1 kali sehari. 17
Tes fungsi tiroid dan manifestasi klinis ditinjau 3-4 minggu setelah
memulai pengobatan, dan dosis dititrasi berdasarkan tingkat T4 terikat.
Kebanyakan pasien tidak mencapai euthyroidism sampai 6-8 minggu setelah
pengobatan dimulai. Tingkat TSH sering tetap ditekan selama beberapa bulan dan
karena itu tidak memberikan indeks sensitif respon pengobatan. Dosis
pemeliharaan harian obat antitiroid dalam rejimen titrasi adalah 2,5-10 mg
methimazole dan 50-100 mg propylthiouracil. 16
b. Yodium Radioaktif
Pada proses radiasi oleh suatu unsure radioaktif di pancarkan sinar
sinar (inti helium), sinar (elektron) dan sinar (gelombang elektro magnetic
yang sejenis dengan sinar x). Umumnya sinar-sinar tersebut dapat menimbulkan
kerusakan sel-sel tubuh karena terjadinya perubahan molekul di dalam sel oleh
sinar yang berenergi tinggi.
1. Efek terhadap Tiroid
Pada dosis yang rendah sekali radioisotop 131I tidak menimbulkan
gangguan fungsi tiroid yang nyata, tetapi pada dosis yang cukup besar efek
sitotosik sinar tersebut nyata sekali. Pada gambaran histology tampak piknosis
dan nekrosis sel folikel, di ikuti oleh hilangnya koloid dan terjadinya fibrosis
kelenjar. Dosis rendah umumnya hanya merusak bagian sentral saja, sedangkan
bagian perifer tetap befungsi.
2. Indikasi
a) Hipertiroidsme usia lanjut atau dengan penyakit jantung
b) Penyakit Grave yang menetap atau kambuh setelah tiroidektomi
subtotal atau setelah memakai obaat anti tiroid dalam jangka waktu
lama
13

c) Goiter nodular toksik


d) Goiter multinodular non toksik yang disertai gejala kompresi
e) Karsinoma tiroid
3. Kontra Indikasi
Bahan radioaktif tidak boleh di berikan selama kehamilan dan pada
anak-nak. Yodium radioaktif sebaiknya di berikan untuk pasien yang berusia lebih
dari 25 atau 30 tahun.
4. Sediaan
Larutan Natrium Yodida 131 I dapat di berikan oral (tersedia dalam
17
bentuk kapsul) dan IV.
Pada pasien dengan goiter nodular toksik dapat juga di gunakan obat- obat
antitiroid atau terapi abilatif dengan yodium radioaktif, tetapi jika goiternya
sangat besar dan tidak ada kontra indikasi pembedahan maka harus di
pertimbangkan untuk di lakukan reseksi pembedahan.3
c. Yodida
Pemberian yodida pada pasien hipertiroid menghasilkan efek terapi
yang nyata, dalam hal ini yodida menekan fungsi tiroid.
Pemberian yodida dalam dosis tinggi dapat meringankan hipertiroidism,
karena yodida dalam konsentrasi tinggi menghambat proses transport aktifnya
sendiri ke dalam tiroid, dan jika yodium dalam tiroid terdapat dalam jumlah yang
cukup banyak maka terjadi hambatan sintesis iodotironin dan iyodotirosin.

13
BAB 4
KESIMPULAN

Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dianggap sinonim, padahal kedua


istilah tersebut agak berbeda dalam kondisi tertentu. Hipertiroidisme
menunjukkan aktifitas kelenjar tiroid yang berlebihan dalam mensintesis hormon
tiroid, sehingga meningkatkan metabolisme di jaringan perifer. Sedangkan istilah
Tirotoksikosis itu sendiri adalah manifestasi klinis kelebihan hormone tiroid yang
beredar dalam sirkulasi.1,2
Dua tipe hipertiroid yang sering di temui yaitu penyakit graves dan goiter
nodular toksik. Penyakit Graves merupakan gangguan auto imun yang biasanya
ditandai dengan produksi autoantibodi yang mirip kerja TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) pada kelenjar tiroid.
Goiter nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Apabila kebutuhan akan hormon
tiroid berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali keukuran sebelumnya,
namun Kadang-kadang terjadi perubahan yang ireversibel dan kelenjar tidak
mengalami regresi. Tiroid yang membesar dapat terus memproduksi TH dalam
jumlah yang berlebihan. Apabila individu tetap mengalami hipertiroid, keadaan
ini disebut goiter nodular tosik.4
pasien hipertiroid biasanya mengeluhkan beberapa gejala klinis dari
hipertiroid mereka umumnya mengeluhkan palpitasi, kegelisahan, mudah lelah
dan diare, banyak keringat, tidak tahan panas, dan senang dingin. Sering terjadi
penurunan berat badan jelas, tanpa penurunan nafsu makan. Pada anak-
anak terdapat pertumbuhan cepat dengan pematangan tulang yang lebih cepat.9
Penatalaksanaan pada penderita hipertiroid meliputi: Istrahat, diet,
pembedahan, Yodium radioaktif serta beberapa obat seperti PTU, dan Metimazol.

BAB 5
15

PENUTUP

Dua tipe hipertiroid yang sering di temui yaitu penyakit graves dan goiter
nodular toksik.
Penyakit Graves merupakan gangguan auto imun yang biasanya ditandai
dengan produksi autoantibodi yang mirip kerja TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) pada kelenjar tiroid.
Goiter nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Tiroid yang membesar dapat
terus memproduksi TH dalam jumlah yang berlebihan. Apabila individu
tetap mengalami hipertiroid, keadaan ini disebut goiter nodular tosik.4

Beberapa gejala klinis dari hipertiroid palpitasi, kegelisahan, mudah lelah


dan diare, banyak keringat, tidak tahan panas, dan senang dingin.
penurunan berat badan jelas, tanpa penurunan nafsu makan. Pada
anak-anak terdapat pertumbuhan cepat dengan pematangan tulang yang
lebih cepat.9
Penatalaksanaan pada penderita hipertiroid meliputi: Istrahat, diet,
pembedahan, Yodium Radioaktif, serta beberapa obat seperti PTU, dan
Metimazol.
Dalam terapi hipertiroid untuk mencapai hasil maksimal di perlukan
terapi yang menggabungkan kedua prinsip pengobatan yaitu yodium
radioaktif dan obat antitiroid.

DAFTAR PUSTAKA

15
1. Firdaus Isman . 2007. Fibrilasi Atrium Pada Penyakit Hipertiroidisme
Patogenesis dan Tatalaksana. Jurnal kardiologi Indonesia. Vol. 28, No. 5 .
Jakarta FKUI.
2. Djokomoeljanto R. 2009. Kelenjar tiroid, hipotiroidisme dan
Hipertiroidisme, dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi v jilid III.
Jakarta: Interna Publishing.
3. Price Sylvia A, Willson Lorraine M. 2006. Patofisiologi. Edisi 6 Vol 2.
Jakarta: EGC
4. American Thyroid Asociation. 2012. Graves disease. Di unduh dari
http://thyroid.org/wp-
content/uploads/patients/brochures/Graves_brochure.pdf oktober, 2013
5. Lee Stephanie L. 2013. Hyperthyroidism. Di unduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/121865-overview#a0156.Oktober
2013.
6. Kusrini I dan Kurnorowulan S. 2010. Nilai diagnostic indeks wayne dan
indeks newcastle untuk penaapisan kasus hipertiroid. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI . Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI.
7. Hermawan G, pengelolaan dan pengobatan hipertiroidi dalam cermin
dunia kedokteran No. 63, 1990 di unduh dari
http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Jurnal/ag_04.pdf).November
2013
8. Rini I, dan Sari M.2013. Patofisiologi Hipertiroid.di unduh dari
http://www.scribd.com/doc/44391976/patifisiologi-hipertiroid. November
2013
9. Shahab A. 2002. Penyakit graves (struma diffusa toksik) diagnosis dan
penatalaksanaanya. Jakarta: Bulletin PIKI4
10. Shamsuhidajat R dan Jong de Wim. 2004. Sistem endokrin, dalam buku
ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
11. Cooper DS. 2003 .Hyperthyroidism. Lancet.
12. Setio permadi. 2013. Patofisiologi hipertiroid di unduh dari
http://www.scribd.com/doc/45433245/Patofisiologi-Hipertiroid).
November 2013
13. Bickley S. 2009. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi
8. Jakarta: EGC.
17

14. Suparmadi A. 2012. Aplikasi system pakar untuk diagnose penyakit


hipertiroid dengan metode inferensi Fuzzy Mamdani. Di unduh dari
http://eprints.undip.ac.id/39216/1/Ahmad_S.pdf. November 2013
15. Mansjoe A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani I, Setiowulan W. 1999.
Hipertirodisme dalam Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
16. Fauci, Braundwald, Kasper dan Hauser. 2008. Disorders of the thyroid
glands dalam Harrisonss principles of internal medicine. Acces Medicine.
17. Gunawan G,Setiabudi R dan Nafrialdi. 2007. Obat Antitiroid dalam
Farmakologi dan terapi Edisi 5.Jakarta: FKUI

17

Anda mungkin juga menyukai