BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Terminologi hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dianggap sinonim,
padahal kedua istilah tersebut agak berbeda dalam kondisi tertentu.
Hipertiroidisme menunjukkan aktifitas kelenjar tiroid yang berlebihan dalam
mensintesis hormon tiroid, sehingga meningkatkan metabolisme di jaringan
perifer. Sedangkan istilah Tirotoksikosis itu sendiri adalah manifestasi klinis
kelebihan hormone tiroid yang beredar dalam sirkulasi.1,2
1.2 Epidemiologi
Dua tipe hipertiroid yang sering di temui yaitu penyakit graves dan goiter
nodular toksik. Penyakit Graves merupakan gangguan auto imun yang biasanya
ditandai dengan produksi autoantibodi yang mirip kerja TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) pada kelenjar tiroid. Autoantibodi IgG (Imuno Globullin G) ini, yang
disebut tyroid stimulating immunoglobulin, menstimulasi produksi TH (Thyroid
Hormone), namun tidak dihambat oleh kadar TH yang meningkat. Kadar TSH dan
TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone) rendah karena keduanya dihambat oleh
kadar TH yang tinggi. Penyebab penyakit Graves tidak diketahui akan tetapi,
terdapat predisposisi genetik pada penyakit autoimun.3,4
Hipertiroidisme relatif jarang terjadi pada anak - anak. Perempuan lebih
sering menderita Graves di banding laki-laki, dengan perbandingan 3-6:1. Di
Amerika serikat penyakit Graves menyebabkan sekitar 60-80% kasus
tirotoksikosis. Setiap tahun penyakit Graves ditemukan 0,5 kasus per 1000
penduduk, dengan kejadian puncak pada usia 20-40 tahun. prevalensi penyakit
Graves pada orang dewasa diperkirakan 0,02%, dan 95% diantaranya sebagai
penyebab terjadinya hipertiroidisme .5
Goiter nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon
tiroid biasanya terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik
yang tinggi misalnya pubertas atau kehamilan. Dalam kasus ini, peningkatan TH
1
disebabkan oleh aktifitas hipotalamus yang didorong oleh proses metabolisme
sehingga disertai oleh peningkatan TRH dan TSH. Apabila kebutuhan akan
hormon tiroid berkurang, ukuran kelenjar tiroid biasanya kembali keukuran
sebelumnya, namun Kadang-kadang terjadi perubahan yang ireversibel dan
kelenjar tidak mengalami regresi. Tiroid yang membesar dapat terus memproduksi
TH dalam jumlah yang berlebihan. Apabila individu tetap mengalami hipertiroid,
keadaan ini disebut goiter nodular tosik.4
Goiter nodular toksik (15-20% dari tirotoksikosis) lebih sering terjadi di
daerah kekurangan yodium. Kebanyakan orang di AS (Amerika Serikat)
menerima cukup yodium, dan kejadian goiter nodular toksik di penduduk AS
lebih rendah dibandingkan di daerah-daerah dunia yang kekurangan yodium.
Sama seperti penyakit graves, goiter nodular juga lebih sering terjadi pada
perempuan dari pada laki- laki dengan rasio laki-perempuan adalah 1:2-4.5
Di kawasan Asia dikatakan prevalensi lebih tinggi di banding yang non
Asia (12% : 2,5%). Prevalensi hipertiroid di Indonesia belum diketahui, tetapi
kasusnya semakin meningkat. Data dari Whickham survey pada pemeriksaan
penyaring kesehatan dengan Free Thyroxine Index (FT4) menunjukkan prevalensi
hipertiroid pada masyarakat sebanyak 2%.6
3
BAB 2
DIAGNOSIS HIPERTIROID
3
Pada goiter nodular toksik peningkatan kadar hormon tiroid disebabkan
oleh autonomisasi dari nodul yang bersangkutan dengan fungsi berlebihan
sedangkan bagian kelenjar selebihnya fungsinya normal atau menurun. 7
2.2 Anamnesis
Pada anamnesis penderita hipertiroid biasanya mengeluhkan beberapa
gejala klinis dari hipertiroid mereka umumnya mengeluhkan palpitasi,
kegelisahan, mudah lelah dan diare, banyak keringat, tidak tahan panas, dan
senang dingin. Sering terjadi penurunan berat badan, tanpa penurunan
nafsu makan. Pada anak-anak terdapat pertumbuhan cepat dengan pematangan
tulang yang lebih cepat.9
Gejala dan tanda yang timbul merupakan manifestasi dari peningkatan
metabolisme di semua system tubuh dan organ yang mungkin secara klinis terlihat
jelas seperti hipermetabolisme susunan system saraf biasanya menyebabkan
penderita mengeluhkan tremor, sering sulit tidur, sering terbangun di waktu
malam, mengalami ketidak stabilan emosi, kegelisahan dan kekacauan pikiran.
Penurunan berat badan terjadi pada penderita hipertiroid karena peningkatan
metabolisme yang menyebabkan peningkatan kebutuhan kalori dan seringkali
asupan kalori tidak mencukupi kebutuhan. Dalam system kardiovaskular
peningkatan metabolism terlihat dari bentuk peningkatan sirkulasi darah, antara
lain dengan peningkatan curah jantung sampai dua - tiga kali dari normal, irama
nadi naik dan tekanan denyut bertambah sehingga penderita akan menagalami
takikardi dan palpitasi, sedangkan diare sendiri terjadi karena pada saluran cerna
baik sekresi maupun peristaltik meningkat. 10
2. 3 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik penderita hipertiroid sering di temukan :
a. Peningkatan Tekanan darah
b. Takikardi
c. Pembesaran kelenjar tiroid, adanya vaskular bruit
d. Keringat berlebihan, telapak tangan terasa lembab, tidak tahan hawa panas
e. Mata eksoftalmus, Retraksi palpebra
f. Tremor
g. Refleks Tendon yang berlebihan11
Hipersekresi T3 oleh sel folikel tiroid pada pasien hipertiroid juga
5
5
penurunan. selain itu vasodilatasi perifer pun terjadi di extremitas
yang mengakibatkan tangan sering berkeringat.12
Pembesaran Kelenjar tiroid secara difus meliputi bagian isthmus dan lobus
lateralisnya, tetapi pada palpasi tidak teraba nodulus yang terpisah. Penyebab
pembesaran difus diantara nya adalah penyakit Grave. Nodulus yang multiple
yaitu terdapat dua atau lebih nodulus yang dapat di kenali, yang dapat
menunjukan kelainan metabolic di banding proses neoplastik. 13
Kendati ciri-ciri fisik kelenjar tiroid, Seperti ukuran, bentuk, dan
konsistensi merupakan hal yang penting dalam diagnostic, namun biasanya cirri-
ciri fisik kurang menggambarkan fungsi tiroid. Penilaian fungsi tiroid bergantung
pada gejala, tanda pada bagian tubuh lain dan pemeriksaan laboratorium. 13
Terjadinya hyperplasia atau pembesaran kelenjar juga di ikuti oleh
pembengkakan pembuluh darah sekitar bagian tiroid yang mengalami hyperplasia
yaitu di arteri carotis externa dan juga terjadi hipervaskularisasi. Oleh karena itu
saat di auskultasi di daerah leher terdengar vascular bruit. 12
Mata penderita hipertiroid biasanya terlihat menonjol atau sering di sebut
dengan eksoftalmus. Hal ini terjadi karena reaksi autoimun berupa ikatan antibody
terhadap reseptor pada jaringan ikat dan otot ekstrabulbi di dalam rongga mata.
Jaringan ikat dan jaringan lemaknya menjadi hiperplastik sehingga bola mata
terdorong keluar dan otot mata terjepit.10
2.4 Indeks Wayne
Index wayne dapat digunakan untuk melakukan diagnosa penyakit
hipertiroid. Indeks Wayne sendiri merupakan suatu checklist yang berisi ada atau
tidaknya gejala-gejala. Pada indeks tersebut terlihat bahwa penderita merasa lebih
suka terhadap udara panas atau udara dingin, berat badan menurun atau naik,
nafsu makan bertambah atau berkurang, keringat berlebihan, berdebar-debar atau
palpitasi, serta gejala dan tanda-tanda lainnya. 14
Untuk meningkatkan akurasi diagnosa telah dirancang penilaian indeks
Wayne, di mana skor diberikan untuk kehadiran atau ketidakhadiran berbagai
gejala dan tanda-tanda penyakit tiroid (seperti terlihat pada Tabel 2.1). Pada
7
indeks Wayne, skor lebih dari 19 berarti hipertiroid, skor antara 11 19 berarti
ragu-ragu dan skor kurang dari 11 berarti tiroid normal (euthyroid).
Tingkat keberhasilan dalam diagnosa menggunakan indeks Wayne tidak
berbeda dari yang diperoleh dengan pemeriksaan laboratorium, sehingga indeks
Wayne adalah alat diagnostik yang berguna dan berharga dalam melakukan
diagnosa penyakit hipertiroid. 14
7
bekerja untuk mengatur metabolisme tubuh. Namun hormon yang paling
banyak dikeluarkan kelenjar tiroid adalah T4.
` Homon T3 dan T4 berikatan dengan protein. Proten harus
dilepaskan terlebih dahulu supaya hormon bisa bekerja dengan efektif. T3
dan T4 yang sudah melepaskan ikatan protein akan berubah menjadi Free
T3 (FT3) dan Free T4 (FT4). Hormon yang paling banyak dikeluarkan
kelenjar tiroid adalah T4, sedangkan T4 yang melepaskan ikatan protein
akan berubah menjadi Free T4, sehingga untuk mengetahui berapa banyak
hormon yang bekerja dalam sel tubuh diperlukan pemeriksaan FT4. 14
b. Pemeriksaan Resin Uptake
Pemeriksaan Resin T3 Uptake dan Resin T4 Uptake adalah
mengukur berapa banyak protein yang masih bisa berikatan dengan
hormon T3 dan T4. Jika protein banyak, hormon yang diikat oleh protein
tadi pun menjadi banyak. Akibatnya, kelejar tiroid akan mengeluarkan
banyak hormon untuk mengimbanginya. Jika protein berkurang, hanya
sedikit hormon yang bisa diikat, maka kelenjar tiroid akan menurunkan
produksi hormonnya. Kadar normal resin T3 uptake adalah 25%-35%,
Prosentase kadar resin T3 uptake yang rendah menunjukkan hipertiroid,
sedangkan prosentase kadar resin T3 uptake yang tinggi menunjukkan
hipotiroid.14
TSHs adalah 0,25 - 5 lU/mL (mikroliter unit per mililiter. Kadar TSHs
yang rendah menunjukkan hipertiroid, kadar TSHs yang tinggi
menunjukkan hipotiroid.14
Suspect Hipertiroid
FT- 3: N
FT- 3:
9
GRAVE DISEASE
BAB 3
PENATALAKSANAAN HIPERTIROID
11
tiroidektomi sering menimbulakan abortus sedangkan yodium radioaktif dapat
merusak kelenjat tiroid fetus. 17
5. Sediaan
PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 mg, biasanya di berikan
dengan dosis 100 mg setiap 8 jam. Metimazole tersedia dalam bentuk tablet
5mg dan 10 mg, dosis yang di anjurkan 30mg 1 kali sehari. 17
Tes fungsi tiroid dan manifestasi klinis ditinjau 3-4 minggu setelah
memulai pengobatan, dan dosis dititrasi berdasarkan tingkat T4 terikat.
Kebanyakan pasien tidak mencapai euthyroidism sampai 6-8 minggu setelah
pengobatan dimulai. Tingkat TSH sering tetap ditekan selama beberapa bulan dan
karena itu tidak memberikan indeks sensitif respon pengobatan. Dosis
pemeliharaan harian obat antitiroid dalam rejimen titrasi adalah 2,5-10 mg
methimazole dan 50-100 mg propylthiouracil. 16
b. Yodium Radioaktif
Pada proses radiasi oleh suatu unsure radioaktif di pancarkan sinar
sinar (inti helium), sinar (elektron) dan sinar (gelombang elektro magnetic
yang sejenis dengan sinar x). Umumnya sinar-sinar tersebut dapat menimbulkan
kerusakan sel-sel tubuh karena terjadinya perubahan molekul di dalam sel oleh
sinar yang berenergi tinggi.
1. Efek terhadap Tiroid
Pada dosis yang rendah sekali radioisotop 131I tidak menimbulkan
gangguan fungsi tiroid yang nyata, tetapi pada dosis yang cukup besar efek
sitotosik sinar tersebut nyata sekali. Pada gambaran histology tampak piknosis
dan nekrosis sel folikel, di ikuti oleh hilangnya koloid dan terjadinya fibrosis
kelenjar. Dosis rendah umumnya hanya merusak bagian sentral saja, sedangkan
bagian perifer tetap befungsi.
2. Indikasi
a) Hipertiroidsme usia lanjut atau dengan penyakit jantung
b) Penyakit Grave yang menetap atau kambuh setelah tiroidektomi
subtotal atau setelah memakai obaat anti tiroid dalam jangka waktu
lama
13
13
BAB 4
KESIMPULAN
BAB 5
15
PENUTUP
Dua tipe hipertiroid yang sering di temui yaitu penyakit graves dan goiter
nodular toksik.
Penyakit Graves merupakan gangguan auto imun yang biasanya ditandai
dengan produksi autoantibodi yang mirip kerja TSH (Thyroid Stimulating
Hormone) pada kelenjar tiroid.
Goiter nodular adalah peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Tiroid yang membesar dapat
terus memproduksi TH dalam jumlah yang berlebihan. Apabila individu
tetap mengalami hipertiroid, keadaan ini disebut goiter nodular tosik.4
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Firdaus Isman . 2007. Fibrilasi Atrium Pada Penyakit Hipertiroidisme
Patogenesis dan Tatalaksana. Jurnal kardiologi Indonesia. Vol. 28, No. 5 .
Jakarta FKUI.
2. Djokomoeljanto R. 2009. Kelenjar tiroid, hipotiroidisme dan
Hipertiroidisme, dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi v jilid III.
Jakarta: Interna Publishing.
3. Price Sylvia A, Willson Lorraine M. 2006. Patofisiologi. Edisi 6 Vol 2.
Jakarta: EGC
4. American Thyroid Asociation. 2012. Graves disease. Di unduh dari
http://thyroid.org/wp-
content/uploads/patients/brochures/Graves_brochure.pdf oktober, 2013
5. Lee Stephanie L. 2013. Hyperthyroidism. Di unduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/121865-overview#a0156.Oktober
2013.
6. Kusrini I dan Kurnorowulan S. 2010. Nilai diagnostic indeks wayne dan
indeks newcastle untuk penaapisan kasus hipertiroid. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI . Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI.
7. Hermawan G, pengelolaan dan pengobatan hipertiroidi dalam cermin
dunia kedokteran No. 63, 1990 di unduh dari
http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Jurnal/ag_04.pdf).November
2013
8. Rini I, dan Sari M.2013. Patofisiologi Hipertiroid.di unduh dari
http://www.scribd.com/doc/44391976/patifisiologi-hipertiroid. November
2013
9. Shahab A. 2002. Penyakit graves (struma diffusa toksik) diagnosis dan
penatalaksanaanya. Jakarta: Bulletin PIKI4
10. Shamsuhidajat R dan Jong de Wim. 2004. Sistem endokrin, dalam buku
ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
11. Cooper DS. 2003 .Hyperthyroidism. Lancet.
12. Setio permadi. 2013. Patofisiologi hipertiroid di unduh dari
http://www.scribd.com/doc/45433245/Patofisiologi-Hipertiroid).
November 2013
13. Bickley S. 2009. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi
8. Jakarta: EGC.
17
17