Anda di halaman 1dari 12

DEFENISI SOSIOLOGI HUKUM MENURUT PARA PAKAR DAN SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI HUKUM

DIBUAT UNTUK MENYELESAIKAN SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI HUKUM

KELAS C AFIF AL GHANI YONEVA - 10040011161

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2014


Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM 1

A. DEFINISI SOSIOLOGI HUKUM MENURUT PARA PAKAR 1. Soerjono Soekanto Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris menganalisis atau mempelajari hubungan timbale balik antara hukum dengan gejala-gejala social lainnya. 2. Satjipto Rahardjo Sosiologi hukum (sociology of law) adalah pengetahuan hukum terhadap pola prilaku masyarakat dalam konteks sosialnya. 3. R. Otje Salman Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara hukum dengan gejala-gejala social lainnya secara empiris analitis. 4. H.L.A. Hart tidak mengemukakan tentang definisi sosiologi hukum, namun hanya mengungkapkan bahwa suatu konsep tentang hukum yang mengandung unsur-unsur kekuasaan yang terpusatkan kepada kewajiban tertentu didalam gejala hukum yang tampak dari kehidupan bermasyarakat. Menurut Hart, inti dari suatu sistem hukum terletak pada kesatuan antara aturan utama (primary rules) dan aturan tambahan (secondary rules). 5. Karl Marx (1818-1883) Menurut Mark, hukum dan kekuasaan politik itu merupakan sarana kapitalis yang berkuasa di bidang ekonomi, untuk melanggengkan kegunaan harta kekayaan sebagai sarana produksi dan sarana ekploitasi. Menurut Marx hukum bukan saja berlaku sebagai fungsi politik saja, melainkan sebagai fungsi ekonomi. Pokok pemikiran Marx dalam sosiologi hukum dalah sebagai berikut. a. Hukum adalah alat yang menyebabkan timbulnya konflik dan perpecahan.

Hukum tidak berfungsi untuk melindungi. Hukum hanya melindungi kelompok-kelompok yang dominan. b. Hukum bukan merupakan alat integrasi tetapi merupakan pendukung

ketidaksamaan dan ketidakseimbangan yang dapat membentuk perpecahan kelas. c. Hukum dan kekuasaan merupakan sarana dari kaum kapitalis yang berkuasa di

bidang ekonomi, untuk melanggengkan kekuasaan d. Hukum bukanlah model idealis dari moral masyarakat atau setidak-tidaknya

masyarakat bukanlah manisfestasi normatif dari apa yang telah dihukumkan.

Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM

Marx, dapat kita sebut sebagai seorang sosiologi hukum. Pada saat mengemukakan pendapatnya tentang pencurian kayu pada tahun 184201843, marx mengatakan bahwa hukum adalah tatanan peraturan yang memenuhi kepentingan kelas orang yang punya dalam masyarakat. Marx memandang masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang antagonis. Dalam pandangannya watak dasar seperti ini ditentukan oleh hubungan konflik antar kelas-kelas sosial yang kepentingan-kepentingannya saling bertentangan dan tak dapat didamaikan karena perbedaan kedudukan mereka dalam tatanan ekonomi.

6.

Henri S Maine (1882-1888)

Pemikiran Maine dalam bidang sosiologi hukum adalah sebagai berikut : a. Masyarakat bukanlah masyarakat yang serba laten melainkan yang bersifat

Contigent. Dari sinilah ia dicetuskan sebagai bapak teori Evolusi klasik. Teori ini mengatakan bahwa masyarakat yang progresif adalah masyarakat yang bergerak dari status ke kontrak. b. Dalam mayarakat terdapat askripsi-askripsi tertentu, yang sesungguhnya

merupakan penganugerahan atribut dan kapasitas kepada warga masyarakat yang bersangkutan, dengan posisi masing-masing didalam tatanan status yang telah diradisikan dalam masyarakat. c. Kenyataan dalam masyarakat akan berubah tatkala msayarakat melakukan

transisi ke situasi-situasi baru, yang berhubungan dengan membeasrnya agregasi dalam kehiduan. Juga kian meningkatnya interdepedensi antara segmen-segmen sosial dalam kehidupan ekonomi. Pemikiran maine tersebut didasarkan pada asumsi bahwa masyarakat bukan sebagai suatu tipe ideal yang permanen, melainkan sebagai suatu sistem variabel yang tak pernah bias terbebas dari berlakunya dinamika proses. Oleh karena itu, ia megatakan bahwa masyarakat bukanlah yang serba laten.

7.

Emile Durkheim (1858-1917) Ia adalah seorang ahli sosiologi yang sejak semula mempunyai perhatian yang sangat

tinggi terhadap hukum. Sebagai seorang sosiolog, ia amat terikat pada penggunaan metodologi empiris. Dalam mengungkap idenya tentang hukum, Durkheim bertolak dari penemuan yang terjadi dalam masyarakat. Dengan metode empirisnya, ia melihat jenis-jenis hukum dengan tipe solidaritas dalam masyarakat. Ia membuat perbedaan antara hukum yang menindak dengan hukum yang mengganti, atau Repressive dengan Restitutive. Menurut Durkheim, hukum dirumuskan sebagai suatu kaidah yang bersanksi. Berat ringannya suatu sanksi tergantung kepada suatu pelanggaran dan anggapan masyarakat sendiri tentang sanksi tersebut.
Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM 3

Durkheim mengajukan tipologi yang membedakan secara dikotomis dua tipe solidaritas yaitu mekanis dan organis. Masyarakat berkembang dari tipe mekanis ke tipe organis. Adapun rinciannya sebagai berikut : 1. Hukum dan Solidaritas Mekanis Dikatakan oleh Dukheim, ketika masyarakat masih berada pada tahap diferensiasi segmental, masyarakat tampak sebagai himpunan sekian banyak satuan pilihan, yang masing-masing berformat kecil dan anatara satu dengan yang lain seragam. Dalam solidaritas ini, seorang warga masyarakat secara langsung terikat kepada masyarakat. Hal ini dapat terjadi dengan indikasi cita-citabersama dari masyarakat yang bersangkutan secara kolektif lebih kuat serta lebih insentif daripada cita-cita masing-masing warga secara individual. 2. Hukum dan Solidaritas Organis Hukum yang menidak mencerminkan masyarakat yang bersifat kolektif, sedangkan hukum yang mengganti merupakan cerminan masyarakat yang telah terdiferensiasi dan terspesialisasi ke dalam fungsi-fungsi. Keadaan ini menciptakan perbedaan-perbedaan dalam pengalaman dan pandangan. Tipe inilah yang dinamakan oleh Durkheim dengan tipe solidaritas organis. Dalam masyarakat yang berkembang secara modern, heterogen dan penuh dengan diferensiasi, solidaritas organik dapat mengatasi solidaritas mekanis. Hukum represif tak lagi berfungsi secara dominan. Hukum represif akan digantikan oleh hukum restitutif, yang lebih menekankan arti pentingnya restitusi atau pemulihan serta kompensasi untuk menjaga kelestarian masyarakat. Hukum ini konkritnya adalah tampak dalam hukum pidana. Hukum seperti ini menurut Durkheim, berfungsi untuk menanggulangi apa yang disebut dengan nurani kolektif.

8.

Max Weber (1864-1920) Weber memandang hukum sebagai suatu kumpulan norma-norma atau aturan-aturan

yang dikelompokkan dan dikombinasikan dengan consensus, menggunakan alat kekerasan sebagai daya paksaan. Ia menganggap bahwa hukum adalah kespakatan yang valid dalam suatu kelompok tertentu. Weber disebut sebagai bapak sosilogi hukum modern, yang menggarap hukum secara komprehensif dengan metode sosiologis. Usaha Weber untuk menyingkap ciri yang menonjol dari masyarakat barat, membawanya kepada rasionalitas sebagai kuncinya. Tipologinya yang disusun melalui sumbu formal-subtantif dan sumbu IrasionalRasional, yaitu sebagai berikut :

Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM

1.

Menyangkut perbedaan bagaimana suatu sistem hukum itu disusun, sehingga

merupakan suatu sistem yang mampu menentukan sendiri peraturan dan prosedur yang dipakai untuk mengambil suatu keputusan. 2. Subtantif, bersifat eksternal dan merujuk kepada ukuran di luarnya, terutama

kepada niali-nilai agama, etika serta politik. Weber berpendapat, hukum memiliki rasionalitasnya yang subtantif ketika subtansi hukum itu memang terdiri dari aturan-aturan umum In Abstracto, yang siap didedukasikan guna menangani kasus konkrit. Ada tiga tipe dalam penyelenggaran dalam pengadilan menurut Weber yaitu : a. Tipe perdilan kadi atau peradilan dengan fungsi perdamaian atas dasar kerifan

dan kebijaksanaan sang pengadil. b. c. Tipe perdailan empiris, dan Tipe peradilan yang rasional

Peradilan Kadi, menurut Weber adalah perdilan yangsangat arbiter dan karenanya dinilai sebagai pengadilan yang tidak rasional. Keputusan peradilan ini dipercayakan sepenuhnya kepada sang pengadil, tanpa diperlukan adanya kontrol oleh system lainnya. Tipe empiris adalah tipe pradilan yang lebih rasional, sekalipun belum sepenuhnya. Dalam peradilan empiris ini, sang hakim memutuskan perkara-perkara sepenuhnya dengan cara beranalogi. Peradilan ini dilakukan oleh mereka yang bernaung di bawah filsafat positivisme.

9.

Oliver Wendell Holmes (1841-1935) Holmes yang dikenal dengan revolusi sosiologi dalam ilmu hukum di Amerika

Serikat. Holmes menolak dengan tegas mazhab analitis maupun mazhab historis. Pikiran utama Holmes dalam sosiologi hukum ini adalah bahwa setiap hakim bertanggungjawab memformulasi hukum lewat keputusan-keputusannya. Hakim harus selalu sadar dan yakin bahwa hukum itu adalah bukan suatu hal yang Omnipressnt in the sky, melainkan sesuatu yang senantiasa hadir dalam situasi-situasi konkrit To meet the social need. Ia menuliskan the life of law is not logic : it has been experience, bahwa kehidupan hukum tidak pernah berdasarkan logika, melainkan merupakan pengalaman yang isinya harus dilukiskan oleh sosiologi hukum.[2] Menurut Holmes, hukum bukan saja dilihat dari definisi yurisprudensi tetapi ramalan-ramalan yang akan diputuskan oleh pegadilan. Pendekatan yang digunakan oleh Holmes adalah pragmatis. Hakim harus benar-benar memperhatikan pembuatan keputusan hukum dan bagi Holmes hukum merupakan hal yang aktual bagi hukum.
Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM 5

10.

Benjamin Nathan Cardozo (1870-1938) Ia adalah seorang hakim yang bertolak dari perenungan tentang perlunya

memperbaharuai teknik hkum yang aktual. Menurutnya, dalam setiap praktik peradilan terdapat suatu ketidakpastian yang semakin besar yang diakibatkan oleh keputusan pengadilan. Adalah suatu manifestasi yang tidak dapat dicegah dari kenyataan bahwa proses peradilan bukanlah penemuan hukum, melainkan penciptaan hukum. Ide pemikiran hukum Cardozo ini dapat ditemukan dalam bukunya, The nature of judicial Process. Pemikiran Cardozo adalah sebagai berikut : a. Hakim memiliki kebebasan untuk memutuskan suatu perkara tetapi batasannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan hukum. b. Berbagai kehiduipan sosial seperti logika, rakyat, sejarah dan standar moralitas yang disepakati bersama-sama dalam kehidupan, merupakan instrument kea rah terciptanya hukum. c. 3. Hukum harus tetap sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan sosial. Roscoe Pound (1870-1964) Pandangan Roscoe Pound adalah hukum diselenggarakan untuk memaksimalkan pemuasan kebutuhan dan kepentingan interest. Ia lebih cenderung melihat kepentingan (bukan etika dan moral) dalam kehidupan hukum. Ia mengatakan bahwa hukum ini diperlukan karena adanya berbagai kepentingan dalam setiap bidang kehidupan. Adapun pokok pikiran Pound adalah sebagai berikut: a. Ia lebih menelaah akibat-akibat sosial yang actual dari adanya lembaga-lembaga hukum dan doktrin-doktrin hukum (lebih pada fungsi hukum daripada isi abstraknya). b. Mengajukan studi sosiologis untuk mempersiapkan perundang-undangan dan menganggap hukum sebagai suatu lembaga sosial yang dapat diperbaiki oleh usaha-usaha yang bijaksana dalam menemukan cara-cara terbaik untuk melanjutka dan membimbing usaha-usaha yang seperti itu. c. Untuk menciptakan efektivitas cara dalam membuat peraturan perundang-undangan dan member tekanan kepada hukum untuk mencapai tujuan-tujuan sosial (tidak ditekankan kepada sanksi). Pound lebih memandang hukum sebagai proses rekayasa sosial. Hukum adalah sarana untuk dapat mengontrol masyarakat.

Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM

B. SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI HUKUM

Sejarah perkembangan sosiologi hukum antara lain di pengauruhi oleh 1. Pengaruh Dari Filsafat Hukum Pengaruhnya yang khas adalah dari istilah Law In Action, yaitu beraksinya atau berprosesnya hukum . Menurut Pound, bahwa hukum adalah suatu proses yang mendapatkan bentuk dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dan keputusan hakim atau pengadilan. Dengan maksud yaitu kegiatan untuk menetralisasikan atau merelatifkan dogmatif hukum . Juga hukum sebagai sarana untuk mengarahkan dan membina masyarakat.

2. Ilmu Hukum (Hans Kelsen)Ajaran Kelsen The Pure Theory of Law (Ajaran Murni Tentang Hukum ), mengakui bahwa hukum dipengaruhi oleh faktor-faktor politisi sosiologis, filosofis dan seterusnya. Kelsen juga mengemukakan bahwa setiap data hukum merupakan susunan daripada kaedah-kaedah (stufenbau), yang berisikan hal-hal sebagai berikut : a. Suatu tata kaedah hukum merupakan sistem kaedah-kaedah hukum secara hierarkis. b. Susunan kaedh-kaedah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat terbawah keatas, adalah : 1) Kaedah-kaedah individuil dari badan-badan pelaksana hukum terutama pengadilan. 2) Kaedah-kaedah umum didalam undang-undang atau hukum kebiasaan. 3) Kaedah daripada konstitusic. Sahnya kaedah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau ditentukan oleh kaedah yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.

3. Sosiologi (Pengaruh ajaran-ajaran Durkheim dan Weber)Durkheim berpendapat bahwa hukum sebagai kaedah yang bersanksi, dimana berat ringan sanksi tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan serta keyakinan masyarakat tentang baik buruknya perikelakuan tertentu, peranan sanksi tersebut dalam masyarakat. Setiap kaedah hukum mempunyai tujuan berganda yaitu : a. Menetapkan dan merumuskan kewajiban-kewajibanb. menetapkan dan merumuskan sanksi-sanksi.Sedangkan ajaran-ajaran yang menarik dari Max Weber adalah tipe-tipe ideal dari hukum yang sekaligus menunjukkan suatu perkembangan yaitu :a. hukum
Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM 7

irrasionil dan materiel, dimana pembentuk undang-undang dan hakim mendasarkan keputusan-keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa mengacu pada suatu kaedah hukum . b. Hukum irrasionil dan formil, dimana pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaedah-kaedah yang didasarkan pada wahyu dan ramalan-ramalan. c. Hukum irrasionil dan materiel dimana keputusan para pembentuk undang-undang dan hakim didasarkan ada kitab suci, idiologi atau kebijaksanaan penguasa. d. Hukum irrasionil dan formil, dimana hukum dibentuk atas dasar konsep-konsep dari ilmu hukum

a) Sejarah Sosiologi Hukum Nasional Sebelum 1976 di Unpad, lahir satu konsepsi hukum yang dikemukakan Prof Mochtar, sebagai jawaban terhadap bapenas yaitu konsepsi hukum yang mendukung pembangunan Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional dan Hukum, Masyarakatrakat, dan Pembinaan Hukum Nasional tahun 1976, bahwa hukum tidak hanya meliputi asas dan kaidah yang mengatur hidup manusia dalam mewujudkan berlakunya kaidah itu dalam kenyataan. Hukum dalam masyarakatrakat dan hukum pembangunan nasional tahun 1976 Hukum keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hidup manusia dalam masyarakatrakat termasuk lembaga dan proses didalam mewujudkan berlakunya hukum itu dalam kenyataan. Menurut mazhab Unpad hukum tidak hanya bertujuan untuk mencapai ketertiban dan keadilan saja, akan tetapi dapat pula berfungsi sebagai saran untuk merubah / memperbaharui masyarakatrakat. Pandangan itu menggabungkan pandangan normative dan sosiologis dalam pembinaan hukum, yang memandang bagaimana hukum dapat berperan serta terutama didalam menghadapi situasi Negara Indonesia yang lagi melakukan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses yang menyangkut seluruh aspek aspek kehidupan manusia, yang hanya dapat didekati dengan pendekatan sosiologis

Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM

b) Sejarah Sosiologi Hukum Sebagai Ilmu Pengetahuan Lahirnya dipengaruhi 3 disiplin ilmu : 1. Filsafat hukum hans kelsen, teori hirarki gunor dasar sosial ( merupakan ruang lingkup filsafat ) 2. Aliran positivisme : aliran filsafat hukum yang menjadi penyebab lahirnya Sosiologi Hukum. Dikemukakan oleh Hans Kelsen dengan Stufenbau des Recht-nya. Hukum itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya. Dimana urutannya adalah sebagai berikut : yang paling bawah itu = putusan badan pengadilan, atasnya = undang undangan dan kebiasaan, atasnya lagi = konstitusi dan yang paling atas = grundnorm ( dasar sosial daripada hukum ) 3. Aliran filsafat hukum yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sosoiologi hukum yaitu a. Mazhab sejarah : Carl von Savigny hukum itu tidak dibuat, akan tetapi tumbuh dan berkembang bersama sama dengan masyarakatrakat b. Aliran utility : Jeremy Betham hukum itu harus bermanfaat bagi masyarakatrakat, guna mencapai hidup bahagia c. Aliran sociological yurisprudence : Eugen Ehrlich hukum yang dibuat, harus sesuai dengan hukum yang hidup didalam masyarakatrakat ( living law ) d. Aliran pragmatic legal realism : Roscoe Pound law as a tool of social engineering e. Ilmu Hukum Hukum sebagai gejala sosial, yang mendorong pertumbuhan sosiologi hukum, bahwa hukum harus dibersihkan dari anasir anasir sosiologis f. Sosiologi yang berorientasi pada hukum Emile Durkheim setiap masyarakatrakat selalu ada solidaritas yaitu Solidaritas mekanis : terdapat dalam masyarakatrakat sederhana, hukumnya bersifat represip yang diasosiasikan seperti dalam pidana. Solidaritas organis : terdapat dalam masyarakatrakat modern, hukumnya bersifat restitutif yang diasosiasikan seperti dalam perdata. Max Weber teori ideal typenya Irrasional formal Irrasional materiel
Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM 9

Rasional formal : pada masyarakatrakat modern yang didasarkan pada konsep konsep ilmu hukum Rasional materiel

c) Yang melatar belakangi lahirnya sosiologi hukum Filsafat hukum yang menyebabkan lahirnya sosiologi hukum tersebut adalah aliran positivisme (stratifikasi derajat hukum dimaksud adalah yang paling bawah putusan badan pengadilan, atasnya uu dan kebiasaan, atasnya lagi kontitusi dan yang paling atas grundnorm dasar/ basis social salah satu objek bahasan dalam social hukum )). hierarki hukum grundnorm kontitusi uu, kebiasaan dan putusan pengadilan Aliran filsafat hukum mendorong tumbuh berkembangnya sosiologi hukum yaitu a. mazhab sejarah (hukum tumbuh dan berkembang bersama2 dengan masyarakat.) b. aliran utility ( hukum harus bermanfaat bagi masyarakat, guna tercapainya kehidupan bahagia.) c. aliran sociological jurisprudence (hukum yang dibuat harus sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakatrakat). d. Aliran prakmatic legal realism ( law as a tool of social engineering. )

Ilmum hukum yaitu hukum sebagai gejala sosial, banyak mendorong pertumbuhan sosiologi hukum . hans kelsen menganggap hukum sebagai gejala normative. sosiologi yg berorentasi hukum yaitu bahwa dalam setiap masyarakat, selalu ada solidaritas organisasi(masyarakat.modern, hukum bersifat restitutif seperti hukum perdata) dan solidaritas mekanis (masyarakat. sederhada, hukum yg bersifat represif seperti hukum pidana). max weber, ada 4 tipe ideal, yaitu irasional formal, irasional material, rasional material (berdasarkan konsep-konsep hukum ), dan rasional material. letak dan ruang lingkup sosiologi hukum dua hal yaitu dasar-dasar sosial dari hukum / basis sosial dari hukum . hukum nasional berdasarkan sosialny, pancasila( gotong royong, musyawarah, dan kekeluargaan). Pendekatan dalam sosiologi hukum, pendekatan instrumental atau suatu disiplin ilmu teoritis yg mempelajari keteraturan dari fungsinya hukum . tahap ini adalah merupakan tahap penengah dari perkembangan atau pertumbuhan sosilogi hukum, akan tercapai bila adanya otonomi dan kemandirian intelektual. Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum . akan tetapi perhatiannnya adalah hanyalah pemberian penjelasan terhadap objek fenomena hukum yang
Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM 10

dipelajari dalam masyarakatrakat. perbedaan yuridis normatif dan yuridis empiris perbandingan yuridis empiris yuridis normatif objek sociological model jurisprudence model fokus social struktur analisis aturan proses perilaku logika pilihan ilmu pengatahuan praktis tujuan penjelasan pengambilan keputusan hukum sebagai sosial kontrol bahwa social control / social engineering diartikan sebagai suatu proses, baik yg direncanakan ataupun yang tidak direncanakan, yg bersifat mendidik, atau mengajak bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah dan nilai yang berlaku. yang berupa pemidanaan, kopensasi, terapi, maupun konsiliasi. patokan suatu pemidanaan adalah larangan yang apabila dilanggar akan mengakibatkan penderitaan (sanksi negatif) bagi pelanggarnya. hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakatrakat hukum berfungsi sebagai control social sebagai pengubah masyarakat menjadi social engineering yaitu melalui hakim sebagai interpretasi dalam mengadilan kasus yg dihadapinya secara seimbang balance . dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu studi tentang aspek social yg actual dari lembaga hukum , tujuan pembuatan peraturan yg efektif, studi tentang sosiologi dalam mempersiapkan hukum , studi tntang metodologi hukum, sejarah hukum. Arti penting tentang alas an-alasan dan solusi dari kasus-kasus individual yg berisikan keadilan abstrak dari hukum yg abstrak pula. hukum dan kekuatan-kekuatan sosial empat kekuatan social itu adalah kekuatan uang sejak bangsa indo.melaksanakan pembangunan nosional yg pada pokoknya merupakan pembangunan ekonomi, terjadi suatu proses perubahan social yg tidak kunjung berhenti di dalam masyarakatrakat kota, kekuatan politik di dalam system demokrasi di indonesia, kekuatan massa dan teknoloigi baru

Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM

11

DAFTAR PUSTAKA http://rikoturanganblink.blogspot.com/2010/09/sejarah-perkembangan-sosiologi-hukum.html http://junaidimaulana.blogspot.com/2013/02/tokoh-tokoh-sosiologi-hukum.html http://mbegedut.blogspot.com/2011/02/pengertian-sosiologi-hukum-menurut-para.html

Fakultas Hukum UNISBA 2014 | SOSIOLOGI HUKUM

12

Anda mungkin juga menyukai