Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN EPILEPSI

By: Ns. M. Lando Meza

Epilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang- ulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab (Jastremski, 1988). Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel (Tarwoto, 2007). Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.

Etiologi
Menurut Mansjoer (2000), etiologi dari epilepsi yaitu : 1. Idiopatik 2. Aquiret adalah kerusakan otak keracunan obat metabolik 3. Trauma kepala 4. Tumor otak 5. Stroke 6. Cerebral edema 7. Hipoksia 8. Keracunan 9. Gangguan metabolik 10. Infeksi

Patofisiologi

Patogenesis
Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak Ketidakseimbangan bisa terjadi karena : Kurangnya transmisi inhibitori
Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin)

Meningkatnya aksi eksitatori meningkatnya aksi glutamat atau aspartat

Klasifikasi Kejang
1. Berdasarkan penyebabnya a. epilepsi idiopatik : bila tidak di ketahui penyebabnya b. epilepsi simtomatik : bila ada penyebabnya 2. Berdasarkan letak focus epilepsi atau tipe bangkitan a. Epilepsi partial (lokal, fokal)
Epilepsi parsial sederhana, yaitu epilepsi parsial dengan kesadaran tetap normal Epilepsi parsial kompleks, yaitu kejang disertai gangguan kesadaran. Epilepsi Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (tonik-klonik, tonik, klonik).

b. Epilepsi umum 1) Petit mal/ Lena (absence) Lena khas (tipical absence) Pada epilepsi ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya epilepsi ini berlangsung selama menit dan biasanya dijumpai

2) Grand Mal Mioklonik Pada epilepsi mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur. Klonik Pada epilepsi ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama sekali pada anak. Tonik Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai. Epilepsi ini juga terjadi pada anak. Tonik- klonik Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan Pada knama grand mal. Atonik keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar.

. Manifestasi Klinis dan Perilaku


a) b) c) d) Manifestasi klinik dapat berupa kejangkejang, gangguan kesadaran atau gangguan penginderaan Kelainan gambaran EEG Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptogen Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya) Napas terlihat sesak dan jantung berdebar Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat

e) f)

g) Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak normal seperti pada keadaan normal h) Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan terkadang individu tidakingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat i) Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara secara tiba- tiba j) Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya menendangmenendang k) Gigi geliginya terkancing l) Hitam bola matanya berputar- putar m) Terkadang keluar busa dari liang mulut dan diikuti dengan buang air kecil

Diagnosis

Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami serangan kejang secara berulang Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik :
EEG CT-scan MRI Lain-lain

Sasaran Terapi
Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan meminimalisasi adverse effect of drug Strategi Terapi
mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter

PENATALAKSANAAN
1. Selama Kejang
a) Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya. Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan pernapasan. Biarkan kejang berlangsung. Jangan memasukkan benda keras diantara giginya, karena dapat mengakibatkan gigi patah. Untuk mencegah gigi klien melukai lidah, dapat diselipkan kain lunak disela mulut penderita tapi jangan sampai menutupi jalan pernapasannya.

b) c) d)
e)

f)

Ajarkan penderita untuk mengenali tanda2 awal munculnya epilepsi atau yg biasa disebut "aura". Aura ini bisa ditandai dengan sensasi aneh seperti perasaan bingung, melayang2, tidak fokus pada aktivitas, mengantuk, dan mendengar bunyi yang melengking di telinga. Jika Penderita mulai merasakan aura, maka sebaiknya berhenti melakukan aktivitas apapun pada saat itu dan anjurkan untuk langsung beristirahat atau tidur. g) Bila serangan berulang-ulang dalam waktu singkat atau penyandang terluka berat, bawa ia ke dokter atau rumah sakit terdekat.

2. Setelah Kejang a)

b)

c) d) e)

f)

Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang terjadi. Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi. Yakinkan bahwa jalan napas paten. Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand mal Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara tiba- tiba setelah kejang Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg hilang selama kejang dan biarkan penderita beristirahat.

g) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang (postiktal), coba untuk menangani situasi dengan pendekatan yang lembut dan member restrein yang lembut h) Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini penting untuk pemberian pengobatan oleh dokter.

PENGOBATAN
Fenitoin (PHT) Fenitoin dapat mengurangi masuknya Na ke dalam neuron yang terangsang dan mengurangi amplitudo dan kenaikan maksimal dari aksi potensial saluran Na peka voltase fenitoin dapat merintangi masuknya Ca ke dalam neuron pada pelepasan neurotransmitter.11 Karbamazepin (CBZ) Karbamazepin dapat menghambat saluran Na . Karbamazepin dapat memperpanjang inaktivasi saluran Na .juga menghambat masuknya Ca ke dalam membran sinaptik.

Fenobarbital (PB) Fenobarbital adalah obat yang digunakan secara luas sebagai hipnotik, sedatif dan anastetik. Fenobarbital bekerja memperkuat hambatan GABAergik dengan cara mengikat ke sisi kompleks saluran reseptor Cl- pada GABAA. Asam valproat (VPA) VPA menambah aktivitas GABA di otak dengan cara menghambat GABAtransaminase dan suksinik semialdehide dehidrogenase, enzim pertama dan kedua pada jalur degradasi, dan aldehide reduktase. VPA bekerja pada saluran Na peka voltase, dan menghambat letupan frekuensi tinggi dari neuron. VPA memblokade rangsangan frekuensi

Gabapentin (GBP) Cara kerja: mengikat pada reseptor spesifik di otak, menghambat saluran Na peka voltase, dapat menambah pelepasan GABA.11 Lamotrigin (LTG) Cara kerja: Menghambat saluran Na peka voltase.11 Topiramate (TPM) Cara kerja: Menghambat saluran Na , menambah kerja hambat dari GABA.11 Tiagabine (TGB) Cara kerja: menghambat kerja GABA dengan cara memblokir uptake-nya.

PENGKAJIAN
1.
2. 3.

4.
5.

Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit dahulu: Riwayat penyakit keluarga Riwayat psikososial

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan). 2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di endotrakea, peningkatan sekresi saliva 3) Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit epilepsi dalam masyarakat 4) Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea dan apnea

5)

Intoleransi aktivitas b.d penurunan kardiac output, takikardia 6) Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pada nervus organ sensori persepsi 7) Ansietas b.d kurang pengetahuan mengenai penyakit 8) Resiko penurunan perfusi serebral b.d penurunan suplai oksigen ke otak

THANK

Anda mungkin juga menyukai