||30
|| 90 (2-1)
|| 210
Perpustakaan Unika
9
Jika
30
90
(2-2)
210
Arus pada saluran aA ditentukan dengan menjumlahkan arus fasa :
(2-3)
Dengan cara yang sama dapat ditentukan arus saluran lainnya :
120
(2-4)
240
2.2.2. Jaringan Tiga Fasa Empat Kawat
Sebagian besar fasilitasfasilitas publik menggunakan jaringan tiga fasa
empat kawat hubungan bintang pada jaringan kelistrikannya. Jaringan tiga fasa
empat kawat terdiri dari tiga kawat fasa yang memiliki tegangan yang tergeser
120
0
, serta sebuah kawat netral yang merupakan tempat kembalinya arus yang
berasal dari ketiga fasa. Tegangan saluran V
AB
mendahului V
BC
sejauh 120
0
dan
V
BC
mendahului V
CA
sejauh 120
0
. Jika sistem dalam keadaan seimbang, maka
tidak ada arus yang mengalir pada kawat netral. Sistem ini kemudian akan
Perpustakaan Unika
10
digunakan untuk memberi tegangan ke bebanbeban yang sebagian besar
merupakan beban satu fasa di perkantoran, dengan cara menghubungkan beban
tersebut ke salah satu kawat fasa dan kawat netral.
Gambar 2.2. Sistem Tegangan Tiga Fasa
Tegangan V
AN
, V
BN
, dan V
CN
disebut tegangan fasa dengan |V
p
|
merupakan tegangan fasa efektif :
||0
|| 120 (2-5)
||120
Tegangan saluran ditentukan dengan menjumlahkan tegangan fasanya :
||0 || 120
3 ||30 (2-6)
Dengan cara yang sama dapat ditentukan tegangan saluran lainnya :
3 || 90 (2-7)
Perpustakaan Unika
11
3 || 210
Jika nilai root mean square (RMS) atau disebut juga sebagai nilai efektif
dari tegangan fasa memiliki nilai yang sama semua (sistem seimbang), maka
persamaan diatas menunjukkan bahwa seluruh fasor tegangan saluran merupakan
tegangan fasa dikali akar tiga dan mendahului fasor tegangan fasa sejauh 30
0
.
Sebagai contoh, sistem tiga fasa empat kawat memiliki tegangan fasa efektif
220V dan V
AN
dipilih sebagai fasor referensi, maka tegangan saluran V
AB
akan
bernilai 380V. Arus pada masingmasing fasa akan sama dengan arus salurannya.
(a) (b)
Gambar 2.3. (a). Sistem Tiga Fasa Empat Kawat Hubungan Bintang
(b). Fasor Sistem Tegangan Tiga Fasa Empat Kawat
2.3. Harmonisa
Arus yang terdistorsi akibat adanya beban tak linier, seperti penyearah,
inverter, dan tungku busur listrik akan mengandung tingkat harmonisa yang
tinggi. Harmonisa dalam istilah sistem tenaga listrik didefenisikan sebagai
komponen sinusoidal dari suatu gelombang periodik yang mempunyai frekuensi
yang merupakan kelipatan dari frekuensi gelombang fundamental. Jika frekuensi
Perpustakaan Unika
12
fundamental suatu sistem tenaga adalah fo (biasanya 50Hz atau 60Hz), maka
frekuensi harmonisa orde - h adalah h fo.
Arus yang terdistorsi akan mengandung komponen fundamental dan
komponen-komponen harmonisa. Pada satu periode gelombang sinus yang
terdistorsi oleh harmonisa terdiri dari beberapa komponen harmonisa orde
kelipatan ganjil, yaitu harmonisa orde 1, 3, 5 ,7 ,dan seterusnya. Harmonisa orde
- 3 artinya komponen harmonisa yang mempunyai frekuensi tiga kali dari
frekuensi fundamentalnya. Sehingga bila frekuensi fundamental 50Hz, maka
harmonisa orde - 3 mempunyai frekuensi 150Hz.
Harmonisa arus dapat dimodelkan pada suatu sistem sebagai sumber arus
yang memiliki frekuensi kelipatan dari frekuensi fundamental. Gambar 2.4
menunjukkan sebuah model sistem yang mengandung harmonisa, dimana terdapat
sekumpulan sumber arus pada sisi beban yang memiliki frekuensi kelipatan ganjil
dari frekuensi fundamentalnya.
Gambar 2.4. Pemodelan Harmonisa pada Sistem
Pada jaringan tiga fasa empat kawat yang seimbang, arus yang menuju
kawat netral akan saling menghilangkan, sehingga tidak ada arus pada kawat
Perpustakaan Unika
13
netral. Namun harmonisa tidak berlaku demikian. Dibawah ini merupakan
karakteristik harmonisa orde 2 :
||2 0
||2 0
||2
||2 120
||2 240
||2 120
(2-8)
||2 120
||2 240
||2 120
Sistem akan tetap seimbang meskipun terdapat harmonisa orde 2 pada
sistem dan arus dari sumber harmonisa orde 2 akan tetap saling menghilangkan
pada kawat netral. Sedangkan karakteristik harmonisa orde 3 sebagai berikut :
||3 0
||3 0
||3
||3 120
||3 360
||3 (2-9)
||3 120
||3 360
||3
Pada perbandingan diatas jelas terlihat bahwa gelombang harmonisa orde
3 memiliki fasa yang sama antara satu dengan yang lain. Sehingga arus pada
kawat netral dapat dihitung dengan persamaan :
||3 (2-10)
Perpustakaan Unika
14
Pada harmonisa orde - 2, arus saling menghilangkan pada kawat netral,
namun harmonisa arus orde 3 dan kelipatannya akan dijumlahkan pada kawat
netral, menghasilkan arus netral yang sangat besar.
Pada sistem tiga fasa dikenal komponen urutan fasa positif, negatif, dan
nol. Suatu urutan fasa dinamakan urutan positif jika fasor tegangan atau arus
diputar berlawanan arah dengan jarum memiliki urutan ABC (dalam arti urutan
tegangan), sedangkan urutan negatif ditandai dengan urutan ACB. Untuk urutan
yang memiliki arah fasor sama dinamakan urutan nol. Harmonisa akan memiliki
urutan yang berbeda bergantung dari ordenya, semua harmonisa orde kelipatan
tiga (triplen harmonics) selalu merupakan komponen urutan nol. Harmonisa orde
- 1, 4, 7, 10, 13, dan seterusnya memiliki urutan positif, sedangkan harmonisa
orde - 2, 5, 8, 11, 14, dan seterusnya memiliki urutan negatif.
Gambar 2.5. Urutan Fasa pada Sistem Tegangan Tiga Fasa
Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh adanya harmonisa dalam sistem
tenaga listrik, antara lain:
Adanya arus pada kawat netral yang dapat mencapai 1.73 kali RMS arus fasa.
Terjadi kesalahan ukur pada kWh meter jenis elektromekanis.
Penurunan tegangan fasa serta distorsi tegangan.
0
a
V
0
b
V
0
c
V
Perpustakaan Unika
15
Pemanasan berlebih pada kabel akibat bertambahnya nilai RMS arus.
Meningkatnya rugi-rugi tembaga dan pemanasan berlebih pada isolasi trafo.
Adanya panas tambahan pada mesin-mesin berputar.
Pada frekuensi yang lebih tinggi, reaktansi bank kapasitor akan menurun
sehingga harmonisa arus yang mengalir ke bank kapasitor semakin besar.
2.4. Beban Tak Linier
Beban perumahan maupun gedung perkantoran umumnya terdiri dari
kombinasi beban-beban linier dan beban tak linier. Beban linier merupakan beban
listrik yang jika digunakan tidak berpengaruh pada bentuk gelombang sumbernya,
karena naik dan turunnya arus (gelombang) proposional dengan bentuk
gelombang tegangan. Bila tegangan sumber sinusoidal maka arus yang melewati
beban harus sinusoidal juga. Beban linier tidak mempengaruhi karakteristik pada
tegangan, arus, frekuensi, dan bentuk gelombang. Karakteristik beban linier dapat
dimodelkan berbeban R dan L (Gambar 2.6.(a)).
(a) (b)
Gambar 2.6. (a). Rangkaian Pengganti untuk Beban Linier
(b). Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus Beban Linier
Perpustakaan Unika
16
Sedangkan beban tak linier adalah beban yang bentuk gelombang
keluarannya tidak sebanding dengan tegangan dalam setiap setengah siklus
sehingga bentuk gelombang arus maupun tegangan keluarannya tidak sama
dengan gelombang masukannya. Beban tak linier menarik arus dengan bentuk
tidak sinusoidal, walaupun tegangan sumbernya sinusoidal.
Untuk mengetahui karaktristik beban tak linier satu fasa dapat diambil
suatu pendekatan dengan menggunakan rangkaian penyearah dioda jembatan satu
fasa yang dilengkapi dengan kapasitor perata tegangan DC (Gambar 2.7.(a)).
Adanya kapasitor ini dimaksudkan untuk mendapatkan tegangan DC yang relatif
murni untuk operasi komponen elektronik. Namun akibatnya arus pada jala-jala
sistem Is hanya akan mengalir pada saat terjadi pengisian muatan kapasitor, yaitu
di daerah puncak gelombang tegangan jala-jala, sehingga bentuk gelombang arus
Is tidak proporsional lagi terhadap tegangannya (tak linier) dan terdistorsi.
(a) (b)
Gambar 2.7. (a). Rangkaian Pengganti untuk Beban Tak Linier
(b). Bentuk Gelombang Tegangan dan Arus Beban Tak Linier
AC-DC switch-mode power supply (SMPS) saat ini banyak digunakan
sebagai catu daya peralatan berbasis komputer. Prinsip kerja AC-DC SMPS
adalah menyearahkan tegangan AC dengan penyearah dioda jembatan yang
Perpustakaan Unika
17
dilengkapi dengan tapis kapasitor pada sisi DC penyearah. Tegangan DC yang
dihasilkan diubah oleh konverter DC-AC pada frekuensi tinggi untuk
memudahkan penurunan tegangan melalui suatu trafo frekuensi tinggi. Keluaran
trafo disearahkan lagi menggunakan dioda Schottky untuk menyediakan keluaran
DC yang diperlukan. Dioda Schottky membutuhkan waktu reverse-recovery yang
kecil, sehingga banyak digunakan pada rangkaian berfrekuensi tinggi.
Tapis electromagnetic interference (EMI) pada bagian masukan penyearah
berfungsi untuk mengurangi gangguan elektromagnetik yang ditimbulkan oleh
catu daya. Tapis EMI terdiri dari kapasitor yang dipasang paralel terhadap resistor
dan induktor. Konverter yang digunakan pada catu daya peralatan berbasis
komputer memiliki banyak jenis, antara lain flyback, push-pull, half bridge, full
bridge, dan lain-lain.
Gambar 2.8. Prinsip Kerja AC-DC Switch-Mode Power Supply
Penggunaan SMPS sebagai catu daya peralatan berbasis komputer
memberikan keuntungan dalam pengurangan ukuran, berat, dan biaya produksi
dari SMPS tersebut. Namun bagi sistem kelistrikan, penggunaan SMPS
menimbulkan kerugian karena arus yang ditarik berbentuk pulsa yang
mengandung komponen harmonisa dalam jumlah besar. Karena bentuk
Perpustakaan Unika
18
gelombang arus masukan terdistorsi jika dibandingkan dengan bentuk gelombang
sinus ideal, maka SMPS dikategorikan sebagai beban tak linier.
Bentuk gelombang arus masukan yang terdistorsi merupakan hasil
pensaklaran yang berlangsung antara penyearah dioda dan kapasitor. Penyearah
dioda dibias maju hanya ketika tegangan masukan melebihi tegangan kapasitor
ditambah jatuh tegangan maju yang diperlukan dioda. Oleh karena itu, arus ada
pada sisi AC catu daya hanya selama puncak dari gelombang tegangan sumber.
Selama konduksi, suatu pulsa arus yang besar terjadi, yang terdiri atas arus
pengisian kapasitor dan arus yang ditarik beban dari sisi DC. Arus pengisian
kapasitor dibatasi oleh hambatan maju dioda, impedansi internal dari kapasitansi
sisi DC, dan impedansi sumber arus AC.
2.5. Deret Fourier
Teori deret Fourier pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Fourier untuk
menganalisis panas. Seiring perkembangan zaman, teori deret Fourier diperluas
penggunaannya dalam menganalisis bentuk gelombang. Fungsi periodik f(t) dari
gelombang arus non-sinusoidal akan terdiri dari arus fundamental dan komponen
arus yang mengandung harmonisa. Komponen penyusun gelombang kotak dapat
dianalisis menggunakan deret Fourier. Berdasarkan hasil analisis deret Fourier,
gelombang kotak dapat disusun dari sebuah gelombang sinus fundamental serta
sejumlah gelombang sinus yang memiliki frekuensi kelipatan bilangan bulat dari
frekuensi gelombang fundamentalnya.
Perpustakaan Unika
19
Gambar 2.9. Analisis Gelombang Kotak Menggunakan Deret Fourier
Gelombang arus yang terdistorsi dapat direpresentasikan dalam deret
Fourier menggunakan persamaan :
1
2
(2-11)
dimana :
h adalah orde harmonisa
a
h
dan bh merupakan koefisien dari deret Fourier, ditentukan dengan persamaan :
(2-12)
Perpustakaan Unika
20
Karena arus berbentuk gelombang bolak-balik yang simetris, maka
gelombang tersebut memiliki fungsi ganjil. Suatu gelombang disebut memiliki
fungsi ganjil jika . Oleh karena itu fungsi f(t) memiliki koefisien :
0
(2-13)
Sehingga deret Fourier pada persamaan 2-11 dapat dinyatakan sebagai :
(2-14)
dimana :
F
0
merupakan komponen DC.
Fm
1
merupakan nilai maksimum dari komponen fundamental.
Fm
h
merupakan nilai maksimum dari komponen harmonisa orde - h.
0
merupakan sudut angular komponen fundamental.
merupakan konstanta (= 3.14).
t merupakan waktu.
1
merupakan sudut fasa dari komponen fundamental.
h
merupakan sudut fasa dari komponen harmonisa orde - h.
Perpustakaan Unika
21
BAB III
ARUS NETRAL PADA SISTEM TIGA FASA
EMPAT KAWAT
3.1. Pendahuluan
Beban tak linier menimbulkan distorsi arus yang mengandung harmonisa
orde kelipatan tiga dalam jumlah yang besar, dengan penurunan persentase pada
harmonisa orde - 5, 7, 9, 11, 13, 15, dan seterusnya. Harmonisa orde - 3, 9, 15,
dan kelipatan tiga ganjil lainnya, berkontribusi atas terbentuknya arus netral.
Tetapi karena arus yang kecil dan frekuensi yang tinggi, harmonisa orde - 9, 15
dan kelipatan tiga ganjil yang lebih tinggi hanya berpengaruh sangat kecil
terhadap distorsi dan nilai RMS arus netral.
Pada jaringan tiga fasa empat kawat, arus netral merupakan jumlah vektor
dari tiga arus fasa ke netral. Pada keadaan seimbang, arus linier tiga fasa yang
terdiri dari gelombang sinus yang tergeser 120
0
, penjumlahan pada waktu sesaat
tertentu manapun adalah nol, dan dengan demikian tidak ada arus netral. (Gruzs T.
M., 1990)
Beban tak linier, seperti catu daya peralatan berbasis komputer,
mempunyai arus fasa yang tidak berbentuk sinusoidal. Jumlah vektor dari arus
tiga fasa yang seimbang tetapi berbentuk tidak sinusoidal akan menjadi tidak sama
dengan nol. Pada rangkaian tiga fasa, harmonisa orde kelipatan tiga (orde - 3, 6, 9,
dan seterusnya) akan dijumlahkan pada arus netral, karena harmonisa arus orde
Perpustakaan Unika
22
kelipatan tiga merupakan komponen harmonisa urutan nol sehingga akan sefasa
antara satu dengan yang lain.
(a) (b)
Gambar 3.1. (a). Sistem Tiga Fasa Seimbang Berbeban Linier
(b). Sistem Tiga Fasa Seimbang Berbeban Tak Linier
Pada tugas akhir ini penulis menganalisis faktorfaktor yang menyebabkan
munculnya arus netral pada jaringan tiga fasa empat kawat, melalui analisis
Fourier terhadap penurunan rumus persamaan harmonisa pada arus netral serta
perbandingan nilai RMS arus netral terhadap arus fasa. Selain itu, akibatakibat
yang ditimbulkan oleh arus netral terhadap jaringan listrik seperti terjadinya
distorsi tegangan, penurunan tegangan fasa, dan pemanasan berlebih pada kawat
netral juga akan dibahas. Dengan menganalisis faktorfaktor penyebab munculnya
arus netral serta akibat yang ditimbulkan oleh arus netral, maka diharapkan
penulis dapat menemukan rekomendasi untuk meminimalkan dampak adanya arus
pada kawat netral terhadap sistem kelistrikan, serta mengurangi besarnya arus
netral pada jaringan.
Perpustakaan Unika
23
3.2. Arus Netral
3.2.1. Penurunan Persamaan Harmonisa Arus Netral
Menggunakan analisis deret Fourier, arus fasa pada jaringan yang
seimbang dapat dirumuskan sebagai :
2
3
3
2
3
5
2
3
4
3
3
4
3
5
4
3
0 3
0 (3-1)
Harmonisa orde 1, 7, 13, dan seterusnya (h = 6k + 1, dengan h
merupakan orde harmonisa dan k = 0, 1, 2, ) pada arus fasa merupakan
komponen urutan positif, harmonisa orde 3, 9, 15, dan seterusnya (h = 6k + 3)
merupakan komponen yang memiliki urutan nol, dan harmonisa orde 5, 11, 17,
dan seterusnya (h = 6k + 5) merupakan komponen urutan negatif. Sebagai
akibatnya, arus netral hanya mengandung harmonisa orde kelipatan tiga. Karena
jumlah dari komponen harmonisa urutan positif dan urutan negatif sama dengan
nol, maka hanya jumlah dari harmonisa urutan nol (
H,h
) yang mengalir pada
kawat netral.
Perpustakaan Unika
24
Pada sistem yang seimbang, komponen urutan nol berhubungan dengan
harmonisa orde kelipatan tiga. Berdasarkan Hukum Kirchoff, arus yang mengalir
pada kawat netral merupakan jumlah dari keseluruhan arus yang mengalir pada
masingmasing fasa. Arus pada kawat netral dapat dirumuskan dengan
persamaan:
N,h
= 3
H,h
= 3
,
(3-2)
Dengan menganggap
,
,
,
,
, dan
,
,
,
dengan menggunakan Rumus Euler :
,
cos
,
,
sin
,
(3-3)
dimana :
,
cos
,
,
(3-4)
,
sin
,
,
Maka persamaan
N,h
menjadi :
N,h
= (
,
cos
,
,
cos
,
,
cos
,
)
j (
,
sin
,
,
sin
,
,
sin
,
) (3-5)
dimana :
I
N,h
merupakan amplitudo harmonisa orde h pada arus netral.
I
A,h
,
I
B,h
, dan
I
C,h
adalah amplitudo harmonisa orde h fasa A, B, dan C.
Perpustakaan Unika
25
A,h
,
B,h
, dan
C,h
merupakan sudut fasa dari harmonisa orde h pada
fasa A, B, dan C.
Dari persamaan 3-5, amplitudo dari I
N,h
serta sudut fasa
N,h
dari
harmonisa orde h pada arus netral dapat dihitung. Amplitudo I
N,h
dari harmonisa
orde h pada arus netral dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
I
N,h
=
,
cos
,
,
cos
,
,
cos
,
,
sin
,
,
sin
,
,
sin
,
(3-6)
Sudut fasa
N,h
dari harmonisa orde h pada arus netral :
N,h
N,h
(3-7)
Jika harmonisa (amplitudo dan sudut fasa) pada arus fasa diketahui,
maka kandungan harmonisa pada arus netral dapat dihitung menggunakan
persamaan 3-6 dan 3-7.
3.2.2. Perbandingan Nilai RMS Arus Netral Terhadap Arus Fasa
Nilai root mean square (RMS) atau disebut juga nilai efektif merupakan
nilai komponen DC yang akan menghasilkan efek fisik yang sama dengan suatu
gelombang selama satu periode penuh. Untuk menghitung nilai RMS suatu
gelombang, pertama-tama fungsi dari gelombang dikuadratkan agar semua
komponen penyusun gelombang bernilai positif. Kemudian tambahkan semua
Perpustakaan Unika
26
komponen dalam satu siklus gelombang penuh, dan hasilnya diakarkan. Untuk
mengetahui nilai RMS suatu gelombang arus digunakan persamaan:
(3-8)
Nilai RMS dari arus netral juga dapat dihitung menggunakan persamaan
dibawah ini bila nilai RMS dari arus fasa diketahui:
(3-9)
Nilai RMS arus netral dapat terdiri dari komponen harmonisa orde
kelipatan tiga serta komponen harmonisa selain orde kelipatan tiga. Adanya
komponen penyusun arus netral selain harmonisa orde kelipatan tiga karena arus
pada sistem tiga fasa tidak dalam keadaan seimbang. Nilai RMS arus netral yang
disebabkan oleh harmonisa orde kelipatan tiga dihitung dengan pendekatan :
(3-10)
dimana :
I
N
merupakan nilai RMS dari arus netral.
I
A
, I
B
, I
C
,
merupakan nilai RMS dari arus fasa A, B, C.
Perbandingan nilai RMS arus netral terhadap arus fasa pada jaringan tiga
fasa empat kawat yang seimbang akan meningkat seiring dengan peningkatan
Perpustakaan Unika
27
harmonisa orde 3 serta penurunan harmonisa orde 1 dan 5 pada arus fasa.
Perbandingan nilai RMS tersebut dapat dirumuskan dengan :
(3-11)
dimana :
I
N
merupakan nilai RMS dari arus netral.
I
phase
merupakan nilai RMS dari keseluruhan arus fasa.
I
6k+1
, I
6k+3
, dan I
6k+5
merupakan nilai RMS dari komponen harmonisa
arus urutan positif, nol, dan negatif pada arus fasa.
Nilai RMS arus fasa yang mengandung harmonisa orde ganjil I
2h+1
dengan I
2h+1
=q
h
I
1
( 0 q 1, h = 1, 2, ) atau I
3
= q I
1
, I
5
= q
2
I
1
, I
7
= q
3
I
1
, :
(3-12)
Maka nilai RMS arus netral :
3
1
(3-13)
Sehingga perbandingan nilai RMS arus netral terhadap arus fasa :
3
1
3
1
3
1
(3-14)
Nilai maksimum dari perbandingan arus netral dengan arus fasa akan
tercapai ketika q = 1 (semua harmonisa pada arus fasa mempunyai bobot yang
Perpustakaan Unika
28
sama) dan akan sebanding dengan 3. Hal ini menunjukkan bahwa arus netral
dapat mencapai 1.73 kali dari nilai arus fasa. Arus yang mengalir pada kawat
netral akan mengakibatkan kerugian terhadap jaringan listrik seperti terjadinya
distorsi tegangan, penurunan tegangan fasa dan pemanasan berlebih kawat netral.
3.3. Efek Arus Netral Terhadap Jaringan
3.3.1. Distorsi Tegangan
Switch-mode power supply (SMPS), yang digunakan pada sebagian
besar peralatan berbasis komputer, merupakan suatu contoh yang sempurna dari
beban tak linier. SMPS menarik arus berbentuk pulsa tak sinusoidal, sehingga
SMPS merupakan penghasil harmonisa arus. SMPS dalam jumlah yang banyak
dapat menjadi penyumbang terbesar terhadap distorsi tegangan. Arus yang
terdistorsi akibat SMPS akan menghasilkan distorsi tegangan dalam bentuk
pemucukan rata.
Arus hanya ditarik dari sumber pada puncak dari gelombang tegangan
(untuk mengisi kapasitor perata tegangan), sehingga penurunan tegangan akibat
dari impedansi sistem juga akan terjadi hanya pada puncak dari gelombang
tegangan. Tegangan puncak yang rata akan mengurangi tegangan keluaran DC
dari SMPS, mengurangi kemampuan SMPS dalam menghadapi gangguan daya,
dan meningkatkan arus yang ditarik serta rugirugi daya.
Berdasarkan analisis Fourier pulsa arus yang ditarik oleh penyearah
SMPS mempunyai komponen frekuensi fundamental serta seluruh komponen
harmonisa orde ganjil. Komponen fundamental tidak termasuk komponen yang
Perpustakaan Unika
29
terdistorsi, sehingga nilai RMS komponen gelombang yang terdistorsi adalah
hanya akar dari jumlah kuadrat komponen harmonisa. Persentase nilai komponen
fundamental terhadap komponen harmonisa disebut sebagai total harmonic
distortion (THD). Nilai THD digunakan untuk mengukur besar penyimpangan
bentuk gelombang periodik yang mengandung harmonisa dari gelombang
sinusiodal murninya. Untuk gelombang sinusiodal sempurna memiliki nilai THD
sebesar 0%. THD tegangan (V
thd
) dapat dihitung dengan persamaan :
. . .
1
100%
(3-15)
Sedangkan total harmonic distortion arus (I
thd
) dapat dihitung dengan :
1
100%
(3-16)
Menurut standar IEEE 519 1992, komputer dan peralatan lain yang
berbasis komputer membutuhkan sumber tegangan AC yang mempunyai distorsi
total harmonisa tegangan tidak lebih dari 5%, dengan harmonisa pada masing
masing komponennya tidak lebih dari 3% tegangan fundamental. Semakin tinggi
tingkat harmonisa pada sumber tegangan akan mengakibatkan kesalahan operasi,
bahkan kerusakan yang serius pada peralatan.
Distorsi tegangan berhubungan dengan impedansi sistem dan besarnya
harmonisa arus pada sistem. Oleh karena itu, untuk menganalisis dampak yang
dialami sistem terhadap beban tak linier adalah dengan menghitung efek dari
Perpustakaan Unika
30
setiap komponen harmonisa arus yang mengalir melalui impedansi dari jaringan.
Semakin tinggi impedansi sistem (sebagai contoh penggunaan kabel yang sangat
panjang, trafo impedansi tinggi, penggunaan generator diesel) maka semakin
tinggi distorsi tegangan. Distorsi tegangan yang paling besar terjadi pada beban
itu sendiri, karena harmonisa arus akan dikalikan dengan total impedansi sistem
(kabel, trafo dan sumber) pada titik tersebut. Sekalipun tingkat distorsi tegangan
rendah di panel sistem, distorsi dapat menjadi sangat tinggi di beban itu sendiri.
3.3.2. Penurunan Tegangan Fasa
Ketika memodelkan jaringan distribusi, setiap SMPS dianggap sebagai
sumber harmonisa arus. Setiap harmonisa arus diinjeksikan menuju jaringan daya
oleh beban tak linier akan mengalir melalui impedansi sistem, menghasilkan
penurunan tegangan pada frekuensi harmonisa tersebut. Secara umum, besarnya
penurunan tegangan dapat dihitung menggunakan Hukum Ohm :
(3-17)
dimana :
V
h
= harmonisa tegangan orde h.
I
h
= harmonisa arus orde h.
Z
h
= impedansi dari sistem terhadap harmonisa orde h.
Kawat netral pada jaringan tiga fasa empat kawat akan menghasilkan
tegangan yang cukup signifikan terhadap ground ketika harmonisa arus mengalir
dan impedansi kawat akan meningkat. Tegangan netral terhadap ground yang
Perpustakaan Unika
31
cukup besar mengandung komponen harmonisa urutan nol akan mengakibatkan
penurunan tegangan fasa terhadap netral. Nilai impedansi kawat netral sangat
ditentukan oleh induktansi kawat pada frekuensi harmonisa urutan nol.
Gambar 3.2. Penurunan Tegangan pada Kabel
Penurunan tegangan fasa terhadap netral terjadi di sepanjang kawat fasa
dan netral terhadap setiap orde harmonisa. Sebagai contoh penurunan tegangan
pada kawat fasa A dan kawat netral dapat dihitung menggunakan persamaan :
(3-18)
dimana :
,
,
,
,
,
, dan
,
merupakan tegangan dari
kawat fasa A dan kawat netral pada bus 1 dan bus 2 terhadap ground
sesuai dengan frekuensi harmonisanya.
Perpustakaan Unika
32
r
A
dan r
N
merupakan resistansi kawat fasa A dan kawat netral.
L
ij
dengan i dan j dapat berupa A, B, C, dan N merupakan nilai
induktansi kawat fasa dan netral.
,
) akan sama dengan nol. Sehingga
tegangan fasa A terhadap netral pada bus 2 dapat dihitung dengan persamaan :
0 00 0 } }} } (3-19)
3.3.3. Pemanasan Berlebih pada Kawat Netral
Panel distribusi sistem tiga fasa empat kawat biasanya menggunakan
kawat netral memiliki diameter yang sama dengan kawat fasa. Ketika ada arus
pada kawat netral yang dapat mencapai 1.73 kali dari RMS arus fasa, maka akan
timbul rugirugi berupa panas dan ampasitas kabel akan berkurang. Panas yang
berlebih pada kabel akan mengakibatkan rusaknya isolasi kabel. Bila dibiarkan,
isolasi kabel yang terkelupas dapat menimbulkan hubung singkat.
Perpustakaan Unika
33
Rugirugi pada kabel dibagi menjadi rugirugi arus dan tegangan. Pada
kabel tegangan rendah, rugirugi tegangan dapat diabaikan. Rugirugi arus
berpengaruh pada rugirugi daya. Rugirugi arus dan nilai resistansi kabel
merupakan faktor yang mempengaruhi rugirugi daya (RI). Jika terdapat beban
tak linier, arus akan mengandung harmonisa sehingga resistansi kabel akan
terpengaruh oleh frekuensi masingmasing komponen harmonisa.
Temperatur akan mempengaruhi nilai resistansi konduktor, karena
resistansi konduktor mengalami kenaikan setiap terjadi kenaikan temperatur. Arus
dan panas dari kabel di dekatnya mempengaruhi temperatur kabel. Pada kabel
yang mengandung kawat netral, ketidakseimbangan sistem dapat meningkatkan
temperatur kabel. Khususnya bila terdapat beban tak linier, harmonisa orde
kelipatan tiga dapat menyebabkan kawat netral kelebihan muatan. Daya yang
terdissipasi oleh kabel tegangan rendah dapat dihitung dengan :
,
,
(3-20)
dimana :
P [W/m] merupakan daya yang terdissipasi.
c merupakan indeks konduktor.
C merupakan jumlah konduktor.
h merupakan orde harmonisa.
H merupakan orde harmonisa maksimum harmonisa.
R
c,h
[/m] adalah resistansi konduktor pada harmonisa arus orde h.
I
c,h
[A] merupakan harmonisa arus orde h pada konduktor.
Perpustakaan Unika
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pendahuluan
Studi kasus terhadap arus netral pada jaringan tiga fasa empat kawat
berbeban tak linier dilakukan melalui pengukuran pada sub distribution panel
yang mensuplai ruangan laboratorium komputer Gedung Yustinus lantai 1
UNIKA Soegijapranata, Semarang. Laboratorium ini disuplai sistem tegangan tiga
fasa empat kawat, berbeban tiga komputer bermonitor LCD pada masing-masing
fasa R dan fasa S, sedangkan pada fasa T terdapat dua komputer bermonitor CRT.
Bentuk arus dan tegangan pada masing-masing fasa serta kandungan
harmonisanya difoto dan dicatat untuk memperoleh data hasil pengukuran. Data
hasil pengukuran yang diperoleh melalui power quality analyzer dan osiloskop
akan menjadi acuan dalam menganalisis arus netral pada jaringan. Data hasil
pengukuran power quality analyzer menunjukkan nilai komponenkomponen
harmonisa dalam suatu sistem, sedangkan data dari osiloskop menunjukkan
bentuk gelombang dari arus dan tegangan pada jaringan.
Hasil pengukuran kemudian akan dibandingkan dengan hasil simulasi
menggunakan software Power Sim 6.0. Simulasi menggunakan software Power
Sim 6.0 digunakan untuk memperkirakan karakteristik dan konfigurasi beban
yang terpasang pada sistem kelistrikan di ruangan laboratorium komputer. Hasil
simulasi dibuat agar mendekati data-data yang telah diperoleh dalam pengukuran.
Perpustakaan Unika
35
4.2. Peralatan Berbasis Komputer
4.2.1. Komputer
Pada simulasi, catu daya komputer dimodelkan terdiri dari tapis EMI,
penyearah dioda jembatan, konverter half bridge, trafo, dan penyearah dioda pada
bagian keluaran. Catu daya komputer harus mampu menghasilkan tegangan
keluaran DC dengan nilai 12V, 5V, dan 3.3V.
Gambar 4.1. Pemodelan Catu Daya Komputer
Catu daya komputer mengakibatkan THD arus sangat tinggi mencapai
76.1%, namun THD tegangan masih normal yaitu 2.6%. Komputer yang
terpasang pada sumber dengan tegangan RMS 206.7V menyerap arus dengan nilai
RMS 0.68A. Cos sistem rendah yaitu 0.627 mengakibatkan daya nyata yang
digunakan hanya sebesar 0.088kW, sedangkan daya semunya sebesar 0.141kVA.
Arus masukan komputer hasil pengukuran berbentuk pulsa-pulsa
memiliki nilai puncak 1.71A. Arus masukan komputer hasil pendekatan melalui
simulasi tampak mendekati hasil pengukuran. Hasil FFT arus masukan komputer
terlihat kandungan komponen fundamental arus sebesar 0.48A, harmonisa orde
3 sebesar 0.44A, orde 5 sebesar 0.36A, orde 7 sebesar 0.26A, orde 9 sebesar
0.15A, serta komponen harmonisa orde ganjil lain dengan nilai yang lebih kecil.
Perpustakaan Unika
36
Tabel 4.1. Komponen Harmonisa Arus dan Tegangan Masukan Komputer
Orde Arus (ampere) Tegangan Stop Kontak (volt)
1 0.48 205.5
3 0.42 3.4
5 0.31 3.1
7 0.18 2
9 0.07 1.2
11 0.03 0.5
13 0.06 0.6
15 0.06 0.6
17 0.03 0.4
19 0 0.4
THD (%) 76.1 2.6
Gambar 4.2. Arus Masukan Komputer
(a) (b)
Gambar 4.3. (a). Hasil Simulasi Sinyal Arus Masukan Komputer
(b). Hasil Fast Fourier Transform Arus Masukan Komputer
Perpustakaan Unika
37
4.2.2. Monitor Cathode Ray Tube (CRT)
Pada simulasi, catu daya monitor CRT dimodelkan terdiri dari tapis
EMI, penyearah dioda jembatan, konverter flyback, trafo, dan penyearah dioda
pada bagian keluaran. Catu daya komputer harus mampu menghasilkan tegangan
keluaran DC dengan nilai 135V, 20V, dan 12V.
Gambar 4.4. Pemodelan Catu Daya Monitor CRT
Catu daya monitor CRT menghasilkan THD arus sangat tinggi mencapai
77.6%, namun THD tegangan masih normal yaitu 2.5%. Monitor CRT yang
terpasang pada sumber dengan tegangan RMS 206.8V menyerap arus dengan nilai
RMS 0.32A. Cos sistem rendah yaitu 0.624 mengakibatkan daya nyata yang
digunakan hanya sebesar 0.042kW, sedangkan daya semunya sebesar 0.066kVA.
Tabel 4.2. Komponen Harmonisa Arus dan Tegangan Masukan Monitor CRT
Orde Arus (ampere) Tegangan Stop Kontak (volt)
1 0.2 205.2
3 0.18 3.5
5 0.14 3
7 0.09 1.9
9 0.04 1.2
11 0.01 0.4
13 0.02 0.6
15 0.03 0.6
17 0.02 0.4
19 0 0.3
THD (%) 77.6 2.5
Perpustakaan Unika
38
Arus masukan monitor CRT hasil pengukuran berbentuk pulsa-pulsa
memiliki nilai puncak 1.02A. Arus masukan monitor CRT hasil pendekatan
melalui simulasi tampak mendekati hasil pengukuran. Hasil FFT arus masukan
terlihat kandungan komponen fundamental arus sebesar 0.2A, harmonisa orde 3
sebesar 0.19A, orde 5 sebesar 0.17A, orde 7 sebesar 0.15A, orde 9 sebesar
0.12A, serta komponen harmonisa orde ganjil lain dengan nilai yang lebih kecil.
Gambar 4.5. Arus Masukan Monitor CRT
(a) (b)
Gambar 4.6. (a). Hasil Simulasi Sinyal Arus Masukan Monitor CRT
(b). Hasil Fast Fourier Transform Arus Masukan Monitor CRT
Perpustakaan Unika
39
4.2.3. Monitor Liquid Crystal Display (LCD)
Pada simulasi, catu daya monitor LCD dimodelkan terdiri dari tapis
EMI, penyearah dioda jembatan, konverter half bridge, trafo, dan penyearah dioda
pada bagian keluaran. Catu daya monitor LCD harus mampu menghasilkan
tegangan keluaran DC dengan nilai 30V, 24V, dan 12V.
Gambar 4.7. Pemodelan Catu Daya Monitor LCD
Catu daya monitor LCD menghasilkan THD arus sangat tinggi mencapai
81.3%, namun THD tegangan masih normal yaitu 3.1%. Monitor LCD yang
terpasang pada sumber dengan tegangan RMS 206.5V menyerap arus dengan nilai
RMS 0.16A. Cos sistem rendah yaitu 0.565 mengakibatkan daya nyata yang
digunakan hanya sebesar 0.018kW, sedangkan daya semunya sebesar 0.033kVA.
Tabel 4.3. Komponen Harmonisa Arus dan Tegangan Masukan Monitor LCD
Orde Arus (ampere) Tegangan Stop Kontak (volt)
1 0.09 205.1
3 0.08 4.5
5 0.07 3.4
7 0.05 1.9
9 0.03 1.3
11 0.02 0.5
13 0.02 0.8
15 0.02 0.4
17 0.01 0.6
19 0 0.5
THD (%) 81.3 3.1
Perpustakaan Unika
40
Arus masukan monitor LCD hasil pengukuran berbentuk pulsa-pulsa
memiliki nilai puncak 0.56A. Arus masukan monitor LCD hasil pendekatan
melalui simulasi tampak mendekati hasil pengukuran. Hasil FFT arus masukan
terlihat kandungan komponen fundamental arus sebesar 0.09A, harmonisa orde
3 sebesar 0.08A, orde 5 sebesar 0.075A, orde 7 sebesar 0.07A, orde 9
sebesar 0.06A, serta harmonisa orde ganjil lain dengan nilai lebih kecil.
Gambar 4.8. Arus Masukan Monitor LCD
(a) (b)
Gambar 4.9. (a). Hasil Simulasi Sinyal Arus Masukan Monitor LCD
(b). Hasil Fast Fourier Transform Arus Masukan Monitor LCD
Perpustakaan Unika
41
4.3. Data Hasil Pengukuran dan Simulasi
Pada rangkaian simulasi yang digunakan untuk mendekati bentuk
gelombang hasil pengukuran (Gambar 4.10), beban tak linier berupa kumpulan
sistem peralatan berbasis komputer yang dapat terdiri dari komputer bermonitor
CRT maupun komputer bermonitor LCD, sesuai dengan jumlah dan keadaan
sebenarnya yang ada di laboratorium komputer. Catu daya komputer dipasang
paralel dengan catu daya monitor CRT maupun LCD pada rangkaian simulasi.
Pada simulasi, sumber dianggap ideal memiliki tegangan yang seimbang
dengan nilai RMS 220V serta nilai puncak 311V dengan frekuensi 50Hz.
Tegangan sumber dan kabel pada jaringan kelistrikan dianggap memiliki
impedansi sumber (Z
S
) dan impedansi jaringan (Z
L
) dengan nilai resistansi 2.5m
serta nilai induktansi 2.5H. Pada rangkaian simulasi akan dilihat bentuk arus
masukan masing-masing fasa dan arus netral, serta penurunan tegangan yang
terjadi pada fasa R sebagai contoh. Hasil bentuk gelombang tersebut kemudian
dilihat kandungan komponen harmonisanya melalui Fast Fourier Transform.
Gambar 4.10. Sistem Komputer pada Jaringan Tiga Fasa Empat Kawat
Perpustakaan Unika
42
4.3.1. Hasil Pengukuran dan Simulasi pada Fasa R
Fasa R dibebani oleh tiga komputer bermonitor LCD sehingga arus
masukannya menjadi terdistorsi. THD arus sangat tinggi mencapai 79.4%, dengan
kandungan harmonisa orde - 3, 5, 7, dan 9 sangat tinggi. Cos sistem rendah
yaitu 0.617 mengakibatkan daya nyata sistem hanya sebesar 0.122kW, sedangkan
daya semunya sebesar 0.198kVA.
Tabel 4.4. Komponen Harmonisa Arus dan Tegangan Fasa R
Orde Arus (ampere) Tegangan SDP (volt) Tegangan Stop Kontak (volt)
1 0.59 205.8 205.2
3 0.51 4.1 4.9
5 0.44 2.9 3.6
7 0.31 1.7 2.1
9 0.19 1.2 1.5
11 0.08 0.1 0.6
13 0.01 0.4 1.1
15 0.03 0.3 0.6
17 0.04 0.6 0
19 0.03 0.2 0.7
THD (%) 79.4 2.7 3.4
Arus fasa R hasil pengukuran (Gambar 4.11) berbentuk pulsa-pulsa
memiliki nilai RMS 0.96A dan nilai puncaknya 2.25A. Arus fasa R hasil
pendekatan melalui simulasi (Gambar 4.12.(a)) tampak mendekati hasil
pengukuran. Hasil FFT arus fasa R (Gambar 4.12.(b)) terlihat kandungan
komponen fundamental arus fasa R sebesar 0.6A, harmonisa orde 3 sebesar
0.55A, orde 5 sebesar 0.45A, orde 7 sebesar 0.34A, orde 9 sebesar 0.22A,
serta komponen harmonisa orde ganjil lain dengan nilai yang lebih kecil.
Perpustakaan Unika
43
Gambar 4.11. Arus Masukan Fasa R
(a) (b)
Gambar 4.12. (a). Hasil Simulasi Sinyal Arus Masukan Fasa R
(b). Hasil Fast Fourier Transform Arus Masukan Fasa R
Tegangan fasa R pada SDP hasil pengukuran (Gambar 4.13) memiliki
nilai RMS 207V dan nilai puncak 204.3V. Tegangan terdistorsi dalam bentuk
pemucukan rata dengan THD 2.7%. Hasil simulasi tegangan fasa R setelah
melewati impedansi sumber (Gambar 4.14.(a)) tampak tidak terlalu terdistorsi,
tetapi bila diamati secara lebih detail, nilai puncak tegangan mengalami
penurunan dari 311V menjadi 310.97V. Bila dianalisis menggunakan FFT
(Gambar 4.14.(b)) akan terlihat kandungan komponen fundamental sebesar
310.99V, serta komponen harmonisa orde ganjil lain dengan nilai yang sangat
kecil dibawah 10mV.
Perpustakaan Unika
44
Gambar 4.13. Tegangan Fasa R pada SDP
(a) (b)
Gambar 4.14. (a). Hasil Simulasi Sinyal Tegangan Fasa R pada SDP
(b). Hasil FFT Tegangan Fasa R pada SDP
Tegangan fasa R pada stop kontak dekat komputer (Gambar 4.15),
tampak semakin terdistorsi memiliki THD 3.4% serta bentuk pemucukan rata
semakin terlihat jelas. Puncak tegangan fasa R mengalami penurunan ketika
semakin mendekati beban (komputer) sebesar 0.33V menjadi 203.97V, nilai RMS
juga turun sebesar 0.5V menjadi 206.5V. Nilai puncak tegangan fasa R hasil
simulasi (Gambar 4.16.(a)) mengalami penurunan menjadi 310.96V. Bila
dianalisis menggunakan FFT (Gambar 4.16.(b)) akan terlihat kandungan
komponen fundamental turun menjadi 310.98V, sedangkan komponen harmonisa
yang lain mengalami peningkatan sedikit.
Perpustakaan Unika
45
Gambar 4.15. Tegangan Fasa R pada Stop Kontak
(a) (b)
Gambar 4.16. (a). Hasil Simulasi Sinyal Tegangan Fasa R pada Stop Kontak
(b). Hasil FFT Tegangan Fasa R pada Stop Kontak
4.3.2. Hasil Pengukuran dan Simulasi pada Fasa S
Fasa S dibebani oleh tiga komputer bermonitor LCD sehingga arus
masukannya menjadi terdistorsi berbentuk pulsa-pulsa. THD arus sangat tinggi
mencapai 73.6%, dengan kandungan harmonisa orde - 3, 5, 7, dan 9 sangat tinggi,
sedangkan THD tegangan masih normal yaitu 2.4%. Cos sistem rendah yaitu
0.666 mengakibatkan daya nyata sistem hanya sebesar 0.177kW, sedangkan daya
semunya sebesar 0.266kVA.
Perpustakaan Unika
46
Tabel 4.5. Komponen Harmonisa Arus dan Tegangan Fasa S
Orde Arus (ampere) Tegangan SDP (volt)
1 0.87 206.7
3 0.69 3.1
5 0.53 2.9
7 0.31 1.7
9 0.11 1.4
11 0.05 0.5
13 0.11 0.7
15 0.1 0.7
17 0.06 0.5
19 0.01 0.3
THD (%) 73.6 2.4
Arus fasa S hasil pengukuran (Gambar 4.17) memiliki nilai RMS 1.28A
dan nilai puncak 2.84A. Arus fasa S hasil simulasi (Gambar 4.18.(a)) tampak
mendekati hasil pengukuran. Hasil FFT dari arus fasa S (Gambar 4.18.(b)),
terlihat kandungan komponen fundamental arus fasa S sebesar 0.81A, harmonisa
orde 3 sebesar 0.73A, orde 5 sebesar 0.59A, orde 7 sebesar 0.41A, orde 9
sebesar 0.25A, serta harmonisa orde ganjil lain dengan nilai yang lebih kecil.
Gambar 4.17. Arus Masukan Fasa S
Perpustakaan Unika
47
(a) (b)
Gambar 4.18.(a). Hasil Simulasi Sinyal Arus Masukan Fasa S
(b). Hasil Fast Fourier Transform Arus Masukan Fasa S
Tegangan fasa S pada SDP hasil pengukuran (Gambar 4.19) memiliki
nilai RMS 208.2V dan nilai puncak 206.2V. Tegangan terdistorsi dalam bentuk
pemucukan rata dengan THD 2.4%. Hasil simulasi tegangan fasa S setelah
melewati impedansi sumber (Gambar 4.20.(a)) tampak tidak terlalu terdistorsi,
tetapi bila diamati secara lebih detail, nilai puncak tegangan mengalami
penurunan dari 311V menjadi 310.95V. Hasil analisis FFT (Gambar 4.20.(b))
terlihat kandungan komponen fundamental sebesar 310.98V, serta komponen
harmonisa orde ganjil lain dengan nilai yang lebih kecil dibawah 20mV.
Gambar 4.19. Tegangan Fasa S pada SDP
Perpustakaan Unika
48
(a) (b)
Gambar 4.20.(a). Hasil Simulasi Sinyal Tegangan Fasa S pada SDP
(b). Hasil Fast Fourier Transform Tegangan Fasa S pada SDP
4.3.3. Hasil Pengukuran dan Simulasi pada Fasa T
Fasa T dibebani oleh dua komputer bermonitor CRT sehingga arus
masukannya terdistorsi berbentuk pulsa-pulsa. THD arus mencapai 72.6%, dengan
kandungan harmonisa orde - 3, 5, 7, dan 9 sangat tinggi, sedangkan THD
tegangan masih normal yaitu 3.1%. Cos sistem hanya 0.667 mengakibatkan
daya nyata sistem sebesar 0.398kW, sedangkan daya semunya sebesar 0.597kVA.
Tabel 4.6. Komponen Harmonisa Arus dan Tegangan Fasa T
Orde Arus (ampere) Tegangan SDP (volt)
1 1.95 205.7
3 1.66 4.3
5 1.08 3.6
7 0.51 1.7
9 0.07 1.6
11 0.17 0.5
13 0.19 1
15 0.1 0.7
17 0.05 0.7
19 0.1 0.7
THD (%) 72.6 3.1
Perpustakaan Unika
49
Arus fasa T hasil pengukuran (Gambar 4.21) memiliki nilai RMS 2.88A
dan nilai puncaknya 5.9A. Arus fasa T hasil pendekatan melalui simulasi (Gambar
4.22.(a)) tampak mendekati hasil pengukuran. Hasil FFT dari arus fasa T (Gambar
4.22.(b)) terlihat kandungan komponen fundamental arus fasa T sebesar 2.48A,
harmonisa orde 3 sebesar 1.96A, orde 5 sebesar 1.16A, orde 7 sebesar
0.42A, orde 9 sebesar 0.19A, serta komponen harmonisa orde ganjil lain dengan
nilai yang lebih kecil.
Gambar 4.21. Arus Masukan Fasa T
(a) (b)
Gambar 4.22.(a). Hasil Simulasi Sinyal Arus Masukan Fasa T
(b). Hasil Fast Fourier Transform Arus Masukan Fasa T
Perpustakaan Unika
50
Tegangan fasa T pada SDP hasil pengukuran (Gambar 4.23) memiliki
nilai RMS 207.1V dan nilai puncak 205.5V. Tegangan terdistorsi dalam bentuk
pemucukan rata dengan THD 3.1%. Nilai puncak tegangan hasil simulasi
tegangan fasa T setelah melewati impedansi sumber (Gambar 4.24.(a)) mengalami
penurunan dari 311V menjadi 310.95V. Komponen fundamental tegangan fasa T
(Gambar 4.24.(b)) sebesar 310.99V, serta komponen harmonisa orde ganjil lain
dengan nilai yang lebih kecil dibawah 60mV.
Gambar 4.23. Tegangan Fasa T pada SDP
(a) (b)
Gambar 4.24.(a). Hasil Simulasi Sinyal Tegangan Fasa T pada SDP
(b). Hasil Fast Fourier Transform Tegangan Fasa T pada SDP
Perpustakaan Unika
51
4.3.4. Hasil Pengukuran dan Simulasi pada Kawat Netral
Arus pada kawat netral memiliki THD sangat tinggi mencapai 88.1%,
dengan kandungan harmonisa orde 3 sebesar 2.68A. Nilai RMS arus netral hasil
pengukuran terdiri dari komponen harmonisa orde kelipatan tiga serta komponen
harmonisa selain orde kelipatan tiga. Adanya komponen penyusun arus netral
selain harmonisa orde kelipatan tiga karena arus pada sistem tiga fasa tidak dalam
keadaan seimbang.
Tabel 4.7. Komponen Harmonisa Arus dan Tegangan Kawat Netral
Orde Arus (ampere) Tegangan SDP (volt)
1 1.11 2.2
3 2.68 0.1
5 0.59 0.4
7 0.29 0.2
9 0.55 0
11 0.15 0
13 0.09 0
15 0.18 0
17 0.08 0
19 0.04 0
THD (%) 88.1 23.7
Arus netral hasil pengukuran (Gambar 4.25) memiliki nilai RMS 3.3A
dan nilai puncak 6.68A. Arus netral hasil simulasi terlihat menyerupai hasil
pengukuran (Gambar 4.26.(a)). Hasil FFT arus netral (Gambar 4.26.(b)) terlihat
komponen fundamental sebesar 1.57A, harmonisa orde 3 sebesar 3.03A, orde
5 sebesar 0.79A, orde 7 sebesar 0.29A, orde 9 sebesar 0.74A, serta harmonisa
orde ganjil lain dengan nilai lebih kecil.
Perpustakaan Unika
52
Gambar 4.25. Arus pada Kawat Netral
(a) (b)
Gambar 4.26.(a). Hasil Simulasi Sinyal Arus Netral
(b). Hasil Fast Fourier Transform Arus Netral
Kawat netral memiliki tegangan RMS 2V terhadap ground serta THD
tegangan sudah melebihi standar distorsi yaitu 23.7%. Gelombang tegangan netral
terhadap ground hasil pengukuran (Gambar 4.27) memiliki nilai puncak 2.3V.
Tegangan netral terhadap ground hasil simulasi (Gambar 4.28.(a)) terlihat tidak
menyerupai hasil pengukuran, hal ini disebabkan karena perbedaan nilai
impedansi kabel pada rangkaian simulasi dengan saat pengukuran. Hasil FFT
tegangan netral terhadap ground (Gambar 4.28.(b)) terlihat harmonisa orde 1
sebesar 48.9V, harmonisa orde 2 sebesar 13.7V , serta harmonisa orde genap
maupun ganjil yang lain dengan nilai lebih kecil dibawah 8V.
Perpustakaan Unika
53
Gambar 4.27. Tegangan Netral Terhadap Ground
(a) (b)
Gambar 4.28.(a). Hasil Simulasi Sinyal Tegangan Netral Terhadap Ground
(b). Hasil FFT Tegangan Netral Terhadap Ground
4.4. Pembahasan
Bentuk dan amplitudo gelombang hasil simulasi secara umum mendekati
bentuk gelombang hasil pengukuran, namun kandungan komponen-komponen
harmonisa dari gelombang hasil simulasi masih belum dapat mendekati data hasil
pengukuran. Hal ini diakibatkan karena pada kondisi yang sebenarnya nilai
tegangan fasa tidak konstan, pensaklaran pada SMPS berubah-ubah untuk
memenuhi permintaan sistem, serta nilai komponen-komponen induktor,
kapasitor, dan beban-beban pada SMPS tidak diketahui secara pasti.
Perpustakaan Unika
54
Dalam simulasi, tegangan sumber dianggap ideal memiliki nilai puncak
311V dan RMS 220V, selain itu juga nilai impedansi jaringan tidak diketahui
secara pasti, sehingga tegangan hasil simulasi tidak dapat mendekati hasil
pengukuran. Namun hasil simulasi dapat membuktikan adanya penurunan puncak
tegangan akibat interaksi antara harmonisa arus dengan impedansi jaringan. Catu
daya komputer, monitor CRT, dan monitor LCD yang termasuk jenis AC-DC
SMPS dimodelkan terdiri dari tapis EMI, penyearah dioda jembatan, konverter
DC-AC, trafo, dan penyearah dioda pada bagian keluaran. Arus masukan SMPS
terdistorsi berbentuk pulsa-pulsa, serta kandungan harmonisanya tinggi.
Arus pada fasa R, S, dan T mengalami distorsi hingga bentuknya
menjadi pulsa-pulsa seperti tanduk. Arus berbentuk pulsa tak sinusoidal yang
ditarik SMPS mengandung komponen-komponen harmonisa dalam jumlah yang
besar. Hal ini mengakibatkan nilai RMS dari arus meningkat, karena nilai RMS
arus merupakan gabungan dari komponen arus fundamental ditambah dengan
komponen harmonisa arus. Sebagai contoh perhitungan nilai RMS arus fasa R :
0.59
0.51
0.44
0.31
0.19
0.08
0.01
0.03
0.04
0.03
0.3481 0.2601 0.1936 0.0961 0.0361 0.0064
0.0001 0.0009 0.0016 0.0009
0.9439 0.97 (4-1)
Perpustakaan Unika
55
Nilai RMS arus fasa R berdasarkan hasil perhitungan diatas mendekati
hasil pengukuran yaitu 0.96A. Nilai komponen arus fundamental yang terpakai
untuk mengoperasikan komputer hanya 0.59A atau hanya sekitar 61% dari total
RMS arus fasa R. Sedangkan 39% sisanya berupa komponen-komponen
harmonisa arus yang akan menjadi rugi-rugi daya menyebabkan pemanasan
berlebih pada kabel, sehingga dapat merusak isolasi kabel.
Arus yang terdistorsi akibat SMPS akan menghasilkan distorsi tegangan
dalam bentuk pemucukan rata. Nilai puncak tegangan fasa mengalami penurunan
akibat interaksi antara komponen-komponen harmonisa arus dengan impedansi
kabel. Tegangan sumber fasa R pada SDP telah terdistorsi mengalami pemucukan
rata dengan THD 2.7% dan mengalami penurunan nilai RMS menjadi 207V
dengan nilai puncak 204.3V. Padahal seharusnya tegangan sumber dari PLN
memiliki nilai RMS 220V dengan nilai puncak 311V. THD tegangan fasa R pada
stop kontak mengalami peningkatan menjadi 3.4%, nilai puncaknya turun menjadi
203.97V, dan nilai RMS menjadi 205.8V. THD tegangan dan penurunan tegangan
semakin meningkat bila semakin mendekati sumber harmonisa, karena impedansi
kabel semakin besar ketika menjauhi sumber tegangan. Secara umum tegangan
fasa mengalami distorsi kurang dari 5%, hal ini masih dianggap memenuhi
standar IEEE.
Interaksi antara arus yang mengalir pada kawat netral dengan impedansi
kawat akan mengakibatkan munculnya tegangan pada kawat tersebut. Kawat
netral menghasilkan tegangan yang cukup signifikan terhadap ground ketika
harmonisa arus mengalir dan impedansi kawat akan meningkat. Saat pengukuran,
Perpustakaan Unika
56
kawat netral memiliki tegangan 2V terhadap ground. Tegangan pada kawat netral
dapat mengurangi besarnya tegangan fasa, sehingga terjadi penurunan tegangan
fasa. Jika arus yang mengalir maupun impedansi kawat meningkat, maka
penurunan dan distorsi tegangan akan semakin besar. Karakteristik impedansi
kawat dipengaruhi oleh frekuensi arus yang melaluinya. Semakin tinggi frekuensi,
impedansi kawat juga akan meningkat.
Berdasarkan hasil pengukuran, arus pada kawat netral memiliki nilai
RMS 3.3A. Persentase perbandingan RMS arus netral terhadap RMS arus fasa :
,
100%
100%
3.3
0.96
1.28
2.88
1.73
100%
3.3
1.9
100% 173%
(4-2)
Berdasarkan hasil perhitungan, persentase nilai RMS arus netral
mencapai 1.73 kali RMS arus fasa. Harmonisa orde kelipatan tiga pada arus netral
merupakan penyumbang terbesar tingginya nilai RMS arus netral. Hal ini
disebabkan harmonisa orde kelipatan tiga mempunyai urutan fasa nol sehingga
akan dijumlahkan pada kawat netral.
Perpustakaan Unika
57
Pada saat pengukuran dilakukan, sistem tiga fasa tidak dalam keadaan
seimbang sehingga muncul komponen penyusun arus netral selain harmonisa orde
kelipatan tiga. Untuk mencari nilai RMS arus netral yang disebabkan oleh
harmonisa orde kelipatan tiga digunakan pendekatan :
3.3
0.96
1.28
2.88