Anda di halaman 1dari 20

UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMMUNOCHROMATOGRAPHIC TUBERCULOSIS (ICT TB) DIBANDINGKAN DENGAN PEMERIKSAAN BTA SPUTUM PADA TERSANGKA PENDERITA

TB PARU DI RSUP DR KARIADI SEMARANG

IMMUNOCHROMATOGRAPHIC TUBERCULOSIS EXAMINATION DIAGNOSTIC TEST (ICT TB) COMPARED WITH SPUTUM SMEAR EXAMINATION ON THE SUSPECT PULMONARY TB PATIENTS AT DR KARIADI SEMARANG

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk m m nu!i tu"a# $an m % n"ka&i & '#(a'atan $a%am m n m&u! P')"'am P n$i$ikan Sa'jana *aku%ta# K $)kt 'an

ARIS SETIONO G+A,,-,./

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN *AKULTAS KEDOKTERAN UNI0ERSITAS DIPONEGORO TAHUN +,11

UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN IMMUNOCHROMATOGRAPHIC TUBERCULOSIS (ICT TB) DIBANDINGKAN DENGAN PEMERIKSAAN BTA SPUTUM PADA TERSANGKA PENDERITA TB PARU DI RSUP DR KARIADI SEMARANG Aris Setiono1, Musrichan2 ABSTRAK P n$a!u%uan. Tuberkulosis merupakan masalah besar dalam dunia kesehatan. Diagnosis yang tepat untuk menemukan TB secara dini sangat diperlukan dalam memutus mata rantai penularan TB. I T TB merupakan merupakan u!i serologi untuk mendeteksi antibodi M.tubercu !"#" dalam serum dan dapat dilakukan cepat. "enelitian ini bertu!uan untuk mengetahui kee#ekti#an dan beberapa #aktor yang mempengaruhi u!i I T TB. M t)$ . "enelitian menggunakan desain u!i diagnostik. Sampel penelitian berupa data sekunder dari rekam medis dengan populasi penelitian berupa tersangka penderita tuberkulosis paru yang berobat di $S%" Dr. &ariadi Semarang yang dilakukan pemeriksaan I T TB dan pemeriksaan BTA sputum. "enelitian ini !uga membandingkan hasil pemeriksaan I T dan BTA pada kasus baru dan kambuh. Selain itu peneliti !uga mencari #aktor yang mempengaruhi u!i I T TB. Analisa data dilakukan dengan analisa deskripti#, u!i diagnostik, dan u!i bi'ariat dengan chi(s)uare. Batas kemaknaan adalah p * +,+, dengan inter'al kepercayaan -,.. Ha#i%. Sensiti'itas, spesi#isitas, akurasi, nilai prediksi positi#, nilai prediksi negati# u!i I T TB berturut(turut sebesar /0,1/., 22,+,., 10,31., ,1,2,., dan 21,21.. "enelitian ini lebih banyak di!umpai kasus baru 431,12.5 daripada kasus kambuh411,2.5. 6asil penelitian mengenai #aktor yang mempengaruhi u!i I T TB menun!ukkan bah7a tidak ada hubungan yang bermakna antara DM 4p 8 +,/105 dan usia lan!ut 4p 8 +,0-15 dengan hasil u!i I T TB. Sim&u%an. I T TB memiliki sensiti'itas yang rendah dan spesi#isitas yang cukup sehingga masih kurang baik !ika digunakan untuk screening a7al mendeteksi TB paru. I T TB tidak dipengaruhi oleh #aktor DM dan usia lan!ut.

Kata kun2i9 %!i diagnostik, tuberkulosis paru, I T TB, BTA sputum.


1 2

Mahasis7a :akultas &edokteran %;DI", Semarang Sta# "enga!ar Bagian Mikrobiologi :akultas &edokteran %;DI", Semarang

TUBERCULOSIS DIAGNOSTIC E3AMINATION IMMUNOCHROMATOGRAPHIC TEST (ICT4TB) COMPARED 5ITH SPUTUM SMEAR E3AMINATION IN PATIENTS 5ITH PULMONARY TB SUSPECT IN RSUP DR6 KARIADI SEMARANG Aris Setiono1, Musrichan2 ABSTRACT Int')$u2ti)n. Tuberculosis remains a big health problem. The accurate diagnosis o# TB is necessary in breaking the chain o# transmission. I T TB is a serological test to detect antibodies in serum. The study 7as designed to e'aluate the e#e#ecti'eness and some o# the #actors that in#luence the I T test. M t!)$#. This research design uses a diagnostic test. The samples are secondary data #rom medical records consists o# patients 7ith suspected pulmonary tuberculosis patients 7ho seek treatment in $S%" Dr. Semarang 7ith e<amination o# I T tuberculosis and sputum smear e<amination. The study also compared the results o# smear e<amination in the case o# I T 7ith ne7 and relapse cases. In addition researchers are also e<ploring the #actors that in#luence the I T TB test. Analysis o# data 7as descripti'e analysis, diagnostic test, and test hypothesis 7ith chi(s)uare bi'ariate. =imit o# signi#icance 7as p *+.+, 7ith -,. con#idence inter'al. R #u%t#. The sensiti'ity, speci#icity, accuracy, positi'e predicti'e 'alue, negati'e predicti'e 'alue o# I T(TB test ro7 by /0.1/., 22.+,., 10.31., ,1.2,. and 21.21.. This study #ound many ne7 cases 431.12.5 rather than relapse cases 411.2.5. The results o# research on #actors a##ecting the I T TB test sho7ed that there 7as no signi#icant association bet7een diabetes mellitus 4p 8 +./105 and ad'anced age 4p 8 +.0-15 7ith the I T TB test results. C)n2%u#i)n. I T TB has a lo7 le'el o# sensiti'ity and speci#icity are still not good enough #or screening tuberculosis in early detection. I T TB 7as not in#luenced by Diabetes Melitus and the elderly #actors. . K (7)'$#8 diagnostic test, pulmonary tuberculosis, I T tuberculosis, sputum smear.
1 2

Student o# Medical :aculty, Diponegoro %ni'ersity Semarang =ecturer o# Microbiology Department, Medical :aculty, Diponegoro %ni'ersity Semarang

PENDAHULUAN
Tuberkulosis paru 4TB5 adalah suatu penyakit in#eksi kronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia dan biasanya dihubungkan dengan tempat tinggal daerah urban, lingkungan yang padat, dan dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang 'ertebra torak yang khas TB dari kerangka yang digali di 6eidelberg dari kuburan >aman neolitikum.1 ?6@ memperkirakan antara tahun 2++2 sampai 2+2+ secara total 1A3 populasi di dunia pernah terin#eksi TB dan 0,2 !uta merupakan kasus baru 4penderita TB akti#5. Sedangkan setiap tahunnya terdapat 1,2 !uta meninggal karena TB.2 Tuberkulosis masih men!adi masalah kesehatan dunia sampai saat ini 7alupun kuman penyebab TB telah ditemukan 1++ tahun yang lalu. Indonesia termasuk negara dengan kasus TB terbesar ketiga di dunia setelah India dan ina. Menurut laporan ?6@, di negara sedang berkembang memiliki risiko kematian TB yang tidak diobati adalah ,,., sedangkan yang diobati 1,.. 3 @leh karena itu diperlukan diagnosis yang tepat untuk menemukan TB secara dini diharapkan dapat memutuskan mata rantai penularan TB. Diagnosis TB paru dapat dilakukan selain dari ge!ala klinis dan pemeriksaan klinis !uga didasarkan atas hasil pemeriksaan penun!ang seperti pemeriksaan mikrobiologi, radiologik, histopatologik, dan serologik. 1,2,3 "emeriksaan mikrobiologik dengan cara pembiakan M.tubercu !"#" memberikan kepositi#an 2+(3+. lebih tinggi dibanding BTA sputum. "embiakan M.tubercu !"#" dapat dilakukan di berbagai medium seperti medium agar semisintetik, medium telur inspissated 4misalnya =o7enstein Bensen5, dan medium kaldu. "embiakan yang paling sering adalah dengan menggunakan media =o7enstein Bensen. Medium ini mengandung malakit hi!au untuk menghambat bakteri lain dan lama pertumbuhannya kurang lebih selama 3(1 minggu. "emeriksaan lainnya dapat menggunakan pemeriksaan bakteriologi yaitu dengan menemukan kuman dari sputum, cairan pleura, = S, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoal'eolar, urin, #aeces, dan !aringan biopsi. %mumnya digunakan pemeriksaan sputum dengan menggunakan metode se7aktu pagi se7aktu 4S"S5 atau setiap pagi 3 hari

berturut( turut. &ekurangan dari pemeriksaan BTA sputum antara lain !umlah 'olume sputum yang diperlukan tidak boleh terlalu sedikit yaitu antara 3(,ml, apabila sampel yang dikirim terlalu sedikit maka hasil yang didapat bisa menimbulkan negati# palsu. Selain itu syarat lain dari pemeriksaan sputum yaitu harus mukopurulen, kuning kehi!auan, lekosit C2, A ="B dan epitel *1+ A ="B. 1,3,,,1 %!i serologi merupakan teknik imunodiagnostik yang diharapkan dapat meningkatkan sensiti'itas dengan tidak mengurangi nilai spesi#isitas dari pemeriksaan diagnostik yang la>im dilakukan.Beberapa u!i serologi yang digunakan antara lain u!i E$%&' #$(e) #''u$!"!rbe$t *""*& 4D=ISA5, u!i Mycodot, u!i peroksidase anti peroksidase 4"A"5, u!i serologi yang baru A IgE TB, dan u!i I T. %!i I T(TB merupakan u!i serologi untuk mendeteksi antibodi M.tubercu !"#" dalam serum. &elebihan dari u!i I T ini adalah membutuhkan 7aktu cepat dalam melihat hasilnya yaitu sekitar ,(2+ menit. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan biaya mahal, dapat ter!adi reaksi silang, dan memerlukan tenaga pro#esional. Beberapa penelitian memberikan sensiti'itas dan spesi#isitas yang ber'ariasi. Fariasi ini dapat dipengaruhi oleh imunitas penderita, stadium penyakit, antigen yang digunakan, serta metode pemeriksaan. 3,/,, Diagnosis yang cepat dan akurat pada tuberkulosis merupakan hal yang signi#ikan dalam pengobatan a7al sekaligus mencegah penyebarannya meluas secara cepat. %ntuk meningkatkan ketepatan diagnosis TB, maka dikembangkan teknik diagnosis yang cepat dalam mendeteksi dini in#eksi a7al TB yaitu tes serologi seperti u!i I T TB.,,1,2 6asil u!i I T TB pada penelitian sebelumnya memiliki hasil yang ber'ariasi. "ada penelitian u!i I T TB yang dibandingkan dengan kultur oleh Indro 6ando!o dan Gainal Ari#in M, "apua 42++,5 ditemukan bah7a sensiti'itasnya 02,12.H spesi#isitasnya 01,2,.H nilai prediksi positi# 2-.+2.H nilai prediksi negati# 00,1/.H dan akurasinya 03,-1.. 0 "eneliti lain yaitu hulhun =udgerus hang 42++/5 menghitung sensiti'itas u!i I T yang dibandingkan dengan kultur dan pemeriksaan BTA sputum sebesar 23. pada

tersangka TB.- "ada penelitian Barholini dkk di Italia, ditemukan sensiti'itas I T TB yang dibandingkan dengan pemeriksaan sputum sebesar 11,1 .. 1+ Sedangkan pada penelitian Eo>de @ngut dan "erkins dkk 42++15 didapatkan sensiti'itas, spesi#isitas, dan nilai prediksi negati# u!i I T yang dibandingkan dengan kultur dan pemeriksaan sputum berturut(turut sebesar 33.3., 1++., and ,2.-..11,12 "enelitian ini dilakukan untuk menge'aluasi 'aliditias u!i I T dalam mendiagnosis tuberkulosis. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang u!i banding diagnostik I T TB dibandingkan dengan pemeriksaan BTA sputum sebagai gold standarnya yang sesuai dengan kriteria ?6@. Selain itu penulis !uga akan meneliti beberapa #aktor yang mempengaruhi hasil u!i I T. Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di $S%" dr.&ariadi Semarang.13,1/,1, "enelitian ini memiliki tu!uan untuk mengetahui tingkat kee#ekti#an I T TB dalam membantu menegakkan diagnosis TB paru sebagai alat deteksi dini dan untuk mengetahui #aktor(#aktor apa sa!a yang mempengaruhi u!i I T TB. Man#aat penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan alternati# pemeriksaan penun!ang tuberkulosis yang lebih cepat dan akurat dalam menegakkan diagnosis TB paru sehingga dapat mendeteksi lebih dini dan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lan!ut. "enelitian se!enis tentang I T TB yang pernah dilakukan adalah penelitian oleh @ng :elin Sinaga dan oleh Maria ;o'rita. "ada penelitian oleh @ng :elin Sinaga yang ber!udul %!i Diagnostik "emeriksaan I T TB "ada Tersangka "enderita TB "aru di B"/ Semarang yang dilakukan pada tahun 2++, menghasilkan kesimpulan bah7a u!i I T TB memiliki nilai u!i diagnostik yang rendah. Sedangkan penelitian oleh Maria ;o'rita yang ber!udul 6asil %!i I T TB Antara "enderita TB "aru di B"/ Semarang dan Mahasis7a Sehat :akultas &edokteran %ndip Semarang pada tahun 2++, memiliki kesimpulan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik dari hasil u!i I T TB antara penderita TB "aru di B"/ Semarang dan mahasis7a sehat :& %ndip Semarang.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah penelitian u!i diagnostik pemeriksaan I T TB yang dibandingkan dengan pemeriksaan BTA sputum sebagai gold standarnya. "enelitian ini mencakup Ilmu Mikrobiologi dan Ilmu "enyakit Dalam dan dilaksanakan bulan April I Mei 2+11. "opulasi target pada penelitian ini meliputi semua pasien dengan ge!ala dan tanda klinis in#eksi tuberkulosis, sedangkan populasi ter!angkau adalah semua pasien dengan ge!ala dan tanda klinis in#eksi tuberkulosis yang mendapatkan pera7atan di $S%" Dr.&ariadi Semarang. Sampel penelitian semua populasi ter!angkau yang telah dilakukan pemeriksaan I T dan pemeriksaan BTA sputum. Sampel penelitian diambil dari populasi penelitian dengan kriteria9 &riteria inklusi9 "enderita yang didiagnosis sebagai tersangka penderita TB paru di $S%" dr.&ariadi Semarang "enderita yang mempunyai hasil positi# paling sedikit dua dari spesimen pemeriksaan BTA sputum baik se7aktu, pagi, dan se7aktu "enderita yang dilakukan u!i serologi dengan metode I T TB "enderita yang tidak melengkapi prosedur pengambilan BTA sputum 4se7aktu, pagi, se7aktu5 "enderita yang mempunyai ri7ayat penggunaan obat immunosupresi yang lama, misalnya kortikosteroid dan sitostatika "enderita yang punya ri7ayat penyakit diabetes melitus, 6IF, atau keganasan. Besar sampel untuk pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk u!i diagnostik dengan inter'al kepercayaan -, ., sensiti'itas minimal -+ ., dan besar penyimpangan yang masih dapat diterima sebesar 2+ . sehingga didapatkan !umlah sampel sebesar 22, sampel.11 Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dari catatan medik $S%" Dr. &ariadi Semarang periode 1 Banuari 2++- sampai 31 Desember 2+1+. &riteria eksklusi9

Data yang dikumpulkan meliputi nama, umur, !enis kelamin, hasil pemeriksaan I T TB dan pemeriksaan BTA sputum, serta penyakit pasien yang didiagnosa oleh dokter untuk mengetahui #aktor(#aktor yang berpengaruh pada u!i I T TB. Dalam pengumpulan data !uga dilakukan pengelompokan menurut klasi#ikasi tuberkulosis yaitu kasus baru dan kasus relaps 4kambuh5. "ada pengumpulan data ini, diagnosa pasien tidak hanya berdasarkan pemeriksaan BTA sputum sa!a tetapi !uga berdasarkan pertimbangan pada ge!ala klinis, hasil pemeriksaan #isik, dan hasil #oto rontgen paru. Analisis dilakukan dengan menggunakan tabel u!i diagnostik yang disa!ikan dalam tabel 2 < 2, kemudian dihitung sensiti'itas, spesi#isitas, akurasi, nilai prediksi positi#, dan nilai prediksi negati#. &arena keterbatasan dana dan 7aktu, maka gold standar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga kali pemeriksaan BTA sputum sesuai kriteria ?6@ dengan metode pengecatan Giehl ;eelsen. Analisis untuk mengetahui #aktor(#aktor yang berhubungan dengan hasil u!i I T TB dilakukan dengan menggunakan u!i statistik chi(s)uare 4J 25 dengan tingkat kemaknaan K 8 +,+,. "erhitungan analisis dilakukan dengan menggunakan program S"SS 12 #or 7indo7s pada komputer.

HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi sampel berdasarkan !enis kelamin Benis &elamin =aki(laki "erempuan Total :rekuensi ,1 /2 -0 "resentase ,2,1 /2,1++

Dari -0 sampel penelitian didapatkan ,1 orang 4,2,1 .5 ber!enis kelamin laki(laki dan /2 orang 4/2.- .5 adalah perempuan

Tabel 2 Distribusi sampel berdasarkan umur %mur responden L2+ 21 I 3+ 31 I /+ /1 I ,+ ,1 I 1+ C1+ Total :rekuensi 12 12 11 23 11 -0 "resentase -,2 12,3 12,3 11,3 23,, 11,3 1++

Dari -0 sampel penelitian yang berusia 2+ tahun atau kurang sebanyak orang, 21(3+ tahun sebanyak 12 orang 412,3.5, 31(/+ tahun sebanyak 12 orang 412,3.5, /1(,+ tahun sebanyak 11 orang411,3.5, ,1(1+ tahun sebanyak 23 orang423,,.5, dan sampel yang berusia di atas 1+ tahun sebanyak 11 orang 411,3.5 Tabel 3 Distribusi sampel berdasarkan hasil pengecatan BTA sputum 6asil u!i BTA sputum "ositi# ;egati# Bumlah :rekuensi 32 11 -0 "resentase 32,0 12,2 1++

Dari -0 sampel penelitian didapatkan bah7a 32 orang 432,0.5 mempunyai BTA positi# dan 11 orang 412,2.5 mempunyai BTA negati#. Tabel / Distribusi sampel penelitian berdasarkan hasil pemeriksaan I T TB 6asil u!i I T "ositi# ;egati# Total :rekuensi 32 11 -0 "resentase 32,2 12,3 1++

Dari -0 sampel penelitian didapatkan bah7a 32 orang 432,2.5 mempunyai I T TB positi# dan 11 orang412,3.5 mempunyai I T TB negati#.

Tabel , Distribusi sampel pada pemeriksaan I T TB dibandingkan dengan pemeriksaan BTA sputum 6asil u!i BTA sputum "ositi# ;egati# 4a5 10 1/ 4b5 1- 4c5 32 /24d5 11

6asil u!i I T

"ositi# negati#

Total 32 11 -0

Total

Analisis dan u!i statistik adalah sebagai berikut9 Sensiti'itas 8 spesi#isitas 8 akurasi 8 ;"" 8 ;"; 8 d cMd a aMb < 1++ . a aMc d bMd a aMbMcMd < 1++ . 32 8 /2 < 1++ . 8 21,21 . 11 < 1++ . 8 < 1++ . 8 < 1++ . 8 10 < 1++. 32 /2 11 10 -0 8 10 < 1++. 8 ,1.2, . < 1++ . 8 10,31. < 1++ . 8 22,+, . 8 /0,1/ .

Tabel 1 distribusi sampel yang menderita TB berdasarkan tipe kasus Tipe kasus &asus baru &asus kambuh Tidak menderita TB Total :rekuensi 31 11 ,1 -0 "resentase 31,1 11,2 ,2,1 1++

Dari -0 sampel penelitian didapatkan bah7a 31 orang 431,1 .5 merupakan kasus baru dan 11 orang 411,2.5 merupakan kasus kambuh.

Tabel 2 distribusi sampel berdasarkan tipe kasus dan hasil u!i I T TB 6asil u!i I T TB "ositi# ;egati# 1/ 12 1 , 12 // 32 11 Total 31 11 ,1 -0

Tipe kasus

&asus baru &asus kambuh Tersangka penderita TB

Total

Dari -0 sampel penelitian didapatkan bah7a 1/ orang dengan u!i I T TB positi# merupakan kasus baru dan 12 orang dengan I T negati# merupakan kasus baru. Sedangkan 1 orang dengan I T TB positi# merupakan kasus kambuh dan , orang dengan I T TB negati# merupakan kasus kambuh. Tabel 0 distribusi sampel berdasarkan tipe kasus dan hasil u!i BTA sputum 6asil u!i BTA sputum "ositi# ;egati# 20 420,,2.5 3 43,1.5 - 4-,1.5 2 42,1.5 + 32 432,12.5 ,1 4,2,13.5 11 412,33.5 Total 31 431,12.5 11 411,2.5 ,1 4,2,13.5 -0 41++.5

Tipe kasus

&asus baru &asus kambuh Tersangka penderita TB

Total

Dari -0 sampel penelitian didapatkan bah7a 20 responden dengan hasil u!i BTA sputum positi# merupakan kasus baru dan 3 responden dengan hasil u!i BTA sputum negati# merupakan kasus baru. &emudian - orang dengan hasil u!i BTA sputum positi# merupakan kasus kambuh dan 2 orang dengan hasil u!i BTA sputum negati# !uga merupakan kasus kambuh. &asus kambuh merupakan kasus TB yang sudah pernah diobati tetapi tidak mengalami perbaikan 4kambuh5 atau mengalami putus obat. Diagnosa didasarkan pada ge!ala klinis dan hasil pemeriksaan lainnya seperti rontgen sehingga 7alaupun dengan hasil BTA sputum negati# tetap didiagnosa TB .

Tabel - distribusi sampel dengan #aktor pemberat DM dan dengan hasil u!i I T :aktor pemberat DM Tidak DM 6asil u!i I T Total 0-0

"ositi# ;egati# / , 20 11 Total 32 11 :isherNs D<act Test 8 +,/10 4+,"#)e)5 dan +,320 4-,"#)e)5

Dari -0 sampel penelitian didapatkan bah7a tersangka TB paru yang menderita Diabetes melitus sebanyak - orang. Dari - orang yang terdiagnosa DM, / memiliki hasil u!i I T positi# dan , memiliki hasil u!i I T negati#. Sedangkan tersangka yang tidak terdiagnosa DM adalah 0- orang. Dari 0- orang yang tidak terdiagnosa DM, 20 orang memiliki hasil u!i I T positi# dan 11 orang memiliki hasil u!i I T negati#. Dari data di tabel - dilakukan u!i #isher karena syarat untuk u!i chi s)uare tidak terpenuhi 4ada nilai e./ecte) c!u$t yang kurang dari ,5. Dari hasil u!i #isher didapatkan nilai "#0$#1#c*$c& adalah +,/10 untuk 2("#)e) dan +,320 untuk 1("#)e). &arena nilai p C+,+, maka dapat diambil kesimpulan tidak ada hubungan bermakna antara DM dan hasil u!i I T. Tabel 1+ distribusi sampel dengan #aktor pemberat usia lan!ut 4C1+ tahun5 dan dengan hasil u!i I T :aktor pemberat %sia lan!ut Total J 8 +,0-1
2

6asil u!i I T "ositi# , 22 32 ;egati# 11 ,, 11 Total 11 02 -0

=ansia Bukan lansia

Dari -0 sampel penelitian didapatkan bah7a tersangka penderita TB paru yang berusia lan!ut sebanyak 11 orang. Dari 11 orang tersebut, didapatkan , orang memiliki hasil u!i I T positi# dan 11 orang memiliki hasil u!i I T negati#. Sedangkan tersangka penderita TB paru yang tidak berusia lan!ut sebanyak 02

orang. Dari 02 orang tersebut, didapatkan 22 orang memiliki hasil u!i I T positi# dan ,, orang memiliki hasil u!i I T negati#. Dari tabel 1+ dilakukan u!i chi(s)uare karena syarat untuk u!inya terpenuhi 4tidak ada nilai e./ecte) c!u$t kurang dari ,5. Dari perhitungan u!i chi s)uare diperoleh nilai signi#icancy sebesar +,0-1 yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara usia lan!ut dengan hasil u!i I T.

PEMBAHASAN
"emeriksaan serologi Immunochromatographic Tuberculosis 4I T TB5 pada tersangka penderita TB paru di $S%" dr &ariadi Semarang yang menggunakan pengecatan BTA sputum dengan metode Giehl ;eelsen sebagai gold standarnya mempunyai sensiti'itas u!i diagnostik sebesar /0,1/ ., yang berarti hanya /0,1/ . di antara penderita TB yang dapat dideteksi oleh alat ini. 6asil ini bila dibandingkan dengan sensiti'itas penelitian Bartholini, dkk 42++,5 yang menggunakan gold standar BTA sputum !uga yaitu sebesar 11 ., dengan besar penyimpangan yang masih dapat diterima sebesar O1+. 4,1.(21.5, maka sensiti'itas pada penelitian ini bernilai rendah. Badi bila pemeriksaan I T TB dilakukan pada penderita TB maka tidak semua akan menun!ukkan tes yang positi# tergantung pada per!alanan penyakit dan penyakit imunosupresi yang diderita pasien, ini berarti alat ini tidak bisa mendeteksi penyakit TB paru dengan baik sehingga masih diperlukan pemeriksaan penun!ang lainnya untuk mendiagnosis penyakit TB secara akurat. ?alaupun u!i ini mudah dan cepat dilakukan, tetapi tidak cukup baik untuk digunakan sebagai u!i diagnostik rutin dikarenakan nilai sensiti'itasnya yang rendah. Berdasarkan nilai spesi#isitas yang diperoleh sebesar 22,+, . berarti besar kemungkinan penyakit TB paru yang dapat disingkirkan pada tersangka penderita TB paru yang memiliki u!i I T TB negati# sebesar 22,+, .. "enelitian ini memiliki hasil nilai spesi#isitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian @ng :elin Sinaga 42++,5 yang dilakukan di B"/ Semarang yaitu sebesar 10,2, . dengan penyimpangan yang masih dapat diterima sebesar O1+ .. Apabila seseorang mendapat hasil u!i I T TB negati#, tidak berarti pasien tersebut tidak menderita TB paru.

;ilai sensiti'itas yang rendah dan hasil spesi#isitas pada pemeriksaan I T TB ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti9 1. Immunoglobulin E belum beredar di dalam serum penderita. Saat alergen M.tuberculosis masuk dalam tubuh penderita, maka sistem imunitas seluler 4#agositosis dan lim#osit T5 lebih berperan dan tubuh butuh beberapa minggu sebelum mengakti'asi sistem imunitas humoral. "ada a7al in#eksi, sistem imun humoral akan mensintesis Ig M terlebih dahulu selama kurang lebih / I 1 minggu baru kemudian disusul sintesis Ig E. Maka kemungkinan tidak terdeteksinya Ig E di serum penderita disebabkan oleh pemeriksaan serum penderita dilakukan di a7al per!alanan penyakit TB seblum Ig E beredar dalam darah. 2. Sistem pertahanan tubuh penderita yang rendah pada penderita karena menderita penyakit penyerta seperti DM, 6IF, usia lan!ut, atau karena menkonsumsi obat imunosupresi sehingga tubuh penderita tidak mampu memproduksi Immunoglobulin E yang spesi#ik terhadap M&c!b*cter#u' tubercu !"#". 3. :aktor kesalahan pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan serologi I T TB. /. &emungkinan dari kesalahan alat pemeriksaan I T TB baik dari bahan maupun antigen yang digunakan. ,. Bumlah sampel yang kurang banyak dalam pelaksanaan penelitian ini sehingga mempengaruhi hasil penghitungan sensiti'itas dan spesi#isitas. Dari u!i statistik lainnya diperoleh nilai prediksi positi# sebesar ,1,2, . yang berarti kemungkinan seseorang didiagnosis TB bila hasil u!i I T positi# adalah rendah karena nilai ini hampir sebanding dengan mereka yang tidak didiagnosis TB. Sedangkan hasil nilai prediksi negati# sebesar 21,21 . yang berarti kemungkinan seseorang tidak didiagnosis menderita TB sebesar 21,21 .. "ada perhitungan statistik !uga didapatkan nilai akurasi sebesar 10,31 . yang menun!ukkan ketepatan dari suatu pemeriksaan I T TB hanya sebesar 10,31 . atau sangat rendah.

"ada perbandingan kasus baru dan kasus kambuh yang didapatkan pada penelitian ini, maka diperoleh bah7a 20,,2 . merupakan kasus baru yang mendapatkan hasil u!i BTA positi# sedangkan 3,1 . !uga merupakan kasus baru tetapi mendapatkan hasil u!i BTA negati#. "ada u!i BTA negati#, pasien tetap didiagnosis menderita TB karena pemeriksaan tidak hanya dilakukan berdasarkan BTA sputum S"S sa!a, tetapi !uga berdasarkan ge!ala klinis dan pemeriksaan radiologi yang mendukung diagnosis TB. "ada kasus kambuh diperoleh -,1 . yang mendapatkan hasil u!i BTA positi# dan 2,1 . yang mendapat hasil u!i BTA negati#. &asus kambuh merupakan kasus TB yang sudah pernah diobati tetapi tidak mengalami perbaikan 4kambuh5 atau mengalami putus obat. "ada tabel - menun!ukkan bah7a #aktor komorbid seperti Diabetes Melitus tidak mempunyai hubungan yang bermakna 4p 8 +,/10 untuk +,"#)e)5 terhadap hasil u!i I T TB. 6al ini tidak sesuai dengan dasar teori yang menyebutkan bah7a hasil u!i I T TB dapat dipengaruhi oleh penyakit pemberat lain seperti DM karena penyakit tersebut dapat mempengaruhi pembentukan sistem imun spesi#ik seperti Ig E dalam serum sehingga menimbulkan hasil negati# palsu pada u!i I T. 6al tersebut bisa disebabkan karena !umlah sampel tersangka penderita TB paru yang menderita Diabetes melitus terlalu sedikit sehingga bisa mempengaruhi hasil perhitungan pada u!i #isher. "ada tabel 1+ menun!ukkan bah7a #aktor usia lan!ut 4di atas 1+ tahun5 !uga tidak mempunyai hubungan yang bermakna 4p 8 +,0-15 terhadap hasil u!i I T TB. 6al ini tidak sesuai dengan dasar teori yang menyebutkan bah7a pada usia lan!ut maka sistem imunitas penderita akan menurun sehingga mempengaruhi pembentukan sistem imun spesi#ik pada Ig E dalam tubuh. 6al tersebut bisa dikarenakan !umlah sampel yang masih kurang banyak seperti pada #aktor komorbid DM !uga. %ntuk #aktor komorbid yang lain seperti penyakit keganasan, 6IFAAIDS, obat imunosupresi, penyakit !antung, atau penyakit gin!al tidak bisa dilakukan u!i chi s)uare karena !umlah sampel yang tidak memadai. "enelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. &arena keterbatasan 7aktu penelitian, maka

!umlah sampel yang diperoleh sangat kurang memadai dari perhitungan !umlah sampel minimal. Baku emas yang digunakan !uga berdasarkan pemeriksaan sputum tanpa disertai pemeriksaan kultur A biakan untuk memastikan terdapat kuman TB. Sampel penelitian ini hanya berdasarkan data sekunder maka 'aliditas dari pemeriksaan BTA sputum sebagai gold standarnya !uga kurang karena peneliti tidak tahu apakah orang yang melakukan pemeriksaan BTA sputum tersebut adalah orang yang sama atau tidak.

KESIMPULAN
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisis dari tersangka penderita tuberkulosis paru yang berobat di $S%" Dr. &ariadi Semarang, dapat diambil kesimpulan bah7a9 1. Sensiti'itas u!i I T TB adalah rendah 4/0,1/.5 dan spesi#isitasnya cukup baik 422,+,.5 sehingga u!i I T TB ini masih kurang baik !ika digunakan untuk screening a7al dalam mendeteksi TB. 2. 6asil u!i I T tidak dipengaruhi oleh #aktor Diabetes Melitus dan usia lan!ut.

SARAN
Beberapa saran yang dapat diberikan peneliti antara lain9 1. %!i I T TB masih perlu diteliti dengan menggunakan sampel yang lebih banyak dan terdiri dari berbagai kelompok kasus dan kontrol. 2. "erlu dilakukan penelitian dengan menggunakan sampel penderita TB paru yang didiagnosa tidak berdasarkan BTA sputum sa!a sebagai gold standarnya, tetapi !uga menggunakan biakan A kultur supaya hasil yang dicapai bisa lebih akurat. 3. "erlu dilakukan penelitian lebih lan!ut mengenai #aktor(#aktor yang dapat mempengaruhi hasil u!i I T TB seperti penyakit DM, 6IF A AIDS, keganasan, penggunaan obat imunosupresi#, atau penyakit komorbid lainnya.

UCAPAN TERIMA KASIH


1. Tuhan Pang Maha Dsa yang telah memberikan semangat dan kekuatan dalam usaha untuk menyelesaikan penelitian ini. 2. Direktur $umah Sakit, dokter, para analis laboratorium dan seluruh sta# $S%" Dr. &ariadi Semarang yang telah mengi>inkan memin!am data rekam medis dan membantu selama penelitian ini. 3. dr. Muscrichan, M"6, "M&, Sp."D yang telah membimbing dan memberi sumbangan pemikiran mulai dari penulisan proposal hingga penyelesaian penelitian ini. /. "ro#. Dr.dr. Tri ;ur &ristina, DMM, M.&es, "hD sebagai re'ie7er proposal yang telah memberikan masukan untuk penelitian ini. ,. Dr. "ud!adi, S% selaku ketua pengu!i, atas saran yang telah diberikan saat u!ian hasil 1. Dr. dr. ?inarto, DMM, Sp.M&, Sp.M4&5 selaku pengu!i, atas saran yang telah diberikan saat u!ian hasil

DA*TAR PUSTAKA
1. Sudoyo Aru ?, Bambang Setiyohadi, Idrus Al7i, dkk. Bu(u A2*r I 'u Pe$&*(#t D* *'. Bakarta9 "usat "enerbitan Departemen Ilmu "enyakit DalamH 2++19 -00 I --3 2. ;ur A>i>, Muhammad. M*(* *3 "#'/!"#u' N*tur* "u//!rt#$0 t3er*/& 1!r Tubercu !"#". 2+1+ Buli 2/. Semarang 9 "T S@6@ Industri :armasi 3. "rice, Syl'ia A dan =orraine M.?ilson. P*t!1#"#! !0# K!$"e/ K #$#" Pr!"e",/r!"e" Pe$&*(#t. Bakarta9 DE H 2++19 0,2 I 012 /. &andau ;$, Eardena =, Burhan D, Soe7arto D&S, Adiatma TP. T3e R! e !1 ICT Tubercu !"#" Ser! !0#c Te"t #$ D#*0$!"#" !1 Pu '!$*r& Tubercu !"#". B $espir IndoH 2++19 20(31 ,. Adiatma TP, Sudi!anto &amso, armelia Basri, Asik Surya, editor.

Pe)!'*$ N*"#!$* Pe$*$00u *$0*$ Tuber(u !"#". Bakarta9 Departemen &esehatan $epublik IndonesiaH 2++2 9 12(3, 1. Punus :, editor. Pe)!'*$ D#*0$!"#" )*$ Pe$*t* *("*$**$ )# I$)!$e"#*. Bakarta9 "erhimpunan Dokter "aru IndonesiaH 2++19 1/(2, 2. Eounder , De Queiro> Mello : , onde MB, Bishai ?$, &ritski A=,

haisson $D, et al. 4#e ) e5* u*t#!$ !1 * r*/#) #''u$!c3r!'*t!0r*/3#c te"t 1!r tubercu !"#". B lin Microbiol. 2++2 BunH/+41591-0-(-3 0. 6ando!o, Indro dan M Gaenal Ari#in. T3e I''u$!"er! !0#c* D#*0$!"#" !1 Tubercu !"#" 6 A C!'/*r#"!$ !1 T7! Te"t". Surabaya9 Airlangga %ni'ersity H 2++,

-.

hang,

hulhun =udgerus. E5* u*t#$0 t3e u"e1u $e"" !1 t3e ICT

tubercu !"#" te"t (#t 1!r t3e )#*0$!"#" !1 tubercu !"#". B lin "athol. 2+++, ,39 21,(212 1+. Bartholini, M.Strohmeyer, :.Bartalesi, D. Messeri, D Tortoli, A :arese, et al. E5* u*t#!$ !1 * r*/#) #''u$!c3r!'*t!0r*/3#c te"t 1!r t3e "er! !0#c. lin Microbiol In#ect 2++3H-9 132 I 1311. "erkins, Mark D, Markus B. onde, Martins Marneili, A#ranio =. &ritski. Ser! !0#c D#*0$!"#" !1 Tubercu !"#" U"#$0 * S#'/ e C!''erc#* Mu t#*$t#0e$ A""*&. 2++2 Buly 12H 1(/ 12. @ngut E, Dilara @, :ili> E, andan @, =e'ent D, Dilek , et al. E5* u*t#!$ !1 t3e ICT Tubercu !"#" Te"t 1!r t3e R!ut#$e D#*0$!"#" !1 t3e Tubercu !"#". "ubmed entral 2++1 Rcited 2++1 :eb 22S H 32. A'ailable #rom 9 777. ncbi.nlm.nih.go'ApmcAarticles 13. Ba7et>, Melnick, Aldeberg. Bu(u Ke)!(ter*$ M#(r!b#! !0#. Bakarta9 DE H 2++29 121(1//, 32,(331 1/. Syahrurachman A, Aidil#iet hatim, Amin Soebandrio ?&, Anis &,

Santoso, 6asrul 6, dkk. Bu(u A2*r M#(r!b#! !0# Ke)!(ter*$. Bakarta9 Binarupa AksaraH 1--/9 1-1(1-1,. Diagnosis o# Tuberculosis in Adult :ilipinas. :il Med B. 2++09 2 9 2-(3+ 11. Sastroasmoro, Sudigdo, So#yan Ismael. D*"*r,)*"*r Met!)! !0#

Pe$e #t#*$ K #$#" E)#"# (e,8. Bakarta9 F Sagun Seto 12. Sinaga, @ng :elin. U2# D#*0$!"t#( Pe'er#("**$ ICT TB P*)* Ter"*$0(* Pe$)er#t* TB P*ru D# B* *# Pe$ce0*3*$ D*$ Pe$0!b*t*$ Pe$&*(#t P*ru

(BP9)

Se'*r*$0.

Semarang9

:akultas

&edokteran

%ni'ersitas

DiponegoroH 2++, 10. ;o'rita, Maria. H*"# U2# ICT TB A$t*r* Pe$)er#t* Tuber(u !"#" P*ru D# BP9 Se'*r*$0 D*$ M*3*"#"7* Se3*t 4*(u t*" Ke)!(ter*$ U$#5er"#t*" D#/!$e0!r! Se'*r*$0. Semarang9 :akultas &edokteran %ni'ersitas DiponegoroH 2++,

Anda mungkin juga menyukai