Anda di halaman 1dari 7

Bab IV Rencana Pengembangan Perencanaan Untuk Dukungan Pemasaran Hasil Usahatani dan Kewirausahaan Petani 4.

1 Pengembangan Perencanaan untuk Pemasaran Hasil Usahatani Dari hasil survei kelompok kami pada tanggal 8 januari 2014 di Desa Pendem Dusun Sekar Putih Kecamatan Junrejo Petani yang bernama Bapak Supanan Sekar Rejo menanam komoditas padi,cabai dan bawang merah pada masing-masing luasan lahan yang berbeda. Untuk komoditas padi ditanam pada luasan lahan 1800 m2. Tanaman cabai dengan luasan lahan 7500m2 namun tanaman cabai milik bapak Supanan di tumpangsarikan dengan tanaman jagung dan untuk bawang merah ditanam dalam luasan lahan 7500 m2. Berdasarkan survey Pak Supanan menjual sendiri hasil panennya, hal ini sangat baik karena bertujuan agar petani memperoleh harga yang sesuai dengan yang dikehendaki namun masih sesuai dengan harga atap pasaran dan juga kualitas dari hasil panen tersebut masih baik karena petani tersebut langsung melakukan pemasaran. Sarana transportasi dalam usahatani tentu saja sangat membantu dan mempengaruhi keberhasilan usahatani, misalnya dalam proses pengangkutan saprodi dan alat-alat pertanian, begitu juga dengan distribusi hasil pertanian ke wilayah-wilayah tujuan pemasaran hasil tersebut, tanpa adanya transportasi maka proses pengangkutan dan distribusi akan mengalami kesulitan. Begitu pula dengan ketersediaan sarana komunikasi, pentingnya interaksi sosial dan komunikasi baik antara petani dan petani, petani dan kelembagaan, serta petani dan masyarakat diantaranya dapat meningkatkan kualitas SDM petani, mengembangkan pola kemitraan, mengembangkan kelompok tani melalui peningkatan kemampuan dari aspek budidaya dan aspek agribisnis secaa keseluruhan, memperkuat dan melakukan pembinaan terhadap seluruh komponen termasuk petani melalui peningkatan fasilitas, kerja sama dengan swasta, pelayanan kredit dan pelatihan. Jika sarana komunikasi dalam berusahatani kurang mencukupi maka perkembangan usahatani dan petani yang menjalankan kurang maksimal karena ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.bisa mekukan kemitraan dengan beberapa perusahaan untuk membantu dibidang pemasarannya. Contohnya seperti Kabupaten Lumajang telah menjalin kemitraan dengan PT. Heince ABC (Win win solution), Processing dilakukan oleh Asosiasi Cabe Merah Kecamatan Pasirian, dengan menghilangkan tangkai buah cabe merah. Masalah yang dihadapi adalah belum mempunyai packing house. Asosiasi cabe merah juga ada di kecamatan lain (lintas kecamatan). KPPE telah berjalan lancar. Setiap kelompok tani mendapat pinjaman Rp. 300.000.000,- s/d Rp. 500.000.000,-.

Dalam hal ini perlu adanya bantuan pemberian modal dan bibit unggul dari pemerintah atau lembaga pertanian di daerah setempat guna memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil panen sehingga petani tidak bekerja keras sendiri untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Kelembagaan pertanian dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitasi sarana produksi usahatani mealui intensifikasi lahan dan diversifikasi usahatani yang terintegrasi secara sinergis. 4.2 Kewirausahaan Petani Peluang Usaha Cabai Merah

1. Cabai Kering Untuk kewirausahaan yang bisa dikembangkan dengan komoditas yang dihasilkan seperti contoh salah satunya adalah cabai. Harga komoditas pertanian, termasuk cabai, umumnya akan jatuh pada saat panen raya. Untuk mengatasi masalah tersebut, cabai dapat dikeringkan lalu dibuat tepung (bubuk) sebagai bumbu siap pakai. Cabai kering berbentuk tepung sering digunakan sebagai pengganti lada. Cabai kering biasanya dipasarkan dan diolah lebih lanjut menjadi serbuk atau oleoresin cabai. Cabai kering hendaknya dibuat dari buah cabai yang betul-betul masak dan sehat. Buah yang kurang tua atau masih kehijauan akan menghasilkan cabai yang berwarna keputihan, sedangkan buah cabai yang sudah mulai membusuk akan menghasilkan cabai kering yang berwarna kehitaman. Cabai dibuang tangkainya lalu dicuci bersih dan ditiriskan, kemudian dibelah atau bisa pula dalam bentuk utuh. Bila dibelah, pengeringannya lebih cepat dibandingkan yang utuh. Pengeringan dengan menggunakan oven pada suhu 60C lebih baik daripada dijemur. Menurut Duriat (1995), pengeringan cabai dengan menggunakan alat pengering memudahkan mengontrol suhu dan kelembapan untuk mencapai kadar air 58%. Cabai merah utuh membutuhkan waktu pengeringan 2025 jam, sedangkan yang dibelah hanya memerlukan waktu 1025 jam. Cabai merah yang telah kering digiling bersama rempah-rempah lainnya sampai menjadi bumbu siap pakai. Pengeringan cabai merah dapat pula menggunakan alat pengering energy surya. Penggunaan alat pengering tersebut yang dikombinasi dengan memberi perlakuan antioksidan emulsi dipsol, Na2S2O5 dengan perendaman selama 6 menit dan pengeringan 7 hari menghasilkan cabai merah kering terbaik.

2. Pengolahan Cabai Merah Menjadi Saus Pengolahan cabai merah menjadi saus dimulai dengan pemilihan buah cabai merah yang sehat dan tidak rusak. Cabai dibuang tangkainya lalu dicuci sampai bersih, dikukus hingga matang, kemudian digiling bersama bumbu, seperti bawang putih yang telah dikukus 10 menit, gula pasir, garam, penyedap masakan, kecap inggris, minyak wijen, cuka, dan bahan pengawet natrium benzoat 0,025 g/kg cabai. Setelah tercampur rata, adonan dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit. Selanjutnya didiamkan 20 menit, lalu dipanaskan kembali hingga mendidih selama 3 menit. Pemanasan saus secara bertahap dapat memperbaiki konsistensi (mencegah terjadinya pemisahan air). Dalam keadaan panas, saus dimasukkan ke dalam botol steril lalu ditutup rapat, kemudian dipasteurisasi dengan dikukus selama 30 menit. 3. Pengolahan Cabai Merah Menjadi Bumbu Nasi Goreng Cabai untuk bumbu nasi goreng dipilih yang berwarna merah. Cabai dikukus sampai matang, waktunya disesuaikan dengan jumlah cabai yang akan diolah. Pengukusan cabai sebelum diolah akan memperbaiki warna bumbu nasi goreng. Setelah matang, cabai digiling bersama bumbu, yaitu bawang merah, bawang putih, kecap ikan, kecap manis, minyak wijen, garam, minyak goreng, tomat yang telah dihaluskan, penyedap, dan lada. Campuran cabai dan bumbu yang telah digiling lalu ditumis dalam minyak panas (suhu 90C) selama 3 menit. Cara pemanasan ini menghasilkan bumbu nasi goreng yang terbaik dibandingkan tanpa pemanasan. Dalam keadaan panas, bumbu dimasukkan ke dalam botol steril, lalu ditutup rapat dan dipasteurisasi dengan cara dikukus 30 menit. Oleoresin Cabai Merah Penggunaan oleoresin cabai merah sebagai pewarna makanan makin meluas sehingga permintaannya makin meningkat. Oleoresin cabai merah mempunyai ketahanan panas yang lebih baik dibandingkan dengan pewarna lainnya. Kisaran pH untuk pemakaiannya cukup luas, yaitu 19. Keuntungan mengolah cabai merah menjadi oleoresin yaitu: 1) produk lebih awet karena bebas dari mikroba, serangga, dan enzim serta berkadar air rendah, 2) mutu produk seragam dan mudah distandarkan, 3) memiliki rasayang mirip dengan rempah asli, dan 4) dapat dipadatkan (ditumpuk) sehingga menghemat biaya transportasi. Sebagai pewarna makanan, oleoresin paprika sering dicampur dengan pewarna alami lain, seperti annato dan kurkumin. Keuntungan pemakaian oleoresin dibandingkan dengan

rempah-rempah bubuk lainnya adalah ekonomis, rasa kuat dan dapat dikontrol, serta tahan panas. Hasil penelitian Yuliana et al. (1991) terhadap rendemen dan mutu oleoresin dari beberapa jenis cabai menunjukkan bahwa pembelahan buah cabai sebelum pengeringan menghasilkan mutu oleoresin yang baik, tetapi menurunkan kadar minyak atsiri (Tabel 5). Sebelum diekstraksi, cabai perlu dikeringkan sampai kadar air 10%, namun pengeringan yang terlalu lama dapat menurunkan kandungan minyak atsiri. Pengeringan juga akan memengaruhi kepedasan dan warna cabai kering. Mutu oleoresin ditentukan oleh nilai kepedasan, intensitas warna, dan aroma sehingga pengeringan cabai harus diusahakan berlangsung dalam waktu singkat pada suhu rendah. Peluang Usaha Bawang Merah Salah satu peluang usaha yang dijadikan sebagai usaha alternatif yang dapat dilakukan dengan komoditas bawang merah adalah usaha pembuatan bawang goreng atau bawang goreng siap pakai dalam kemasan. Sebagai bahan utamanya adalah bawang merah, sebaiknya dipilih bawang ukuran besar atau sedang sehingga memudahkan dalam pemotongannnya serta menjaga tampilan akhir bawang goreng yang dihasilkan. Sedangkan sebagai bahan campuran/pendukung diperrlukan Tepung Terigu, Tapioka, Minyak goreng serta garam dapur. Proses awal pembuatan bawang goreng ini adalah bawang merah dikupas, dan pangkal umbi dibuang kemudian bawang dicuci sampai bersih. Sebagai bahan pendukung, Tepung terigu dicampur dengan tapioka sampai rata. Tiap 150 gram tapioka dicampur dengan 175 gram terigu. Campuran ini disebut tepung campuran.Proses berikutnya, bawang diiris/dipotong tipis membujur (tebal 2 mm), kemudian dimasukkan ke dalam baskom, dan ditambah dengan tepung campuran. Baskom digoyang-goyang sampai bahan tercampur rata.Sebagai patokan, setiap 1 kg irisan bawang dicampur dengan 65 gram tepung campuran. Hasil campuran irisan bawang dengan tepung disebut irisan bawang bertepung. Irisan bawang bertepung segera digoreng di dalam minyak panas ( suhu 170C) selama 10 menit sampai garing dan berwarna kuning kecoklatan. Setelah itu bawang ditiriskan dan didinginkan. Bawang goreng yang telah dingin dikemas di dalam kemasan tertutup rapat. Sebagai kemasan dapat digunakan kantong plastik, atau botol kaca bermulut lebar dengan penutup ulir.

Proses pengemasan bawang goreng disini sangatlah penting untuk diperhatikan. Dengan pengemasan yang baik, kulitas bawang goreng yang dihasilkan tetap terjaga, yaitu kering dan renyah (tidak lembek). Selanjutnya bawang goreng siap dipasarkan. Pengolahan bawang goreng telah dilakukan oleh industri-industi di daerah-daerah lainnya dan sudah mulai berkembang dari industri rumahtangga menjadi indutri menengah dengan menggunakan teknologi pengolahan bawang goreng. Berkembangnya industri pengolahan tersebut dapat mendorong petani untuk meningkatkan produksi bawang merah baik melalui intenifikasi maupun

ekstensifikasi. Secara umum industri bawang goreng layak untuk diusahakan dan kembangkan.

Peluang Usaha Padi Salah satu peluang usaha dari berbudidaya padi adalah menghasilkan dan menjual beras organik. Beras organik merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Oleh karena tanpa bahan kimia, beras organik tersebut pun terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi

manusia.Keunggulan utama beras organik dibanding beras biasa (ditanam dengan aplikasi pupuk buatan dan pestisida kimia) adalah relatif aman untuk dikomsumsi. Selain itu, rasa nasi dari beras organik lebih empuk dan lebih pulen. Kendatipun belum ada penelitian komprehensif (lengkap) tentang pengaruh bahan kimia di dalam pupuk dan pestisida terhadap rasa beras, namun diduga pengaruhnya tetap ada. Dugaan ini semakin diperkuat dengan pernyataan kebanyakan konsumen beras organik bahwa nasi dari beras organik lebih empuk dan pulen dibanding beras biasa. Keunggulan lainnya adalah warna dan daya simpanannya lebih baik dibanding beras biasa. Sesudah ditanak, beras organik akan menjadi nasi yang warnanya lebih putih dibanding beras biasa. Nasi dari beras organik pun dapat bertahan selama 24 jam, sementara dari beras biasa mulai basi setelah 12 jam. Dari berbagai keunggulan, dapat dipastikan bahwa nilai ekonomis beras organik menjadi lebih tinggi dibanding beras biasa. Harga beras organik selalu lebih mahal. Beras organik varietas pandan wangi, misalnya, harganya mencapai 3.600,00/kg. Memang selisih harganya tidak banyak, tetapi tetap berada di atas harga beras biasa.

Di Massa mendatang prospek bisnis organik semakin cerah dengan munculnya kecenderungan masyarakat mengomsumsi produk produk pertanian yang ditanam secara organik. Bila sekitar 5 % saja dari 200 juta lebih penduduk Indonesia mengomsumsi beras organik, dapat dibayangkan betapa banyaknya kebutuhan beras organik untuk pasar dalam negeri. Dengan asumsi setiap orang. Mengomsumsi beras sebanyak 3 ons per hari maka dapat diperkirakan jumlah beras organik yang dikomsumsi, yaitu sekitar 1,1 juta ton per tahun. Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi serta konvensial. Perbedaannya hanyalah pada pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar. Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan bibit atau benih tanaman non hibrida. Selain untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, bibit non hibrida sendiri secara teknis memang memungkinkan untuk ditanam secara organik. Ini dikarenakan bibit non-hibrida dapat hidup dan berproduksi optimal pada kondisi yang alami. Sementara bibit atau benih hibrida biasanya dikondisikan untuk dibudidayakan secara non organik, seperti harus menggunakan pupuk kimia atau pemberantasan hanya dengan pestisida kimia. Untuk lebih jelasnya, berikut diulas tentang cara bertanamnya. Tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan secara organik. Padi hibrida cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Walaupun merupakan varietas unggul tahan hama dan penyakit tertentu, tetapi umumnya padi hibrida hanya dapat tumbuh dan diproduksi optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah banyak. Tanpa pupuk kimia, padi tersebut tidak akan tumbuh subur dan berproduksi optimal. Varietas padi yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis atau varietas alami. Agar berproduksi optimal, jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia. Memang dampak pertanian yang hanya menggunakan varietas unggul atau hibrida adalah merosotnya keanekaragaman hayati varietas alami. Untunglah dari berbagai survei diperoleh bahwa masih ada beberapa tempat di Indonesia yang sawah petaninya ditanami padi varietas alami. Oleh karena itu, untuk keperluan penanaman padi organik, petani tidak terlalu sulit mendapatkan benihnya.

Pustaka Asgar, A. 2000. Teknologi peningkatan kualitas sayuran. Makalah disampaikan pada Pertemuan Aplikasi Paket Teknologi, BPTP Jawa Barat, Lembang, 1 Juli 2000. Hartuti, N. dan R.M. Sinaga. 1993. Pengaruh jenis dan kapasitas kemasan terhadap mutu cabai dalam pengangkutan. Buletin Penelitian Hortikultura 3(2): 124132. Hartuti, N. dan R.M. Sinaga. 1995. Pengaruh macam alat pengering dan jenis antioksidan terhadap mutu cabai merah kering (Capsicum annuum L.). Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang. 37 hlm.

Anda mungkin juga menyukai