Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Sensor gas merupakan alat yang mengukur atau mendeteksi bahan kimia, dalam hal ini gas, dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Untuk analisis gas, gas kromatografi (GC) dan gas kromatografi-spektrometri massa (GC-MS) telah digunakan secara luas dan umum. Tetapi karena peralatan dari GC dan GC-MS tidak mudah dibawa atau tidak portable sehingga pengukuran in situ sulit dilakukan. Selain itu, biaya pemeliharaan instrumen dan operasinya juga mahal. Oleh karena itu, sensor gas mulai dikembangkan (Suprapto, 2007). Sensor gas ini dapat dibuat dari logam, oksida logam, polimer komposit, dan polimer konduktif. Sensor gas dari logam dan logam oksida digunakan untuk memonitor gas hasil pembakaran kendaraan dan industri (Jouve, 1995). Sensor gas dari polimer komposit dan polimer konduktif dibutuhkan untuk mendeteksi atau memonitor polutan berupa gas seperti sulfur oksida dan uap senyawa organik beracun yang dihasilkan oleh industri (Adhikari, 2004). Konduktivitas polimer konduktif secara intrinsik sebenarnya telah didahului oleh polimer komposit dimana konduktivitasnya dipicu dengan insersi bahan konduktif listrik ke dalam matriks polimer insulator. Polimer komposit yang tidak didoping tidak stabil dengan adanya oksigen yang bertindak sebagai dopan dengan terbentuknya anion superoksida karena merusak konjugasi dan menyebabkan degradasi rantai polimer, sehingga stabilitasnya menurun. Polimer konduktif yang didasarkan pada polianilin sangat stabil dibandingkan polipirol, politiofena, dan turunannya (Jagur, 2002). Polimer konduktif dikenal dapat berubah konduktivitasnya secara reversibel ketika dikenai berbagai macam uap senyawa organik dan gas. Walaupun telah sukses digunakan untuk mendeteksi gas dan uap senyawa organik tetapi perlu 1

2
pengembangan sensor gas yang baru dengan sensitivitas tinggi, stabilitas tinggi, dan selektivitas yang berbeda terhadap uap senyawa organik (Guernion, 2004). Kelebihan polimer konduktif antara lain tersedianya material dengan struktur molekul yang bervariasi; memiliki harga material yang relatif murah; memilki sensitivitas yang tinggi untuk bermacam-macam uap senyawa organik; sensor gas dari polimer konduktif organik dapat digunakan pada suhu ruang (Pearce, 2003). Umumnya, sensor gas dari polimer konduktif organik menunjukkan sensitivitas yang baik, khususnya untuk senyawa polar. Karena suhu operasinya rendah mengakibatkan sensor gas tersebut sangat sensitif terhadap kelembaban. Waktu hidup dari sensor gas hanya sekitar 9-18 bulan. Waktu hidup dapat menyebabkan polimer teroksidasi kembali, atau sensor rusak sehingga mempengaruhi resistansi antara elektroda dengan polimer (Schaller, 1998). Polimer konduktif merupakan material yang menunjukkan sifat optik dan listrik seperti logam atau semikonduktor dan memiliki sifat mekanik seperti polimer. Konduktivitas listrik dari polimer konduktif berkisar antara 10-16 sampai 105 S/cm (Lee, 2007). Sensor gas yang disiapkan dari bermacam-macam polimer konduktif umumnya terpusat pada memonitor perubahan resistansi dari polimer ketika dikenai sampel berupa gas (Hatfield, 2000). Interaksi antara senyawa volatil mempengaruhi beberapa sifat dari polimer konduktif seperti konduktivitas, fungsi kerja, spektra absorpsi optik, dan lainnya. Dari beberapa sifat tersebut, perbedaan konduktivitas dapat dideteksi dengan mudah, yang merupakan fungsi linear dari konsentrasi analit dan oleh karena itu biasanya digunakan sebagai sinyal yang sebenarnya pada peralatan sensor bau berbasis polimer konduktif (Stussi, 1997). Peralatan multisensor yang didasarkan pada elektropolimerisasi polimer konduktif dapat mendeteksi uap senyawa organik pada temperatur ruang. Sebagai contohnya, film elektropolimerisasi dari anilin, yang didoping dengan bermacammacam dopan ion, telah digunakan untuk mendeteksi senyawa

3
uap organik seperti butil asetat, xilena, dan oktana. Sensitivitas sensor polipirol dan politiofena yang terelektropolimerisasi, terhadap uap non polar telah dilaporkan, meningkat jika ditambahkan cincin alkil panjang pada posisi 3- atau N- dari cincin pirol atau tiofena (Guernion, 2004). Beberapa polimer konduktif, seperti polianilin dapat diendapkan dari pelarut air. Daya larut monomer-monomer lain terlalu rendah untuk proses yang sama. Tiofena merupakan salah satu contoh yang dapat diendapkan dari pelarut non-aquous seperti asetonitril (Schultze, 2005). Resistor kimia merupakan bentuk alat paling populer dari sensor gas. Film tipis dan material serat dapat dimanfaatkan sebagai unsur sensor dari resistor kimia dan output sinyalnya adalah resistansi. Kerugian resistor kimia adalah bahwa resistansi alatnya dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan, dan tidak hanya ditentukan dengan resistansi dari film sensor dari polimer konduktif, tetapi juga hubungan resistansi dengan elektroda (Bai, 2007). Berdasarkan penjelasan di atas, maka pada penelitian ini akan dibuat sensor gas resistor dan transistor dari polimer konduktif dengan lapisan dasar anilin dan pirol yang kemudian diberi lapisan atas berupa 3-metiltiofena, tiofena, dan anilin. Kemudian sensor gas resistor dan transistor yang telah dibuat diuji responnya terhadap uap senyawa organik turunan minyak bumi antara lain bensin, biosolar, dan minyak bumi. 1.2 Permasalahan Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimanakah sensitivitas sensor gas dari polimer konduktif organik dengan lapisan dasar polianilin-polipirol dengan variasi lapisan atas polianilin, poli-3-metiltiofena, dan politiofena, ketika dipaparkan terhadap minyak bumi (bensin, biosolar, dan minyak tanah).

4
1.3 Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sensitivitas sensor gas dari polimer konduktif organik dengan lapisan dasar polianilin-polipirol dengan variasi lapisan atas polianilin, poli-3-metiltiofena, dan politiofena ketika dipaparkan terhadap turunan minyak bumi (bensin, biosolar, dan minyak tanah).

Anda mungkin juga menyukai