Anda di halaman 1dari 2

VAGINAL BIRTH AFTER CAESAREN DELIVERY Kata-kata sekali menjalani seksio sesarea, maka akan terus seksio sesarea

menjadi suatu pedoman sepanjang abad ke 20. 1Akan tetapi beberapa kelompok kecil wanita pada tahun 1970 berhasil melakukan persalinan per vaginam meskipun telah menjalani seksio sebelumnya.
2

Hal ini mendorong National Institute of Health pada tahun 1981 untuk

mempromosikan kelahiran per vaginam pada wanita yang telah menjalani prosedur seksio sebelumnya.2 Pada tahun 1981, angka kejadian VBAC di Amerika Serikat hanya mencapai 3 %, dibandingkan dengan seksio yang telah mencapai 17.9 %. Namun pada tahun 1997, angka VBAC telah meningkat menjadi 27,4 %, sedangkan angka seksio hanya meningkat sebanyak 20,8 % pada saat yang sama.
3,4

Pada tahun 1984 dan 1995, the American College of

Obstetrics and Gynaecology menganjurkan bahwa wanita bisa lahir secara VBAC, dengan syarat kepala bayi pada posisi vertex, 1 atau 2 jaringan parut bekas irisan secara transversal, dan tidak adanya kontraindikasi untuk kelahiran per vaginam, serta adanya surat persetujuan dari pihak pasien. Pada tahun 1993, banyak senter pendidikan yang menetapkan standar yang telah ditetapkan oleh ACOG untuk menjalani prosedur VBAC. Selain itu juga banyak RS yang menganjurkan VBAC, melihat pendeknya wakut perawatan dan berdampak terhadap pembiayaan RS. Akan tetapi berdasarkan penelitian dari fakultas kedokteran dari Universitas California Selatan, yang menemukan bahwa tingginya angka kejadian ruptur uteri pada VBAC. Hal ini mendorong ACOG untuk merevisi kriteria VBAC pada tahun 1990 menjadi hanya boleh menjalani 1 kali seksio sesarea sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, tidak berbeda secara signifikan antara bayi yang dilahirkan secara per vaginam dengan yang menjalani prosedur seksio.
3,6

Resiko yang paling berat dihadapi adalah terjadinya ruptur uteri

yaitu sebanyak 0,2 sampai 1, 5 % pada wanita VBAC. Ruptur uteri sering terjadi pada wanita yang menjalani seksio secara dengan irisan vertikal. Kondisi apa saja yang menyebabkan overdistensi dari uterus, dapat melemahkan bekas jahitan pada uterus, kondisi itu antara lain adalah kehamilan multipel, polihidramnion, dan bayi yang makrosomia. Tanda awal daripada terjadinya rupture uteri adalah adanya bradikardia, takikardia, adanya deselerasi lambat pada bayi, serta didapatkan perubahan bentuk uterus, perdarahan pervaginam, syok hipovolemik pada ibu.3 Oleh karena itu pada VBAC, sangat diperlukan monitoring yang ketat pada pasiennya. Oleh karena itu ACOG sangat merekomendasikan untuk prosedur VBAC perlu sekali dilakukan di fasilitas kesehatan yang terdapat ahli kebidanan dan kandungan, ahli anak, ahli anestesi dan tim pendukung lainnya.

Dalam prakteknya sering terjadi konflik kepentingan antara pihak ibu dengan pihak penolong, dimana pihak ibu ingin tetap dilahirkan secara pervaginam meskipun terdapat kondisi yang dapat membahayakan bayi dan ibunya. Sehingga diperlukan suatu standar tertentu untuk dapat dilakukan suatu VBAC. Standar tersebut antara lain : kehamilan yang telah mencapai 37 40 minggu, bekas luka pada irisan rahim secara transversal, bayi dengan presentasi vertek kepala, kehamilan yang sehat, dan dilakukan di tempat yang mempunyai keahlian dibidang kebidanan dan kandungan, anak, anestesi, apabila terjadi ruptur uteri. Selain itu juga

diperlukan surat persetujuan dari pihak ibu untuk dilakukannya percobaan kelahiran per vaginam. Pada beberapa kondisi seperti wanita dengan bekas jahitan secara vertikal, atau lebih dari 2 kali, serta pernah menjalani induksi persalinan, bukanlah merupakan suatu kontraindikasi absolut untuk VBAC, namun perlu adanya penjelasan dan persetujuan dari ibu dan keluarga.3 Prosedur VBAC dapat berjalan dengan baik apabila ibu telah dapat melahirkan secara per vaginamdan bekas seksio sebelumnya,akan tetapi banyak pasien yang menghendaki untuk dilakukan secara seksio, karena pasien ingin langsung menjalani orsedur ligasi tuba. VBAC telah menjadi suatu harapan untuk dapat dikuranginya kelahiran secara pervaginam, serta mengurangi resiko untuk terjadinya plasenta akreta dan perkreta pada ibu. Insiden seksio meningkat secara signifikan pada wanita yang hamil diatas usia 30 tahun. Inkontinensia urin, prolaps organ panggul, dan gangguan seksual meningkat bersamaan dengan kelahiran per vaginam. 16 Studi yang dilakukan di California yang melibatkan 583000 sampel,menunjukkan terjadinya perdarahan intracranial pada bayi yang dilahirkan secara pervaginam. Sedangkan bayi yang dilahirkan secara seksio mempunya angka yang paling rendah, yaitu 1 dari 2750 kelahiran. Sehinggadalam pelaksanaanya, sering dikerjakan seksio agar meminimalkan resiko pada bayi dan ibu, khususnya pada bayi prematur. Di negara Brazil, angka kejadian seksio adalah sebesar 50 -60 %, berbeda dengan angka VBAC di negara Eropa yaitu sebesar 50%.
20,21

Tidak ada metode yang pasti untuk meramalkan apa yang dapat terjadi pada kelahiran

secara VBAC, oleh karena itu perlu dilakukannya konseling yang baik dengan pihak ibu. Penurunan angka dilakukannya VBAC menjadi bukti adanya pergeseran paradigma dalam dunia kesehatan selama 20 tahun terakhir. Sebelumnya, para tenaga medis telah menjadi pengambil kebijakan atau keputusan dalam setiap kasus yang ada, namun dewasa ini pihak keluarga dan ibu lebih dominan dalam pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai