Anda di halaman 1dari 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik buruk keadaan pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara ialah kematian maternal (maternal mortality). Menurut definisi WHO Kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010, Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 226 per 100.000 kelahiran hidup, Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut adalah pelayanan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat dengan masyarakat difokuskan pada tiga pesan kunci Making Pergnancy Safer, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan yang dimaksud adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal yang meliputi pembangunan berawawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan. Dengan demikian Puskesmas Berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan di masyarakat, mempunyai peran cukup besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Mengingat pentingnya peran puskesmas dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat, maka diperlukan sebuah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan puskesmas. Dalam hal ini peran tenaga kesehatan sangatlah penting termasuk Bidan. Bidan mempunyai peran dan tanggung jawab dalam bidang KIA KB yang mencakup kegiatan di dalam gedung maupun diluar gedung Puskesmas.

Salah satu kompetensi yang dicapai pada program praktek asuhan kebidanan komunitas mahasiswa Program Studi Pendidikan S1 Bidan adalah mengaplikasikan pembelajaran asuhan kebidanan komunitas pada tatanan nyata di Puskesmas dan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya sehingga dapat beradaptasi terhadap lingkungan pelayanan kesehatan masyarakat serta ikut berperan dalam program pemberdayaan keluarga dan masyarakat sebagai salah satu fungsi Puskesmas.

1.2.

TUJUAN

1.2.1. Tujuan Umum Setelah melaksanakan kegiatan praktek Asuhan Kebidanan Komunitas, diharapkan mahasiswa S1 Pendidikan Bidan FK Unair mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas di Puskesmas dan wilayah yang menjadi tanggung jawab Puskesmas. 1.2.2. Tujuan Khusus Setelah melaksanakan kegiatan praktek Asuhan Kebidanan Komunitas diharapkan mahasiswa dapat : 1. Mengidentifikasi upaya kesehatan puskesmas 2. Melakukan pengkajian wilayah binaan 3. Menganalisis situasi wilayah binaan dalam lingkup KIA KB dengan analisis MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment) 4. Menyusun rencana strategis dan operasional pelayanan berdasarkan hasil identifikasi Puskesmas dan wilayah binaan 5. Mengimplementasikan kegiatan rencana pemecahan masalah di Puskesmas dan wilayah binaan 6. Melaksanakan evaluasi hasil program profesi asuhan kebidanan komunitas di Puskesmas

1.3.

MANFAAT

1.3.1. Bagi Mahasiswa Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pembelajaran asuhan kebidanan komunitas di masyarakat secara langsung. 1.3.2. Bagi Puskesmas Sebagai salah satu bahan rujukan untuk evaluasi program Puskesmas yang telah dilakukan terutama KIA-KB 1.3.3. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat dalam KIA-KB

Anda mungkin juga menyukai