Anda di halaman 1dari 8

1

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia KULIAH 2

Perbedaan Sifat Kolektif

Manusia vs Binatang
Kehidupan kolektif binatang juga berkomunikasi, memiliki bahasa, aktifitas bekerjasama, bahkan mengenal pembagian kerja, dll. Namun semuanya bersifat naluri, yaitu merupakan suatu kemampuan yang telah tertentukan yang terkandung di dalam gen setiap jenis binatang bersangkutan, Sedangkan manusia bukan bersifat naluri tetapi karena kemampuan akal, melalui belajar (learned action). Kelakuan binatang kolektif (animal behavior) berakar pada naluri, sedangkan manusia menjadi tingkah laku yang dijadikan milik diri dengan belajar (learned action).

KOSMOLOGI, ORGANISASI RUANG DAN WAKTU

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

(MAN) HOW

TO LEARN

Design Kecocokan (Third Culture)


(Nigel Cross, 1982)
Scholarly ways of knowing Kebenaran (ilmu/keilmuan) Socially ways of knowing Keadilan (kepujanggaan) Designing ways of knowing Kecocokan (keselarasan/kesesuaian, Third Culture) selalu ada kompromikompromi
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

1. Learning by TEACHING 2. Learning by READING 3. Learning by EXPERIENCING 4. Learning by WRITING 5. Learning by DESIGN It challenges students to think creatively and to solve problems through the process of design and through a variety of design education activities.

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

Manusia sebagai Makhluk Pencari Pola (Pattern-Seeking Animal)


Apabila ditemukan suatu tingkah laku yang efektif dalam hal menanggulangi suatu masalah hidup, maka tingkah laku itu tentu diulangi setiap kali masalah serupa itu muncul. Orang mengkomunikasikan pola tingkah laku baru tsb kepada individu-individu lain dalam kolektif dan terutama kepada keturunannya sehingga pola itu menjadi mantap, menjadi suatu adat yang dilakukan oleh sebagian besar warga kolektif itu. Dengan demikian banyak dari pola tingkah laku manusia yang telah menjadi adat-istiadat itu dijadikan milik dirinya dengan belajar. Aneka tingkah laku manusia tidak disebabkan oleh ciri-ciri ras, melainkan karena kolektif-kolektif di mana manusia itu bergaul dan berinteraksi (dengan alam dan individu lainnya dalam kolektif).
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

Manusia sebagai Makhluk Pembuat Simbol (Homo-Symbolicus)


Simbol dibuat sebagai upaya manusia memahami sesuatu. Terhadap yang tidak difahami/dimengerti olehnya, manusia sering merasa takut. Untuk menghilangkan rasa takut ini manusia membuat simbol untuk mengobati ketidakmengertiannya sehingga menjadi mengerti (teratur=dimengerti=order). Di sinilah letak pergeseran dari Caos menuju Cosmos. Melalui simbol antar individu dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi. Oleh karenanya simbol menjadi bahasa, alat komunikasi antar individu dalam kolektif. Kehadirannya merupakan kesepakatan antar individu dalam kolektif.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

KOSMOS
cosmos (1)
cosmos [ kz mss, kzmss ] (plural cosmoses) noun Definition:
1. whole universe: the universe considered as an ordered and integrated whole 2. ordered system: an ordered system or harmonious whole [13th century. < Greek kosmos "order, universe"]

KOSMOLOGI
cosmology
cosmology [ koz mlljee ] noun Definition:
1. study of universe: the philosophical study of the nature of the universe 2. scientific study of universe: the scientific study of the origin and structure of the universe [Mid-17th century. < modern Latin cosmologia< Greek kosmos "universe"] cosmologic [ kzm ljjik ] adjective cosmological adjective cosmologically adverb cosmologist noun

http://encarta.msn.com/dictionary_1861600593/cosmology.html
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

10

DEFINISI
Kosmologi mencakupi orientasi, sikap dan kepercayaan suatu masyarakat budaya tertentu terhadap dunia dan susunan alam semesta. Kosmologi sangat erat berkaitan dengan mitos asal usul bumi dan manusia, gerak matahari, pergantian musim, binatang, unsur materi, warna, emosi dan nilai-nilai religi.

MITOS

Masyarakat tradisional mengembangkan sistem simbol-simbol yang dianggap mencakupi seluruh pengalaman masa lampaunya, yang antara lain diungkapkan dalam bentuk mitos, cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi.

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

11

A. ORIENTASI TERHADAP ALAM


Orientasi masyarakat dari berbagai budaya dan jaman terhadap alam dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) (F.Kluckhohn, 1953):
1. Manusia tunduk terhadap alam. 2. Manusia menguasai, memanfaatkan dan mengendalikan alam. 3. Manusia sebagai bagian dari alam dan hidup selaras dengan alam.

1.

MANUSIA TUNDUK TERHADAP ALAM (Budaya Mitik)

12

Orientasi yang pertama umumnya dianut masyarakat petani/praindustri yang hidup dalam lingkungan beriklim ekstrim, atau dengan kondisi geologis dan geografis yang rawan. Alam dipandang sebagai kekuatan tak terkontrol dan tak bisa diramalkan. Manusia harus berusaha mengadaptasikan diri terhadap kondisi baik dan buruknya alam. Masyarakat cenderung bersikap pasrah terhadap alam dan menganut sistem nilai yang fatalistik. Gempa bumi, banjir, angin topan, longsor, kekeringan dan bencana lainnya dipandang sebagai kehendak Yang Maha Kuasa atau hukuman/teguran dari Yang Maha Kuasa. Hutan/gurun dipandang sebagai daerah berbahaya, personifikasi dari setan, roh jahat dan kekuatan supranatural lainnya. Karena itu hutan/gurun harus ditakuti, dihormati, bakan terkadang dihindari. Contoh: Sikap masyarakat Eropa di Abad Tengah terhadap hutan, dan sikap orang Kristen Judea Awal terhadap gurun.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

Dalam suatu masyarakat, ketiga orientasi tersebut selalu hadir, namun salah satu orientasi tampil lebih dominan dibanding lainnya.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

13

14

Budaya Mitik/Mitos
Gagasan Mysterium Fascinan (Mircea Eliade) Caos Cosmos (order) Melalui Myth (mitos) Turun-temurun (menjadi tradisi) - Mengikat dan menjadi aturan yang dipegang teguh.

2. MANUSIA MENGUASAI ALAM (Budaya Ontologis)


Orientasi yang kedua umumnya dianut oleh masyarakat industri maju di Barat, dilandasi oleh ajaran Etika Protestan dan pengaruh Revolusi Industri. Manusia dipandang lebih unggul dari alam dan mempunyai hak serta kewajiban untuk mengendalikan, memanfaatkan dan mengubah alam sesuai dengan kebutuhannya. Alam diciptakan tuhan untuk menunjang kehidupan manusia, agar menjadi lebih baik dan menyenangkan. Keunggulan manusia atas alam dicirikan oleh eksploitasi sumber alam, penggunaan teknologi modern, penemuan-penemuan baru dalam bidang iptek, dan kerusakan lingkungan. Ladang pertania, desa dan kota merupakan tempat yang memiliki konotasi positif. Keindahan tidak terletak pada alam, tetapi pada transformasi alam menjadi lingkungan binaan. Nilai yang dianggap penting adalah pertumbuhan, perluasan, pembangunan. Sejarah peradaban manusia ditandai oleh perkembangan yang kontinu dan progresif.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

15

3. MANUSIA SEBAGAI BAGIAN DARI ALAM


Orientasi yang ketiga terutama dianut oleh masyarakat tradisional Afrika, Indian Amerika dan Asia, dilandasi oleh konsep tentang kesatuan harmonis antara alam, manusia dan lingkungan binaan. Alam dipandang sebagai sistem yang stabil, teratur, harmonis dan berdaur ulang. Segala hal yang terkandung dalam alam dianggap sakral, tidak boleh dieksploitasi untuk kepentingan manusia semata. Manusia harus memahami pola gerak dan perkembangan alam, serta bertindak penuh tanggung jawab dalam batas-batas tersebut.

16

Budaya Ontologis
Tidak lagi dalam kekuasaan mitos melainkan bebas meneliti sendiri Manusia menagambil jarak terhadap sesuatu yang dahulu dirasakan sebagai kurungan/pengekangan. Mulai menyusun ajaran atau teori mengenai dasar hakikat ada (ontologi) dari segala sesuatu, mengenai segala sesuatu menurut prinsip eksperimental, pembuktian, pengukuran dlsb yang disebut sains (science).
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

Masyarakat Pygmies yang hidup di hutan Ituri, Zaire, misalnya berpandangan: Hutan adalah ayah dan ibu yang memberikan segala kebutuhan (makanan, pakaian, tempat berlindung) dan menjaga keselamatan anaknya. Bila terjadi bencana, mereka percaya bahwa hutan sedang tertidur sehingga lengah merawat anak-anak mereka. Untuk membangunkan hutan (orang tua mereka) dari tidur, perlu dinyanyikan lagu. Masyarakat Indian Amerika misalnya memandang bumi sebagai ibu, langit sebagai bapak, dan binatang sebagai saudara pria dan wanita. Alam, manusia dan binatang pada hakikatnya hidup bersama seperti keluarga. Bumi dan matahari mengatur kehidupan dengan menciptakan siklus alam yang tanpa akhir. Alam harus dijaga dan dirawat. Manusia hanya boleh mengambil secukupnya dari alam untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, dengan meminta ijin terlebih dahulu kepada alam. Pada abad ke-19 terjadi konflik besar antara masy. Indian Amerika dengan para pemburu kerbau liar. Bagi masy. Indian Amerika, pembunuhan binatang secara besar-besaran hanya untuk diambil kulitnya saja merupakan tindakan transgresi, penyia-nyiaan sumber alam. AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia
Program Studi Arsitektur - ITB

B. SIKAP TERHADAP LINGKUNGAN ALAM DAN LINGKUNGAN BINAAN


Sikap masyarakat dari berbagai budaya dan jaman terhadap alam dan lingkungan binaan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) (Yi-Fu Tuan, 1971):
1. 2. 3. Sikap Positif Sikap Negatif Sikap Ambivalen

17

18

1. The Edenic Ideal


Alam yang telah digarap manusia (padang penggembalaan, taman, ladang garapan, desa) memiliki konotasi positif, sementara alam yang masih liar, primitif dan belum dikendalikan manusia memiliki konotasi negatif.

2. Urban Revolution and The Cosmic Ideal


Kota sebagai pusat peradaban (politik, ekonomi, budaya, kesenian) memiliki konotasi positif, sementara alam liar yang belum dijinakkan (hutan belantara, gurun pasir) memiliki konotasi buruk (negatif).

Berdasarkan kronologi historis dan berdasarkan konfigurasi hubungan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan, sikap tersebut secara rinci dapat diurai menjadi 6 (enam) model:
1. 2. 3. 4. 5. 6. The Edenic Ideal Urban Revolution and The Cosmic Ideal The Two Juxaposed Ideals The Ideal of The Middle Landscape Late 19th Century Values Middle and Late 20th Century Values
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

3. The Two Juxaposed Ideals


Kota dan lingkungan alam memiliki konotasi yang ambivalen. Kota menawarkan kehidupan yang menarik, tetapi terlalu padat, bising, kotor, tidak tenang. Sementara alam menawarkan ketenangan, kesempatan merenung, tetapi juga bisa membosankan, sepi dan kurang merangsang potensi intelektual.

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

19

4. The Ideal of The Middle Landscape


Kota dan alam memiliki konotasi yang sama buruk, karena merupakan sumber dosa dan kejahatan. Sementara bentang alam antara / middle landscape (padang penggembalaan, taman, desa) memiliki konotasi positif, karena mencerminkan citra kehidupan alam pedesaan yang ideal.

C. ORIENTASI TERHADAP TEMPAT-TEMPAT KHUSUS 1. Gunung


Masyarakat tradisional memandang gunung sebagai simbol kekuatan alam: agung, misterius, sulit ditembus, menakutkan. Karena itu, gunung memiliki peran penting dalam agama dan kosmologi berbagai budaya. Gunung dipercayai masyarakat Cina, Korea, Jepang, Yunani, dan lainnya sebagai tempat di mana langit dan bumi bertemu, tempat manusia bertemu dengan Tuhannya, tempat bersemayam para dewa. Banyak bangunan monumental dan bangunan religi dibangun sebagai simbolisasi dari gunung: Piramida di Mesir, Ziggurat di Sumeria, Kathedral di Eropa, Pagoda di Cina, Masjid Awal di Jawa.

20

5. Late 19th Century Values


Alam liar oleh para konservasionis dipandang sebagai rona yang indah, memenuhi kebutuhan estetik dan rekreasi, serta memiliki kualitas religius. Bentang alam antara memiliki konotasi positif, sementara kota secara berangsur memperoleh konotasi negatif (tidak terkendali, berbahaya, banyak kejahatan).

6. Middle and Late 20th Century Values


Kota dan daerah suburban mendapatkan konotasi negatif, sementara kota-kota baru dan alam terbuka hijau dianggap sebagai rona lingkungan yang ideal.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

Sikap masyarakat di berbagai kelompok budaya terhadap gunung bersifat ambivalen, berbaur antara perasaan takut, terancam, dengan perasaan hormat dan cinta. Semenjak abad ke-19, sikap terhadap gunung pada umumnya menjadi lebih positif. Gunung dipandang sebagai tempat ideal untuk relax, mengembalikan kesehatan tubuh, dan melepaskan diri dari himpitan hidup sehari-hari AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia
Program Studi Arsitektur - ITB

21

2. Pantai, Lembah dan Pulau


Pantai, lembah dan pulau secara universal memiliki konotasi positif. Pantai dan tepi sungai merupakan habitat awal masyarakat, yang banyak memberikan keuntungan: makanan, transportasi dan sekuriti. Lembah dan aliran sungai memiliki konotasi positif, seringkali dilambangkan sebagai kandungan ibu yang subur, dilindungi oleh gunung-gunung dan perbukitan. Pulau selalu dipandang sebagai tempat impian, penuh imaginasi dan nilai romantik. Orang Yunani melihat pulau sebagai habitat para pahlawan. Orang Eropa di abad tengah melihat pulau sebagai surga yang berkelimpahan.

D. DIMENSI ORIENTASI TERHADAP LINGKUNGAN 1. Dimensi Vertikal


Masyarakat dari berbagai budaya umumnya membagi kosmos menjadi 3 bagian (dunia atas, dunia tengah, dunia bawah), atau lebih. Dunia atas memiliki konotasi positif, dunia tengah netral, dan dunia bawah berkonotasi negatif. Bangsa Nomad di Siberia dan Asia Tengah percaya bahwa terdapat poros utama yang menghubungkan tiga tingkatan jagad raya, dimana dewa turun ke bumi dan manusia yang telah mati turun ke alam bawah. Tenda tempat mereka tinggal merupakan simbol mikrokosmos dari alam jagad raya, dimana lubang asap di atas tenda diibaratkan sebagai lubang di langit, dan tiang utama tenda diibaratkan poros vertikal yang menembus langit. Tempat yang memiliki dimensi ketinggian (atas) selalu memiliki konotasi positif (gunung, menara gereja, tahta kerjaan). Kepekaan terhadap vertikalitas banyak dipengaruhi oleh kehadiran benda-benda langit, pertumbuhan makhluk hidup, daur terbit dan terbenamnya matahari.

22

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

23

24

2. Dimensi Horisontal dan Konsep tentang Pusat


TRI LOKA

KOSMOLOGI DI BALI
SHUAH LOKA UTAMA atmosphere Mountain (for gods) PURA (temple) PARAHYANGAN/ PAMERAJAN/ SANGGAH (household shrine) JERO (inside, the most sacred) BHUWAH LOKA MADYA lithosphere Land (for man) BANJAR (human settlement) PAWONGAN/ NATAH (working and sleeping quarters) TENGAH (middle) BHUR LOKA NISTA hydrosphere Sea (for evil spirits) KUBURAN (cemetery) PALEMAHAN/ LEBUH (entrance the most public area) JABA (outside, the least sacred)
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

Dimensi horisontal tercermin pada konsep tentang pusat dan periferi, yang banyak dipengaruhi oleh pandangan egosentris dan etnosentris.
1

TRI ANGGA Universe Earth/world Village/town Housing

Pusat diasosiasikan dengan sumbu penghubung dunia atas, dunia tengah dan dunia bawah, dan selalu memiliki konotasi positif. Semakin jauh dari pusat, konotasi semakin kurang baik. Pusat biasanya dikaitkan dengan kesakralan, religiusitas, dan nilai mitik. Istana Kaisar di Cina misalnya berlokasi di pusat, dikelilingi lingkaran-lingkaran konsentrik yang semakin kurang penting.

2 3 4

5
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

Temple

25

26

SHUAH LOKA atmosphere

pegunungan

Gn. Agung BHUWAH LOKA lithosphere

DARATAN

BHUR LOKA hydrosphere

LAUT
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

27

28

NAWA SANGHA

Nawa Sangha / Sangha Mandala merupakan suatu konsep yang didasari orientasi kosmis, secara jelas menggambarkan 8 arah mata angin dengan satu pusat pandangan (focal point) di tengahnya.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

29

30

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

31

32

CATUS PATHA (CATUR MUKA)


Catus Patha (Catur Muka) yang maksudnya menjadi pola papan catur sebagai ungkapan persilangan dari sumbu orientasi yaitu:
Arah Kangin (Timur) Kauh (barat) sebagai sumbu religi Arah Kaja (Gunung) Kelod (laut) sebagai sumbu bumi.

SKALA dan PROPORSI

Cross-road Pattern

Skala dan Proporsi bagi masyarakat Bali selalu dihubungkan dengan anatomi tubuhnya. Pengukuran besaran didasarkan pada bagian tubuh pemilik atau perancangnya, sehingga hampir tidak ada kesamaan ukuran antar bangunan tradisional di Bali.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

33

34

WILDERNESS, GARDEN, CITY

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

35

36

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

37

38

MYTHICAL-CONCEPTUAL SPACES

C. Classic Maya world view: quadripartite model of A.D. 600-900

D. Spatial organization of lowland Classic Maya, from regional capital to outlying hamlet: hexagonal model of A.D. 1930

A. A Pueblo Indian world view

B. Traditional Chinese world view


AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

The world views of the American Indians (A,C) and of the Chinese (B) are alike in that their spatial structure is oriented to the cardinal directions. Spatial organization of the Classic Maya culture reflects its idealized world view (D). Source for C and D: Joyce Marcus, Territorial organization of the
Lowland Classic Maya, Science, vol. 180, 1973, figures 2 and 8. Reprinted with permission from Joyce Marcus and the American Association for the Advancement of Science. Copyright 1973 by the American Association for the Advancement of Science.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

39

40

PTOLEMYS COSMOS
In distinction to the world views of the American Indians and the Chinese, Ptolemys cosmos subordinated the concept of cardinal points to the heavenly bodiesthe zodiacal signs, the sun and the moon, and the planets.
Karl A. Nowotny, Beitrage zur Geschichte des Weltbildes (Vienna: Ferdinand Berger & Sons, 1970), p. 26. Reprinted with permission from Ferdinand Berger & Sons.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

HOPI SPACE AND TIME: SUBJECTIVE AND OBJECTIVE REALMS


The objective realm is the horizontal space within the cardinal grid, but at the distant edges it merges with the subjective realm as represented by the vertical axis.

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

41

42

LONGHOUSE ORIENTATION

BAWOMATALUO VILLAGE, SOUTH NIAS

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

COSMIC AND SOCIAL ORDER IN ATONI HOUSE, TIMOR

43

44

NORTHERN CITY OF PEKING


Center implies elevation, and vice versa: the examples of the northern city of Peking. The length of the southern avenue (central axis) should be read as height. No matter how the natural terrain of China is formed, one always goes up to Peking (N. Wu).
Reprinted with permission from Nelson I. Wu, Chinese and Indian Architecture (New York: George Braziller, 1963), Figure 136 Plan of Peking interpreted as volume.
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

Order in building expresses ideas symbolically, and the house depicts them vividly for every individual from birth to death. Furthermore, order concerns not just discrete ideas or symbols, but a system; and the system expresses both principles of classification and a value for classification per se, the definition of unity and difference (C. Cunningham). Clark E. Cunningham, Order in the Atoni House,
in Rodney Needham, ed., Right and Left: Essys in Dual Symbolic Classification (Chicago: The University of Chicago Press, 1973), p. 219, figure 7. Reprinted with permission from the University of Chicago Press. Copyright 1973 by the University of Chicago)
AR2131 Arsitektur Nusantara dan Asia Program Studi Arsitektur - ITB

Anda mungkin juga menyukai