Anda di halaman 1dari 9

Artikel Tentang IPA dan IPS

Terpadu
Artikel Tentang IPA dan IPS Terpadu
04.24.08 (7:23 pm) [edit]

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran IPA Terpadu untuk Oleh: Joko Sutrisno, S.Si., M.Pd. I#P$% A&'L'A%

Laju S i

Adopsi !alangan

Inovasi "uru

Sejak Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diperkenalkan oleh Pusat Kurikulum kepada sekolah pada sekitar tahun 2 !, salah satu ino"asi #an$ disertakan di dalam KBK tersebut adalah model pembelajaran %P& 'erpadu dan %PS 'erpadu untuk jenjan$ SMP. Model pembelajaran terpadu ini antara lain mens#aratkan bah(a pelajaran %P& #an$ terdiri dari bidan$ )isika, biolo$i, dan kimia diajarkan oleh * oran$ $uru, demikian ju$a den$an pelajaran %PS #an$ terdiri dari bidan$ ekonomi, sejarah, dan $eo$ra)i, ju$a diajarkan oleh * oran$ $uru saja. +alam perkemban$ann#a, model pembelajaran terpadu tersebut menimbulkan pro, kontra di berba$ai kalan$an, terutama di kalan$an para $uru #an$ selama ini terbiasa men$ajar han#a * bidan$ saja. -uru )isika misaln#a, mereka men#atakan akan menemui kesulitan untuk men$ajarkan biolo$i. be$itu ju$a $uru biolo$i, mereka men#atakan akan menemui kesulitan jika harus men$ajarkan )isika. /amun demikian, tidak sedikit ju$a $uru )isika atau biolo$i #an$ men$an$$ap model pembelajaran terpadu tersebut merupakan tantan$an dan harus dija(ab den$an 0ara menin$katkan pen$etahuan para $uru, baik melalui pendidikan )ormal maupun melalui belajar mandiri. Makalah ini berusaha men$kaji )aktor,)aktor #an$ mun$kin berpen$aruh terhadap laju adopsi ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu untuk SMP di kalan$an para $uru. Selain melalui kajian pustaka, penelitian lapan$an dalam skala ke0il ju$a akan di$unakan supa#a diperoleh hasil #an$ lebih baik. II#P$('M'SA% MASALA&

Masalah #an$ akan dikaji dalam makalah ini dapat dirumuskan melalui pertan#aan berikut ini. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi laju adopsi inovasi model pembelajaran IPA Terpadu untuk SD di kalangan para guru? III#M$T) )L)"I Metode #an$ akan di$unakan untuk menja(ab masalah #an$ telah dirumuskan di atas terdiri dari dua ma0am, #aitu studi pustaka atau studi literatur dan melalui penelitian lan$sun$ ke lapan$an. Studi pustaka dimaksudkan untuk men$umpulkan teori dan penemuan (hasil penelitian) #an$ berkaitan den$an masalah ini. Sedan$kan penelitian lan$sun$ ke lapan$an dalam skala ke0il dilakukan untuk mendapatkan data men$enai persepsi para $uru bidan$ studi %P& tentan$ topik masalah #an$ sedan$ dikaji. Pen$ambilan data dilakukan melalui kuesioner. +en$an men$$abun$kan kedua sumber data ini, diharapkan masalah #an$ dibahas dalam makalah ini akan terja(ab. I*# TI%+A'A% T$)(I A% LIT$(AT'(

+alam Ba$ian 'injauan 'eori dan 1iteratur ini akan diuraikan beberapa konsep atau teori #an$ akan di$unakan untuk menja(ab masalah di atas. Beberapa teori atau konsep tersebut adalah seba$ai berikut. Inovasi %no"asi dide)inisikan seba$ai sebuah $a$asan, praktik, atau benda #an$ diterima seba$ai sesuatu #an$ baru ((alaupun de)inisi baru ini bersi)at relati)) oleh seseoran$ atau sekelompok oran$ (2o$ers,*334). Boleh jadi seseoran$ telah lama men$etahui adan#a $a$asan, praktik, atau benda #an$ baru 4 tahun #an$ lalu, tetapi ia tidak lan$sun$ menerima ino"asi atau kebaruan tersebut 4 tahun #an$ lalu. %a baru menerapkan ino"asi tersebut saat ini, sehin$$a dalam kasus ini sesuatu #an$ merupakan ino"asi 4 tahun #an$ lalu, tetap merupakan ino"asi ba$in#a saat ini. Laju Adopsi 1aju adopsi (rate o) adoption) dide)inisikan seba$ai laju relati) suatu ino"asi diserap atau diadopsi oleh an$$ota dari suatu kelompok sosial mas#arakat. Menurut 2o$ers (*334), !35 6 785 "ariasi dalam laju adopsi suatu ino"asi dapat dijelaskan oleh karakteristik ino"asi itu sendiri, #an$ meliputi relati"e ad"anta$e, 0ompatibilit#, 0omple9it#, trialibilit#, dan obser"abilit#. Selain karena karakteristik dari ino"asin#a sendiri, laju adopsi suatu ino"asi ju$a dipen$aruhi oleh beberapa "ariabel lain, #aitu jenis keputusan men$adopsi, saluran komunikasi, karakter sistem sosial, dan seberapa besar usaha promosi #an$ dilakukan oleh 0han$e a$ent. Pembelajaran IPA Terpadu Menurut Pra(iradila$a ke$iatan pembelajaran Pen$alaman bermakna pen$alaman #an$ telah dan memiliki nilai mendatan$. (2 !), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan dalam untuk memberikan pen$alaman #an$ bermakna kepada anak. merupakan pen$alaman lan$sun$ #an$ men$hubun$kan mereka miliki den$an pen$alaman #an$ akan dipelajari, $una dalam kehidupan mereka pada saat ini maupun

Karakteristik pembelajaran terpadu meliputi: *) pembelajaran #an$ bera(al dari adan#a pusat minat (0entre o) interest) #an$ di$unakan untuk memahami $ejala,$ejala konsep lain, baik #an$ berasal dari bidan$ ilmu #an$ sama maupun #an$ berbeda.

2) men$emban$kan sikap, pen$etahuan, dan ketrampilan anak se0ara simultan :) men$hubun$kan berba$ai bidan$ studi atau berba$ai konsep dalam satu bidan$ studi #an$ men0erminkan dunia n#ata di sekelilin$ sesuai den$an kebutuhan dan perkemban$an anak !) men$$abun$kan sejumlah konsep kepada beberapa bidan$ studi #an$ berbeda, den$an harapan anak dapat belajar lebih baik dan bermakna. ;raian di atas dapat di$unakan untuk mende)inisikan pembelajaran %P& 'erpadu di SMP, #aitu pembelajaran #an$ men$hubun$kan pelajaran )isika, kimia, dan biolo$i, menjadi suatu bentuk pembelajaran #an$ tidak berdiri sendiri, sendiri, melainkan menjadi suatu kesatuan #an$ diajarkan se0ara simultan (karakteristik nomor :). Kesimpulan ini sejalan den$an pern#ataan #an$ disampaikan oleh ketua BS/P (Badan Standar /asional Pendidikan) Bamban$ Suhendro dalam <arian Suara Pembaharuan, Senin 3=*= >: ?...untuk mata pelajaran %PS terpadu di tin$kat SMP, serin$kali kompetensi akademik $uru kuran$ memadai. -uru #an$ mempun#ai latar belakan$ sejarah lebih ban#ak men$ajarkan sejarah. Padahal kompetensi %PS terpadu tidak han#a sejarah, tetapi ada sosiolo$i, antropolo$i dan $eo$ra)i. Be$itu ju$a den$an mata pelajaran %P& terpadu #an$ men0akup pelajaran )isika, kimia dan biolo$i@. Pern#ataan ketua BS/P tersebut men#iratkan bah(a seoran$ $uru mata pelajaran %P& di SMP dituntut untuk dapat men$ajarkan semua subjek dalam pelajaran %P&, #aitu )isika, kimia, dan biolo$i, terlepas dari latar belakan$ pendidikann#a. Be$itu ju$a untuk $uru %PS, mereka diharapkan untuk dapat men$ajarkan semua subjek dalam pelajaran %PS, #aitu sejarah, $eo$ra)i, ekonomi, dan sosiolo$i. Suatu pembelajaran #aitu: terpadu mena(arkan beberapa kelebihan (1ipson, *33:),

, lebih )okus pada tema, karena satu tema dibahas dari berba$ai sudut pandan$ , memun$kinkan trans)er o) learnin$, misaln#a penerapan konsep )isika dalam biolo$i , memberikan pemahaman #an$ lebih baik men$enai hubun$an antara satu disiplin ilmu den$an lainn#a +i sampin$ kelebihan tersebut, terdapat beberapa masalah, kendala, konsekuensi dari pelaksanaan pembelajaran terpadu (+ru$er, *333), #aitu , $uru dan sekolah sudah terbiasa den$an pola lama , hampir semua $uru tidak belakan$ pendidikann#a memiliki pen$alaman penelitian di luar latar atau

, $uru ?kehilan$an@ otoritas pada latar belakan$ bidan$ studin#a , memerlukan komitmen dari para $uru untuk bekerja sama , ketika men$$unakan metode team tea0hin$, mun0ul ban#ak persoalan seperti perbedaan karakter priba$i $uru, kontribusi #an$ tidak jelas, perbedaan $a#a men$ajar, dan kesulitan men$atur jad(al *# P$M,A&ASA% A# iskusi Teoretis

2o$ers (*334) men#ebutkan 4 "ariabel #an$ mempen$aruhi laju adopsi suatu ino"asi #aitu karakteristik ino"asi (palin$ berpen$aruh, !35 6 785), jenis keputusan men$adopsi, saluran komunikasi, karakteristik sistem sosial, dan usaha promosi #an$ dilakukan oleh 0han$e a$ent. Kelima "ariabel tersebut akan diterapkan pada laju adopsi ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu di SMP.

-. !arakteristik inovasi +ari sisi kelebihan atau man)aat (relati"e ad"anta$e), ino"asi Pembelajaran %P& 'erpadu #an$ diharapkan dalam KBK, seba$aimana diuraikan dalam tinjauan teori, seharusn#a mena(arkan beberapa kelebihan dibandin$kan den$an model pembelajaran #an$ terpisah,pisah. +en$an demikian, diharapkan bah(a laju adopsi ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu ini akan tin$$i. Jika ditinjau dari 0ompatibilit#,n#a, kesiapan dan kompetensi $uru %P& tampakn#a akan menjadi )aktor #an$ men$hambat laju adopsi ino"asi ini. &rtin#a, ino"asi #an$ dita(arkan tidak 0ompatible den$an kondisi $uru %P& #an$ ada, #an$ saat ini terkelompokkan seba$ai $uru Aisika dan $uru Biolo$i. ;us 'oharudin (2 4) men#atakan sedikitn#a 4 5 $uru di %ndonesia tidak memiliki kualitas sesuai standardisasi pendidikan nasional. Pen$ajaran tematik (kata lain dari terpadu) bahkan masih asin$ terden$ar oleh para $uru. Selain itu, $uru belum memahami konstelasi bidan$ studi #an$ diajarkann#a dalam kaitan dan hubun$ann#a den$an bidan$ studi lain. +en$an demikian, ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu #an$ kuran$ 0ompatible den$an kondisi $uru %P& #an$ ada akan men$uran$i laju adopsi ino"asin#a. +ikaitkan den$an kompleksitasn#a (0omple9it#), ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu se0ara teori semestin#a sederhana, #aitu pembelajaran )isika, biolo$i, dan kimia #an$ dilaksanakan se0ara tematis seperti #an$ dilakukan di 'K dan S+. Jika sebelumn#a pelajaran %P& diajarkan oleh 2 oran$ $uru ($uru )isika dan biolo$i, sedan$kan materi pelajaran kimia seba$ian diajarkan oleh $uru )isika dan seba$ian la$i oleh $uru biolo$i), dalam pembelajaran terpadu mata pelajaran %P& han#a diajarkan oleh satu oran$ $uru, atau ju$a bisa melalui team tea0hin$ (dua oran$ atau lebih $uru men$ajar se0ara serentak di kelas). /amun demikian, jika dilihat lebih dalam la$i, susunan materi dalam kurikulum %P& #an$ ada dalam KBK sendiri tidak terpadu seba$aimana model pembelajaran #an$ diin$inkan. &rtin#a, materi )isika, biolo$i, dan kimia masih disusun se0ara terpisah. +i kelas B%% misaln#a, semester pertama han#a memuat materi )isika dan kimia, sedan$kan semester kedua han#a memuat materi biolo$i. +i kelas B%%%, semester pertama memuat han#a materi biolo$i dan kimia, sedan$kan semester kedua memuat han#a )isika. +i kelas %C, semester pertama memuat biolo$i dan )isika, sedan$kan semester kedua han#a memuat )isika. %nilah #an$ akhirn#a membuat ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu tidak sederhana, karena kurikulumn#a sendiri tidak mendukun$, sehin$$a $uru harus men#usun ulan$ materi,materi dalam kurikulum sehin$$a terpadu. Pen#usunan ulan$ ini tentu bukan hal #an$ mudah ba$i $uru, apala$i jika tern#ata pen#usunan ini men$haruskan materi #an$ mestin#a diajarkan di semester * harus pindah ke semester 2 karena akan berdampak buruk ketika sekolah harus men$ikuti ulan$an umum bersama. +en$an demikian, dilihat dari kompleksitasn#a ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu ini 0ukup kompleks, (alaupun jika dilihat se0ara sekilas tampak sederhana. &kibatn#a bisa diperkirakan bah(a akan ban#ak $uru #an$ merasa kesulitan melaksanakan pembelajaran %P& 'erpadu ini, terlebih la$i tern#ata tidak terdapat ban#ak petunjuk pelaksanaann#a. +ikaitkan den$an laju adopsin#a, maka kemun$kinan besar ino"asi ini akan sulit untuk diadopsi den$an 0epat. &dopsi akan 0epat terjadi jika pemahaman $uru sudah 0ukup len$kap terhadap ino"asi ini.

+itinjau dari sisi trialibilit#,n#a, #aitu kemudahann#a untuk di0oba, sebenarn#a pembelajaran %P& 'erpadu dapat di0oba kapan saja dan di mana saja, karena ino"asi ini merupakan suatu model pembelajaran, #an$ dapat lan$sun$ di0oba oleh para $uru tanpa harus memikirkan bia#a #an$ harus dikeluarkan untuk men0oban#a. &rtin#a, para $uru akan den$an 0epat ?menerima sementara@ ide ino"asi ini untuk di0oba, (alaupun belum tentu akan ?menerima@ seterusn#a. +ari sisi obser"abilit#, #aitu kemudahan $uru untuk melihat hasil atau man)aat dari pembelajaran %P& 'erpadu ini, ino"asi ini akan men$alami kesulitan dalam adopsin#a, karena hasil dari pembelajaran %P& 'erpadu tidak dapat lan$sun$ terlihat. Palin$ tidak, diperlukan (aktu * tahun untuk melihat hasil dari pembelajaran model ini, #aitu ketika sis(a menuntaskan masa * tahun pendidikann#a. +ari kelima elemen dalam karakteristik ino"asi tersebut, elemen #an$ akan mendukun$ (memperbesar) laju adopsi ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu adalah relati"e ad"anta$e dan trialibilit#. Sementara itu, elemen #an$ kemun$kinan akan men$hambat laju adopsin#a adalah 0ompatibilit#, 0omple9it#, dan obser"abilit#. /. +enis keputusan yang diambil +alam ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu ini, jenis keputusan #an$ diambil san$at ter$antun$ kepada $uru, kepala sekolah, dan pejabat pendidikan di (ila#ah setempat. Menurut 2o$ers (*334), semakin ban#ak oran$ #an$ terlibat dalam pen$ambilan keputusan suatu ino"asi, maka laju adopsin#a semakin rendah. +alam kasus ini, otoritas pendidikan nasional tidak se0ara te$as men$haruskan sekolah melaksanakan pembelajaran %P& se0ara terpadu, apala$i KBK memberikan kebebasan kepada $uru untuk men$emban$kan sendiri model pembelajarann#a. +en$an demikian, dapat dipastikan bah(a laju adopsi model pembelajaran %P& 'erpadu ini akan rendah. 0. Saluran komunikasi Saluran komunikasi #an$ di$unakan dalam di)usi ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu ju$a berpen$aruh terhadap laju adopsi ino"asi ini. Beberapa saluran komunikasi #an$ di$unakan dalam di)usi ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu adalah melalui dokumen kurikulum, mass media, interpersonal. +ua saluran komunikasi pertama tampakn#a tidak berperan ban#ak, karena biasan#a han#a berupa in)ormai $lobal atau se0ara umum saja. Jadi, saluran komunikasi #an$ berperan 0ukup besar adalah komunikasi interpersonal, misaln#a antara $uru den$an pejabat atau seseoran$ dari Pusat Kurikulum, penatar dari +epdiknas, dan para $uru inti. &kan tetapi, jumlah $uru di %ndonesia #an$ sedemikian ban#akn#a dan (ila#ah %ndonesia #an$ sedemikian luasn#a, tidak bisa se0ara e)ekti) dijan$kau melalui komunikasi interpersonal ini. +itambah la$i, seba$ai akibat dari otonomi daerah, (e(enan$ bidan$ pendidikan saat ini berada di tin$kat kabupaten dan kota, bukan la$i (e(enan$ pemerintah pusat, sehin$$a semakin sulit ba$i +epdiknas dan Pusat Kurikulum untuk se0ara e)ekti) men#ampaikan ino"asi Pembelajaran %P& terpadu ini. +en$an demikian, dapat dikatakan bah(a kontribusi saluran komunikasi terhadap laju adopsi ino"asi ini san$at ke0il. 1. !arakter sistem so2ial

Menurut 2o$er (*334), karakter sistem sosial seperti norma dan struktur dalam mas#arakat, ju$a mempen$aruhi laju adopsi suatu ino"asi. +alam kasus ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu, norma,norma dan struktur dalam dunia pendidikan di %ndonesia ju$a mempen$aruhi laju adopsi ino"asi ini. /amun demikian, #an$ mun$kin berpen$aruh lebih besar adalah struktur dalam dunia pendidikan di %ndonesia, terutama seba$ai dampak pelaksanaan otonomi daerah. Jika sebelumn#a para $uru merupakan pe$a(ai depdiknas (pe$a(ai nasional), maka setelah otonomi daerah diberlakukan, $uru menjadi pe$a(ai daerah. Padahal, kurikulum dikemban$kan oleh lemba$a nasional dan diberlakukan se0ara nasional pula. Jadi, pada ada lintasan #an$ ?putus@ dalam jalur komunikasi dari +epdiknas kepada para $uru di daerah. Seba$ai akibatn#a, laju adopsi oleh para $uru terhadap ino"asi #an$ dihasilkan di pusat akan terhambat (ke0il). +an ini sbenarn#a tidak han#a terjadi pada kasus pembelajaran %P& 'erpadu, tetapi ju$a pada kasus,kasus lain, termasuk KBK sendiri, #an$ sosialisasin#a berjalan san$at lambat. ?Pemerintah harus memperhatikan media pembelajaran di daerah,daerah pelososk untuk menjamin terjadin#a perubahan,perubahan mendasar den$an perubahan kurikulum. Ju$a sosialisasi #an$ harus dilakukan lebih baik. Saat ini KBK tidak berjalan baik, karena pemahaman $uru sendiri masih rendah@ (Suara Pembaruan, *!=2=2 >). 3. 'saha promosi yang dilakukan oleh 2hange agent Siapakah sebenarn#a 0han$e a$ent dalam di)usi ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu iniD Pemerintah, dalam hal ini +epdiknas dan Pusat Kurikulum adalah pihak #an$ men$eluarkan ino"asi, sedan$kan para $uru se0ara umum adalah an$$ota kelompok mas#arakat #an$ akan menerima atau menolak ino"asi ini. Ean$ bertindak seba$ai 0han$e a$ent dalam di)usi ini tentu saja adalah para pe$a(ai #an$ ada di Pusat Kurikulum dan +epdiknas. Sa#an$n#a, ruan$ $erak mereka untuk melakukan sosialisai (promosi) ino"asi ini terbatas karena para $uru se0ara struktur tidak la$i berada di ba(ah +epdiknas, melainkan di ba(ah Pemda. &kibatn#a, ke$iatan promosi ino"asi dari para 0han$e a$ent kepada para $uru menjadi terhambat, sehin$$a laju adopsi #an$ terjadi pun ju$a terhambat. +ari analisis teori di atas dapat disimpulkan )aktor pendukun$ dan pen$hambat laju adopsi ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu di SMP di kalan$an para $uru seba$ai berikut. Aaktor Pendoron$: *. 2elati"e ad"anta$e ino"asi (kelebihan atau man)aat ino"asi) #an$ tin$$i 2. 'riabilit# ino"asi #an$ tin$$i Aaktor Pen$hambat: *. Fompatibilit# ino"asi #an$ rendah 2. Kompleksitas ino"asi #an$ tin$$i :. Obser"abilit# #an$ rendah !. Ban#akn#a pihak #an$ terlibat dalam pen$ambilan keputusan untuk men$adopsi atau tidak men$adopsi 4. Saluran komunikasi dari pusat ke daerah #an$ tidak e)ekti) >. Struktur lapisan mas#arakat pendidikan ($uru) di %ndonesia #an$ ?terputus@ karena $uru bukan la$i pe$a(ai pusat, melainkan pe$a(ai daerah.

8. Ke$iatan promosi #an$ kuran$ dari para 0han$e a$ent (sta)) Pusat Kurikulum dan +epdiknas) karena sempitn#a ruan$ $erak mereka seba$ai dampak otonomi daerah ,# iskusi &asil !uesioner

Selain melakukan analisi teori, kami ju$a melakukan suatu kuesioner sederhana untuk men$uji kesimpulan teoretis #an$ telah dihasilkan tersebut. Kuesioner dilakukan terhadap beberapa $uru (sekitar : oran$ $uru %P&) di Jakarta 'imur. &nalisis teori men#atakan bah(a laju adopsi model pembelajaran %P& 'erpadu akan tin$$i karena keuntun$an dan man)aat #an$ melekat pada ino"asin#a itu sendiri. <asil kuesioner men#atakan bah(a dari $uru atau sekolah #an$ melaksanakan model pembelajaran ini, han#a **5 #an$ men$an$$ap model pembelajaran %P& 'erpadu ini seba$ai ino"asi. Seban#ak !!5 melaksanakan model ini karena merupakan keputusan sekolah dan !45 karena di(ajibkan oleh pemerintah. &rtin#a, ba$i para $uru, model pembelajaran %P& 'erpadu tidak dian$$ap seba$ai sesuatu #an$ men$untun$kan atau memiliki nilai tambah. Jika mereka melaksanakann#a, hal itu lebih dikarenakan seba$ai bentuk melaksanakan ke(ajiban. Keputusan sekolah untuk melaksanakan model ini ju$a tentu saja didoron$ oleh adan#a ke(ajiban ba$i sekolah untuk melaksanakann#a. +en$an demikian, relati"e ad"anta$e dipastikan bukan )aktor #an$ mendoron$ laju adopsi ino"asi model ini, tetapi ju$a belum tentu )aktor pen$hambat. Berdasarkan teori, )aktor kemudahan untuk di0oba (trialibilit#) mendukun$ tin$$in#a laju adopsi ino"asi. <asil kuesioner menunjukkan bah(a terdapat > 5 sekolah #an$ menerapkan model pembelajaran %P& 'erpadu ini, sedan$ sisan#a ! 5 belum atau tidak melaksanakann#a, (alaupun ketika ditan#akan pendapat para $uru tentan$ penerapan model pembelajaran ini, lebih ban#ak $uru #an$ men#atakan tidak setuju (485) dibandin$kan #an$ men#atakan setuju (!:5). +imun$kinkan )aktor kemudahan untuk di0oba inilah #an$ membuat ban#ak sekolah telah melaksanakan model pembelajaran ini. +ari sisi 0ompatibilit#,n#a, hasil kuesioner menunjukkan bah(a dari $uru,$uru #an$ men#atakan tidak setuju den$an pemberlakuan model ini, 7:5 beralasan $uru %P& #an$ ada di sekolah (terpisah menjadi $uru )isika, biolo$i, dan kimia) tidak sesuai den$an model ini. Sementara itu, $uru #an$ men#atakan setuju lebih beralasan karena adan#a perintah dari pemerintah. <asil kuesioner menunjukkan bah(a ba$i para $uru, ino"asi model pembelajaran %P& terpadu ini tidak memiliki kompleksitas #an$ tin$$i, artin#a masih dian$$ap ide #an$ (ajar. <an#a *85 $uru #an$ men#atakan bah(a model pembelajaran ini sulit dilaksanakan di sekolah. %ni sejalan den$an hasil han#a **5 $uru #an$ men$an$$ap model pembelajaran ini seba$ai ino"asi. Aaktor obser"abilit# tidak terdeteksi se0ara jelas dalam kuesioner ini, karena seba$ian besar $uru baru men$enal model ini kuran$ dari * tahun, sehin$$a masih belum bisa melihat hasil dari model pembelajaran ini. /amun kalau dilihat dari besarn#a alasan melaksanakan model ini karena adan#a keharusan #an$ ditetapkan pemerintah, maka tampakn#a )aktor obser"abilit# bukan seba$ai )aktor #an$ menentukan laju adopsi ino"asi, palin$ tidak untuk saat,saat ini. Jika dikaji dari jenis pen$ambilan keputusan, berdasarkan hasil kuesioner tersirat bah(a bukan $uru #an$ memutuskan apakah akan menerapkan model pembelajaran terpadu atau tidak, melainkan sekolah atau kepala sekolah. +ari ja(aban atas pertan#aan alasan penerapan model ini, !!5 adalah keputusan sekolah dan :!5 karena dianjurkan pemerintah (sama artin#a den$an sekolah #an$ memutuskan). +en$an demikian, sebenarn#a laju adopsi ino"asi ini akan mudah, karena tidak terlalu ban#ak #an$ memutuskan adopsin#a, #aitu han#a sekolah atau kepala sekolah. -uru han#a sekedar seba$ai pelaksana.

Jika hasil analisis teori terhadap saluran komunikasi men$hasilkan saluran komunikasi dari daerah ke pusat #an$ tidak e)ekti), tern#ata hasil kuesioner menunjukkan lain. Seban#ak 7>5 $uru men$aku sudah men$enal model pembelajaran %P& 'erpadu ini, dan terban#ak men$enal melalui Kepala Sekolah (4 5) dan melalui personel dari Pusat Kurikulum (::5). &rtin#a, tidak ada masalah den$an saluran komunikasi untuk adopsi ino"asi ini. Grat kaitann#a den$an saluran komunikasi, struktur lapisan mas#arakat pendidikan ($uru) di %ndonesia #an$ dalam analisis teori didu$a ?terputus@ tern#ata bukan merupakan hambatan ba$i laju adopsi ino"asi ini, karena seperti telah disebutkan sebelumn#a, seban#ak 4 5 $uru men$enal model pembelajaran %P& 'erpadu melalui Kepala Sekolah dan ::5 melalui Pusat Kurikulum. Kalau benar Pusat Kurikulum dan para sta))n#a merupakan 0han$e a$ent untuk ino"asi model pembelajaran %P& 'erpadu ini, maka sebenarn#a ke$iatan promosi #an$ telah mereka lakukan 0ukup berhasil, #aitu ::5 $uru men$enal model ini melalui mereka, sedan$kan seba$ian besar #an$ lain melalui kepala sekolah (4 5). 'etapi, bukankah kepala sekolah ju$a men$enaln#a dari Pusat KurikulumD Khusus untuk )aktor saluran komunikasi, struktur mas#arakat pendidikan ($uru), dan ke$iatan promosi #an$ dilakukan 0han$e a$ent, pemilihan daerah dilakukann#a kuesioner mun$kin saja berpen$aruh. Kuesioner dilakukan di Jakarta 'imur, #an$ masih merupakan ba$ian dari %bukota ne$ara, sehin$$a 0ukup dekat den$an sumber ino"asin#a. <asil berbeda mun$kin saja akan didapatkan jika kuesioner ju$a dilakukan di daerah,daerah lain #an$ jauh dari Jakarta. 4# Penggabungan &asil Analisis Teori dengan &asil !uesioner +ari kedua analisis tersebut, #aitu analisis teori dan analisis kuesioner, hasil #an$ diperoleh dapat di$abun$kan den$an melihat posisi )aktor,)aktor #an$ dianalisis, apakah seba$ai pendoron$, pen$hambat, atau netral. Tabel5 Penggabungan &asil Analisis Teori dan !uesioner

Faktor Relative advantage Compatibility Kompleksitas Trialibility Observability Jenis keputusan Saluran komunikasi Struktur sistem sosial Promosi hange agent

Pendorong Teori Kuesioner Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya/Tidak Ya Ya Tidak Ya/Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya

Penghambat Teori Kuesioner Tidak Ya/Tidak Ya Ya/Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya/Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

Kecenderungan sebagai Pendorong Penghambat Penghambat Pendorong Netral Netral Netral Netral Netral

+ari tabel di atas dapat disimpulkan bah(a )aktor,)aktor #an$ memiliki ke0enderun$an 0ukup kuat berperan seba$ai pendoron$ atau pen$hambat seba$ai berikut. Aaktor Pendoron$ : relati"e ad"anta$e, trialibilit# Aaktor Pen$hambat : 0ompatibilit#, kompleksitas

Aaktor /etral : obser"abilit#, jenis keputusan, saluran komunikasi, struktur sistem sosial, dan promosi 0han$e a$ent. Aaktor,)aktor #an$ netral tersebut memerlukan penelitian lebih lanjut a$ar benar,benar bisa diketahui peranann#a #an$ lebih dominan. /amun demikian, untuk sementara ini sebenarn#a dapat dian$$ap bah(a untuk )aktor,)aktor #an$ netral tersebut, menurut analisis teori merupakan )aktor pen$hambat. +en$an 0ara demikian, hasil analisis teori dan kuesioner tidak bertentan$an, melainkan persamaann#a belum terun$kap se0ara n#ata. *I# !$SIMP'LA% Seba$ai kesimpulan, dapat disampaikan )aktor,)aktor pen$hambat dan pendoron$ laju adopsi ino"asi pembelajaran %P& 'erpadu di SMP di kalan$an para $uru seba$ai berikut. Aaktor Pendoron$: *. 2elati"e ad"anta$e ino"asi (kelebihan atau man)aat ino"asi) #an$ tin$$i 2. 'riabilit# ino"asi #an$ tin$$i Aaktor Pen$hambat: *. Fompatibilit# ino"asi #an$ rendah 2. Kompleksitas ino"asi #an$ tin$$i :. Obser"abilit# #an$ rendah !. Ban#akn#a pihak #an$ terlibat dalam pen$ambilan keputusan untuk men$adopsi atau tidak men$adopsi 4. Saluran komunikasi dari pusat ke daerah #an$ tidak e)ekti) >. Struktur lapisan mas#arakat pendidikan ($uru) di %ndonesia #an$ ?terputus@ karena $uru bukan la$i pe$a(ai pusat, melainkan pe$a(ai daerah. 8. Ke$iatan promosi #an$ kuran$ dari para 0han$e a$ent (sta)) Pusat Kurikulum dan +epdiknas) karena sempitn#a ruan$ $erak mereka seba$ai dampak otonomi daerah ($F$($%SI +ru$er, Mar"in., & Perspe0ti"e on 'ea0hin$ Huarterl# )or Gdu0ation and 'e0nolo$#, *333. %nte$rated S0ien0e, 'e0hnos:

Aor$at#, 2obin., 'he Mind)ul S0hool: <o( to %nte$rate the Furri0ula, Sk#li$ht Publishin$ %n0., %llinois, *33* 1ipson, M., Balen0ia, S., Ii9son, K., Peters, F., %nte$ration and 'hemati0 'ea0hin$: %nte$ration to %mpro"e tea0hin$ and 1earnin$, 1an$ua$e &rts 8 (!), 242,2>:. (GJ !>* *>). 2o$ers, G"erett, M., +i))usion o) %nno"ation, !th Gd, 'he Aree Press, /e( Eork, *334 'oharudin, ;us., Kompetensi -uru dalam Strate$i &jar, Pikiran 2ak#at F#ber media, 2 4. Iardani, Fut, Kamaril, +alam MoJaik 'eknolo$i Pendidikan: Pendidikan Melalui Seni dalam Pendekatan pembelajaran 'erpadu, Prenada Media, Jakarta, 2 !

Anda mungkin juga menyukai