Anda di halaman 1dari 8

PAPER BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas Program Profesi Stase Anak

Disusun oleh : Anisa Suci M Ema Maulina Marathul Hidayati Nurhidayati Hanifah Putri Anggrainingsih Ratih Purbo Harumi

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

BAYI BARU LAHIR RENDAH


A. Definisi Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir tanpa memandang masa gestasi. (Kosim, 2008) Dalam hal ini dibedakan menjadi : 1. Prematuritas murni Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai. 2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR) Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan. Etiologi Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang berhubungan, yaitu : a. Kondisi ibu 1. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun 2. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat 3. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, ginjal, pulmonary. 4. Penggunaan alkohol, rokok, atau obat-obatan. b. Faktor kehamilan 1. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum 2. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini c. Kondisi janin (bayi kecil secara genetik, kelainan kromosom) Manifestasi Klinis Adapun manifestasi klinis BBLR antara lain : Prematuritas murni 1. BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 33 cm 2. Masa gestasi < 37 minggu Dismaturitas Pada preterm : seperti pada prematuritas Term dan post term :

3. Kulit tipis dan transparan 4. Kepala lebih besar daripada badan 5. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan 6. Lemak subkutan kurang 7. Ubun-ubun dan sutura lebar 8. Labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki) 9. Tulang rawan dan daun telinga imatur 10. Bayi kecil 11. Posisi masih fetal 12. Pergerakan kurang dan lemah 13. Tangisan lemah 14. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea 15. Reflek tonus leher lemah 16. Reflek menghisap, menelan dan reflek batuk belum sempurna

1. Kulit selubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada 2. Kulit pucat dan bernoda mekonium 3. Kering keriput tipis 4. Jaringan lemak di bawah kulit tipis 5. Bayi tampak gesit, aktif dan kuat 6. Tali pusat berwarna kuring kehijauan

B. Pathway Terlampir

C. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan glukosa Menunjukkan penurunan penyimpanan glikogen, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya hipotermia dan hipoglikemia. b. Kadar hematokrit Apabila terdapat peningkatan 65%, menandakan polisiternia sebagai akibat dari hipoksia janin kronis. c. pH tali pusat

tingkat 7, 20 7, 24 menunjukkan praasidosis; tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna. d. Bilirubin total Nilai normal bilirubin total pada hari pertama kehidupan ialah 6 mg/dl, hari 1 2 8 mg/dl, dan 12 mg/dl pada 3 5 hari. e. Pulse Oximetry Untuk mengukur saturasi oksigen f. SDP (jumlah sel darah putih) Nilai normal 18.000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23. 000 24. 000/mm3 hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis) g. Hemoglobin (Hb) Kadar lebih rendah dari 15 20 g/dl berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan)

D. Pengkajian Keperawatan 1. Riwayat kesehatan Mencakup riwayat ibu dan neonatus ( masalah selama kehamilan, kebiasaan kebiasaan ibu [penggunaan alkohol, rokok, obat/zat terlarang], nutrisi ibu selama kehamilan). Selain itu, perlu juga diketahui mengenai latar belakang keluarga (riwayat penyakit, riwayat obstetric, riwayat genetic, gaya hidup, dll) 2. Pemeriksaan fisik a. Kepala : sutura menutup/tidak, ubun-ubun teraba datar, kaji adanya sefalhematoma atau tidak, bentuk kepala. b. Mata : kaji adanya konjungtiva yang anemis, sclera ikterik, ukuran pupil dan pupillary reflek. c. Hidung : kaji adanya sumbatan hidung, pernapasan cuping hidung, adanya sekret. d. Telinga e. Leher : tidak teraba tulang rawan, kaji adanya serumen. : reflek tonus leher lemah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, reflek menelan lemah.

f. Dada Inspeksi : adanya retraksi dinding dada, iktus cordis tampak/tidak. Palpasi : tidak memiliki jaringan payudara, perkembangan rangka tulang iga dan otot-otot buruk Perkusi Auskultasi g. Abdomen Inspeksi : inspeksi gerakan abdomen, kondisi tali pusat : adanya suara pekak, konfigurasi jantung. : kaji adanya gallops, murmur.

bayi. Auskultasi Perkusi : kaji bising usus : perkusi abdomen untuk menentukan letak organorgan dalam. Palpasi h. Ekstremitas : kaji apakah ada pembesaran hepar. : adanya kelemahan otot, pergerakan sendi yang terbatas, akral dingin, kaji adanya penurunan capiler refill, adanya sianosis. i. Integumen : turgor kulit buruk/keriput, kekurangan lemak subkutan, verniks kaseosa berlebihan, lanugo berlebihan. j. Genetalia : kondisi alat genetalia (pada bayi wanita : klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka; pada bayi laki-laki : skrotum licin dan testis belum turun), kebersihan, urine output.

E. Intervensi Keperawatan No 1. Dx. Kep Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru Tujuan/Kriteria Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien menunjukkan pola nafas yang efektif Rencana Tindakan Berikan posisi kepala sedikit ekstensi Berikan oksigen dengan metode yang sesuai Observasi irama,

dengan criteria hasil : Kebutuhan oksigen menurun Nafas spontan, adekuat Tidak sesak. Tidak ada retraksi 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kebutuhan nutrisi menjadi adekuat dengan criteria hasil : Berat badan naik 1030 gram / hari Tidak ada edema Protein dan albumin darah dalam batas normal

kedalaman dan frekuensi pernafasan

Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat Observasi dan catat toleransi minum Timbang berat badan setiap hari Catat intake dan output Kolaborasi dalam pemberian total parenteral nutrition kalau perlu

3.

Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, suhu bayi stabil dengan criteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,2
0

Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu Ganti popok bila basah Hindari bayi dari orangorang yang terinfeksi

Akral hangat

4.

Resiko tinggi infeksi b/d

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

imaturitas fungsi imunologik

selama 2x24 jam, bayi dapat terhindar dari infeksi dengan criteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,2
0

kalau perlu rawat dalam inkubator Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik bila melakukan prosedur invasif

Darah rutin normal

5.

Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit

Setelah tindakan selama integritas tetap

dilakukan Lakukan perawatan tali keperawatan 2x24 kulit pusat jam, Observasi tanda-tanda bayi vital dengan Kolaborasi pemeriksaan darah rutin Kolaborasi pemberian antibiotika Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah yang tertekan Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin Ubah posisi bayi dan pemasangan elektrode atau sensor Memberikan kesempatan pada ortu berkonsultasi dengan dokter

baik

criteria hasil : Tidak ada rash Tidak ada iritasi Tidak plebitis

6.

Koping keluarga tidak efektif b/d

Koping keluarga efektif Kriteria : Ortu kooperatif dg

kondisi kritis pada bayinya, perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS

perawatan bayinya. Pengetahuan ortu bertambah Orang tua dapat merawat bayi di rumah

Rujuk ke ahli psikologi jika perlu Berikan penkes cara perawatan bayi BBLR di rumah termasuk pijat bayi, metode kanguru, cara memandikan Lakukan home visit jika bayi pulang dari RS untuk menilai kemampuan orang tua merawat bayinya

Anda mungkin juga menyukai