+ + +
2
4 4 3 3 2 2 1 1
Y
Y X b Y X b Y X b Y X b
44
Tabel 3.2
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Korelasi
Tingkat
Hubungan
0,00 0,199 Sangat Rendah
0,20 0,399 Rendah
0,40 0,599 Sedang
0,60 0,799 Kuat
0,80 1,000 Sangat Kuat
Sumber: (Sugiyono2009:231)
3.2.5.4 Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh risiko
sistematik dan laba secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen,
yaitu return saham. Persentase pengaruh semua variabel bebas atas nilai variabel
terikat ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi (r
2
).
Rumus koefisien determinasi dapat ditulis:
Sumber: Sugiyono (2009: 229)
Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
r
2
= Koefisien korelasi dikuadratkan.
3.2.5.5 Uji Secara Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui signifikansi
pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Sugiyono,
2009:259).
45
Nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per
variabel) terhadap variabel tergantungnya, apakah variabel tersebut memiliki
pengaruh yang berarti terhadap variabel tergantungnya atau tidak (Suliyanto,
2011:55). Suatu variabel akan memiliki pengaruh yang berarti jika nilai t hitung
variabel tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel.
Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Merumuskan hipotesis nol (H0)dan hipotesis alternatif (HA)
H0: Struktur Modal dan Capital Expenditure secara parsial tidak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan Nilai Perusahaan.
HA : Struktur Modal dan Capital Expenditure secara parsial mempunyai
hubungan yang signifikan dengan Nilai Perusahaan.
b. Menghitung nilai t hitung untuk mengetahui apakah koefisien korelasi
parsial signifikan atau tidak, dengan rumus sebagi berikut:
i
i
Deviasi Standard
Regresi Koefisien
= t
c. Menentukan nilai t tabel sebagai batas daerah penerimaan atau penolakan
hipotesis. Nilai t tabel pada = 0,05 berdasarkan uji dua pihak dan derajat
kebebasan (dk) = n-k-1
d. Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika thitung t tabel : H0 diterima atau HA ditolak.
Jika t hitung > t tabel : HA diterima atau H0 ditolak.
46
3.2.5.6 Uji Secara Simultan (Uji F)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketepatan model (goodness of
fit). Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan, untuk menguji apakah
variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan perubahan nilai
variabel tergantung atau tidak (Suliyanto, 2011:61).
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel X
1
dan X
2,
secara simultan terhadap Y. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HA).
H0 : Struktur Modal dan Capital Expenditure secara simultan tidak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan Nilai Perusahaan.
HA : Struktur Modal dan Capital Expenditure secarra simultan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan perubahan Nilai
Perusahaan.
b. Menghitung nilai Fhitung untuk mengetahui apakah koefisien korelasi
berganda signifikan atau tidak, dengan rumus sebagai berikut:
( )( ) 1 1
2
2
=
k n R
k
R
F
Dimana : R
2
= Koefisien determinasi gabungan
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
c. Menentukan nilai F tabel sebagai batas daerah penerimaan atau penolakan
hipotesis. Nilai F tabel pada = 0,05, dk pembilang = k dan dk penyebut
= n-k-1.
47
d. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria sebagi berikut:
Jika Fhitung Ftabel : H0 diterima atau HA ditolak.
Jika Fhitung > Ftabel : HA diterima atau H0 ditolak.
3.2.5.7 Penetapan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikan () = 0,05 dalam pengujian hipotesis, toleransi
kesalahan 5% berarti bahwa dari setiap 100% hipotesis yang seharusnya diterima
kira-kira 5% ditolak, kita merasa yakin 95% bahwa kita telah membuat
kesimpulan yang benar. Pemilihan tingkat signifikansi sebesar 0,05 karena umum
digunakan untuk penelitian ilmu sosial dan dianggap cukup ketat untuk
menyelidiki hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
3.2.5.8 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan pengujian hipotesis dengan
kriteria-kriteria yang ditetapkan. Adapun kriteria yang digunakan untuk
penerimaan dan penolakan hipotesis nol (Ho) adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Hipotesis secara simultan
Jika F
hitung
<F
tabel
maka Ho diterima, yang berarti tidak terdapat pengaruh
yang signifikan diantara variabel yang diteliti.
2. Pengujian hipotesis secara parsial
Jika t
hitung
< t
tabel
maka Ho diterima, yang berarti tidak terdapat pengaruh yang
signifikan diantara variabel yang diteliti.
Jika t
hitung
> t
tabel
maka Ho ditolak, yang berarti terdapat pengaruh yang
signifikan diantara variabel yang diteliti.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada Bab IV ini penulis akan menjabarkan hasil penelitian dari pengaruh
variabel-variabel Struktur Modal dan Capital Expenditure terhadap terhadap nilai
Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI
Periode 2008-2011.
4.1.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu
laporan keuangan tahunan perusahaan pada seluruh perusahaan manufaktur yang
go public di Bursa Efek Indonesia yang telah memenuhi kriteria seperti yang telah
dibahas pada bab sebelumnya pada metode penarikan sampel. Berdasarkan data
yang dikumpulkan dari Bursa Efek Indonesia emiten yang menjadi sampel pada
penelitian ini sebanyak 18 emiten. Adapun ke-18 emiten yang diteliti dapat dilihat
pada tabel halaman 48, dari tabel 4.1 tersebut data yang digunakan pada penelitian
ini adalah data sekunder dari seluruh emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Jakarta tahun 2008 sampai dengan 2011. Sebagai variabel independen yang
digunakan pada penelitian ini adalah Struktur Modal dan Capital Expenditure
sedangkan sebagai variebel dependen adalah Nilai Perusahaan. Data yang
diperlukan untuk penelitian ini diambil dari laporan keuangan emiten yang
terletak di Bursa Efek Indonesia Jakarta jalan Jend. Sudirman N0.52-53 Jakarta.
49
Tabel 4.1
Emiten yang diteliti selama periode 2008 2011
No Nama Perusahaan Kode
1 APAC Citra Centertex Tbk MYTX
2 Astra Int'l Tbk ASII
3 Barito Pacific Tbk BRPT
4 Bentoel International Investama Tbk RMBA
5 Berlina Tbk BRNA
6 Betonjaya Manunggal Tbk BTON
7 Budi Acid Jaya Tbk BUDI
8 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
9 Intikeramik Alamasri Industri Tbk IKAI
10 Kabelindo Murni Tbk KBLM
11 Kalbe Farma Tbk KLBF
12 Langgeng Makmur Ind LMPI
13 Malindo Feedmill Tbk MAIN
14 Mandom Indonesia Tbk TCID
15 Sat Nusapersada Tbk PTSN
16 Sekar Laut Tbk SKLT
17 Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM
18 Toba Pulp Lestari Tbk INRU
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Desember 2012
4.1.2 Perkembangan Struktur Modal pada Sektor Manufaktur di BEI
Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek
yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham
biasa.Dalam penelitian ini struktur modal dihitung dengan menggunakan Long
Term Debt to Equity Ratio.Untuk mengetahui lebih lanjut gambaran mengenai
struktur modal pada perusahaan manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI
Periode 2008-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
50
Tabel 4.2
Perkembangan Struktur Modal pada perusahaan manufaktur yang
Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
Kode
Struktur Modal (X1)
2008 2009 2010 2011
MYTX 14,94 -361,75 13,81 45,94
ASII 1,28 1,02 1,07 1,12
BRPT 1,01 1,17 1,2 1,15
RMBA 1,85 1,53 1,27 1,6
BRNA 1,41 1,62 1,61 1,47
BTON 0,16 0,05 0,23 0,27
BUDI 1,47 1,31 1,3 1,46
INTP 0,33 0,2 0,15 0,15
IKAI 1,23 1,38 1,76 0,98
KBLM 1,12 0,6 0,93 1,34
KLBF 0,46 0,45 0,26 0,24
LMPI 0,42 0,39 0,33 0,58
MAIN 11,03 7,32 3,34 2,16
TCID 0,17 0,15 0,16 0,17
PTSN 0,82 0,77 0,82 0,79
SKLT 0,95 0,79 0,67 0,74
SIMM 2,92 -4,07 -2,81 -2,74
INRU 1,45 1,53 1,31 1,55
Minimal 0,16 -361,75 -2,81 -2,74
Maksimal 14,94 7,32 13,81 45,94
Rata-rata 2,39 -19,20 1,52 3,28
Sumber: Olah data, Januari 2013
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2008 nilai
rata-rata struktur modal adalah sebesar 2,39, artinya selama tahun 2008
perusahaan sektor manufaktur cenderung menggunakan dana sendiri dari pada
utang sebagai sumber pembiayaan. Dengan kata lain utang perusahaan pada sektor
manufaktur relative kecil. Struktur modal tahun 2008 tertinggi sebesar 14,94 pada
kode MYTX atau PT. APAC Citra Centertex Tbk., sedangkan Struktur Modal
terendah sebesar 0,16 pada kode BTON atau PT. Betonjaya Manunggal Tbk.
51
Artinya perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dan jumlah ekuitas
adalah 0,16 berbanding 1. Dengan kata lain, jumlah utang jangka panjang dapat
diatasi dengan 16% dari jumlah ekuitasnya.
Pada tahun 2009 nilai rata-rata struktur modal sebesar -19,20. Pada tahun
2009 struktur modal mengalami penurunan sebesar 21,59 dari rata-rata
sebelumnya. Struktur modal pada tahun 2009 tertinggi sebesar 7,32 pada kode
MAIN atau PT. Malindo Feedmill Tbk artinya dapat mengatasi utang jangka
panjangnya. Sedangkan struktur modal terendah sebesar -361,75 pada kode
MYTX atau PT. APAC Citra Centertex Tbk.
Pada tahun 2010 struktur modal mengalami kenaikan sebesar 20,72 dari -
19,20 tahun 2009 menjadi 1,52 pada tahun 2010. Struktur modal pada tahun 2010
tertinggi sebesar 13,81 pada kode MYTX atau PT. APAC Citra Centertex Tbk.,
sedangkan Struktur Modal terendah sebesar -2,81 pada kode SIMM atau PT.
Surya Intrindo Makmur Tbk.
Pada tahun 2011 rata-rata struktur modal semakin meningkat sebesar 1,76
dari 1,52 pada tahun 2010 menjadi 3,28 pada tahun 2011. Struktur modal pada
tahun 2011 tertinggi sebesar 45,94 pada kode MYTX atau PT. APAC Citra
Centertex Tbk., sedangkan Struktur Modal terendah sebesar -2,74 pada kode
SIMM atau PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.
4.1.3 Perkembangan Capital Expenditure pada Sektor Manufaktur di BEI
Capital Expenditure adalah Pengeluaran modal yang dilakukan oleh
perusahaan untuk membeli barang-barang ataupun tanah, gedung agar
pengeluaran tersebut memberikan manfaat untuk kedepannya. Capital
52
Expenditure merupakan dana yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh
atau meningkatkan aset fisik seperti properti, bangunan industri atau peralatan.
Untuk mengetahui lebih lanjut gambaran mengenai Capital Expenditure pada
perusahaan manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Perkembangan Capital Expenditurepada perusahaan manufaktur yang
Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
Kode
CAPEX (X2)
2008 2009 2010 2011
MYTX -4,05% -12,11% 3,04% -6,75%
ASII 25,53% 9,09% 20,73% 27,96%
BRPT 91,28% -19,02% -4,24% 4,13%
RMBA 49,14% -4,03% 8,49% 17,43%
BRNA 7,69% 7,34% 8,80% 11,95%
BTON 45,16% 6,06% 23,26% 20,37%
BUDI 44,09% 0,06% 3,42% 19,86%
INTP 10,35% 9,26% 16,09% 17,26%
IKAI 12,68% 0,38% -6,23% -13,89%
KBLM 40,64% -30,19% 17,58% 21,36%
KLBF 19,82% 7,93% 6,20% 11,11%
LMPI 7,96% -0,55% -3,00% 16,82%
MAIN -77,07% -2,02% 9,07% 20,52%
TCID 30,43% 2,82% 7,36% 7,34%
PTSN 8,76% -13,22% -1,44% -0,72%
SKLT 51,78% 3,43% -2,51% 5,69%
SIMM -30,36% -69,70% -15,79% 5,00%
INRU 5,49% -1,99% -14,04% 7,57%
Minimal -77,07% -69,70% -15,79% -13,89%
Maksimal 91,28% 9,26% 23,26% 27,96%
Rata-rata 18,85% -5,91% 4,27% 10,72%
Sumber: Olah data, Januari 2013
53
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat kita lihat bahwa rata-rata Capital
Expenditure pada tahun 2008 sebesar 18,85%. Capital Expenditure pada tahun
2008 tertinggi sebesar 91,28% pada kode BRPT atau PT. Barito Pacific Tbk.,
sedangkan Capital Expenditure terendah sebesar -77,07% pada kode MAIN atau
PT. Malindo Feedmill Tbk.
Pada tahun 2009 Capital Expenditure mengalami penurunan sebesar
24,76% dari 18,85% pada tahun 2008 menjadi -5,91% pada tahun 2009. Dengan
menurunnya Capital expenditure diakibatkan karena adanya krisis global yang
mempengaruhi para investor untuk melakukan investasi. Capital Expenditure
pada tahun 2009 tertinggi sebesar 9,26% pada kode ASII atau PT. Astra Int'l Tbk.,
sedangkan Capital Expenditure terendah sebesar -69,70% pada kode SIMM atau
PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.
Pada tahun 2010 rata-rata Capital Expenditure mengalami kenaikan
sebesar 10,18% dari -5,91% pada tahun 2009 menjadi 4,27% pada tahun 2010.
Capital Expenditure pada tahun 2010 tertinggi sebesar 23,26% pada kode BTON
atau PT. Betonjaya Manunggal Tbk., Sedangkan Capital Expenditure terendah
sebesar -15,79% pada kode SIMM atau PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.
Pada tahun 2011 rata-rata Capital Expenditure mengalami kenaikan
sebesar 6,45, dari 4,72 pada tahun 2010 menjadi 10,72% pada tahun 2011. Capital
Expenditure pada tahun 2011 tertinggi sebesar 27,96% pada kode ASII atau PT.
Astra Int'l Tbk., Sedangkan Capital Expenditure terendah sebesar -13,89% pada
kode IKAI atau PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk.
54
4.1.4 Perkembangan Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur di BEI
Nilai perusahaan adalah nilai pasar seluruh komponen struktur keuangan
bagi perusahaan publik.Banyak teori yang berpendapat bahwa semakin tinggi
harga sahamnya maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.Price/market Book
Value Ratio (PBV), merupakan rasio yang memberikan indikasi tentang
bagaimana investor menghargai perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin
tinggi juga perusahaan dihargai oleh investor. Demikian sebaliknya, semakin
rendah rasio ini, semakin rendah perusahaan dihargai oleh investor. Untuk
mengetahui lebih lanjut gambaran mengenai Nilai Perusahaanpada perusahaan
manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011 dapat dilihat
pada tabel 4.2 terdapat pada halaman 55.
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat kita lihat bahwa Nilai Perusahaan
tahun 2008 tertinggi sebesar 5,09 pada kode SIMM atau PT. Surya Intrindo
Makmur Tbk., sedangkan Nilai Perusahaan terendah sebesar 0,18 pada kode
LMPI atau PT. Langgeng Makmur IndTbk. Nilai Perusahaan pada tahun 2009
tertinggi sebesar 5,14 pada kode INTP atau PT. Astra Int'l Tbk., sedangkan Nilai
Perusahaan terendah sebesar -14,97 pada kode MYTX atau PT. APAC Citra
Centertex Tbk. Nilai Perusahaan pada tahun 2010 tertinggi sebesar 6,62 pada kode
KLBF atau Kalbe Farma Tbk., sedangkan Nilai Perusahaan terendah sebesar -4,71
pada kode SIMM atau PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.Nilai Perusahaan pada
tahun 2011 tertinggi sebesar 10,47 pada kode MYTX atau PT. APAC Citra
Centertex Tbk., sedangkan Nilai Perusahaan terendah sebesar -4,30 pada kode
SIMM atau PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.
55
Tabel 4.4
Perkembangan Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
Kode
PBV (Y)
2008 2009 2010 2011
MYTX 0,6 -14,97 0,83 10,47
ASII 1,38 3,69 4,68 4,47
BRPT 0,48 1,41 1,3 0,71
RMBA 2,16 2,49 2,71 2,85
BRNA 0,25 0,47 1,15 0,99
BTON 1,12 0,79 0,87 0,72
BUDI 0,74 1,17 1,13 1,06
INTP 2,11 5,14 4,8 4,46
IKAI 2,87 2,2 0,36 0,35
KBLM 0,61 0,58 0,54 0,56
KLBF 1,17 3,3 6,62 5,98
LMPI 0,18 0,55 0,68 0,56
MAIN 3,8 3,01 5,07 4,82
TCID 1,34 1,88 1,56 1,63
PTSN 1,11 0,39 0,31 0,31
SKLT 0,62 0,91 0,81 0,80
SIMM 5,09 -6,9 -4,71 -4,30
INRU 0,22 0,25 0,84 1,56
Minimal 0,18 -14,97 -4,71 -4,30
Maksimal 5,09 5,14 6,62 10,47
Rata-rata 1,44 0,35 1,64 2,11
Sumber: Olah data, Januari 2013
4.1.5 Pengaruh Struktur modal, Capital Expenditure terhadap Nilai
perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011
Dalam melakukan pengolahan data dan untuk melakukan analisa data
yang digunakan adalah model regresi berganda atas data yang tersedia untuk
variabel terikat (dependen) yaitu Nilai Perusahaan. Sedangkan variabel bebas
(independen) adalah Struktur Modal dan Capital Expenditure. Penggunaan model
56
tersebut dilakukan untuk menguji pengaruh kedua variabel bebas terhadap
variabel terikat baik secara bersama-sama atau simultan, maupun secara parsial
Analisis regresi mensyaratkan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi
agar penaksiran parameter dan koefisien tidak bias dan mendekati keadaan
sesungguhnya. Sehubungan dengan itu, sebelum dilakukan analisis data dan
pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi-
asumsi dalam analisis regresi tersebut. Sesuai dengan data yang digunakan dalam
penelitian ini maka asumsi analisis regresi yang akan diuji adalah uji normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
4.1.5.1 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mengatahui apakah struktur modal dan capital expenditure
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, maka dilakukan analisis regresi
linier berganda. Analisis regresi mensyaratkan beberapa asumsi klasik yang harus
dipenuhi agar penaksiran parameter dan koefisien tidak bias dan mendekati
keadaan sesungguhnya. Sehubungan dengan itu, sebelum dilakukan analisis data
dan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap
asumsi-asumsi dalam analisis regresi tersebut. Sesuai dengan data yang digunakan
dalam penelitian ini maka asumsi analisis regresi yang akan diuji adalah uji
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah data dalam
model regresi berdistribusi secara normal.Model regresi yang baik adalah data
yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini,
57
untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan
menggunakan analisis grafik normal probability plot.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik dengan dasar pengambilan keputusan
sebagai berikut:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
Berikut uji hasil uji normalitas dengan menggunakan bantuan software
SPSS 20.0 for window.
Gambar 4.1
Uji normalitas dengan menggunkan metode scater plot
Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 20.0
58
Berdasarkan grafik normal probability plot di atas, dapat diketahui bahwa
data (titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal yang menunjukkan bahwa pola berdistribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen.Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dengan
melihat nilai tolerance dan lawannya nilai variance inflation factor (VIF). Suatu
model regresi yang tidak terdapat multikolinearitas apabila nilai tolerance> 0,10
atau sama dengan nilai VIF < 10.
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas
Sumber : Pengolahan Data menggunakan SPSS 20.0
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-
masing variabel adalah kurang 10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini
membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak
terdapat gejala multikolinearitas.
Coefficients
a
,649 1,542
,649 1,542
X1
X2
Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Y
a.
59
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi ini bertujuan untuk mengetahui terdapat korelasi atau
tidak antara serangkaian data observasi yang dilakukan dalam penelitian.
Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun menurut waktu (time-
series) yang berkaitan satu sama lain. Dalam uji autokorelasi ini digunakan
statistik Durbin Watson (DW Test) yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi
Hasil perhitungan statistik Durbin Watson (DW) untuk model regresi
sebesar1,922 Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data
(n) = 72, serta k atau jumlah variabel independen = 2 diperoleh dinilai dl
sebesar1,571dan du sebesar 1,680(nilai di dapat dari tabel Durbin Watson). Maka
keputusan Durbin yang diambil (1,680<1,922<2,320) sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode uji
Rank Spearman, pertama-tama dilakukan analisis regresi untuk masing-masing
variabel X1 dan X2 terhadap Y, yang kemudian akan dilakukan analisis korelasi
rank spearman antara nilai absolut residu pada masing-masing hasil regresi
Model Summary
b
,721
a
,520 ,506 2,09676 1,922
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), X2, X1
a.
Dependent Variable: Y
b.
60
dengan variabel independent nya. Berikut hasil yang diperoleh dari analisis rank
spearman.
A. Korelasi Rank Spearman X
1
dengan absolut residunya
Tabel 4.7
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20:2013)
Berdasarkan Output 4-3 output di atas, diperoleh nilai koefisien rank
spearman sebesar -0,075. Dengan menggunakan rumus uji t, diperoleh nilai t
hitung
,
sebesar:
( )
( )
( )
2
0, 075 72 2
0, 631
1 0, 075
hitung
t
= =
Dengan = 5%,df=72 (n-2) diperoleh nilai t
tabel
sebesar -1,994 dan
1,994.(Gujarati, alih bahasa Sumarno Zain, 1993:188), selanjutnya penulis
menyajikan ke dalam kurva di bawah ini.
Cor relations
-,075
,530
72
Correlation Coef f icient
Sig. (2-tailed)
N
X1 Spearman's rho
Abs_e1
-1,994 -0,631 0 1,994
Daerah
penolakan
Ho
Daerah
penolakan
Ho
Daerah Penerimaan H
0
61
Nilai t
hitung
berada di wilayah penerimaan H
o
yang artinya korelasi Rank
Spearman di atas tidak signifikan, yang artinya tidak terdapat heteroskedastisitas.
B. Korelasi Rank Spearman X
2
dengan absolut residunya
Tabel 4.8
Uji Heteroskedastisitas
Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20:2013)
Berdasarkan Output 4-3 output di atas, diperoleh nilai koefisien rank
spearman sebesar -0,075. Dengan menggunakan rumus uji t, diperoleh nilai t
hitung
,
sebesar:
( )
( )
( )
2
0, 085 72 2
0, 716
1 0, 085
hitung
t
= =
Dengan = 5%,df=72 (n-2) diperoleh nilai t
tabel
sebesar -1,994 dan
1,994.(Gujarati, alih bahasa Sumarno Zain, 1993:188), selanjutnya penulis
menyajikan ke dalam kurva di bawah ini.
Nilai t
hitung
berada di wilayah penerimaan H
o
yang artinya korelasi Rank
Spearman di atas tidak signifikan, yang artinya tidak terdapat heteroskedastisitas.
Cor relations
,085
,476
72
Correlation Coef f icient
Sig. (2-tailed)
N
X2 Spearman's rho
Abs_e2
-1,994 0 0,716
Daerah
penolakan
Ho
Daerah
penolakan
Ho
Daerah Penerimaan H
0
62
4.1.5.2 Uji Regresi Linier Berganda
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh antar
variabel X (Struktur Modal dan Capital Expenditure) terhadap variabel Y (Nilai
Perusahaan). Tujuannya adalah untuk meramalkan atau memperkirakan nilai
variabel dependen dalam hubungannya dengan nilai variabel lain. Model regresi
berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:
Y = b
0
+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
Dimana:
Y = Nilai Perusahaan
X
1
= Struktur Modal
X
2
=Capital Expenditure
b
0
= intersep
b
1
,b
2
= koefisien regresi
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program
statistik yaitu program SPSS versi 18 maka diperoleh hasil yang selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :
Tabel 4.9
Persamaan Regresi Linier Berganda
Sumber : Pengolahan Data menggunakan SPSS 20.0
Coefficients
a
1,012 ,249 4,061 ,000
,954 ,110 ,895 8,648 ,000
-,007 ,001 -,544 -5,257 ,000
(Constant)
X1
X2
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coef f icients
Beta
Standardized
Coef f icients
t Sig.
Dependent Variable: Y
a.
63
Dari output di atas diketahui nilai kontstanta dan koefisien regresi
sehingga dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 1,012 + 0,954 X
1
-0,007 X
2
Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut:
b
0
=1,012 artinya jika variabel X
1
dan X
2
bernilai nol (0), maka variabel Y akan
bernilai 1,012 satuan.
b
1
=0,954 artinya jika Struktur Modal (X
1
) meningkat sebesar satu satuan dan
variabel lainnya konstan, maka variabel Y akan meningkat sebesar
0,954 satuan.
b
2
=-0,007 artinya jika Capital Expenditure(X
2
) meningkat sebesar satu satuan
dan variabel lainnya konstan, maka variabel Y akan menurun sebesar
0,007 satuan.
4.1.5.3 Analisis Koefisien Korelasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan
antara variabel (Struktur Modal dan Capital Expenditure) dengan variabel Y
(Nilai Perusahaan) secara bersamaan.Berdasarkan perumusan yang telah disajikan
pada Bab III, maka perhitungan koefisien korelasi berganda dari output SPSS
yang diperoleh nilai hubunganuntuk kedua variabel bebas dengan variabel terikat
disajikan pada tabel berikut:
64
Tabel 4.10
Analisis Korelasi
Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20:2013)
Berdasarkanoutput SPSS diatas didapat nilai koefisien korelasi ganda
sebesar 0,721. Berdasarkan kriteria koefisien korelasi yang dikemukakan Sugiono
(2008:183), nilai sebesar 0,721 termasuk kedalam korelasi yang kuat yaitu berada
diantara 0,600 - 0,799.
4.1.5.4 Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk
mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen.Regresi dengan lebih dari dua variabel
independen atau bebas digunakan