Anda di halaman 1dari 85

iii

PENGARUH STRUKTUR MODAL, CAPI TAL EXPENDI TURE


TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Kasus pada Sektor Manufaktur yang Go Public pada BEI
Periode 2008-2011)

Disusun oleh :
Siti Nurliza Zulvy
A10090084

Dibawah bimbingan :
Cecep Taufiqurrahman, S.E., M.M., Ak

ABSTRAK
Industri manufaktur merupakan industri yang sangat menarik bagi
investor untuk menginvestasikan dananya. Bagi perusahaan manufaktur,
memodernisasi aktiva tetap (seperti mesin-mesin, bangunan) adalah sesuatu yang
penting untuk menunjang barang yang dihasilkan. Salah satu indikator yang
menunjukkan struktur modal suatu perusahaan adalah Debt to Equity Ratio(DER).
Dengan adanya Capital Expenditure perusahaan dapat memperkecil risiko ketidak
lancaran produksi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
metode deskriptif verifikatif dengan jenis data sekunder pada 18 emiten sektor
manufaktur. Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dan dokumentasi.
Data yang diperoleh periode 2008-2011 diolah dan dianalisis hubungannya
dengan menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda, kemudian dihitung
pengaruhnya dengan Analisis Koefisien Determinasi.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel Struktur Modal dan
Capital Expenditure berpengaruh nyata terhadap Nilai Perusahaan pada tingkat
signifikansi 5%. Angka R square (R2) dari model regresi adalah sebesar 0,520
(adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi, atau 0,721 = 0,520), artinya bahwa
hanya 52,0% variasi Nilai Perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel Struktur
Modal dan Capital Expenditure. Untuk Sisanya 48,0% atau (100% - 52,0%)
merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti.
Kata kunci : Struktur Modal, Capital Expenditure, Nilai Perusahaan.






iv

I NFLUENCE OF CAPITAL STRUCTURE, CAPI TAL EXPENDI TURE TO
FI RM VALUE
(Case on manufactur sector Go Public in I ndonesian Stock Exchange
Period 2008-2011 )

By:
Siti Nurliza Zulvy
A10090084

Under the guidance:
Cecep Taufiqurrahman, S.E., M.M., Ak

ABSTRACT
The manufacturing industry is a very attractive industry for investors to
invest funds. For manufacturing companies, modernizing fixed assets (such as
machinery, buildings) is something that is important to support the goods
produced Debt to Equity Ratio(DER) With the Capital Expenditure companies
can minimize the risk of lack of production launch.
The research method used in this research is descriptive method of
verification with secondary data on 18 types of issuers manufacturing sector. The
technique of collecting data through library research and documentation. The
data obtained were processed and analyzed the period 2008-2011 do with using
Multiple Linear Regression Analysis, then calculated the effect the Coefficient of
Determination Analysis.
Research results indicate that the variable Capital Structure and Capital
Expenditure real impact on company value at a significance level 5%. Number R
square (R2) from the regression model is equal 0,520 (is the squaring of the
correlation coefficient or 0,721 = 0,520), meaning that only 52,0% Corporate
Values variation can be explained by the variable Capital Structure and Capital
Expenditure. For the rest 48,0% or (100% - 52,0%) Is the influence of other
variables that are not observed.
Keywords: Capital Structure, Capital Expenditure, Firm Value







v

KATA PENGANTAR


Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbila`lamin serta memanjatkan
segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan ramhat
dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam pada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini penulis menghadapi
beberapa halangan dan rintangan, hanya karena kekuasaan dan petunjuk-Nya serta
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya sampai pada tahap penyusunan
skripsi ini penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat Uji Sarjana Ekonomi
dengan judul skripsi Pengaruh Struktur Modal, Capital Expenditure
terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Go Public Pada BEI Periode 2008-
2011
Skripsi ini disusun dan dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
ujian Sarjana Ekonomi Program Studi S1 Manajemen pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi EKUITAS Bandung. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis
banyak mendapatkan dorongan, do`a serta bimbingan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih
khususnya Bapak Cecep Taufiqurrahman, S.E., M.M., Ak yang telah
membimbing dan meluangkan waktunya serta Ibunda tercinta yang telah
memberikan do`a dan dukungan kepada penulis baik dalam segi moril maupun
materil. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


vi

turut serta memberikan petunjuk dan motivasi serta dorongan dalam
menyelesaikan skripsi ini khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Ina Primiana, S.E., M.T. selaku ketua STIE EKUITAS Bandung.
2. Ayi Tejaningrum, S.E., M.T. selaku Wakil Ketua I STIE EKUITAS
Bandung.
3. Dr. Sudi Rahayu, S.E., M.M. selaku Wakil Ketua II STIE EKUITAS
Bandung.
4. Dr. Herry Achmad Buchory, S.E., M.M. selaku Wakil Ketua III STIE
EKUITAS Bandung.
5. Anton Mulyono Azis, S.E., M.T. selaku Ketua Pogram S1 Manajemen
STIE EKUITAS Bandung.
6. Maya Irjayanti, S.E., MBA. Selaku Sekretaris Program Studi S1
Manajemen STIE EKUITAS Bandung.
7. Reni Marlina, S.E., M.M. selaku Dosen Wali kelas Manajemen 2 yang
selalu memberikan pengarahan yang baik.
8. Cecep Taufiqurrahman, S.E., M.M., Ak. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang selalu memberikan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi
ini sehingga dapat terselesaikan.
9. Seluruh Dosen serta Staf B.A.A.K, B.A.U dan perpustakaan STIE
EKUITAS Bandung.
10. Kedua orang tuaku Ayahanda tercinta alm H. Maryono dan Ibunda tercinta
Hj. Tuti Nurhayati yang telah membesarkan, mendidik, memberikan
dorongan dan segala do`a serta kasih sayang yang tak ternilai harganya
kepada penulis (This is for you MOM & DAD).


vii

11. Kakak-Kakaku tercinta Muhammad Marully Syarief, Muhammad
Fachrizal Zacky, Muhammad Ariefsyah Maulana dan adikku tersayang
Siti Rochmah Nurfadilla serta keluarga yang penulis sayangi yang telah
memberikan do`a serta dorongan agar dapat menyelesaikan skripsi
dengan cepat.
12. Sahabat-Sahabatku tersayang ( Aida, Atik, Ka Uni, Lina, Devia, Risma,
Tini, Dewi, Uwie ) yang selalu memberikan dukungannya dan terimakasih
buat kebersamaan kalian selama ini dalam suka maupun duka you`re my
besties.
13. Motivatorku Muhammad Reyhan Hafiz yang memberikan support serta
segala do`a buat penulis.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
membantu serta memberikan dorongannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Akhir kata penulis
sampaikan, besar harapan skripsi ini dapat berguna serta bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Wasalamualaikum Wr. Wb.
Bandung, Februari 2013

Siti Nurliza Zulvy



viii

DAFTAR ISI

SURAT PENGESAHAN
ABSTRAK ................................................................ Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT .............................................................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ......................................................... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 9
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN ............ 11
HIPOTESIS PENELITIAN .................................................................. 11
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 11
2.1.1 Struktur ModaL.11
2.1.2 Capital Expenditure..16
2.1.3 Nilai Perusahaan ........................................................................ 19


ix

2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 23
2.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 26

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 28
3.1 Objek Penelitian ............................................................................. 28
3.1.1 Bursa Efek Indonesia ................................................................. 28
3.2 Metode Penelitian ........................................................................... 31
3.2.1 Metode yang Digunakan ........................................................... 32
3.2.2 Operasional Variabel Penelitian ............................................... 33
3.2.3 Populasi dan Teknik Pengumpulan Sampel ........................... 35
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 36
3.2.5 Rancangan Pengujian Hipotesis ............................................... 37
3.2.5.1 Pengujian Asumsi Klasik .........................................37
3.2.5.2 Uji Regresi Linier Berganda ....................................41
3.2.5.3 Analisis Koefisien Korelasi .....................................42
3.2.5.4 Koefisien Determinasi .............................................44
3.2.5.5 Uji Secara Parsial (Uji t) ..........................................44
3.2.5.6 Uji Secara Simultan (Uji F) .....................................46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 48
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 48
4.1.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian .............. ..48
4.1.2 Perkembangan Struktur Modal pada Sektor manufaktur di
BEI...49


x

4.1.3 Perkembangan Capital Expenditure pada Sektor
Manufaktur di BEI ..................... 51
4.1.4 Perkembangan Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur di
BEI...54
4.1.5 Pengaruh Struktur modal, Capital Expenditure terhadap Nilai
perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode
2008-2011 ................................................................................. 55
4.1.5.1 Pengujian Asumsi Klasik ........................................56
4.1.5.2 Uji Regresi Linier Berganda ...................................62
4.1.5.3 Analisis Koefisien Korelasi ....................................63
4.1.5.5 Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F) ..........66
4.1.5.6 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji T) .............68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 69
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 69
5.2 Saran ............................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72
LAMPIRAN







xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI Periode 2008- 2011........6
Tabel 3.1 Operasional Variabel......34
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelari.......44
Tabel 4.1 Emiten yang Diteliti Periode 2008-2011....49
Tabel 4.2 Perkembangan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public
Tercatat pada BEI Periode 2008-2011...50
Tabel 4.3 Perkembangan Capital Expenditure Perusahaan Manufaktur Go
Public Tercatat pada BEI Periode 2008-2011...52
Tabel 4.4 Perkembangan Struktur Nilai Perusahaan Manufaktur Go Public
Tercatat pada BEI Periode 2008-2011...55
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas.58
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi....59
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas..60
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas .....61
Tabel 4.9 Persamaan Regresi Linier Berganda...62
Tabel 4.10 Analisis Korelasi.. ..64
Tabel 4.11 Analisis Koefisien Determinasi Simultan...65
Tabel 4.12 Analisis Koefisien Determinasi Parsial..65
Tabel 4.13 Hasil Uji F..67
Tabel 4.14 Hasil Uji T..68




xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ......25
Gambar 2.2 Skema Paradigma Penelitian .....26
Gambar 4.1 Scatterplot untuk Uji Heterroskedastisitas.57























xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Fotocopy Kartu Bimbingan
Lampiran 3 Data Emiten yang diteliti selama periode 2008 2011
Lampiran 4 Perkembangan Struktur Modal pada perusahaan manufaktur yang
Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
Lampiran 5 Perkembangan Capital Expenditure pada perusahaan manufaktur
yang Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
Lampiran 6 Perkembangan Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
Lampiran 7 Data-data Sekunder Sebelum Diolah
Lampiran 8 Tabel Distribusi T dan F
Lampiran 9 Hasil Perhitungan SPSS for windows versi 20
Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup












xiv





1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Pada zaman era globalisasi masa sekarang ini, perekonomian di Indonesia
harus semakin lebih baik dari sebelumnya. Hal tersebut karena perekonomian
merupakan salah satu faktor yang penting bagi kemajuan negara, dilihat dari sisi
pertumbuhan perekonomian dan kinerja perekonomian. Dengan demikian, kinerja
perekonomian nasional merupakan pencerminanan kinerja dari seluruh badan
usaha yang beroperasi di dalamnya.
Kegiatan operasional yang dilakukan suatu perusahaan, baik melalui
pengembangan maupun perluasan perusahaan (expansi) tentunya membutuhkan
dana yang tidak sedikit. Masalah yang sering dihadapi oleh banyak perusahaan
adalah keterbatasan dana yang dimiliki sehingga untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan harus mencari sumber dana yang berasal dari luar perusahaan.
Penerbitan saham merupakan salah satu tujuan dari perusahaan dengan
mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia untuk mendapatkan dana dari
masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini
menjadikan Pasar Modal sebagai tempat yang tepat untuk menghimpun dana
jangka panjang yang kemudian disalurkan ke dalam sektor produktif.
Dalam kegiatan pengelolaan keuangan dapat dikelompokkan menjadi dua
kegiatan utama yakni kegiatan penggunaan dana (sisi kiri neraca laporan
keuangan) dan kegiatan mencari sumber pendanaan (sisi kanan neraca laporan
keuangan).


2

Dalam bidang keuangan topik yang sering diperbincangkan yaitu investasi
dan deviden, namun penelitian yang dilakukan khususnya pada investasi, baru
memperhitungkan investasi dalam bentuk aset yang berada pada sisi kiri laporan
neraca. Sedangkan investasi yang dilakukan diluar sisi kiri neraca yang mampu
memberikan manfaat jangka panjang relatif terbatas. Aset diluar sisi kiri neraca
dan memberikan manfaat jangka panjang antara lain berupa biaya penelitian dan
pengembangan serta biaya promosi dalam rangka meningkatkan citra badan usaha
Dilihat dari neraca laporan keuangan, maka berhubungan dengan struktur
modal badan usaha itu sendiri. Menurut Husnan (2006:64), teori struktur modal
menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai
perusahaan. Dengan kata lain jika perusahaan mengganti sebagian modal sendiri
dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah. Kalau dengan
merubah struktur modalnya ternyata nilai perusahaan berubah, maka akan
diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur modal yang dapat
memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang
terbaik.
Menurut Syamsuddin (2009:59), Capital Expenditure merupakan
pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan dengan harapan
pengeluaran tersebut akan memberikan manfaat atau hasil untuk jangka waktu
lebih dari satu tahun. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat investasi aktiva
tetap dapat diukur dengan Capital Expenditure Ratio. Dengan adanya Capital
Expenditure perusahaan dapat memperkecil risiko ketidak lancaran produksi.
Dengan lancarnya proses produksi pada suatu perusahaan maka akan berpengaruh


3

yang positif dan semakin efektif dalam penggunaan aktiva tetap bagi kinerja
perusahaan, sehingga akan berpengaruh baik pada nilai perusahaan tersebut.
Persaingan dalam industri manufaktur membuat setiap perusahaan
semakin meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tetap tercapai. Tujuan utama
perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau
para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2005).
Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang
dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Nilai perusahaan
sering dikaitkan dengan harga saham, dimana semakin tinggi harga saham maka
nilai perusahaan dan kemakmuran para pemegang saham pun juga meningkat.
Nilai perusahaan dapat dilihat dari price to book value (PBV) yang
merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham
(Tan, 2009:123). Berdasarkan perbandingan tersebut, harga saham perusahaan
dapat diketahui berada di atas atau di bawah nilai bukunya. Oleh karena itu,
keberadaan PBV sangat penting bagi para investor untuk menentukan strateginya.
Nilai perusahaan adalah nilai pasar seluruh komponen struktur keuangan
bagi perusahaan publik. Bagi perusahaan publik, nilai perusahaan tercermin pada
harga sahamnya. Banyak teori yang berpendapat bahwa semakin tinggi harga
sahamnya maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Apabila nilai perusahaan
semakin tinggi maka semakin meningkat kemakmuran para pemegang saham
Keputusan pendanan merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan
dalam meningkatkan nilai suatu perusahaan.
Pengambilan keputusan pendanaan tercermin pada struktur modal dan
harus diperhatikan oleh perusahaan karena penentuan stuktur modal tersebut akan


4

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Nilai suatu perusahaan pada dasarnya
bergantung pada perkiraan seberapa besar arus dana di masa yang akan datang
dan tingkat penelitian sebagai pengambilan (kapitalisasi) dari arus dana tersebut.
Tingkat biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan mencerminkan tingkat
pemulihan bagi para investor. Teori tersebut didukung oleh teori Modiglani dan
Miller yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Selain keputusan pendanaan, Keputusan Investasi merupakan
keputusan yang penting juga karena keputusan ini sangat berpengaruh terhadap
tingkat keuntungan dimasa yang akan datang. Berdasarkan paparan tersebut,
maka struktur modal, capital expenditure dan nilai perusahaan merupakan hal
yang sangat berhubungan. Banyak Teori yang mengatakan tentang hubungan
struktur modal dan capital expenditure. Apabila struktur modal dan capital
expenditure sangat baik maka akan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
tersebut.
Penelitian tentang struktur modal yang mempengaruhi nilai perusahaan
telah banyak dilakukan di Indonesia. Handoyo (2008) menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi struktur modal dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Hasilnya menunjukkan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan.
Safrida (2008) juga menguji pengaruh struktur modal dan pertumbuhan
perusahaan terhadap nilai perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa struktur
modal dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Di Indonesia, perkembangan perusahaan manufaktur cukup pesat, hal ini
dapat terlihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari periode ke periodenya semakin bertambah, sehingga tidak


5

menutup kemungkinan perusahaan ini sangat dibutuhkan masyarakat sehingga
prospeknya akan menguntungkan di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Selain itu dapat dikatakan bahwa persaingan industri manufaktur menjadi semakin
ketat karena banyaknya produk impor yang dengan mudahnya masuk ke pasar
Indonesia dan menjadi alternatif pilihan para konsumen di Indonesia serta
semakin maraknya produk-produk ilegal yang menjadi hambatan bagi perusahaan
di industri manufaktur untuk menguasai pasar.
Industri manufaktur merupakan industri yang sangat menarik bagi investor
untuk menginvestasikan dananya, karena investor yang menanamkan dana yang
diinvestasikannya yang terdapat dalam aktiva perusahaan yang akan digunakan
untuk memproduksi sejumlah barang serta penggunaan aktiva sebagai jaminan
untuk membayar kembali seluruh utang beserta bunganya.
Bagi perusahaan manufaktur, memodernisasi aktiva tetap (seperti mesin-
mesin, bangunan) adalah sesuatu yang penting untuk menunjang barang yang
dihasilkan. Sumber dana jangka panjang antara lain adalah penerbitan saham,
penerbitan obligasi, dan laba ditahan. Hasil pengembalian dari sumber dana
jangka panjang diterima kembali dalam jangka waktu yang relatif lama (lebih dari
satu tahun). Dari penanaman dana antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri atau dari penggunaan dana jangka panjang seperti utang jangka panjang,
saham (baik saham biasa maupun preferen), dan laba ditahan tersebut maka
terbentuklah struktur modal.
Salah satu indikator yang menunjukkan struktur modal suatu perusahaan
adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan
indikator struktur modal dan risiko finansial, yaitu perbandingan antara hutang


6

dan modal sendiri. Bertambah besarnya Debt Equity Ratio suatu perusahaan
menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap
untuk melunasi kewajiban perusahaan.
Struktur modal yang terbentuk di perusahaan manufaktur pada tahun 2008-
2011 terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1
Debt to Equity Ratio Perusahaan-perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode Tahun 2008-2011
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata (x)
2008 2009 2010 2011
1 food and beverages 2,46 1,95 1,24 1,04 1,67
2 tobacco manufactures 1,04 0,91 0,92 1,29 1,04
3 textile mill products 2,26 5,48 3,27 0,51 2,88
4 apparel and other textile
products
25,14 9,22 3,51 3,91 10,44
5 lumber and wood
products
3,36 4,15 3,07 5,82 4,10
6 paper and allied
products
1,67 1,47 1,41 1,03 1,39
7 chemical and allied
products
1,51 1,52 1,50 1,88 1,60
8 adhesive 0,57 0,56 0,48 0,90 0,62
9 plastics and glass
products
3,41 3,27 2,23 1,81 2,68
10 cement 0,85 0,56 0,33 0,17 0,47
11 metal and allied
products
3,61 1,85 1,21 2,25 2,23
12 fabricated and metal
products
0,72 0,85 0,76 0,16 0,62
13 stone, clay, glass, and
concrete products
3,41 3,27 2,23 2,01 2,73
14 cables 2,47 1,78 1,73 2,36 2,08
15 electronic and office
equipment
2,92 3,11 0,04 2,07 2,03
16 automotive and allied
products
3,02 2,02 1,47 1,43 1,98
17 photographic equipment 1,86 2,28 2,48 2,17 2,19
18 pharmaceuticals 3,06 1,49 2,42 3,97 2,73
Sumber :I ndonesian Capital Market Directoty (data diolah)


7

Berdasarkan pada tabel dan gambar 1.1 yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan DER dari tahun ke tahun dalam periode waktu 2008-2011
perusahaan-perusahaan manufaktur mengalami kenaikan maupun penurunan.
Dapat dilihat bahwa perusahaan manufaktur di sector Apparel and other textile
products memiliki rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) yang paling tinggi dengan
persentase sebesar 10,44x dibandingkan dengan perusahaan di sektor-sektor lain.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor Apparel and other textile products
menghadapi risiko yang besar, dimana proporsi modal sendiri untuk membiayai
aktiva cukup rendah dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin
tinggi. Sedangkan rata-rata Debt to Equity Ratio (DER) yang paling rendah
dimiliki oleh perusahaan manufaktur di sektor cement dengan rata-rata persentase
sebesar 0,47x.
Dalam menetapkan dana jangka panjang mana yang akan dipilih,
perusahaan harus memperhitungkan dengan matang agar diperoleh struktur
permodalan yang optimal, karena dengan itu perusahaan akan menghasilkan
tingkat pengembalian yang optimal pula, sehingga bukan hanya perusahaan yang
memperoleh keuntungan, tetapi para pemegang saham turut memperoleh
keuntungan tersebut. Struktur modal yang tidak optimal akan menimbulkan biaya
modal yang besar, apabila utang yang digunakan terlalu besar, maka akan
menimbulkan biaya utang yang besar. Di sisi lain, apabila perusahaan
menerbitkan terlalu banyak saham, maka biaya modal yang akan ditanggung
terlalu besar, karena diantara biaya sahamlah yang paling besar diantara biaya
modal lainnya.


8

Berdasarkan uraian latar belakang diatas mengenai hubungan antara
struktur modal, capital expenditure dengan nilai perusahaan. Dari Fenomena
tersebut bahwa masalah nilai perusahaan bagi pemegang saham ataupun bagi
pemilik perusahaan sangatlah penting dan memerlukan perhatian yang lebih agar
pemilik perusahaan atau pemegang saham bisa meningkatkan lagi nilai
perusahaan. Maka penulis akan membahas lebih lanjut dalam bentuk penulisan
ilmiah dengan judul PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN CAPI TAL
EXPENDI TURE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR
GO PUBLI C PADA BEI PERIODE 2008-2011.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur modal, capital expenditure
terhadap nilai perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang harus diketahui,
yaitu:
1. Bagaimana perkembangan struktur modal pada perusahaan manufaktur yang
tercatat pada BEI periode 2008-2011?
2. Bagaimana perkembangan capital expenditure pada perusahaan manufaktur
yang tercatat pada BEI periode 2008-2011?
3. Bagaimana perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang tercatat pada BEI periode 2008-2011?


9

4. Bagaimana pengaruh struktur modal, capital expenditure terhadap nilai
perusahaan manufaktur yang tercatat pada BEI secara parsial maupun secara
simultan periode 2008-2011?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui perkembangan struktur modal pada perusahaan
manufaktur yang tercatat pada BEI periode 2008-2011.
2. Untuk mengetahui perkembangan capital expenditure Pada perusahaan
manufaktur yang tercatat pada BEI 2008-2011.
3. Untuk mengetahui perkembangan nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang tercatat pada BEI periode 2008-2011.
4. Untuk mengetahui pengaruh struktur modal, capital expenditure terhadap
nilai perusahaan manufaktur go public yang tercatat pada BEI secara parsial
maupun simultan periode 2008-2011.

1.4 Kegunaan Penelitian
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh
pihak diantaranya adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan dan menguji
pengetahuan yang telah didapatkan ketika kuliah untuk dapat diaplikasikan
dalam menyusun penelitian dan mengolah data yang ada untuk mencapai
hasil yang diharapkan.


10

2. Bagi kalangan akademik dan praktisi
Diharapkan dapat menambah referensi bukti empiris sebagai rekomendasi
penelitian yang dilakukan di Indonesia di masa yang akan datang khususnya
tentang pengetahuan yang terkait dengan variabel-variabel yang diteliti.
3. Pihak lain
Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi-referensi bagi pihak
yang terkait.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan Bursa Efek
Indonesia dan di situs internet www.idx.co.id, serta dengan melihat literatur-
literatur yang ada. Sedangkan waktu penelitian yaitu dimulai pada bulan Oktober
sampai dengan selesai.













11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Struktur Modal
Manajemen Keuangan meliputi segala aktivitas perusahaan yang
bersangkutan upaya mendapatkan dana dan menggunakan dana tersebut seefesien
mungkin. Modal merupakan komponen jangka panjang suatu perusahaan yang
meliputi semua komponen disisi kanan neraca perusahaan. Menurut Riyanto
(2006:18) modal adalah kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal.
Dengan demikian modal terdapat di neraca sebelah kredit, sedangkan barang
modal adalah barang-barang yang dimiliki atau didalam perusahaan yang belum
digunakan dan terdapat di neraca sebelah debit.
Adapun jenis-jenis modal yaitu :
1) Modal asing / hutang adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara bekerja dalam perusahaan, modal itu merupakan
hutang.
2) Modal sendiri merupakan modal saham yang disetor, laba yang tidak
dibagi, modal saham biasa, dan saham preferen yang disetor pemilik
perusahaan (Sugiarto,2009:12).
Dalam penelitian ini masalah struktur modal sangatlah penting karena baik
buruknya suatu struktur modal akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan
tersebut. Maka perusahaan diharapkan dapat menetapkan struktur modal yang


12

baik. Oleh sebab itu penulis akan menjelaskan secara detail mengenai struktur
modal.
Beberapa peneliti memberikan definisi yang beragam tentang struktur
modal. Menurut Gitman (2006:538) capital structure is the mix of long term debt
and equity maintained by the firms yang artinya strukdtur modal adalah
campuran modal jangka panjang dan modal sendiri yang dipelihara oleh
perusahaan. Menurut Martono dan Harjito (2007:240), struktur modal merupakan
perimbangan atau pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh
perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Menurut Sugiarto
(2009:28) struktur modal didefinisikan sebagai bagian dari struktur keuangan
perusahaan yang mengukur tentang cara perusahaan mendanai aktivanya.
Menurut teori struktur modal menjelaskan adanya pengaruh perubahan
struktur modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan
dividen yang dipegang konstan. Sumber dana internal perusahaan berasal dari laba
ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana
dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambilan bagian dalam
perusahaan. Struktur modal yaitu pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
pertimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Dengan
demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur
finansialnya (Riyanto, 2006: 15).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur modal
merupakan perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang)
dengan modal sendiri untuk mendanai dalam kegiatan investasi perusahaan. Maka


13

penulis menyimpulkan secara umum,struktur modal adalah perimbangan atau
perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.
Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital structure management
adalah menggabungkan sumber sumber dana yang digunakan perusahaan untuk
membiayai operasi. Dengan kata lain, tujuan ini dapat dilihat sebagai pencarian
gabungan dana yang akan meminimumkan biaya modal dan dapat
memaksimalkan harga saham. Struktur modal yang demikian, dapat kita sebut
sebagai struktur modal yang optimal (Husnan 2006:64).
Struktur Modal perusahaan secara umum terdiri dari beberapa komponen
(Sartono 2008:240) yaitu:
1) Hutang jangka panjang yaitu hutang yang jatuh temponya pelunasannya
lebih dari 10 tahun. Jumlah hutang di dalam neraca akan menunjukkan
besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Modal pinjaman ini dapat berupa hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang, tetapi pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih
besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.Hutang ini berupa
Hutang hipotek dan obligasi.
2) Modal Pemegang Saham terdiri dari saham preferen (preferred stock ) dan
saham biasa ( common stock ).
a. Ukuran Struktur Modal
Dalam penelitian ini struktur modal dapat diukur dengan menggunakan
rumus struktur modal atau Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan
perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri.



14


Total Debt
DER =
Total Equity
Sumber: ( Sawir, 2005:13 )

Rasio ini menggambarkan perbandingan antara hutang dan modal sendiri,
ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban.
Semakin tingggi struktur modal atau DER, semakin menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaaan terhadap pihak luar sehingga beban
perusahaan semakin berat. Tingginya DER atau struktur modal akan
mempengaruhi minat investor terhadap saham, karena investor akan lebih tertarik
pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Tetapi tidak
selalu juga perusahaan yang memiliki beban hutang itu berkondisi jelek. Dengan
kata lain, maka struktur modal (DER) akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Manes (2006:96) terdapat beberapa faktor yang dapan
mempengaruhi struktur modal yang optimal yaitu:
1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil akan lebih aman memperoleh
lebih banyak pinjaman dan menaggung beban tetap yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.




15

2. Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi pada pasar keuangan
dapat mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat suku bunga
tinggi maka keputusan pendanaan mengarah pada hutang jangka pendek dan
akan dilakukan pengaturan keuangan kembali dengan hutang jangka panjang
atau modal jika kondisi pasar memungkinkan.
3. Profitabilitas
Perusahaan dengan prifitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal
financing yang lebih besar dapat menurunkan penggunaan hutang.
4. Internal cash flow
Tingkat internal cash flow yang tinggi dan lebih stabil dapat menjastifikasi
sebuah tingkat leverage lebih stabil.
c. Struktur Modal Optimal
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan tradeoff antara risiko dan
tingkat pengembalian (Sawir, 2005:12). Penanaman utang memperbesar risiko
perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang
diharapkan. Risiko yang semakin tinggi akibat membesarnya utang cenderung
menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang
diharapkan akan menaikkan harga saham. Struktur modal yang optimal adalah
struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan
pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham (Sawir, 2005:12). Dalam
dunia yang nyata, struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan yang
dicerminkan harga saham perusahaan apabila perusahaan tercatat di Bursa Efek
Indonesia.


16

d. Risiko Struktur Modal
Suatu perusahaaan yang tidak menggunakan hutang memiliki risiko yang
lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan hutang.
Perusahaan yang menggunakan hutang memiliki risiko bisnis dan juga risiko
keuangan.
Risiko bisnis adalah ketidakpastian arus kas masuk yang diakibatkan oleh
iklim usaha. Jika semakin tinggi ketidakpastian arus kas masuk terhadap
perusahaan, maka semakin tinggi pula ketidakpastian arus kas masuk bagi
investor. Sedangkan risiko keuangan adalah ketidakpastian return yang
ditunjukkan oleh metode pembiayaaan investasi perusahaan (Tambunan,
2007:181).

2.1.2 Capital Expenditure

Capital expenditure merupakan dana yang digunakan oleh perusahaan
untuk memperoleh atau meningkatkan aset fisik seperti properti, bangunan
industri atau peralatan. Jenis pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mempertahankan atau meningkatkan cakupan operasi mereka, pengeluaran ini
dapat mencakup semuanya. Menurut Syamsuddin (2009:73), capital expenditure
adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan dengan harapan
pengeluaran tersebut dapat memberikan manfaat atau hasil dengan jangka waktu
lebih dari satu tahun.
Pengeluaran-pengeluaran untuk membeli aktiva tetap merupakan capital
expenditure, tetapi tidak semua capital expenditure akan dipergunakan untuk


17

membeli aktiva tetap. Aktiva tetap meliputi: tanah, gedung, lahan, mesin,
peralatan serta perlengkapan.
Capital expenditure adalah pengeluaran menciptakan manfaat masa depan.
Sebuah belanja modal tersebut terjadi ketika sebuah bisnis menghabiskan uang
baik untuk membeli aktiva tetap atau untuk menambah nilai aset tetap yang ada
dengan masa manfaat yang meluas dari tahun pajak Capital expenditure
digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh atau meng-upgrade fisik aset
seperti peralatan, properti, atau bangunan industri. Dalam akuntansi, suatu belanja
modal ditambahkan ke akun aktiva (dikapitalisasi), sehingga meningkatkan asset
dasar (biaya atau nilai aset yang telah disesuaikan untuk tujuan perpajakan).
Capital expenditure umumnya ditemukan pada laporan arus kas sebagai "Investasi
di Plant Aktiva Tetap" atau sesuatu yang serupa dalam ayat Investasi.
Untuk tujuan pajak, belanja modal biaya yang tidak dapat dikurangkan
dalam tahun di mana mereka dibayar atau ditanggung dan harus dikapitalisasi
Aturan umum adalah bahwa jika properti yang dibeli memiliki masa manfaat lebih
dari tahun pajak, biaya tersebut harus dikapitalisasi. Biaya pengeluaran barang
modal tersebut kemudian diamortisasi atau disusutkan selama masa aset yang
bersangkutan. Sebagaimana dinyatakan di atas, pengeluaran modal membuat atau
menambah basis aset atau properti.
Maka penulis penyimpulkan Capital expenditure adalah Pengeluaran
modal yang dilakukan oleh perusahaan untuk membeli barang-barang ataupun
tanah, gedung agar pengeluaran tersebut memberikan manfaat untuk kedepannya.




18

a. Ukuran Capital Expenditure
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui seberapa besar tingkat investasi
aktiva tetap dapat diukur dengan Capital Expenditure Ratio. Capital Expenditure
Ratio dapat mengukur seberapa besar tingkat investasi dalam aktiva tetap
perusahaan. Secara matematis Capital Expenditure Ratio dapat dihitung dengan
rumus :




Sumber: Puteri (2006)
Termasuk dalam belanja modal adalah jumlah dihabiskan untuk:
1. Memperoleh tetap dan dalam beberapa kasus, aset tidak berwujud.
2. Memperbaiki masalah dengan aset yang ada sebelum akuisisi
3. Menyiapkan aset untuk digunakan dalam bisnis.
4. Memulihkan properti atau beradaptasi untuk penggunaan baru atau berbeda.
5. Memulai atau memperoleh bisnis baru.
b. Kebijakan Capital Expenditure
Pengeluaran modal adalah pengeluaran sejumlah dana oleh
perusahaanyang diharapkan dapat rnenghasilkan keuntungan tertentu dalarn waktu
lebih dan satu tahun. Sedangkan pengeluaran operasi diharapkan akan
menghasilkan keuntungan dalam periode satu tahun.


Net Fixed asset Net Fixed Asset - 1
Capital Expenditure Ratio = x 100%
Net Fixed asset


19

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Capital Expenditure
Menurut Gitman (2006:197):
1. Ekspansi
Motif yang paling umum untuk pengeluaran modal adalah untuk
memperluas level operasi, biasanya melalui akuisisi aktiva tetap.
Perusahaan yang sedang berkembang biasanya memerlukan aktiva tetap
yang baru seperti pembelian property dan fasilitas pabrik.
2. Penggantian (Replacement)
Ketika pertumbuhan perusahaan sedang melambat dan telah mencapai
kedewasaan, pengeluaran modal dilakukan untuk menggantikan atau
memperbaiki asset yang kurang baik.
3. Pembaharuan
Sebagai alternativ dan penggantian, melibatkan pembangunan kembali dan
pemeriksaan yang teliti untuk perbaikan.
4. Depresiasi
Menunjukkan adanya perubahan biaya menjadi beban dan akan
mempengaruhi aktiva tetap.

2.1.3 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham merupakan proksi terbaik dari
kinerja perusahaan karena menggambarkan kinerja perusahaan di masa lalu dan
prospek perusahaan di masa mendatang (Sugiarto, 2009;34). Nilai perusahaan
adalah nilai pasar seluruh komponen struktur keuangan bagi perusahaan


20

publik.Bagi perusahaan publik, nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya.
Banyak teori yang berpendapat bahwa semakin tinggi harga sahamnya maka
semakin tinggi pula nilai perusahaan. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan akan tinggi juga, tetapi sebaiknya harga saham tidak terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Karena kalau terlalu tinggi harga sahamnya investor tidak terlalu
tertarik untuk membelinya dan apabila harga saham yang terlalu murah akan
berdampak buruk pada citra perusahaan di pandangan investor. Harga saham yang
optimal dapat dicapai melalui penarikan kesimpulan dari serangkaian pengalaman
perusahaan dalam menjual saham dibursa efek. Artinya, bila pasar sangat tertarik
dengan saham yang diperdagangkan, maka perusahaan dapat menaikkan harga
sahamnya, dan sebaliknya bila pasar tidak tertarik dengan saham yang
diperdagangkan maka perusahaan tidak menaikkan harga sahamnya.
Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam
penilaian perusahaan, di antaranya adalah :
a) Pendekatan laba antara lain metoderasio tingkat laba atau price
earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba;
b) Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas;
c) Pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen;
d) Pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva;
e) Pendekatan harga saham;
Sumber: (Nachrowi, 2007:44)
Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai
perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara
pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan


21

berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai
hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi
dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan index
yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan.
a. Ukuran Nilai Perusahaan
Dalam penelitian ini menggunakan ukuran atau indikator dengan
menggunakan price to book value ( PBV ) ratio. Adapun yang dimaksud dengan
nilai buku per saham atau book value per share adalah rasio yang digunakan
untuk menilai murah tidaknya suatu saham dibanding saham lainnya
(Tan, 2009:123). Price to Book Value (PBV) adalah perbandingan antara harga
pasar saham dan nilai buku per saham. Rumus Price to book value (PBV) sebagai
berikut:






Sumber: (Tambunan, 2007:249)
Dimana nilai buku per lembar saham atau book value per share dapat dihitung
dengan rumus:




Sumber: (Tambunan, 2007:249)
Price of stock
PBV =
Book Value per share


Total equity
Book value per share =
Number of outstanding shares


22

Price to book value menggambarkan seberapa besar pasar menghargai
nilai buku saham suatu perusahaan. Perusahaan yang berjalan dengan baik,
umumnya memiliki price to book value ratio di atas satu, yang mencerminkan
bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Price to book value yang
tinggi mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham, dimana
kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari perusahaan.
Terdapat beberapa alasan menggapa para investor menggunakan price to
book value ratio sebagai suatu indikator atau ukuran dalam menilai harga saham
yaitu nilai bukunya relatif stabil.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
1. Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang
dicapai perushaan. Stabilitas profitabilitas dalam perusahaan dapat
digunakan untuk meramalkan kemampuan perusahaan memperoleh laba di
masa yang akan datang yang nantinya akan mempengaruhi nilai dari suatu
perusahaan.
2. Kepemilikan Institusi yang go public akan melepas sahamnya ke
masyarakat. Saham yang akan ditawarkan ke masyarakat ini yang akan
mempengaruhi nilai perusahaan tersebut.
3. Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah total asset yang dimiliki
perusahaan. Apabila semakin besar asset perusahaan tersebut maka akan
semakin besar ukuran perusahan. Dengan demikian akan mempengaruhi
nilai perusahaan tersebut.


23

2.2 Kerangka Pemikiran
Pengambilan keputusan pendanaan berkenaan dengan struktur modal yang
benar-benar harus diperhatikan oleh perusahaan, karena penentuan struktur modal
akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur modal menunjukkan
perbandingan jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Perusahaan
yang menggunakan hutang dalam operasinya akan mendapat penghematan pajak,
karena pajak dihitung dari laba operasi setelah dikurangi bunga hutang, sehingga
laba bersih yang menjadi hak pemegang saham akan menjadi lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang.
Dengan demikian nilai perusahaan akan lebih besar, ini berarti semakin
besar hutang, maka nilai perusahaan semakin meningkat juga. Namun, perusahaan
tidak mungkin menggunakan hutang secara keseluruhan dalam struktur modalnya,
karena semakin besar hutang maka semakin besar pula risiko keuangan
perusahaan. Risikonya adalah risiko financial yaitu risiko yang timbul karena
perusahaan tidak mampu membayar bunga angsuran ataupun hutang. Dengan
demikian, semakin besar hutang maka nilai perusahaan akan semakin turun.
Pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan
harapan bahwa pengeluaran akan memberi manfaat atau hasil untuk jangka waktu
yang lebih panjang lebih dari satu tahun dengan pengeluaran modal atau aset-aset
(capital expenditure). Pengeluaran modal bertujuan untuk menjaga kelangsungan
hidup perusahaan. Dengan adanya capital expenditure, perusahaan dapat
memperkecil risiko dan proses produksi berjalan sesuai dengan rencana.
Apabila terjadi kerusakan pada aktiva tetap harus segera diperbaiki
ataupun dimodernisasi untuk membeli aktiva yang baru. Sehingga proses


24

produksi tetap dapat berjalan dan permintaan produk dapat dipenuhi. Dengan
lancarnya proses produksi maka semakin efektif dalam penggunaan aktiva tetap
dan kinerja perusahaan akan semakin baik. Apabila perusahaan baik, maka dapat
meningkatkan harga saham perusahaan dimana dengan meningkatnya harga
saham perusahaan akan mempengaruhi nilai perusahaan menjadi lebih baik. Dari
pernyataan di atas, maka disimpulkan bahwa pengeluaran modal berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Struktur modal yang dikeluarkan oleh perusahaan digunakan untuk
membeli aset-aset dan belanja lainnya yang termasuk dalam capital expenditure,
sehingga ketika struktur modalnya besar maka capital expenditure perusahaan pun
meningkat artinya aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan semakin banyak. Dan
hal tersebut akan menyebabkan nilai perusahaan semakin baik dan kondisi
perusahaan semakin meningkat.
Berdasarkan paparan tersebut, maka struktur modal, capital expenditure
dan nilai perusahaan merupakan hal yang sangat berhubungan. Banyak Teori yang
mengatakan tentang hubungan struktur modal dan capital expenditure. Apabila
struktur modal dan capital expenditure sangat baik maka akan berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan tersebut.








25

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun kerangka pemikiran
sebagai berikut:

















Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran

Faktor yang diteliti
Faktor yang tidak diteliti

Perusahaan
Sumber Dana
Perusahaan
Kinerja
Keuangan
Struktur
Modal
Modal Asing Modal Sendiri
Capital
Expenditure
Laporan
Keuangan(Neraca)
)


Nilai
Perusahaan



26

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disusun paradigma
sebagai berikut:







Gambar 2.2
Skema Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:93) menyatakan:

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Dari pernyataan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu
mungkin benar mungkin salah. Dalam arti lain hipotesis merupakan dugaan
sementara dari penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis ini akan diuji terlebih
dahulu untuk kemudian diterima kebenarannya.


Struktur
Modal
Struktur
Modal
Capital
Expenditure


27

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis merumuskan kan hipotesis
sebagai berikut: Struktur Modal, Capital Expenditure Berpengaruh Terhadap
Nilai Perusahaan Manufaktur Go Public yang Tercatat Pada BEI secara parsial
maupun simultan Periode 2008-2011.





















28

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu
penelitian. Objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk
mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Menurut
Sugiyono (2009:38), objek penelitian adalah suartu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai objek penelitian dalam
penulisan skripsi adalah struktur modal, capital expenditure dan nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan data yang
diperlukan untuk menganalisis pengaruh struktur modal dan capital expenditure
terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go public tercatat pada BEI periode
2008-2011 diperoleh dari media online selama periode 2008 sampai desember
2011.

3.1.1 Bursa Efek Indonesia
Sejarah Bursa Efek Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Belanda di
Indonesia yang telah dimulai sejak tahun 1912 namun kemudian ditutup karena
terjadi Perang Dunia I. Pada tahun 1977 bursa dibuka kembali dan dikembangkan
menjadi bursa modal yang modern dengan menerapkan Jakarta Automoted
Trading System (JATS) yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penyelesaian,


29

serta depositori saham yang dimiliki oleh PT. Kustodian Depositori Efek
Indonesia (KDEI). Dengan mengenai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Perdagangan surat berharga dimulai di Pasar Modal Indonesia sejak 3 Juni
1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977, yang dikenal
sebagai kebangkitan Pasar Modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta
dipisahkan dari institusi Bapepam pada tahun 1992 dan diswastakan, mulailah
pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal tumbuh
pesat pada periode 1992-1997. Krisis di Asia Tenggara tahun 1997 membuat
pasar modal jatuh. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun ke posisi paling
rendah. Bagaimanapun, masalah pasar modal tidak lepas dari arus investasi yang
akan menentukan pertumbuhan ekonomi sebuah kawasan, tidak terkecuali
Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
1. Era Sebelum Tahun 1976
Kegiatan jual beli saham dan obligasi di Indonesia sebenarnya telah
dimulai pada abad ke-19, yaitu dengan berdirinya cabang bursa efek Vereniging
Voor de Effectenhandel di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912. Kegiatan
usaha bursa pada saat itu adalah memperdagangkan saham dan obligasi
perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia.
Obligasi Pemerintah Kotapraja dan sertifikat saham perusahaan-perusahaan
Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di Belanda. Selain cabang di
Batavia, selanjutnya diikuti dengan pembukaan di Semarang dan Surabaya. Sejak
terjadi Perang Dunia ke-2, Pemerintah Hindia Belanda menutup ketiga bursa
tersebut pada tanggal 17 Mei 1940 dan mengharuskan semua efek disimpan pada
bank yang telah ditunjuk.


30

Pasar modal di Indonesia mulai aktif kembali pada saat Pemerintah RI
mengeluarkan obligasi pemerintah dan mendirikan bursa efek di Jakarta, yaitu
pada tanggal 31 Juni 1952. Keadaan ekonomi dan politik yang sedang bergejolak
pada saat itu telah menyebabkan perkembangan bursa berjalan sangat lambat yang
diindikasikan oleh rendahnya nilai nominal saham dan obligasi, sehingga tidak
menarik bagi investor.
2. Era Orde Baru
Bursa Efek Jakarta diaktifkan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977 pada
masa orde baru sebagai hasil dari Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976.
Keputusan ini menetapakan pendirian Badan Pembina Pasar Modal, pembentukan
Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) dan PT. Danareksa, PT. Semen
Cibinong merupakan perusahaan pertama yang sahamnya tercatat di Bursa Efek
Jakarta. Periode ini juga disebut periode tidur panjang, karena sampai dengan
tahun 1988 hanya 24 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Selama tahun 1988 sampai dengan tahun 1990 jumlah perusahaan yang
terdapat di Bursa Efek Jakarta meningkat menjadi 127 perusahaan. Kemudian
pada tahun 1966 jumlah perusahaan meningkat menjadi 238. Pada periode ini,
terjadi Initial Public Offering (IPO), yang menjadi peristiwa nasional/periode ini
juga dicatat sebagai periode kebangkitan Bursa Efek Surabaya (BES) yang
diaktifkan kembali pada tanggal 16 Juni 1989. Semua sekuritas yang tercatat di
Bursa Efek Jakarta (BEJ) secara otomatis juga diperdagangkan di Bursa Efek
Surabaya.
Karena peningkatan kegiatan transaksi dirasakan sudah melebihi kapasitas
manual, Bursa Efek Jakarta memutuskan untuk mengotomatisasi kegiatan


31

transaksi di bursa. Sistem otomatis yang diterapkan di Bursa Efek Jakarta diberi
nama Jakarta Automated Trade System (JATS) dan mulai beroperasi pada tanggal
22 Mei 1995. Dan pada tanggal 19 September 1996 di Bursa Efek Surabaya juga
diterapkan sistem otomatis, yang disebut Surabaya Market Information and
Automated Remote Trading (S-SMART). Sistem S-MART ini diintegrasikan
dengan sistem JATS dan sistem KEDAI (Kliring Deposit Efek Indonesia) untuk
penyelesaian transaksi.
3. Era Krisis Moneter Sampai Dengan Sekarang
Periode ini adalah ketika Indonesia dilanda krisis moneter. Krisis yang
terjadi dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia, termasuk
Indonesia, terhadap dolar AS. Tahun 2000 sistem perdagangan tanpa warkat
(scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Sedangkan
tahun 2002 Bursa Efek Jakarta (BEJ) mulai mengaplikasikan sistem perdagangan
jarak jauh (remote trading). Kemudian pada tahun 2007 terjadi penggabungan
Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama
menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:2) menyatakan bahwa definisi metode penelitian
adalah sebagai berikut :
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu
pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisifikasi masalah.




32

3.2.1 Metode yang Digunakan
Pemilihan metode yang tepat dalam melakukan penelitian adalah hal yang
sangat penting untuk mencapai tujuan dari sebuah penelitian. Metode yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode
dalam meneliti status dan sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sisitem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk memberikan deskripsi,
gambaran atau lukisan, secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diteliti berdasarkan data-data yang
ada. Metode deskriptif ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai
Struktur Modal dan Capital Expenditure terhadap terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif verifikatif. Disebut sebagai verifikatif karena penelitian ini
melakukan uji hipotesis melalui pengolahan dan pengujian data secara statistik,
dalam hal ini yaitu menganalisis pengaruh Struktur Modal dan Capital
Expenditure terhadap terhadap Nilai Perusahaan, sehingga dapat diperoleh
gambaran yang sistematis, faktual dan akurat untuk menemukan persoalan dan
menarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu
Struktur Modal dan Capital Expenditure, serta menggunakan satu variabel
dependen yaitu Nilai Perusahaan.



33

3.2.2 Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional adalah definisi yang diberikan bagi variabel dengan
cara memberikan arti sehingga dapat memberikan gambaran tentang bagaimana
variabel tersebut dapat diukur.
Variabel penelitian menurut Sugiyono (2007:23) pada dasarnya adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.
Sesuai dengan judul peneliti, yaitu pengaruh Struktur Modal dan Capital
Expenditure terhadap terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur
yang Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011, yaitu:
1. Variabel independent/bebas (variabel X), menurut Sugiyono (2007:39)
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel independen. Variabel
independen (variabel X) dalam penelitian ini adalah Struktur Modal dan
Capital Expenditure.
2. Variabel dependent/terikat (variabel Y), menurut Sugioyono (2007:39)
variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel independen. Variabel dependen (variabel
Y) dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011.





34

Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Konsep Indikator Skala
Struktur
Modal
(X1 )


Struktur modal yaitu
pembelanjaan
permanen dimana
mencerminkan
pertimbangan antara
hutang jangka panjang
dengan modal sendiri.
Dengan demikian
maka struktur modal
hanya merupakan
sebagian saja dari
struktur finansialnya
(Bambang Riyanto,
2005: 15).
Total Debt
DER =
Total Equity
Sumber: Sawir (2005:13 )


Rasio
Capital
Expenditure
(X2)

capital expenditure
adalah pengeluaran-
pengeluaran yang
dilakukan oleh
perusahaan dengan
harapan pengeluaran
tersebut dapat
memberikan manfaat
atau hasil dengan
jangka waktu lebih
dari satu tahun.







Sumber: Puteri (2006)

Rasio
Nilai
Perusahaan
(Y)

Nilai perusahaan
adalah nilai pasar
seluruh komponen
struktur keuangan bagi
perusahaan
publik.Bagi
perusahaan publik,
nilai perusahaan
tercermin pada harga
sahamnya. Banyak
teori yang berpendapat
bahwa semakin tinggi
harga sahamnya maka
semakin tinggi pula
nilai perusahaan.
Price of stock
PBV =
Book Value per share
Sumber: Tambunan (2007:249)
Rasio


35

3.2.3 Populasi dan Teknik Pengumpulan Sampel
Sugiyono (2009:84) mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya Sugiyono (2009:84). Teknik sampling pada penelitian ini yaitu
menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2009:86) purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan Manufaktur
yang Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011, yang berjumlah 135
perusahaan. Dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan go public yang menerbitkan laporan keuangan auditan
selama empat tahun berturutturut, yaitu dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2011
2. Perusahaan go public yang mempunyai tahun tutup buku 31 Desember.
Bilamana ada perusahaan yang laporan keuangannya tidak berakhir
pada tanggal 31 Desember atau tidak lengkap akan dikeluarkan dari
sampel ini. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pengaruh
waktu parsial dalam pengukuran variabel.
3. Perusahaan go public yang menampilkan data dan informasi yang
digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai
Perusahaanuntuk periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2011.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, yaitu
perusahaanperusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia yang
memenuhi seluruh kriteria yang diperlukan dalam penelitian ini.


36

Adapun nama-nama emiten sektor manufaktur yang listing atau terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2011 yang laporan
keuangannya terakhir yang dapat digunakan sebagai sampel adalah: PT. APAC
Citra Centertex Tbk.,PT. Astra Int'l Tbk., PT. Barito Pacific Tbk., PT. Bentoel
International Investama Tbk., PT. Berlina Tbk., PT. Betonjaya Manunggal Tbk.,
PT. Budi Acid Jaya Tbk., PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., PT. Intikeramik
Alamasri Industri Tbk., PT. Kabelindo Murni Tbk., PT. Kalbe Farma Tbk., PT.
Langgeng Makmur Industi Tbk., PT. Malindo Feedmill Tbk., PT. Mandom
Indonesia Tbk., PT. Sat Nusapersada Tbk., PT Sekar Laut Tbk., PT. Surya
Intrindo Makmur Tbk., dan PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Sedangkan lamanya
waktu yang diteliti untuk setiap emiten adalah 4 tahun yaitu dari tahun 2008
sampai 2011, sehingga jumlah sampel {n} dalam penelitian ini adalah 18 sampel
{n}.
Sumber: IDX Statisticx 2004-2011, BEI-Jakarta

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Arrasyid (2006:135) Metode dokumentasi adalah metode
pengumpulan data yang bersumber pada benda-benda tertulis.Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi
dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang sesuai dengan masalah yang
diteliti dan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil penelitian yang diinginkan.
Berdasarkan tabel operasional variabel sebelumnya, tampak bahwa jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
bersumber dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang go public di Bursa


37

Efek Indonesia. Dalam hal ini emiten sektor manufaktur yang listing atau terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan data-data primer tersebut
berupa laporan keuangan diakses lewat komputer yang terhubung dengan internet
pada homepage www.idx.co.id.

3.2.5 Rancangan Pengujian Hipotesis
Penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen dan lima variabel
independen, sehingga digunakan analisis regresi berganda. Sugiyono (2009:54)
mengemukakan bahwa analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila
peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).
Analisis tersebut digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen. Hubungan ini selanjutnya
dapat digunakan untuk mencari pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.

3.2.5.1 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah penaksir
dalam regresi merupakan penaksir kolinear tak bias terbalik. Untuk memperoleh
persamaan yang paling tepat digunakan parameter regresi yang dicari dengan
metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode regresi OLS
akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan
Best Linear Unbiased Estimation (BLUE). Oleh karena itu diperlukan adanya uji


38

asumsi klasik terhadap model yang telah diformulasikan. Asumsi-asumsi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Normalitas untuk melihat normalitas data.
2. Tidak terdapat multikolenearitas antara variabel independen.
3. Tidak terdapat heteroskedastisitas yaitu ragam error yang tidak
konstan pada setiap variabel.
4. Tidak terjadi autokorelasi antar error (kesalahan).

a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas ini dilakukan dengan mengamati chart atas normal
Probability Plot, dimana setiap nilai data yang diamati dipasangkan dengan nilai
harapannya (expected value) dari distribusi normal. Jika sampel data berasal dari
populasi yang terdistribusi normal, maka tititk-titik nilai data akan terletak kurang
lebih dalam suatu garis lurus (Uyanto, 2009:39).
Sebelum dilakukan uji statistik, perlu diketahui apakah sampel yang
dipergunakan berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan menggunakan program SPSS. Deteksi normalitas yang sering digunakan
pada program SPSS adalah dengan melihat grafik distribusi normal, dimana data
yang terdistribusi secara normal akan mengikuti pola distribusi normal dimana
bentuk grafiknya mengikuti bentuk lonceng (Suharsimi, 2006:231-232) dan dapat
dilihat penyebaran data pada grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual (Suharsimi, 2006:232).




39

b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adanya suatu hubungan linier yang sempurna
antara beberapa atau semua variabel independen. Pengujian ini bertujuan untuk
meneliti apakah pada model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang sahih (valid) adalah model regresi yang bebas
dari multikolinearitas (Uyanto, 2009:205). Multikolinearitas terjadi ketika variabel
independen yang ada dalam metode berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi
antar variabel independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan pengaruh
masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen.
Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan
melihat VIF (Variance Inflation Factor). Dimana data yang baik memiliki VIF
kurang dari . Nilai ini dapat ditentukan dengan rumus:
Tolerance
VIF
1
=

Sumber: (Uyanto, 2009:255)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Masalah heteroskedastisitas terjadi apabila kesalahan atau residual pada
model yang sedang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu
observasi ke observasi lainnya. Gejala heteroskedastisitas lebih sering terjadi


40

apabila regresi menggunakan data berupa silang tempat (cross-section)
dibandingkan dengan data runtut waktu (time-series). Dalam SPSS, metode yang
sering digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan
antara Regression Studentized Residual dengan Regression Standardized
Predicted Value (Gujarati 2012:177). Dasar pengambilan keputusan berkaitan
dengan grafik tersebut adalah:
a. Jika terdapat pola tertentu, yaitu jika titiktitiknya membentuk pola
tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
b. Jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu jika titiktitiknya menyebar,
maka diindikasikan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Pengujian ini bertujuan untuk
meneliti apakah sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Model regresi yang sahih (valid) adalah model regresi yang bebas dari
autokorelasi (Gujarati, 2012:201).
Autokorelasi terjadi karena adanya observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini muncul karena kesalahan pengganggu
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Masalah ini sering kali
ditemukan pada data runtut waktu. Pada data silang tempat (crosssection),
masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang
berbeda berasal dari kelompok yang berbeda (Gujarati, 2012:201).


41

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai d atau dw statistik
(DurbinWatson) dengan nilai dw-tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 (dl=batas
bawah dan du=batas atas). Pengujian dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 16.0. Menurut Gujarati (2012:210), aturan pengujiannya adalah:
Untuk autokorelasi positif maka:
- d < d
l
= ada auto korelasi positif
- d > d
u
= tidak ada autokorelasi positif
- d
l
d d
u
= pengujian tidak menyakinkan
Sedangkan untuk autokorelasi negatif, maka jika:
- d > 4 d
l
= ada autokorelasi negatif
- d < 4 d
u
= tidak ada autokorelasi negatif
- 4 - d
u
d 4 d
l
= pengujian tidak menyakinkan
Nilai d ini selanjutnya dibandingkan dengan nilai d tabel. Bila nilai
hitung
d
berada diantara interval nilai
U
d dan
U
d 4 , maka tidak terdapat autokorelasi.
Sebaliknya jika nilai
hitung
d berada diluar interval nilai
U
d dan
U
d 4 maka
terjadi penyimpangan asumsi.

3.2.5.2 Uji Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan
antara beberapa variabel independen dengan variabel dependen. Hubungan antar
variabel dinyatakan dalam bentuk persamaan, sehingga nilai dari variabel Y dapat
ditentukan atau diramalkan apabila nilai dari variabel X diketahui:
Y = a + b1X1 + b2X2
Sumber: (Sugiyono, 2007:275)



42

Dimana:
Y = Variabel dependen (Nilai Perusahaan) .
X1,X2,,X k = Variabel independent (Struktur Modal dan
Capital Expenditure).
a = Konstanta atau nilai Y, apabila X1
b1,b2,,bk = Koefisien regresi linier berganda dari masing-masing
variabel independen.
Koefisien regresi linier berganda (b) mempunyai arti yaitu jika nilai b
positif (+) menunjukkan bahwa hubungan yang searah antara variabel independen
dengan variabel dependen. Dengan kata lain, peningkatan atau penurunan variabel
independen akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan variabel dependen.
Sebaliknya jika nilai b negatif (), maka hal tersebut menunjukkan bahwa
variabel independen memiliki hubungan yang berlawanan dengan variabel
dependen. Dengan kata lain setiap peningkatan variabel independen akan diikuti
oleh penurunan variabel dependen sebaliknya.

3.2.5.3 Analisis Koefisien Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk menentukan arah yang dinyatakan
dalam bentuk hubungan positif atau negatif dan tingkat hubungan yang
dinyatakan dengan koefisien korelasi antara variabel independen dengan variabel
dependen.
a. Koefisien Korelasi Parsial
Analisis koefisien korelasi merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel lain


43

(Suliyanto, 2011:15). Koefisien korelasi parsial adalah suatu bilangan yang
menyatakan eratnya hubungan antara dua variabel apabila pengaruh lain diangap
konstan. Untuk menghitng korelasi parsial bisa menggunakan beberapa rumus,
salah satu diantaranya adalah dengan cara matriks invers dari kolerasi,
persamaannya adalah:
( )( )
{ ( ) } ( ) } {




=
2
2
2 2
y y n x x n
y x xy n
r

Sumber: Suliyanto (2011:16)
Dimana:
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah populasi
x = Variabel Independen
y = Perubahan harga saham
b. Koefisien Korelasi Berganda.
Analisis korelasi berganda digunakan untuk mencari hubungan antara dua
variabel bebas atau lebih yang secara bersama-sama dihubungkan dengan variabel
terikat (Y), sehingga akhirnya nanti diketahui arah dan kuatnya hubungan
tersebut. Koefisien kerelasi berganda (R) dengan empat variabel bebas dan satu
variabel terikat dapt dihitung dengan formula sebagi berikut:
Ry(1,2,3,4) =


+ + +
2
4 4 3 3 2 2 1 1
Y
Y X b Y X b Y X b Y X b








44

Tabel 3.2
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Korelasi
Tingkat
Hubungan
0,00 0,199 Sangat Rendah
0,20 0,399 Rendah
0,40 0,599 Sedang
0,60 0,799 Kuat
0,80 1,000 Sangat Kuat
Sumber: (Sugiyono2009:231)

3.2.5.4 Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh risiko
sistematik dan laba secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen,
yaitu return saham. Persentase pengaruh semua variabel bebas atas nilai variabel
terikat ditunjukan oleh besarnya koefisien determinasi (r
2
).
Rumus koefisien determinasi dapat ditulis:


Sumber: Sugiyono (2009: 229)
Keterangan:
Kd = Koefisien determinasi
r
2
= Koefisien korelasi dikuadratkan.
3.2.5.5 Uji Secara Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui signifikansi
pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Sugiyono,
2009:259).


45

Nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per
variabel) terhadap variabel tergantungnya, apakah variabel tersebut memiliki
pengaruh yang berarti terhadap variabel tergantungnya atau tidak (Suliyanto,
2011:55). Suatu variabel akan memiliki pengaruh yang berarti jika nilai t hitung
variabel tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel.
Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Merumuskan hipotesis nol (H0)dan hipotesis alternatif (HA)
H0: Struktur Modal dan Capital Expenditure secara parsial tidak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan Nilai Perusahaan.
HA : Struktur Modal dan Capital Expenditure secara parsial mempunyai
hubungan yang signifikan dengan Nilai Perusahaan.
b. Menghitung nilai t hitung untuk mengetahui apakah koefisien korelasi
parsial signifikan atau tidak, dengan rumus sebagi berikut:
i
i
Deviasi Standard
Regresi Koefisien
= t
c. Menentukan nilai t tabel sebagai batas daerah penerimaan atau penolakan
hipotesis. Nilai t tabel pada = 0,05 berdasarkan uji dua pihak dan derajat
kebebasan (dk) = n-k-1
d. Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika thitung t tabel : H0 diterima atau HA ditolak.
Jika t hitung > t tabel : HA diterima atau H0 ditolak.



46

3.2.5.6 Uji Secara Simultan (Uji F)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketepatan model (goodness of
fit). Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan, untuk menguji apakah
variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan perubahan nilai
variabel tergantung atau tidak (Suliyanto, 2011:61).
Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel X
1
dan X
2,
secara simultan terhadap Y. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HA).
H0 : Struktur Modal dan Capital Expenditure secara simultan tidak
mempunyai hubungan yang signifikan dengan Nilai Perusahaan.
HA : Struktur Modal dan Capital Expenditure secarra simultan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan perubahan Nilai
Perusahaan.
b. Menghitung nilai Fhitung untuk mengetahui apakah koefisien korelasi
berganda signifikan atau tidak, dengan rumus sebagai berikut:
( )( ) 1 1
2
2

=
k n R
k
R
F

Dimana : R
2
= Koefisien determinasi gabungan
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
c. Menentukan nilai F tabel sebagai batas daerah penerimaan atau penolakan
hipotesis. Nilai F tabel pada = 0,05, dk pembilang = k dan dk penyebut
= n-k-1.



47

d. Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria sebagi berikut:
Jika Fhitung Ftabel : H0 diterima atau HA ditolak.
Jika Fhitung > Ftabel : HA diterima atau H0 ditolak.

3.2.5.7 Penetapan Tingkat Signifikansi
Tingkat signifikan () = 0,05 dalam pengujian hipotesis, toleransi
kesalahan 5% berarti bahwa dari setiap 100% hipotesis yang seharusnya diterima
kira-kira 5% ditolak, kita merasa yakin 95% bahwa kita telah membuat
kesimpulan yang benar. Pemilihan tingkat signifikansi sebesar 0,05 karena umum
digunakan untuk penelitian ilmu sosial dan dianggap cukup ketat untuk
menyelidiki hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.

3.2.5.8 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan pengujian hipotesis dengan
kriteria-kriteria yang ditetapkan. Adapun kriteria yang digunakan untuk
penerimaan dan penolakan hipotesis nol (Ho) adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Hipotesis secara simultan
Jika F
hitung
<F
tabel
maka Ho diterima, yang berarti tidak terdapat pengaruh
yang signifikan diantara variabel yang diteliti.
2. Pengujian hipotesis secara parsial
Jika t
hitung
< t
tabel
maka Ho diterima, yang berarti tidak terdapat pengaruh yang
signifikan diantara variabel yang diteliti.
Jika t
hitung
> t
tabel
maka Ho ditolak, yang berarti terdapat pengaruh yang
signifikan diantara variabel yang diteliti.


48

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
Pada Bab IV ini penulis akan menjabarkan hasil penelitian dari pengaruh
variabel-variabel Struktur Modal dan Capital Expenditure terhadap terhadap nilai
Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI
Periode 2008-2011.

4.1.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu
laporan keuangan tahunan perusahaan pada seluruh perusahaan manufaktur yang
go public di Bursa Efek Indonesia yang telah memenuhi kriteria seperti yang telah
dibahas pada bab sebelumnya pada metode penarikan sampel. Berdasarkan data
yang dikumpulkan dari Bursa Efek Indonesia emiten yang menjadi sampel pada
penelitian ini sebanyak 18 emiten. Adapun ke-18 emiten yang diteliti dapat dilihat
pada tabel halaman 48, dari tabel 4.1 tersebut data yang digunakan pada penelitian
ini adalah data sekunder dari seluruh emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Jakarta tahun 2008 sampai dengan 2011. Sebagai variabel independen yang
digunakan pada penelitian ini adalah Struktur Modal dan Capital Expenditure
sedangkan sebagai variebel dependen adalah Nilai Perusahaan. Data yang
diperlukan untuk penelitian ini diambil dari laporan keuangan emiten yang
terletak di Bursa Efek Indonesia Jakarta jalan Jend. Sudirman N0.52-53 Jakarta.



49

Tabel 4.1
Emiten yang diteliti selama periode 2008 2011
No Nama Perusahaan Kode
1 APAC Citra Centertex Tbk MYTX
2 Astra Int'l Tbk ASII
3 Barito Pacific Tbk BRPT
4 Bentoel International Investama Tbk RMBA
5 Berlina Tbk BRNA
6 Betonjaya Manunggal Tbk BTON
7 Budi Acid Jaya Tbk BUDI
8 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP
9 Intikeramik Alamasri Industri Tbk IKAI
10 Kabelindo Murni Tbk KBLM
11 Kalbe Farma Tbk KLBF
12 Langgeng Makmur Ind LMPI
13 Malindo Feedmill Tbk MAIN
14 Mandom Indonesia Tbk TCID
15 Sat Nusapersada Tbk PTSN
16 Sekar Laut Tbk SKLT
17 Surya Intrindo Makmur Tbk SIMM
18 Toba Pulp Lestari Tbk INRU
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Desember 2012

4.1.2 Perkembangan Struktur Modal pada Sektor Manufaktur di BEI
Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek
yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham
biasa.Dalam penelitian ini struktur modal dihitung dengan menggunakan Long
Term Debt to Equity Ratio.Untuk mengetahui lebih lanjut gambaran mengenai
struktur modal pada perusahaan manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI
Periode 2008-2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.





50

Tabel 4.2
Perkembangan Struktur Modal pada perusahaan manufaktur yang
Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
Kode
Struktur Modal (X1)
2008 2009 2010 2011
MYTX 14,94 -361,75 13,81 45,94
ASII 1,28 1,02 1,07 1,12
BRPT 1,01 1,17 1,2 1,15
RMBA 1,85 1,53 1,27 1,6
BRNA 1,41 1,62 1,61 1,47
BTON 0,16 0,05 0,23 0,27
BUDI 1,47 1,31 1,3 1,46
INTP 0,33 0,2 0,15 0,15
IKAI 1,23 1,38 1,76 0,98
KBLM 1,12 0,6 0,93 1,34
KLBF 0,46 0,45 0,26 0,24
LMPI 0,42 0,39 0,33 0,58
MAIN 11,03 7,32 3,34 2,16
TCID 0,17 0,15 0,16 0,17
PTSN 0,82 0,77 0,82 0,79
SKLT 0,95 0,79 0,67 0,74
SIMM 2,92 -4,07 -2,81 -2,74
INRU 1,45 1,53 1,31 1,55
Minimal 0,16 -361,75 -2,81 -2,74
Maksimal 14,94 7,32 13,81 45,94
Rata-rata 2,39 -19,20 1,52 3,28
Sumber: Olah data, Januari 2013
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat kita lihat bahwa pada tahun 2008 nilai
rata-rata struktur modal adalah sebesar 2,39, artinya selama tahun 2008
perusahaan sektor manufaktur cenderung menggunakan dana sendiri dari pada
utang sebagai sumber pembiayaan. Dengan kata lain utang perusahaan pada sektor
manufaktur relative kecil. Struktur modal tahun 2008 tertinggi sebesar 14,94 pada
kode MYTX atau PT. APAC Citra Centertex Tbk., sedangkan Struktur Modal
terendah sebesar 0,16 pada kode BTON atau PT. Betonjaya Manunggal Tbk.


51

Artinya perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dan jumlah ekuitas
adalah 0,16 berbanding 1. Dengan kata lain, jumlah utang jangka panjang dapat
diatasi dengan 16% dari jumlah ekuitasnya.
Pada tahun 2009 nilai rata-rata struktur modal sebesar -19,20. Pada tahun
2009 struktur modal mengalami penurunan sebesar 21,59 dari rata-rata
sebelumnya. Struktur modal pada tahun 2009 tertinggi sebesar 7,32 pada kode
MAIN atau PT. Malindo Feedmill Tbk artinya dapat mengatasi utang jangka
panjangnya. Sedangkan struktur modal terendah sebesar -361,75 pada kode
MYTX atau PT. APAC Citra Centertex Tbk.
Pada tahun 2010 struktur modal mengalami kenaikan sebesar 20,72 dari -
19,20 tahun 2009 menjadi 1,52 pada tahun 2010. Struktur modal pada tahun 2010
tertinggi sebesar 13,81 pada kode MYTX atau PT. APAC Citra Centertex Tbk.,
sedangkan Struktur Modal terendah sebesar -2,81 pada kode SIMM atau PT.
Surya Intrindo Makmur Tbk.
Pada tahun 2011 rata-rata struktur modal semakin meningkat sebesar 1,76
dari 1,52 pada tahun 2010 menjadi 3,28 pada tahun 2011. Struktur modal pada
tahun 2011 tertinggi sebesar 45,94 pada kode MYTX atau PT. APAC Citra
Centertex Tbk., sedangkan Struktur Modal terendah sebesar -2,74 pada kode
SIMM atau PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.

4.1.3 Perkembangan Capital Expenditure pada Sektor Manufaktur di BEI
Capital Expenditure adalah Pengeluaran modal yang dilakukan oleh
perusahaan untuk membeli barang-barang ataupun tanah, gedung agar
pengeluaran tersebut memberikan manfaat untuk kedepannya. Capital


52

Expenditure merupakan dana yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh
atau meningkatkan aset fisik seperti properti, bangunan industri atau peralatan.
Untuk mengetahui lebih lanjut gambaran mengenai Capital Expenditure pada
perusahaan manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Perkembangan Capital Expenditurepada perusahaan manufaktur yang
Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
Kode
CAPEX (X2)
2008 2009 2010 2011
MYTX -4,05% -12,11% 3,04% -6,75%
ASII 25,53% 9,09% 20,73% 27,96%
BRPT 91,28% -19,02% -4,24% 4,13%
RMBA 49,14% -4,03% 8,49% 17,43%
BRNA 7,69% 7,34% 8,80% 11,95%
BTON 45,16% 6,06% 23,26% 20,37%
BUDI 44,09% 0,06% 3,42% 19,86%
INTP 10,35% 9,26% 16,09% 17,26%
IKAI 12,68% 0,38% -6,23% -13,89%
KBLM 40,64% -30,19% 17,58% 21,36%
KLBF 19,82% 7,93% 6,20% 11,11%
LMPI 7,96% -0,55% -3,00% 16,82%
MAIN -77,07% -2,02% 9,07% 20,52%
TCID 30,43% 2,82% 7,36% 7,34%
PTSN 8,76% -13,22% -1,44% -0,72%
SKLT 51,78% 3,43% -2,51% 5,69%
SIMM -30,36% -69,70% -15,79% 5,00%
INRU 5,49% -1,99% -14,04% 7,57%
Minimal -77,07% -69,70% -15,79% -13,89%
Maksimal 91,28% 9,26% 23,26% 27,96%
Rata-rata 18,85% -5,91% 4,27% 10,72%
Sumber: Olah data, Januari 2013




53

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat kita lihat bahwa rata-rata Capital
Expenditure pada tahun 2008 sebesar 18,85%. Capital Expenditure pada tahun
2008 tertinggi sebesar 91,28% pada kode BRPT atau PT. Barito Pacific Tbk.,
sedangkan Capital Expenditure terendah sebesar -77,07% pada kode MAIN atau
PT. Malindo Feedmill Tbk.
Pada tahun 2009 Capital Expenditure mengalami penurunan sebesar
24,76% dari 18,85% pada tahun 2008 menjadi -5,91% pada tahun 2009. Dengan
menurunnya Capital expenditure diakibatkan karena adanya krisis global yang
mempengaruhi para investor untuk melakukan investasi. Capital Expenditure
pada tahun 2009 tertinggi sebesar 9,26% pada kode ASII atau PT. Astra Int'l Tbk.,
sedangkan Capital Expenditure terendah sebesar -69,70% pada kode SIMM atau
PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.
Pada tahun 2010 rata-rata Capital Expenditure mengalami kenaikan
sebesar 10,18% dari -5,91% pada tahun 2009 menjadi 4,27% pada tahun 2010.
Capital Expenditure pada tahun 2010 tertinggi sebesar 23,26% pada kode BTON
atau PT. Betonjaya Manunggal Tbk., Sedangkan Capital Expenditure terendah
sebesar -15,79% pada kode SIMM atau PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.
Pada tahun 2011 rata-rata Capital Expenditure mengalami kenaikan
sebesar 6,45, dari 4,72 pada tahun 2010 menjadi 10,72% pada tahun 2011. Capital
Expenditure pada tahun 2011 tertinggi sebesar 27,96% pada kode ASII atau PT.
Astra Int'l Tbk., Sedangkan Capital Expenditure terendah sebesar -13,89% pada
kode IKAI atau PT. Intikeramik Alamasri Industri Tbk.




54

4.1.4 Perkembangan Nilai Perusahaan pada Sektor Manufaktur di BEI
Nilai perusahaan adalah nilai pasar seluruh komponen struktur keuangan
bagi perusahaan publik.Banyak teori yang berpendapat bahwa semakin tinggi
harga sahamnya maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.Price/market Book
Value Ratio (PBV), merupakan rasio yang memberikan indikasi tentang
bagaimana investor menghargai perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin
tinggi juga perusahaan dihargai oleh investor. Demikian sebaliknya, semakin
rendah rasio ini, semakin rendah perusahaan dihargai oleh investor. Untuk
mengetahui lebih lanjut gambaran mengenai Nilai Perusahaanpada perusahaan
manufaktur yang Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011 dapat dilihat
pada tabel 4.2 terdapat pada halaman 55.
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat kita lihat bahwa Nilai Perusahaan
tahun 2008 tertinggi sebesar 5,09 pada kode SIMM atau PT. Surya Intrindo
Makmur Tbk., sedangkan Nilai Perusahaan terendah sebesar 0,18 pada kode
LMPI atau PT. Langgeng Makmur IndTbk. Nilai Perusahaan pada tahun 2009
tertinggi sebesar 5,14 pada kode INTP atau PT. Astra Int'l Tbk., sedangkan Nilai
Perusahaan terendah sebesar -14,97 pada kode MYTX atau PT. APAC Citra
Centertex Tbk. Nilai Perusahaan pada tahun 2010 tertinggi sebesar 6,62 pada kode
KLBF atau Kalbe Farma Tbk., sedangkan Nilai Perusahaan terendah sebesar -4,71
pada kode SIMM atau PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.Nilai Perusahaan pada
tahun 2011 tertinggi sebesar 10,47 pada kode MYTX atau PT. APAC Citra
Centertex Tbk., sedangkan Nilai Perusahaan terendah sebesar -4,30 pada kode
SIMM atau PT. Surya Intrindo Makmur Tbk.



55

Tabel 4.4
Perkembangan Nilai Perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
Go Public tercatat pada BEI Periode 2008-2011
Kode
PBV (Y)
2008 2009 2010 2011
MYTX 0,6 -14,97 0,83 10,47
ASII 1,38 3,69 4,68 4,47
BRPT 0,48 1,41 1,3 0,71
RMBA 2,16 2,49 2,71 2,85
BRNA 0,25 0,47 1,15 0,99
BTON 1,12 0,79 0,87 0,72
BUDI 0,74 1,17 1,13 1,06
INTP 2,11 5,14 4,8 4,46
IKAI 2,87 2,2 0,36 0,35
KBLM 0,61 0,58 0,54 0,56
KLBF 1,17 3,3 6,62 5,98
LMPI 0,18 0,55 0,68 0,56
MAIN 3,8 3,01 5,07 4,82
TCID 1,34 1,88 1,56 1,63
PTSN 1,11 0,39 0,31 0,31
SKLT 0,62 0,91 0,81 0,80
SIMM 5,09 -6,9 -4,71 -4,30
INRU 0,22 0,25 0,84 1,56
Minimal 0,18 -14,97 -4,71 -4,30
Maksimal 5,09 5,14 6,62 10,47
Rata-rata 1,44 0,35 1,64 2,11
Sumber: Olah data, Januari 2013

4.1.5 Pengaruh Struktur modal, Capital Expenditure terhadap Nilai
perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011
Dalam melakukan pengolahan data dan untuk melakukan analisa data
yang digunakan adalah model regresi berganda atas data yang tersedia untuk
variabel terikat (dependen) yaitu Nilai Perusahaan. Sedangkan variabel bebas
(independen) adalah Struktur Modal dan Capital Expenditure. Penggunaan model


56

tersebut dilakukan untuk menguji pengaruh kedua variabel bebas terhadap
variabel terikat baik secara bersama-sama atau simultan, maupun secara parsial
Analisis regresi mensyaratkan beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi
agar penaksiran parameter dan koefisien tidak bias dan mendekati keadaan
sesungguhnya. Sehubungan dengan itu, sebelum dilakukan analisis data dan
pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi-
asumsi dalam analisis regresi tersebut. Sesuai dengan data yang digunakan dalam
penelitian ini maka asumsi analisis regresi yang akan diuji adalah uji normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

4.1.5.1 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk mengatahui apakah struktur modal dan capital expenditure
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, maka dilakukan analisis regresi
linier berganda. Analisis regresi mensyaratkan beberapa asumsi klasik yang harus
dipenuhi agar penaksiran parameter dan koefisien tidak bias dan mendekati
keadaan sesungguhnya. Sehubungan dengan itu, sebelum dilakukan analisis data
dan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap
asumsi-asumsi dalam analisis regresi tersebut. Sesuai dengan data yang digunakan
dalam penelitian ini maka asumsi analisis regresi yang akan diuji adalah uji
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah data dalam
model regresi berdistribusi secara normal.Model regresi yang baik adalah data
yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini,


57

untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan
menggunakan analisis grafik normal probability plot.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik dengan dasar pengambilan keputusan
sebagai berikut:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
Berikut uji hasil uji normalitas dengan menggunakan bantuan software
SPSS 20.0 for window.

Gambar 4.1
Uji normalitas dengan menggunkan metode scater plot
Sumber : Pengolahan Data Menggunakan SPSS 20.0


58

Berdasarkan grafik normal probability plot di atas, dapat diketahui bahwa
data (titik-titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal yang menunjukkan bahwa pola berdistribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independen.Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dengan
melihat nilai tolerance dan lawannya nilai variance inflation factor (VIF). Suatu
model regresi yang tidak terdapat multikolinearitas apabila nilai tolerance> 0,10
atau sama dengan nilai VIF < 10.
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas

Sumber : Pengolahan Data menggunakan SPSS 20.0
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-
masing variabel adalah kurang 10 dan Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini
membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak
terdapat gejala multikolinearitas.


Coefficients
a
,649 1,542
,649 1,542
X1
X2
Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Y
a.


59

c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi ini bertujuan untuk mengetahui terdapat korelasi atau
tidak antara serangkaian data observasi yang dilakukan dalam penelitian.
Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntun menurut waktu (time-
series) yang berkaitan satu sama lain. Dalam uji autokorelasi ini digunakan
statistik Durbin Watson (DW Test) yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi

Hasil perhitungan statistik Durbin Watson (DW) untuk model regresi
sebesar1,922 Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data
(n) = 72, serta k atau jumlah variabel independen = 2 diperoleh dinilai dl
sebesar1,571dan du sebesar 1,680(nilai di dapat dari tabel Durbin Watson). Maka
keputusan Durbin yang diambil (1,680<1,922<2,320) sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.

d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode uji
Rank Spearman, pertama-tama dilakukan analisis regresi untuk masing-masing
variabel X1 dan X2 terhadap Y, yang kemudian akan dilakukan analisis korelasi
rank spearman antara nilai absolut residu pada masing-masing hasil regresi
Model Summary
b
,721
a
,520 ,506 2,09676 1,922
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), X2, X1
a.
Dependent Variable: Y
b.


60

dengan variabel independent nya. Berikut hasil yang diperoleh dari analisis rank
spearman.
A. Korelasi Rank Spearman X
1
dengan absolut residunya
Tabel 4.7
Uji Heteroskedastisitas

Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20:2013)
Berdasarkan Output 4-3 output di atas, diperoleh nilai koefisien rank
spearman sebesar -0,075. Dengan menggunakan rumus uji t, diperoleh nilai t
hitung
,
sebesar:
( )
( )
( )
2
0, 075 72 2
0, 631
1 0, 075
hitung
t

= =


Dengan = 5%,df=72 (n-2) diperoleh nilai t
tabel
sebesar -1,994 dan
1,994.(Gujarati, alih bahasa Sumarno Zain, 1993:188), selanjutnya penulis
menyajikan ke dalam kurva di bawah ini.


Cor relations
-,075
,530
72
Correlation Coef f icient
Sig. (2-tailed)
N
X1 Spearman's rho
Abs_e1
-1,994 -0,631 0 1,994
Daerah
penolakan
Ho
Daerah
penolakan
Ho
Daerah Penerimaan H
0


61

Nilai t
hitung
berada di wilayah penerimaan H
o
yang artinya korelasi Rank
Spearman di atas tidak signifikan, yang artinya tidak terdapat heteroskedastisitas.
B. Korelasi Rank Spearman X
2
dengan absolut residunya
Tabel 4.8
Uji Heteroskedastisitas

Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20:2013)
Berdasarkan Output 4-3 output di atas, diperoleh nilai koefisien rank
spearman sebesar -0,075. Dengan menggunakan rumus uji t, diperoleh nilai t
hitung
,
sebesar:
( )
( )
( )
2
0, 085 72 2
0, 716
1 0, 085
hitung
t

= =


Dengan = 5%,df=72 (n-2) diperoleh nilai t
tabel
sebesar -1,994 dan
1,994.(Gujarati, alih bahasa Sumarno Zain, 1993:188), selanjutnya penulis
menyajikan ke dalam kurva di bawah ini.


Nilai t
hitung
berada di wilayah penerimaan H
o
yang artinya korelasi Rank
Spearman di atas tidak signifikan, yang artinya tidak terdapat heteroskedastisitas.
Cor relations
,085
,476
72
Correlation Coef f icient
Sig. (2-tailed)
N
X2 Spearman's rho
Abs_e2
-1,994 0 0,716
Daerah
penolakan
Ho
Daerah
penolakan
Ho
Daerah Penerimaan H
0


62

4.1.5.2 Uji Regresi Linier Berganda
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya pengaruh antar
variabel X (Struktur Modal dan Capital Expenditure) terhadap variabel Y (Nilai
Perusahaan). Tujuannya adalah untuk meramalkan atau memperkirakan nilai
variabel dependen dalam hubungannya dengan nilai variabel lain. Model regresi
berganda yang akan dibentuk adalah sebagai berikut:
Y = b
0
+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4

Dimana:
Y = Nilai Perusahaan
X
1
= Struktur Modal
X
2
=Capital Expenditure
b
0
= intersep
b
1
,b
2
= koefisien regresi
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program
statistik yaitu program SPSS versi 18 maka diperoleh hasil yang selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :
Tabel 4.9
Persamaan Regresi Linier Berganda

Sumber : Pengolahan Data menggunakan SPSS 20.0
Coefficients
a
1,012 ,249 4,061 ,000
,954 ,110 ,895 8,648 ,000
-,007 ,001 -,544 -5,257 ,000
(Constant)
X1
X2
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coef f icients
Beta
Standardized
Coef f icients
t Sig.
Dependent Variable: Y
a.


63

Dari output di atas diketahui nilai kontstanta dan koefisien regresi
sehingga dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y = 1,012 + 0,954 X
1
-0,007 X
2

Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut:
b
0
=1,012 artinya jika variabel X
1
dan X
2
bernilai nol (0), maka variabel Y akan
bernilai 1,012 satuan.
b
1
=0,954 artinya jika Struktur Modal (X
1
) meningkat sebesar satu satuan dan
variabel lainnya konstan, maka variabel Y akan meningkat sebesar
0,954 satuan.
b
2
=-0,007 artinya jika Capital Expenditure(X
2
) meningkat sebesar satu satuan
dan variabel lainnya konstan, maka variabel Y akan menurun sebesar
0,007 satuan.

4.1.5.3 Analisis Koefisien Korelasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan
antara variabel (Struktur Modal dan Capital Expenditure) dengan variabel Y
(Nilai Perusahaan) secara bersamaan.Berdasarkan perumusan yang telah disajikan
pada Bab III, maka perhitungan koefisien korelasi berganda dari output SPSS
yang diperoleh nilai hubunganuntuk kedua variabel bebas dengan variabel terikat
disajikan pada tabel berikut:






64

Tabel 4.10
Analisis Korelasi

Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20:2013)
Berdasarkanoutput SPSS diatas didapat nilai koefisien korelasi ganda
sebesar 0,721. Berdasarkan kriteria koefisien korelasi yang dikemukakan Sugiono
(2008:183), nilai sebesar 0,721 termasuk kedalam korelasi yang kuat yaitu berada
diantara 0,600 - 0,799.

4.1.5.4 Koefisien Determinasi
Analisis determinasi dalam regresi linier berganda digunakan untuk
mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen.Regresi dengan lebih dari dua variabel
independen atau bebas digunakan

sebagai koefisien determinasi.


a. Uji Simultan ( Uji F )
Besar pengaruh Struktur Modal dan Capital ExpenditureterhadapNilai
Perusahaansecara simultan dapat dinyatakan oleh Koefisien Deterimasi (KD atau
R
2
) simultan yang disajikan pada output SPSS berikut ini:




Model Summary
,721
a
,520 ,506 2,09676
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), X2, X1
a.


65

Tabel 4.11
Analisis Koefisien Determinasi Simultan

Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20:2013)
Berdasarkan output di atas diperoleh nilai R
2
(R square) sebesar
0,520atau 52,0%. Dengan demikian maka Struktur Modal dan Capital
Expenditure memberikan pengaruh terhadap Nilai Perusahaan secara simultan
sebesar 52,0%. Sedangkan sisanya 48,0% merupakan pengaruh dari variabel lain
yang tidak diteliti.
b. Uji Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui keberartian
hubungan atau pengaruh salah satu variabel bebas dengan tidak bebas dengan
asumsi variabel lainnya konstan.Besarnya pengaruh secara parsial dapat dicari
dengan mengalikan nilaizero order correlation dengan koefisien beta. Berikut
hasil output SPSS yang diperoleh:
Tabel 4.12
Analisis Koefisien Determinasi Parsial
Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20.0)
Model Summary
,721
a
,520 ,506 2,09676
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), X2, X1
a.
Coefficients
a
1,012 ,249 4,061 ,000
,954 ,110 ,895 8,648 ,000 ,573 ,721 ,721
-,007 ,001 -,544 -5,257 ,000 -,014 -,535 -,438
(Constant)
X1
X2
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coef f icients
Beta
Standardized
Coef f icients
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Dependent Variable: Y
a.


66

Berdasarkan output di atas terlihat masing-masing nilai dari Beta dan
Zero Order Correlation. Dari nilai-nilai di atas dapat dihitung koefisien
determinasi parsial sebagai berikut:
KD
Parsial X1
= 0,895 x 0,573 = 0,513 atau 51,29%
KD
Parsial X2
= -0,544 x -0,014 = 0,007 atau 0,74%

Berdasarkan perhitungan di atas terlihat bahwa variabel X
1
(Struktur
Modal)memiliki pengaruh paling besar yakni51,29%.Sedangkan variabel X
2

(Capital Expenditure) memiliki pengaruh paling kecil yakni sebesar 0,74%.

4.1.5.5 Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui apakah variabel Struktur Modal dan Capital
Expendituremempunyai pengaruh terhadap variabel Nilai Perusahaansecara
keseluruhan, maka penulis akan mengujinya dengan penggunaan statistik Uji F
dengan hipotesis sebagai berikut:
H
o
: b
1
, b
2
, = 0, berarti antara Struktur Modal dan Capital Expenditure tidak
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan
H
a
: b
1
, b
2
, 0, berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Struktur Modal
dan Capital Expenditureterhadap Nilai Perusahaan
Dengan taraf signifikansi sebesar 5% makarumusyang digunakan untuk
pengujian hipotesis Uji F adalah sebagai berikut:
F
hitung
=
( ) { }
Re
(Re )
/
/ 1
gresi
sidu
JK k
JK n k +





67

Dimana :
JK
residu
= Koefisien Korelasi Ganda
K = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah anggota sampel
F
hitung
=
( ) { }
328, 934/ 2
303, 351/ 72 2 1 +
=37,410
Ketentuan sebagai berikut:
- Jika F
hitung
F
tabel
makaH
o
ditolak (signifikan)
- Jika F
hitung
<F
tabel
makaH
o
diterima (tidak signifikan)
Dimana F tabel = F
(0,05 ; 2;69)
= 3,130
Dari hasil perhitungan diatas jika dilakukan dengan menggunakan
software SPSS, maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13
Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20:2013)
Berdasarkan output di atas dapat diketahui bahwa nilai F hitung adalah
sebesar 37,410dengan p-value (sig) 0,000. Dengan =0,05, df
1
=2, dan df
2
= 69
(n-k-1), maka di dapat F tabel 3,130. Dikarenakan nilai F hitung >F tabel
(37,410>3,130) maka H
0
ditolak. Dengan cara melihat p-value, dari output di
atas diperoleh nilai p-value sebesar 0,000< 0,05 sehingga H
0
ditolak. Dengan
ANOVA
b
328,934 2 164,467 37,410 ,000
a
303,351 69 4,396
632,285 71
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1
a.
Dependent Variable: Y
b.


68

demikian, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara simultan
mempengaruhi Nilai Perusahaansecara signifikan.

4.1.5.6 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji T)
Untuk melihat lebih lanjut variabel mana saja yang memberikan
pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap variabel Y, berikut akan disajikan
uji hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t.
Tabel 4.14
Uji Hipotesis Parsial

Sumber: (Hasil Pengolahan SPSS 20:2013)
Untuk variabel X
1
diperoleht
hitung
= 8,648> t
tabel.
= 1,994 maka Ho ditolak
Untuk variabel X
2
diperoleht
hitung
= -5,257> t
tabel.
= -1,994maka Ho ditolak
Dari uji hipotesis individu diatas dengan statistik uji t, maka kita
mempercayai 95% bahwahanya variabel Struktur Modal dan Capital Expenditure
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Pembelian dikarenakan
nilai t
hitung
variabel tersebut lebih besar dari nilai t
tabel.





Coefficients
a
1,012 ,249 4,061 ,000
,954 ,110 ,895 8,648 ,000
-,007 ,001 -,544 -5,257 ,000
(Constant)
X1
X2
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coef f icients
Beta
Standardized
Coef f icients
t Sig.
Dependent Variable: Y
a.


69

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan pada Bab IV,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial variabel Struktur Modal berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan pada tingkat signifikansi 5%. Struktur Modal dapat berpengaruh
nyata pada tingkat 51,29% dimana akan menyebabkan kenaikan Nilai
Perusahaan sebesar 0,957 satuan, dengan asumsi variabel yang lain konstan.
2. Secara parsial variabel Capital Expenditure berpengaruh signifikan terhadap
Nilai Perusahaan pada tingkat signifikansi 5%. Struktur Modal dapat
berpengaruh nyata pada tingkat 0,74% dimana akan menyebabkan kenaikan
Nilai Perusahaan sebesar -0,007 satuan, dengan asumsi variabel yang lain
konstan.
3. Secara simultan variabel Struktur Modal dan Capital Expenditure
berpengaruh nyata terhadap Nilai Perusahaan pada tingkat signifikansi 5%.
Angka R square (R
2
) dari model regresi adalah sebesar 0,520 (adalah
pengkuadratan dari koefisien korelasi, atau 0,721 = 0,520), artinya bahwa
hanya 52,0%variasi Nilai Perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel Struktur
Modal dan Capital Expenditure. Untuk Sisanya 48,0% atau (100% - 52,0%)
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.




70

5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian, pembahasan dan merumuskan kesimpulan
dari hasil pembahasan, maka penulis memberikan beberapa saran yang diajukan
penulis yang dapat menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut:
1. Bagi investor
Sebagai seorang calon investor sebaiknya perlu memperhatikan risiko-risiko
yang akan dihadapi ketika menanamkan sahamnya di pasar modal. Para
investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan publik, sebaiknya
tidak terpaku pada portofolio laporan keuangan yang diperoleh, namun juga
perlu memperhatikan struktur modal dan capital expenditure agar dapat
meningkatkan nilai perusahaan di pasar modal.
2. Bagi Emiten
Untuk perusahaan (emiten) yang terkait hendaklah meningkatkan struktur
permodalan dan capital expenditure dari perusahaan, karena semakin tinggi
kondisi struktur modal perusahaan tersebut maka semakin tinggi pula nilai
perusahaan tersebut. Dan semakin besar para investor menginvestasikan
maka semakin besar capital expenditure dan akan mempengaruhi nilai
perusahaan tersebut. Hasilnya buat perusahaan akan lebih berkembang dan
meningkatkan nilai perusahaan tersebut.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Bagi penelitian selanjutnya, dalam rangka meningkatkan akurasi penilaian
empirik penelitian maka penulis menyarankan untuk melibatkan lebih
banyak variabel yang lebih spesifik dan lebih mendalam mengenai masalah



71

ini, agar menambah rentang waktu penelitian, meneliti dengan sampel
perusahaan yang lebih banyak, lebih valid dan memperkuat hasil penelitian
yang terdahulu.























72

DAFTAR PUSTAKA


Arrasyid, H. (2006). Teknik Penarikan Sampel Dan Metode Penyusunan Skala,
Bandung: Universitas Padjadajaran.

Gitman, L.J. (2006). Principles of Managerial Finance, 11
th
edition, Pearson The
Addison Wesley, USA.

Gujarati, D.N. (2012). Basic Econometrics 4th edition. Singapura: McGraw Hill.

Husnan, S. (1996), Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Keempat,
BPFE, Yogyakarta.

Mannes, T.S, (1998), Introduction to Corporate Finance, McGraw Hill,
International Singapore.

Martono & Harjito, A.D. (2007). Manajemen Keuangan, Cetakan keenam,
Yogyakarta : Andi.

Nachrowi, D.N. (2007). Pendekatan popular dan Praktis Ekonornetrika untuk
analisis ekonornl dan keuangan, Jakarta: Lembaga penerbit fakultas
ekonomi UI.

Puteri, T.Y. (2006). Pengaruh Capital Expenditure terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan yang mempunyai Growth Opportunity Tinggi dan
Perusahaan yang mempunyai Growth Opportunity Rendah.

Riyanto, B. (2006). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan , Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.

Sartono, A. (2005). Struktur Modal dan Analisis Investasi, Edisi pertama,
Yogyakarta: Andi.

Sawir, A. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiarto. (2009). Struktur Modal , Struktur Kepemilikan Perusahaan,
Permasalahan keagenan, dan Informasi Asimetri, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-14, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.

Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Adimahasatya.


73

Suharsimi, A. (2007). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Suliyanto (2011). Ekonometrika Terapan: Aplikasi dan Teori dengan SPSS,
Yogyakarta: Andi.
Syamsuddin, L. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta: Rajawali
Pers.

Tambunan, A.P. (2007). Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation), Jakarta:
Elex Media Komputindo.

Tan, I. (2009). Mengenal Peluang Dibalik Permainan Saham Derivatif,
Yogyakarta: Andi.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data Dengan SPSS, Yogyakarta: Graha
Ilmu.

www.idx.co.id (2008-2011), Bursa Efek Jakarta.
http://www.idx.co.id/Beranda/SearchResults/tabid/41/ie/UTF-8/sa/sbei/language/id-
ID/Default.aspx?cx=017937513085347015788:4ojisw4sjii&cof=FORID:10;NB:1&
q=IDX%20statistik%202008, diunduh pada tanggal 14 Desember 2012

http://www.idx.co.id/Home/SearchResults.aspx?cx=012835390257983851691:4oj
isw4sjii&cof=FORID:10;NB:1&ie=UTF-
8&q=idx+statistik+2009&sa=sbei, diunduh pada tanggal 15 Desember 2012

http://www.idx.co.id/Home/SearchResults.aspx?cx=012835390257983851691:4oj
isw4sjii&cof=FORID:10;NB:1&ie=UTF-
8&q=idx+statistik+2010&sa=sbei, diunduh pada tanggal 15 Desember
2012

http://www.idx.co.id/Home/SearchResults.aspx?cx=012835390257983851691:4oj
isw4sjii&cof=FORID:10;NB:1&ie=UTF-
8&q=idx+statistik+2011&sa=sbei, diunduh pada tanggal 17 Desember 2012
www.ticmi.net

Anda mungkin juga menyukai