Anda di halaman 1dari 17

THERMISTOR

Matakuliah Dosen

: Sensor dan Transduser : Mumuh muharran.MT

Oleh :

Risna Julianti Zuraida Hannum

1110952055 1110951005

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum sensor dan transducer telah banyak dimanfaatkan dan

digunakan untuk memudahkan manusia. Sensor merupakan suatu alat elektronika yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk membantu, mengatasi dan menggantikan posisi serta memudahkan pekerjaan manusia tersebut. Sensor dan transducer berjenis sensor suhu adalah alat untuk mengukur perubahan suhu atau alat yang di gunakan untuk mengetahui perubahan suhu. Salah satu tranduser yang dapat mengetahui perubahan suhu ialah thermistor. Nama termistor berasal dari Thermally Sensitive Resistor. Termistor biasanya termasuk material-material semikonduktor yang dibagi dua

golongan:oksida logam dan semikonduktor kristal tunggal. Negative Temperature Coefficient (NTC) pertama kali ditemukan oleh Faraday pada perak sulfid pada tahun 1833. Pemahaman tentang termistor oksida ini mengalami perkembangan yang sangat pesat oleh becker, Vervey dkk pada akhir tahun 1940-an. Termistor kristal germanium dipelajari oleh Lark-Horovitz dkk pada tahun 1946, dan olehestermann (meneliti Si), Hung dan Gliessman pada tahun 1950, Friedberg padatahun 1951, dan kemudian Fritzsche dan Kunzler dkk. Silikon pada suhu rendah dipelajari oleh Morin, Maita dan Cralson pada tahun 1954-1955. Broom juga mempelajari termometer GaAs pada tahun 1958. Termistor atau thermal resistor adalah suatu jenis resistor yang sensitive terhadap perubahan suhu. Prinsipnya adalah memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan suhu. Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture), kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel, berpengaruh terhadap karakteristik termistor, sehingga

Pemilihan bahan oksida tersebut harus dengan perbandingan tertentu. Dimana termistor merupakan salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien temperatur yang tinggi.

Komponen dalam termistor ini dapat mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan temperatur. Dengan demikian dapat memudahkan kita untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik. Termistor dapat dibentuk dalam bentuk yang berbeda-beda, bergantung pada lingkungan yang akan dicatat suhunya. Lingkungan ini termasuk kelembaban udara, cairan, permukaan padatan, dan radiasi dari gambar dua dimensi. Maka, termistor bisa berada dalam alatalat seperti disket, mesin cuci, tasbih (manik-manik), balok,dan satelit. Ukurannya kecil dibandingkan dengan termometer lain, ukurannya dalam range 0.2mm sampai 2mm. Termistor dibedakan dalam 2 jenis, yaitu termistor yang mempunyai koefisien negatif, yang disebut NTC (Negative Temperature Coefisient), temistor yang mempunyai koefisien positif yang disebut PTC (Positive TemperatureCoefisient). Kedua jenis termistor ini mempunyai fungsinya masing masing, tetapi di pasaran, yang lebih banyak digunakan adalah termistor NTC. Karena termistor NTC material penyusunnya yaitu metal oksida, dimana harganya lebih murah dari material penyusun PTC yaitu Kristal tunggal.

1.2 Batasan Masalah Batasan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah : Definisi thermistor. Prinsip kerja sensor thermistor. Macam macam thermistor. Aplikasi thermistor.

1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : Memahami apa itu thermistor.

Mengetahui kegunaan sensor thermistor. Penerapan sensor thermistor serta aplikasinya. Mengetahui cara kerja dari sistem kerja sensor thermistor.

BAB II DASAR TEORI

A.

Sensor Sensor adalah elemen yang menghasilkan sinyal yang berhubungan

dengan kuantitas yang diamati atau akan diukur. Memberikan tanggapan terhadap fenomena fisika, atau kimia dengan besaran besaran fisik yang akan diukur atau diamati dengan menghasilkan output suatu sinyal. Sensor digunakan untuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia yang terdeteksi menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor sering digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau

pengendalian. Beberapa jenis sensor yang banyak digunakan dalam rangkaian elektronik antara lain sensor cahaya, sensor suhu, dan sensor tekanan. Sensor merupakan perluasan / peningkatan kemampuan untuk

memperoleh informasi tentang kuantitas fisik yang tidak bisa diperoleh oleh indra manusia karena keterbatasan dan kekurang telitian yang dimiliki manusia. Sensor sangat berguna dalam dunia industri dan kehidupan sehari-hari saat ini, seringkali digunakan dalam pengontrolan, monitoring dan proteksi. D sharon, dkk (1982), mengatakan sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi mekanik dan sebagainya.

B.

Tranduser William D.C, (1993), mengatakan transduser adalah suatu alat yang bila

digerakkan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau bentuk yang lain ke sistem transimisi berikutnya. transimisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic(radiasi) atau thermal(panas).

`Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai alat yang mengubah suatu energi ke dalam bentuk energi lain yang digunakan dalam suatu sistem, terutama sistem kendali.

Transduser dapat dikelompokkan berdasarkan pemakaian

dan metoda

pengubahan energinya. Secara umum di sebut dengan transduser pasif dan transduser aktif. Transduser pasif adalah transduser yang menggunakan energi dari luar (sumber lain). Sedangkan transduser aktif adalah transduser yang menggunakan daya dari sumber energi itu sendiri (tanpa sumber lain).

C.

Thermistor Termistor atau thermal resistor adalah suatu jenis resistor yang sensitive

terhadap perubahan suhu. Prinsipnya adalah memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan suhu. Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture), kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel, berpengaruh terhadap karakteristik termistor, sehingga Pemilihan bahan oksida tersebut harus dengan perbandingan tertentu. Dimana termistor merupakan salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien temperatur yang tinggi.

Nama termistor berasal dari Thermally Sensitive Resistor. Termistor biasanya termasuk material-material semikonduktor yang dibagi dua

golongan:oksida logam dan semikonduktor kristal tunggal. Negative Temperature Coefficient (NTC) pertama kali ditemukan oleh Faraday pada perak sulfid pada tahun 1833. Pemahaman tentang termistor oksida ini mengalami perkembangan yang sangat pesat oleh becker, Vervey dkk pada akhir tahun 1940-an. Termistor kristal germanium dipelajari oleh Lark-Horovitz dkk pada tahun 1946, dan olehestermann (meneliti Si), Hung dan Gliessman pada tahun 1950, Friedberg padatahun 1951, dan kemudian Fritzsche dan Kunzler dkk. Silikon pada suhu rendah dipelajari oleh Morin, Maita dan Cralson pada tahun 1954-1955. Broom juga mempelajari termometer GaAs pada tahun 1958.

Komponen dalam termistor ini dapat mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan temperatur. Dengan demikian dapat memudahkan kita untuk mengubah energi panas menjadi energi listrik. Termistor dapat dibentuk dalam bentuk yang berbeda-beda, bergantung pada lingkungan yang akan dicatat suhunya. Lingkungan ini termasuk kelembaban udara, cairan, permukaan padatan, dan radiasi dari gambar dua dimensi. Maka, termistor bisa berada dalam alatalat seperti disket, mesin cuci, tasbih (manik-manik), balok,dan satelit. Ukurannya kecil dibandingkan dengan termometer lain, ukurannya dalam range 0.2mm sampai 2mm. Termistor dibedakan dalam 2 jenis, yaitu termistor yang mempunyaikoefisien negatif, yang disebut NTC (Negative Temperature Coefisient), temistor yang mempunyai koefisien positif yang disebut PTC (Positive TemperatureCoefisient). Kedua jenis termistor ini mempunyai fungsinya masing masing, tetapidi pasaran, yang lebih banyak digunakan adalah termistor NTC. Karena termistor NTC material penyusunnya yaitu metal oksida, dimana harganya lebih murah darimaterial penyusun PTC yaitu Kristal tunggal.

Fungsi Thermistor
Fungsi utamanya thermistor untuk mengubah nilai resitansi karena adanya temperatur dalam rangkaian tersebut. Thermistor akan membaca perubahan suhu

pada suatu rangkaian yang akan menyebabkan terjadinya perubahan nilai resistansi resistor.

Tipe Tipe Thermistor 1. NTC NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisient negatif. Dimana bahannya terbuat dari logam oksida yaitu dari serbuk yang halus kemudian dikompress dan disinter pada temperatur yang tinggi. Kebanyakan pada material penyusun termistor biasa mengandung unsur - unsur seperti Mn2O3, NiO, CO2O3, Cu2O, Fe2O3, TiO2, dan U2O3. Oksida-oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang sangat tinggi, tetapi dapat diubah menjadi bahan semikonduktor dengan menambahkan beberapa unsur lain yang mempunyai valensi yang berbeda disebut dengan doping dan pengaruh dari resistansinya dipengaruhi perubahan temperatur yang diberikan. Thermistor logam oksida digunakan dalam daerah 2000K sampai 7000K. Untuk digunakan pada temperatur yang sangat tinggi, thermistor dibuat dari Al2O3, BeO, MgO, Y2O3, dan Dy2O3. 2. PTC PTC merupakan termistor dengan koefisien yang positif. Termistor PTC memiliki perbedaan dengan NTC antara lain : 1. Koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya dalam interfal temperatur tertentu, sehingga diluar interval tersebut akan bernilai nol atau negatif, 2. Harga mutlak dan koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih besar daripada termistor NTC. Jenis-jenis PTC: Jenis pertama terdiri dari thermally sensitif silicon resistors, kadangkadang disebut sebagai "Silistors". Device ini menunjukkan nilai koefisien suhu positif yang cukup seragam (sekitar 0,77% /C) kebanyakan dari silistor melalui berbagai wilayah/rentang operasional, tetapi dapat juga menunjukkan koefisien

suhu negatif diwilayah temperatur yang melebihi 150C. Device ini paling sering digunakan untuk kompensasi terhadap device semiconducting silicon dalam kisaran temperature antara -60C ke 150. Jenis kedua merupakan polycrystalline bahan keramik yang biasanya resistivitasnya tinggi tetapi terbuat dari semiconduktor dengan penambahan dopants. Umumnya dibuat dari campuran barium, timah dan strontium titanatesdengan tambahan seperti yttrium, manganese, tantalum dan silika. Device ini memiliki daya tahan-suhu karakteristik negatif yang sangat kecil. Koefisien suhu device ini hingga mencapai suhu yang kritis, yang disebut sebagai "Curie", perubahan atau transisi suhu. Suhu kritis ini merupakan pendekatan, device ini mulai menunjukkan peningkatan, resistansi suhu koeficient positif seperti peningkatan resistansi yang besar.

Berdasarkan bentuknya Thermistor Terbagi atas :


1. Butiran/manik Thermistor ini digunakan pada > 7000 celsius dan memiliki nilai resistansi 100 ohm hingga 1 mega ohm. 2. Thermistor keping. Thermistor ini digunakan dengan cara direkatkan langsungn pada benda yang diukur panasnya. 3. Thermistor batang. Digunakan untuk menentukan perubahan panas pada peralatan elektronik, mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang.

Kakteristik Thermistor
Kebanyakan termistor digunakan pada daerah temperatur dalam konsentrasi inonisasi (n atau p) yang berpengaruh terhadap fungsi temperatur. Dimana energy aktivasi Ea adalah hubungan pada energi gap dan tingkat impuritas. Dimana nilai hambatan semakin kecil ketika temperaturnya dinaikkan, ini yang biasa disebut termistor NTC

Dimana R adalah hambatan pada suhu T, R0 adalah hambatan awal ketika T0 (pada temperatur ruang), B adalah Konstanta termistor dimana besarnya bergantung dari jenis bahan dan memiliki dimensi yang sama dengan suhu. Hargakonstanta termistor yang memenuhi pasar biasanya antara rentang 20005000 K. Dengan =R merupakan resistivitas listrik thermistor. Selain konstanta thermistor (B), sensitivitas ()juga menentukan karakteristik dari termistor. Nilai sensitivitas menentukan sejauh mana termistor yang dibuat dapat dengan cepat mendeteksi perubahan temperatur lingkunagan termistor. Termistor yang baik sensitifitasnya lebih besar dari -2,2%/K. Ciri khas dari harga adalah sekitar = -5% yang mana 10 kali lebih sensitiv dari pada detektor temperatur resistansi metal. Resistansi dari termistor berada pada daerah 1 K sampai 10 M.

Karakteristik dari thermistor: -. Resistansi tinggi 30 sampai 41,5k -. Respon waktu cepat, untuk thermistor manik detik -. Lebih murah daripada RTD -. Sensitivitas sangat tinggi (1000 kali lebih sensitif daripada RTD

-. Perubahan resistansi 10% per C. Misal resistansi nominal 10 maka resistansi akan berubah 1 utk setiap perubahan temperatur 1 C -. Tidak sensitif terhadap shock dan vibrasi -. Dilindungi capsul (plastik, teflon/material lembam) -. Memperlambat waktu respon karena kontak termal kurang baik

RANCANGAN DAN PENGOLAHAN SINYAL Blok diagram untuk rangkaian pengkondisi sinyal dan akuisisi data untuk thermistor terlihat pada gambar dibawah ini:

(A)

(B)

Bila thermistor yang kita gunakan memiliki range resistansi yang besar kita bisa merancang pengolah sinyal seperti gambar B,tetapi bila range thermistor yang kita gunakan kecil sebaiknya kita menggunakan pengolahan sinyal seperti gambar A.Tetapi juga ada hal-hal yang harus kita pertimbangkan bila kita merancang pengolahan sinyal seperti gambar A karena akan banyak kendala yang kita temui dalam pembuatan rangkaian jembatannya.

Kontruksi Thermistor.

Aplikasi Termistor. Thermistor adalah salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien temperatur yang tinggi, dimana komponen ini dapat mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan temperatur. Termistor dibedakan dalam 3 jenis, yaitu termistor yang mempunyai koefisien negatif, disebut NTC ( Negative temperature Coefisient), termistor yang mempunyai koefisien positif, disebut PTC (Positive Temperature Coefisient) dan termistor yang mempunyai tahanan kritis, yaitu CTR ( Critical Temperature Resistance). Karakteristik
R NTC: PTC: + Daerah kerja NTC lebih luas Daerah kerja PTC lebih pendek dari NTC, karena PTC memiliki Tmin & Tmax, dan saat tertentu akan menjadi NTC

Tmin

Tmax

Gambar 13-3 Karakteristik Thermistor (P/NTC)

Aplikasi Thermistor a. PTC PTC adalah jenis resistor non linier yang nilai hambatannya terpengaruh oleh perubahan suhu. Makin tinggi suhu yang mempengaruhi makin besar nilai hambatannya. PTC merupakan resistor dengan koefisien positif. dalam hal ini, termistor PTC berbeda dengan temistor NTC, antara lain: 1. Koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya dalam interfal temperatur tertentu, sehingga diluar interval tersebut akan bernilai nol atau negatif; 2. Harga mutlak dan koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih besar dari pada termistor NTC. Contoh Penggunaan PTC a.1 Penundaan kerja relay
VS2 RPTC Vs R Relay S Rb Gambar disamping memberikan waktu tunda pada sakelar S. Waktu t1 RPTC: Rx i [I kerja] relay Waktu t2 RPTC: Rx i [I kerja] relay

a.2

Penundaan waktu off di relay

S S1 Vs Rb

Relay S2

S On relay kerja lampu nyala setelah waktu tertentu RPTC berubah

Lampu

RPTC

karena panas dalam i (I kerja) relay S2 Off Lampu Off

b.

NTC NTC kebalikan dari PTC, makin tinggi suhu yang mempengaruhi maka

makin kecil nilai hambatannya. NTC mempunyai koefisient negatif yang tinggi, termistor jenis ini dibuat dari oksida logam yang terdapat dari golongan transisi, seperti ZrO2 - Y2P3 NiAI2O3 Mg(Al, Cr,Fe). Oksida-oksida ini mempunyai resistansi g sangat tinggi, tetapi dapat diubah menjadi bahan semikonduktor dengan menambahkan beberapa ion lain yang mempunyai valensi berbeda yang disebut dengan doping, dan pengaruh dari resistansinya dipengaruhi perubahan temperatur yang diberikan. Contoh Penggunaan NTC sebagai thermometer elektronik (pada rangkaian jembatan)
R2 VA = R1 Vs VA A R2 RNTC R3 B VB RNTC VB = R3+RNTC R1+R2

. Vs

Vs

Aplikasi lain: - Proteksi motor listrik terhadap kenaikan V mendadak (PTC) - Detektor pada peralatan tertentu / alarm - Kompensasi panas dalam rangkaian

Aplikasi Thermistor Sebagai penanda kebakaran ( Alarm kebakatan ).


Thermistor merupakan salah satu sensor suhu yang sangat mudah untuk digunakan, karakteristik dari thermistor ini ialah thermistor akan berubah resistansinya / tahanannya ketika terjadi perubahan suhu disekitarnya. Dengan karakteristik seperti itu, dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan dalam merancang suatu sensor sederhana, kita dapat merancang dan membuat rangkaian pendeteksi suhu maupun pengendali suhu ruangan. Rangkaian sensor suhu dengan Thermistor

Penjelasan rangkaian sensor suhu Ketika thermistor mendeteksi kenaikan suhu maka resistansi thermistor akan mengecil dan ketika resistansi thermistor lebih kecil dari resistansi variabel resistor sebagai pembagi tegangannya maka akan ada arus yang mengalir ke basis transistor, ketika itu juga relay akan aktif dan led merah [ sebagai indikator panas akan aktif] sebaliknya jika suhu yang dideteksi thermistor kecil maka resistansi pada thermistor akan menjadi besar, dan ketika resistansi thermistor lebih besar dari pembagi tegangannya dalam rangkaian kali ini variabel resistor

maka tidak akan ada arus yang mengalir ke basis transistor, relay tidak aktif dan led hijau [ sebagai indikator suhu tidak panas aktif ].

Rangkaian sensor suhu, ketika suhu panas

Rangkaian sensor suhu, ketika suhu tidak panas

BAB IV PENUTUP

1. KESIMPULAN

Termistor atau thermal resistor adalah suatu jenis resistor yang sensitive terhadap perubahan suhu. Prinsipnya adalah memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan perubahan suhu. Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan ketepatan yang tinggi.

Fungsi utamanya thermistor untuk mengubah nilai resitansi karena adanya temperatur dalam rangkaian tersebut. Thermistor akan membaca perubahan suhu pada suatu rangkaian yang akan menyebabkan terjadinya perubahan nilai resistansi resistor.

DAFTAR KEPUSTAKAAN
thewizardium.blogspot.com/.../sensor-thermal-dengan-thermistor.htm id.wikipedia.org/wiki/Termistor http://blogelektronikadi.blogspot.com/2012/03/pengenalan-termistor-ntc-dan-ptc.html fisikainstrumentasiukm.files.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai