Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN ANTENA MICROSTRIP SEBAGAI ANTENA


RECEI VER UNTUK APLIKASI REPEATER GSM 900
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Metodologi
Penelitian
Pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas



Oleh :
Risna Julianti
No Bp. 111 0952 055

Pembimbing:
Dr. Ikhwana Elfitri
NIP.19750308 200003 1 002



JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telekomunikasi merupakan salah satu bidang yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia. Karena dengan telekomunikasi manusia dapat bertukar informasi
antara satu dengan yang lain. Dunia telekomunikasi berkembang dengan pesat, pada awalnya
sarana telekomunikasi hanya menggunakan surat dan hal ini dianggap kurang efisien.
Kemudian muncul beragam sarana telekomunikasi yang lebih efisien dan dapat mengatasi
berbagai batasan dalam berkomunikasi seperti jarak, politik dan hambatan fisik lainnya.
Sarana telekomunikasi tersebut antara lain handphone dan internet.
Dewasa ini, masyarakat Indonesia banyak menggunakan handphone yang
menggunakan teknologi atau jaringan GSM sebagai sarana telekomunikasi. Tapi, tidak
semua daerah dan lokasi di Indonesia dapat terjangkau jaringan GSM, dikarenakan berbagai
faktor seperti banyaknya penghalang berupa pepohonan dan bangunan. Hal ini menyebabkan
komunikasi menggunakan handphone kurang optimal bagi masyarakat Indonesia yang
berada didaerah terpencil.
Repeater adalah suatu perangkat elektronik yang menerima sinyal dan mengirim
kembali sinyal itu pada tingkat yang lebih tinggi dan / atau kekuatan yang lebih tinggi, atau
ke sisi lain dari suatu halangan, sehingga sinyal dapat menjangkau jarak yang lebih jauh.
Dengan kata lain repeater merupakan alat yang berfungsi memperluas jangkauan sinyal
(pancar) agar daerah yang belum ter-cover sinyal dapat menangkap sinyal dan mengakses
informasi dari server pancaran [7]. Dengan demikian, repeater dapat menjadi solusi untuk
mengatasi kualitas jaringan GSM di Indonesia khususnya di daerah terpencil.
2

Perkembangan terkini dari bidang telekomunikasi membutuhkan perangkat yang
mempunyai ukuran kecil, ringan, biaya rendah, proses fabrikasi yang mudah dan portable
dan repeater GSM merupakan salah satu dari perangkat telekomunikasi. Untuk merancang
repeater yang dapat memenuhi kebutuhan diatas, maka diperlukan suatu antena yang
mempunyai ukuran kecil, ringan, biaya rendah, proses fabrikasi yang mudah. Hal ini
dikarenakan antenna merupakan salah satu komponen utama repeater. Antena microstrip
meruapakan salah satu jenis antenna dengan karakteristik yang tepat akan kebutuhan
tersebut.
Antena microstrip merupakan antena yang berbentuk papan tipis dan mampu
bekerja pada frekuensi tinggi. Secara fisik antena microstrip terlihat sederhana karena hanya
berupa lempengan semacam Printed Circuit Board (PCB) yang cukup dikenal dalam dunia
elektronika.
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk merancang sebuah antena
microstrip yang mampu bekerja pada rentang frekuensi 880 MHz sampai 970 MHz yang
mampu meng-cover frekuensi kerja GSM 900. Judul dari penelitian ini adalah Perancangan
Antena Microstrip Sebagai Antena Receiver Untuk Aplikasi Repeater Gsm 900





1.2. Tujuan Penelitian
3

Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah mampu mendesain antenna microstrip yang
mampu meng-cover frekuensi kerja GSM 900.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Tugas akhir ini dapat memberikan gambaran tentang konsep dasar perancangan antena
microstrip secara umum.
2. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pengembangan antena microstrip sehingga
untuk kedepannya dapat dikembangkan antena microstrip yang memiliki unjuk kerja
yang lebih baik lagi.
3. Hasil tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk proses fabrikasi antena
receiver untuk aplikasi repeater GSM 900
1.4 Batasan Masalah
1. Pada tugas akhir ini dirancang antena microstrip dengan elemen peradiasi
berbentuk segiempat.
2. Antena yang dirancang beroperasi pada frekuensi 880 MHz sampai 970 MHz untuk
aplikasi repeater GSM 900
3. Antena microstrip dirancang dan dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Ansoft
HFSS 13.0.
4. Analisa kinerja dari antena menggunakan nilai frekuensi kerja, Voltage Standing
Wave Ratio (VSWR), Return Loss, dan bandwidth hasil simulasi menggunakan
perangkat lunak Ansoft HFSS 13.0.

1.5 Sistematika Penulisan
4

Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka yang berisi teori dasar yang mendukung penelitian i.
Bab III Metodologi Penelitian berisikan tentang langkah-langkah beserta penjelasan
mengenai penelitian yang dilakukan.
Bab IV Hasil dan Pembahasan ini berisikan analisa dari penelitian ini
Bab V Penutup berisikan beberapa kesimpulan dan saran yang bisa ditarik dan
disampaikan yang didasari dari hasil dan pembahasan penelitian ini.









5

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Antena
Antena merupakan salah satu komponen penting dalam sistem komunikasi,
terutama pada sistem komunikasi nirkabel. IEEE mendefinisikan antena sebagai alat / divais
yang digunakan untuk meradiasi atau menerima gelombang radio (elektromagnetik) [3].
Dapat diartikan bahwa antena merupakan komponen utama pada suatu pemancar (transmiter) dan
penerima (receiver), karena berfungsi mengubah gelombang elektromagnetik ke listrik dan
sebaliknya.
Dalam fungsinya sebagai pemancar dan penerima energi, sebuah antena pada sistem
wireless harus dapat melakukan optimasi energi radiasi pada beberapa arah . Antena juga harus
dapat berperan sebagai alat direksional. Antena dapat berbentuk kabel yang berkonduksi, sebuah
aperture, berupa patch, gabungan dari beberapa elemen (array), sebuah reflector dan lensa [1] .
Antena terdiri dari berbagai jenis, diantaranya antena yagi-uda, omni, dipol, microstrip dan lain-
lain.

2.2 Antena Microstrip
Antena microstrip merupakan salah satu antena yang paling populer saat ini. Hal ini
dikarenakan sangat cocok digunakan sebagai perangkat telekomunikasi yang sangat
memeperhatikan efisiensi bentuk dan ukuran.



6


2.2.1 Pengertian Antena Microstrip
Berdasarkan asal katanya, microstrip terdiri atas dua kata, yaitu micro (sangat tipis/kecil)
dan strip (bilah/potongan). Antena microstrip dapat didefenisikan sebagai salah satu jenis
antena yang mempunyai bentuk seperti bilah/potongan yang mempunyai ukuran sangat tipis/
kecil.

Gambar 2.1 Struktur Antena Microstrip [3]
Gambar 2.1 diatas menunjukan struktur umum antena microstrip yang terdiri dari
radiating patch, dielectric substrat dan ground plane. Radiating patch atau elemen peradiasi
yang sering disebut patch terletak diatas substrat dan ground plane terletak dibagian paling
bawah.
Patch terbuat dari logam konduktor dan memiliki ketebalan yang sangat tipis (t <<
o
; t
= ketebalan patch), yang berfungsi untuk meradiasikan gelombang elektromagnetik. Patch
memiliki bentuk yang bermacam-macam, bentuk yang sering dibuat antara lain segi empat,
segitiga, dan circular, karena bentuk-bentuk tersebut mudah untuk dilakukan analisis. Berikut
beberapa bentuk patch :
7


Gambar 2.2 bentuk bentuk elemen peradiasi (patch) [2]
Dielectric substrat (substrat) berfungsi sebagai bahan dielektrik antena microstrip yang
membatasi antara patch dan ground plane. Substrat terbuat dari bahan dielektrik yang memiliki
konstanta dielektrik (
r
) dan ketebalan tertentu (h). Konstanta dielektrik dan ketebalan dari
substrat akan mempengaruhi frekuensi kerja, bandwidth dan efisiensi antena microstrip. Semakin
tebal substrat maka bandwidth antena akan semakin meningkat, tapi akan berpengaruh pada
timbulnya gelombang permukaan (surface wave). Gelombang permukaan dapat mengurangi
sebagian daya yang digunakan untuk meradiasikan gelombang elektromagnetik.
Tabel 2.1 dibawah menunjukan beberapa bahan yang sering dipakai untuk pembuatan
substrat dan nilai konstanta dielektriknya (

)
Jenis Bahan Dielektrik Nilai Konstanta Dielektrik (

)
Alumina 9,8
Material Sintetik Teflon 2,08
Material Komposit - Duroid 2,2 10,8
Ferimagnetik Ferrite 9 16
Semikonduktor Silikon 11,9
Fiberglass 4,882
Tabel 2.1 Nilai konstanta dielektrik beberapa bahan dielektrik
8

Ground plane merupakan lapisan paling bawah dari substrat, lapisan ini bisaanya juga
terbuat dari konduktor, memiliki bentuk geometris sederhana, seperti lingkaran, persegi panjang,
segitiga atau bentuk lain berfungsi sebagai reflektor dari gelombang elektromagnetik [6].
2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Antena Microstrip
Antena microstrip ini mempunyai beberapa kelebihan apabila dibandingkan
dengan antena lain, diantaranya [3]:
1. Low profile yakni berdimensi kecil dan ringan dan dapat dibuat konformal
2. Biaya fabrikasi murah
3. Polarisasi linear maupun melingkar dapat dimungkinkan hanya dengan catu sederhana
4. Memungkinkan untuk dibuat dual-frequency dan dual-polarization
5. Dapat diintegrasikan dengan rangkaian microwave lainnya dengan mudah
6. Feed line dan matching network dapat difabrikasi pada struktur antena sekaligus
Akan tetapi selain kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan diatas, antena microstrip juga
memiliki beberapa kekurangan, yaitu [3]:
1. Bandwith yang sempit
2. Memiliki gain yang rendah
3. Rugi-rugi ohmic yang tinggi pada struktur feed untuk bentuk antena susun
4. Untuk antena microstrip susun diperlukan struktur feed yang kompleks
5. Kemurnian polarisasi sulit dicapai
6. Beberapa radiasi yang tidak diinginkan dapat muncul dari pencatu atau sambungan
7. Hanya mampu menangani daya yang rendah
8. Muculnya gelombang permukaan
9. Konsekuensi atas cross-polarization atau mutual coupling pada antena susun pada penurunan
kualitas gain dan efisiensi
2.2.3 Teknik Pencatuan Microstrip Line
9

Teknik pencatuan microstrip line merupakan salah satu teknik pencatuan yang umum
digunakan dalam pencatuan antena microstrip. Dimana patch dari microstrip dicatu dengan jalur
konduktor yang diletakkan di sisi yang sama pada elemen peradiasi. Untuk mendapatkan
impedansi input antena yang sebanding dengan impedansi karakteristik dari saluran pencatu,
dapat dilakukan dengan mengubah-ubah dimensi dari elemen pencatu. Teknik pencatuan dengan
microstrip line dapat dillihat pada gambar 2.4 :

Gambar 2.3 Teknik Pencatuan Microstrip Line [5]
Untuk menentukan panjang saluran pencatu (L
m
) dapat menggunakan persamaan [3]:
r
m
f
c
L
c
0
4
=

..................................................... (2.1)

dimana:
c
r
: konstanta dielektrik
c : kecepatan cahaya di ruang bebas (3x10
8
m/s)
10

f
0
: frekuensi tengah antena (Hz)
Dan untuk lebar pencatu (W
m
) sangat dipengaruhi oleh tinggi bahan substrate (h) dan
jenis bahan substrate yang digunakan. Dapat dituliskan dalam persamaan [4]:
2 ) 2 exp(
) exp( 8


=
A
A h
W
m
.............................................(2.2)
dimana:
)
`

+
+

+
)
`

+
=
r r
r r
z
A
c c
c c 11 . 0
23 . 0
1
1
2
1
60
2
1
0
............................................(2.3)
Dimana Z
0
adalah impedansi input.
Untuk menentukan letak atau posisi pencatu dapat dituliskan dalam persamaan :

.............................................(2.4)
Dimana :

) ..............................................(2.5)
2.2.4 Model Saluran Transmisi
Agar dapat melakukan analisis terhadap sebuah antena microstrip, dibutuhkan metode
analisis yang dapat menggambarkan kondisi antena kedalam sebuah persamaan yang dapat
dianalisis secara akurat. Model saluran transmisi merupakan metode analisis yang paling
sederhana. Secara sederhana model saluran transmisi menampilkan antena microstrip
dimodelkan sebagai suatu saluran yang terdiri dari 2 buah konduktor (patch dan ground plane)
dan dipisahkan oleh substrat yang memiliki konstanta dielektrik

. Konduktor pada saluran


microstrip tidak bersifat perfectly magnetic conducting sehingga medan elektromagnetik yang
timbul tidak sepenuhnya tegak lurus terhadap patch maupun ground plane. Fenomena ini
11

kemudian disebut fringing effect yang menyebabkan sebagian medan elektromagnetik meradiasi
ke udara dan sebagian lagi ke dalam substrat [6].
Secara elektrik patch dari antena microstrip kelihatan lebih besar daripada dimensi
fisiknya. Gambar 2.11 memperlihatkan dimensi dari patch dengan panjang yang telah ditambah
pada tiap ujungnya dengan jarak AL, yang merupakan sebuah fungsi dari konstanta dielektrik
efektif dan rasio dari lebar dan tinggi patch [4].

Gambar 2.4 Bentuk Fisik dan Panjang Efektif dari Patch Microstrip [1]



2.3 Antena Microstrip Patch Segi Empat
Antena microstrip patch segi empat merupakan bentuk antena yang umum dirancang
karena memiliki bentuk yang sederhana, mudah difabrifikasi dan mudah dianalisis. Gambar 2.3
12

memperlihatkan bentuk geometri dari patch microstrip segiempat dimana W dan L adalah lebar
dan panjang dari patch, h adalah tebal substrat dan

merupakan nilai konstanta dielektrik dari


substrat. Gambar 2.4 memperlihatkan bentuk nyata dari patch microstrip segi empat .

Gambar 2.5 bentuk geometri patch microstrip segiempat [1]

Gambar 2.6 Bentuk nyata patch microstrip segiempat [1]

2.4 Parameter Umum Antena Microstrip
2.4.1 Dimensi Antena
13

Untuk mencari dimensi antena microstrip (W dan L), harus diketahui terlebih dahulu
parameter bahan yang digunakan yaitu tebal dielektrik (h), konstanta dielektrik (

), tebal
konduktor (t) dan rugi rugi bahan. Panjang antena microstrip harus disesuaikan, karena apabila
terlalu pendek maka bandwidth akan sempit sedangkan apabila terlalu panjang bandwidth akan
menjadi lebih lebar tetapi efisiensi radiasi akan menjadi kecil. Dengan mengatur lebar dari
antena microstrip (W) impedansi input juga akan berubah. Pendekatan yang digunakan untuk
mencari panjang dan lebar antena microstrip dapat menggunakan persamaan [8] :

..............................................(2.6)
Dimana :
W : lebar konduktor

: konstanta dielektrik
C : kecepatan cahaya di ruang bebas ( 3x10
8
m/s

)

: frekuensi kerja antena


Sedangkan untuk menentukan panjang patch (L) diperlukan parameter L yang merupakan
pertambahan panjang dari L akibat adanya fringing effect. Pertambahan panjang dari L (L)
tersebut dirumuskan dengan [8]:

(

)(

)
(

)(

)
..............................................(2.7)
Dimana :
h : tebal substrat atau tinggi substrat

: konstanta dielektrik relatif yang dirumuskan sebagai


14

) ..............................................(2.8)
Dengan panjang patch (L) dirumuskan oleh:

..............................................(2.9)
Dimana

merupakan panjang patch efektif yang dapat dirumuskan dengan :


..............................................(2.10)

2.4.2 Frekuensi Resonansi
Frekuensi resonansi sebuah antena dapat diartikan sebagai frekuensi kerja antena di mana
pada frekuensi tersebut seluruh daya dipancarkan secara maksimal. Pada umumnya frekuensi
resonansi menjadi acuan frekuensi kerja antena. Frekuensi resonansi secara matematis dapat
dirumuskan dalam bentuk fungsi berikut [1] :

..............................................(2.11)
Dimana :

: frekuensi resonansi

: kecepatan cahaya di ruang bebas (3 x 10


8
m/s)
L : panjang antena

: konstanta dielektrik



15

2.4.3 Bandwidth
Bandwidth suatu antena didefenisikan sebagai rentang frekuensi di mana kinerja antena
yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti impedansi masukan, polarisasi,
beamwidth, polarisasi, gain, efisiensi, VSWR, return loss) memenuhi spesifikasi standar.
Bandwith dapat dicari dengan rumus [1] :

..............................................(2.12)
Dimana :

: frekuensi tertinggi

: frekuensi terendah

: frekuensi tengah
Ada beberapa jenis bandwidth di antaranya [4] :
a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana patch antena berada pada
keadaan matching dengan saluran pencatu. Hal ini terjadi karena impedansi dari elemen
antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat
dari return loss dan VSWR. Nilai return loss dan VSWR yang masih dianggap baik
adalah kurang dari -9,54 dB.
b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana bandwidth, side lobe, atau gain, yang
bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu. Nilai tersebut harus ditentukan
pada awal perancangan antena agar nilai bandwidth dapat dicari.
c. Polarization atau axial ratio bandwidth adalah rentang frekuensi di mana polarisasi
(linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk polarisasi melingkar adalah
kurang dari 3 dB.

16

2.4.4 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave)
maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran transmisi ada dua komponen
gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0
+
) dan tegangan yang direfleksikan
(V0
-
). Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai
koefisien refleksi tegangan () [1] :

..............................................(2.13)
Dimana :

: impedansi beban (load)


: impedansi saluran lossless


Koefisien refleksi tegangan () memiliki nilai kompleks, yang merepresentasikan
besarnya magnitudo dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus yang sederhana, ketika bagian
imajiner dari adalah nol, maka [8] :
a. = -1 : refleksi negatif maksimum, ketika saluran terhubung singkat
b. = 0 : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna
c. = 1 : refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka
Rumus untuk mencari nilai VSWR adalah :

||

||


| |
| |
..............................................(2.14)
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti tidak ada
refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini pada praktiknya
sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi
antena adalah VSWR2 [4].
17


2.4.5 Return Loss
Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang direfleksikan
terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return loss dapat terjadi karena adanya
diskontinuitas di antara saluran transmisi dengan impedansi masukan beban (antena). Pada
rangkaian gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas (mismatched), besarnya return loss
bervariasi tergantung pada frekuensi seperti yang ditunjukkan oleh [1] :

|| ..............................................(2.15)
Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -10 dB, nilai ini diperoleh untuk nilai
VSWR 2 sehingga dapat diasumsikan nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar
dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah
matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat
bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak.

2.5. Teknik Pelebaran Bandwidth dengan Slot U
Salah satu konfigurasi mikrostrip yang dapat menghasilkan bandwidth yang besar adalah
mikrostrip dengan slot berbentuk U. Keuntungan utama dari teknik ini adalah dapat
menghasilkan antena yang memiliki bandwidth yang lebar dengan bentuk antena yang
sederhana. Sebuah bidang berbentuk U dipotong simetris disekitar pusat patch seperti yang
terlihat pada Gambar 2.13.
18


Gambar 2.7 Antena Mikrostrip dengan Slot U [1]
Pemotongan ini mengakibatkan antena memiliki beberapa frekuensi resonansi. Bandwidth
yang lebar dihasilkan ketika slot dirancang agar dapat menghasilkan frekuensi resonansi yang
berdekatan dengan frekuensi resonansi antena sebelum diberi slot [16]. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa variasi parameter lebar, panjang dan letak slot dapat mempengaruhi
karakteristik antena.
Prosedur untuk menentukan dimensi awal dari slot U adalah sebagai berikut[16]:
1. Menentukan frekuensi tengah ( ) antena, frekuensi batas atas (
up
f ) dan frekuensi
batas bawah (
low
f ) dari bandwidth antena yang diinginkan.
2. Untuk menghitung lebar patch (W) digunakan rumus:
) 2 ( 5 . 1 L L W A + =

..................................................... (2.16)


dimana:

0
f
19

r
f
c
L L
c
0
2
2 = A +

..................................................... (2.17)
3. Untuk menghitung panjang patch (L) dapat digunakan rumus:
L
f
c
L
reff
A = 2
2
0
c

..................................................... (2.18)
dimana
reff
c merupakan konstanta dielektrik efektif substrat yang dapat dirumuskan
dengan:
|
|
|
|
.
|

\
|
+

+
+
=
W
h
r r
reff
12 1
1
2
1
2
1 c c
c

............................................... (2.19)
Sedangkan L A merupakan pertambahan panjang dari L akibat adanya fringing effect.
Pertambahan panjang dari L (L) tersebut dirumuskan dengan:
( )
( )
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
+ +
= A
813 . 0 258 . 0
262 . 0 3 . 0
824 . 0 2
h
W
h
W
h L
reff
reff
c
c
.................................... (2.20)
4. Untuk menghitung nilai awal dari ketebalan slot dapat digunakan rumus:
60
0

= = F E ..................................................... (2.21)
dimana
0
adalah panjang gelombang pada frekuensi tengah ( ):
..................................................... (2.22)
5. Untuk menghitung panjang slot (D) digunakan rumus:
.................................................... (2.23)
0
f
0
0
f
c
=
( ) E L L
f
c
D
low reff
A + = 2 2
c
20

6. Pilih salah satu rumus untuk menghitung tinggi slot (C):
..................................................... (2.24)
atau
..................................................... (2.25)
7. Menghitung konstanta dielektrik efektif pseudopatch ( ) dan panjang tambahan
efektif ( ) dengan menggunakan rumus:
....................................... (2.26)
.................. (2.27)
8. Menghitung posisi slot dari elemen peradiasi (H) dengan menggunakan rumus:
...................... (2.28)
9. Jika jumlah nilai C+E+H lebih dari nilai L, maka ganti rumus nilai C pada langkah
sebelumnya.

2.6 Repeater
Repeater adalah suatu perangkat yang dipasang di titik titik tertentu dalam jaringan
untuk memperbaharui sinyal-sinyal agar mencapai kembali kekuatan dan bentuknya yang
3 . 0 >
W
C
75 . 0 >
D
C
) ( pp eff
c
H E L
A 2
|
|
|
|
.
|

\
|

+
+
=
F D
h
r r
pp eff
2
12
1
1
2
1
2
1
) (
c c
c
( )
( )
|
.
|

\
|
+

|
.
|

\
|
+

+
= A

813 . 0
2
258 . 0
262 . 0
2
3 . 0
824 . 0 2
) (
) (
h
F D
h
F D
h
pp eff
pp eff
H E L
c
c
(
(

+ A + ~

) 2 (
1
2
) (
D C
f
c
E L H
up
pp eff
H E L
c
21

semula, guna memperpanjang jarak yang dapat ditempuh. Ini diperlukan karena sinyal-sinyal
mengalami perlemahan dan perubahan bentuk selama transmisi [10].
2.6.1. Skema Repeater

Gambar 2.8 Skema Repeater [10]
2.6.2. Cara Kerja Repeater
Sinyal dengan frekuensi tertentu kemudian yang diterima oleh antenna receiver (RX)
kemudian diteruskan ke receiver. Dari receiver diambil arus untuk mengaktifkan LED,
cahaya dari LED akan diterima LDR untuk mengaktifkan relay. Relay yang aktif menswitch
dari LED hijau (saat standby) menjadi LED merah (saat aktif). Relay juga akan mengaktifkan
PTT kemudian masuk ke transmitter kemudian memancarkan frekuensi tertentu. Frekuensi
penerima harus sama dengan frekuensi transmitter pada repeater.

22

DAFTAR PUSTAKA

[1] Balanis, Constantine A. 2005. Antena Theory : Analysis and Design. New Jersey: John
Willey and Sons.

[2] Bareno, Muhammad Tauhid. 2012. Peningkatan Gain Antena Microstrip Dengan
Metamaterial Pada Frekuensi 2.35 Ghz. Seminar. Depok : Universitas Indonesia.

[3] Garg R., Bhartia, P., Bahl, I. dan Ittipiboon, A. 2001. Microstrip Design Handbook. London:
Artech House Inc.

[4] Hermansyah, M. Rudy. 2010. Rancang Bangun Antena Microstrip Patch Segi Empat Untuk
Aplikasi Wireless-LAN. Tugas Akhir. Medan: Universitas Sumatera Utara.

[5] James, J.R. dan P.S. Hall. 1989. Handbook of Microstrip Antenas. London: Peter Peregrinus
Ltd.

[6] Mufti, M Abdi Fadilat. 2014. Rancang Bangun Antena Microstrip Dengan Slot Berbentuk U
Pada Pita Frekuensi UHF Televisi. Tugas Akhir. Padang : Universitas Andalas.

[7] Muhtadi, Aditya. 2010. Laporan Praktikum Instrumentasi (Tkf 3521) Repeater. Jogyakarta :
Universitas Gajah Mada.

[8] Pelawi , Denny Osmond. 2012. Studi Perancangan Antena Microstrip Patch Segiempat
Dengan Tipe Polarisasi Melingkar Menggunakan Ansoft. Tugas Akhir. Medan : Universitas
Sumatera Utara.

[9] Tong, Chin Hong Matthew. 2005. System Study and Design of Broadband U-Slot Microstrip
Patch Antennas for Aperstructures and Opportunistic Arrays. Thesis. California: Naval
Postgraduate School.

[10] Widodo, Rio. 2013. Pengembangan Antena Yagi Sebagai Repeater dalam Ruangan.
Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.

Anda mungkin juga menyukai