)
Jenis Bahan Dielektrik Nilai Konstanta Dielektrik (
)
Alumina 9,8
Material Sintetik Teflon 2,08
Material Komposit - Duroid 2,2 10,8
Ferimagnetik Ferrite 9 16
Semikonduktor Silikon 11,9
Fiberglass 4,882
Tabel 2.1 Nilai konstanta dielektrik beberapa bahan dielektrik
8
Ground plane merupakan lapisan paling bawah dari substrat, lapisan ini bisaanya juga
terbuat dari konduktor, memiliki bentuk geometris sederhana, seperti lingkaran, persegi panjang,
segitiga atau bentuk lain berfungsi sebagai reflektor dari gelombang elektromagnetik [6].
2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Antena Microstrip
Antena microstrip ini mempunyai beberapa kelebihan apabila dibandingkan
dengan antena lain, diantaranya [3]:
1. Low profile yakni berdimensi kecil dan ringan dan dapat dibuat konformal
2. Biaya fabrikasi murah
3. Polarisasi linear maupun melingkar dapat dimungkinkan hanya dengan catu sederhana
4. Memungkinkan untuk dibuat dual-frequency dan dual-polarization
5. Dapat diintegrasikan dengan rangkaian microwave lainnya dengan mudah
6. Feed line dan matching network dapat difabrikasi pada struktur antena sekaligus
Akan tetapi selain kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan diatas, antena microstrip juga
memiliki beberapa kekurangan, yaitu [3]:
1. Bandwith yang sempit
2. Memiliki gain yang rendah
3. Rugi-rugi ohmic yang tinggi pada struktur feed untuk bentuk antena susun
4. Untuk antena microstrip susun diperlukan struktur feed yang kompleks
5. Kemurnian polarisasi sulit dicapai
6. Beberapa radiasi yang tidak diinginkan dapat muncul dari pencatu atau sambungan
7. Hanya mampu menangani daya yang rendah
8. Muculnya gelombang permukaan
9. Konsekuensi atas cross-polarization atau mutual coupling pada antena susun pada penurunan
kualitas gain dan efisiensi
2.2.3 Teknik Pencatuan Microstrip Line
9
Teknik pencatuan microstrip line merupakan salah satu teknik pencatuan yang umum
digunakan dalam pencatuan antena microstrip. Dimana patch dari microstrip dicatu dengan jalur
konduktor yang diletakkan di sisi yang sama pada elemen peradiasi. Untuk mendapatkan
impedansi input antena yang sebanding dengan impedansi karakteristik dari saluran pencatu,
dapat dilakukan dengan mengubah-ubah dimensi dari elemen pencatu. Teknik pencatuan dengan
microstrip line dapat dillihat pada gambar 2.4 :
Gambar 2.3 Teknik Pencatuan Microstrip Line [5]
Untuk menentukan panjang saluran pencatu (L
m
) dapat menggunakan persamaan [3]:
r
m
f
c
L
c
0
4
=
..................................................... (2.1)
dimana:
c
r
: konstanta dielektrik
c : kecepatan cahaya di ruang bebas (3x10
8
m/s)
10
f
0
: frekuensi tengah antena (Hz)
Dan untuk lebar pencatu (W
m
) sangat dipengaruhi oleh tinggi bahan substrate (h) dan
jenis bahan substrate yang digunakan. Dapat dituliskan dalam persamaan [4]:
2 ) 2 exp(
) exp( 8
=
A
A h
W
m
.............................................(2.2)
dimana:
)
`
+
+
+
)
`
+
=
r r
r r
z
A
c c
c c 11 . 0
23 . 0
1
1
2
1
60
2
1
0
............................................(2.3)
Dimana Z
0
adalah impedansi input.
Untuk menentukan letak atau posisi pencatu dapat dituliskan dalam persamaan :
.............................................(2.4)
Dimana :
) ..............................................(2.5)
2.2.4 Model Saluran Transmisi
Agar dapat melakukan analisis terhadap sebuah antena microstrip, dibutuhkan metode
analisis yang dapat menggambarkan kondisi antena kedalam sebuah persamaan yang dapat
dianalisis secara akurat. Model saluran transmisi merupakan metode analisis yang paling
sederhana. Secara sederhana model saluran transmisi menampilkan antena microstrip
dimodelkan sebagai suatu saluran yang terdiri dari 2 buah konduktor (patch dan ground plane)
dan dipisahkan oleh substrat yang memiliki konstanta dielektrik
), tebal
konduktor (t) dan rugi rugi bahan. Panjang antena microstrip harus disesuaikan, karena apabila
terlalu pendek maka bandwidth akan sempit sedangkan apabila terlalu panjang bandwidth akan
menjadi lebih lebar tetapi efisiensi radiasi akan menjadi kecil. Dengan mengatur lebar dari
antena microstrip (W) impedansi input juga akan berubah. Pendekatan yang digunakan untuk
mencari panjang dan lebar antena microstrip dapat menggunakan persamaan [8] :
..............................................(2.6)
Dimana :
W : lebar konduktor
: konstanta dielektrik
C : kecepatan cahaya di ruang bebas ( 3x10
8
m/s
)
)(
)
(
)(
)
..............................................(2.7)
Dimana :
h : tebal substrat atau tinggi substrat
) ..............................................(2.8)
Dengan panjang patch (L) dirumuskan oleh:
..............................................(2.9)
Dimana
..............................................(2.10)
2.4.2 Frekuensi Resonansi
Frekuensi resonansi sebuah antena dapat diartikan sebagai frekuensi kerja antena di mana
pada frekuensi tersebut seluruh daya dipancarkan secara maksimal. Pada umumnya frekuensi
resonansi menjadi acuan frekuensi kerja antena. Frekuensi resonansi secara matematis dapat
dirumuskan dalam bentuk fungsi berikut [1] :
..............................................(2.11)
Dimana :
: frekuensi resonansi
: konstanta dielektrik
15
2.4.3 Bandwidth
Bandwidth suatu antena didefenisikan sebagai rentang frekuensi di mana kinerja antena
yang berhubungan dengan beberapa karakteristik (seperti impedansi masukan, polarisasi,
beamwidth, polarisasi, gain, efisiensi, VSWR, return loss) memenuhi spesifikasi standar.
Bandwith dapat dicari dengan rumus [1] :
..............................................(2.12)
Dimana :
: frekuensi tertinggi
: frekuensi terendah
: frekuensi tengah
Ada beberapa jenis bandwidth di antaranya [4] :
a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana patch antena berada pada
keadaan matching dengan saluran pencatu. Hal ini terjadi karena impedansi dari elemen
antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai frekuensi. Nilai matching ini dapat dilihat
dari return loss dan VSWR. Nilai return loss dan VSWR yang masih dianggap baik
adalah kurang dari -9,54 dB.
b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana bandwidth, side lobe, atau gain, yang
bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu. Nilai tersebut harus ditentukan
pada awal perancangan antena agar nilai bandwidth dapat dicari.
c. Polarization atau axial ratio bandwidth adalah rentang frekuensi di mana polarisasi
(linier atau melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk polarisasi melingkar adalah
kurang dari 3 dB.
16
2.4.4 Voltage Standing Wave Ratio (VSWR)
VSWR adalah perbandingan antara amplitudo gelombang berdiri (standing wave)
maksimum (|V|max) dengan minimum (|V|min). Pada saluran transmisi ada dua komponen
gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan (V0
+
) dan tegangan yang direfleksikan
(V0
-
). Perbandingan antara tegangan yang direfleksikan dengan yang dikirimkan disebut sebagai
koefisien refleksi tegangan () [1] :
..............................................(2.13)
Dimana :
||
| |
| |
..............................................(2.14)
Kondisi yang paling baik adalah ketika VSWR bernilai 1 (S=1) yang berarti tidak ada
refleksi ketika saluran dalam keadaan matching sempurna. Namun kondisi ini pada praktiknya
sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu, nilai standar VSWR yang diijinkan untuk fabrikasi
antena adalah VSWR2 [4].
17
2.4.5 Return Loss
Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang direfleksikan
terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return loss dapat terjadi karena adanya
diskontinuitas di antara saluran transmisi dengan impedansi masukan beban (antena). Pada
rangkaian gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas (mismatched), besarnya return loss
bervariasi tergantung pada frekuensi seperti yang ditunjukkan oleh [1] :
|| ..............................................(2.15)
Nilai dari return loss yang baik adalah di bawah -10 dB, nilai ini diperoleh untuk nilai
VSWR 2 sehingga dapat diasumsikan nilai gelombang yang direfleksikan tidak terlalu besar
dibandingkan dengan gelombang yang dikirimkan atau dengan kata lain, saluran transmisi sudah
matching. Nilai parameter ini menjadi salah satu acuan untuk melihat apakah antena sudah dapat
bekerja pada frekuensi yang diharapkan atau tidak.
2.5. Teknik Pelebaran Bandwidth dengan Slot U
Salah satu konfigurasi mikrostrip yang dapat menghasilkan bandwidth yang besar adalah
mikrostrip dengan slot berbentuk U. Keuntungan utama dari teknik ini adalah dapat
menghasilkan antena yang memiliki bandwidth yang lebar dengan bentuk antena yang
sederhana. Sebuah bidang berbentuk U dipotong simetris disekitar pusat patch seperti yang
terlihat pada Gambar 2.13.
18
Gambar 2.7 Antena Mikrostrip dengan Slot U [1]
Pemotongan ini mengakibatkan antena memiliki beberapa frekuensi resonansi. Bandwidth
yang lebar dihasilkan ketika slot dirancang agar dapat menghasilkan frekuensi resonansi yang
berdekatan dengan frekuensi resonansi antena sebelum diberi slot [16]. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa variasi parameter lebar, panjang dan letak slot dapat mempengaruhi
karakteristik antena.
Prosedur untuk menentukan dimensi awal dari slot U adalah sebagai berikut[16]:
1. Menentukan frekuensi tengah ( ) antena, frekuensi batas atas (
up
f ) dan frekuensi
batas bawah (
low
f ) dari bandwidth antena yang diinginkan.
2. Untuk menghitung lebar patch (W) digunakan rumus:
) 2 ( 5 . 1 L L W A + =
..................................................... (2.16)
dimana:
0
f
19
r
f
c
L L
c
0
2
2 = A +
..................................................... (2.17)
3. Untuk menghitung panjang patch (L) dapat digunakan rumus:
L
f
c
L
reff
A = 2
2
0
c
..................................................... (2.18)
dimana
reff
c merupakan konstanta dielektrik efektif substrat yang dapat dirumuskan
dengan:
|
|
|
|
.
|
\
|
+
+
+
=
W
h
r r
reff
12 1
1
2
1
2
1 c c
c
............................................... (2.19)
Sedangkan L A merupakan pertambahan panjang dari L akibat adanya fringing effect.
Pertambahan panjang dari L (L) tersebut dirumuskan dengan:
( )
( )
|
.
|
\
|
+
|
.
|
\
|
+ +
= A
813 . 0 258 . 0
262 . 0 3 . 0
824 . 0 2
h
W
h
W
h L
reff
reff
c
c
.................................... (2.20)
4. Untuk menghitung nilai awal dari ketebalan slot dapat digunakan rumus:
60
0
= = F E ..................................................... (2.21)
dimana
0
adalah panjang gelombang pada frekuensi tengah ( ):
..................................................... (2.22)
5. Untuk menghitung panjang slot (D) digunakan rumus:
.................................................... (2.23)
0
f
0
0
f
c
=
( ) E L L
f
c
D
low reff
A + = 2 2
c
20
6. Pilih salah satu rumus untuk menghitung tinggi slot (C):
..................................................... (2.24)
atau
..................................................... (2.25)
7. Menghitung konstanta dielektrik efektif pseudopatch ( ) dan panjang tambahan
efektif ( ) dengan menggunakan rumus:
....................................... (2.26)
.................. (2.27)
8. Menghitung posisi slot dari elemen peradiasi (H) dengan menggunakan rumus:
...................... (2.28)
9. Jika jumlah nilai C+E+H lebih dari nilai L, maka ganti rumus nilai C pada langkah
sebelumnya.
2.6 Repeater
Repeater adalah suatu perangkat yang dipasang di titik titik tertentu dalam jaringan
untuk memperbaharui sinyal-sinyal agar mencapai kembali kekuatan dan bentuknya yang
3 . 0 >
W
C
75 . 0 >
D
C
) ( pp eff
c
H E L
A 2
|
|
|
|
.
|
\
|
+
+
=
F D
h
r r
pp eff
2
12
1
1
2
1
2
1
) (
c c
c
( )
( )
|
.
|
\
|
+
|
.
|
\
|
+
+
= A
813 . 0
2
258 . 0
262 . 0
2
3 . 0
824 . 0 2
) (
) (
h
F D
h
F D
h
pp eff
pp eff
H E L
c
c
(
(
+ A + ~
) 2 (
1
2
) (
D C
f
c
E L H
up
pp eff
H E L
c
21
semula, guna memperpanjang jarak yang dapat ditempuh. Ini diperlukan karena sinyal-sinyal
mengalami perlemahan dan perubahan bentuk selama transmisi [10].
2.6.1. Skema Repeater
Gambar 2.8 Skema Repeater [10]
2.6.2. Cara Kerja Repeater
Sinyal dengan frekuensi tertentu kemudian yang diterima oleh antenna receiver (RX)
kemudian diteruskan ke receiver. Dari receiver diambil arus untuk mengaktifkan LED,
cahaya dari LED akan diterima LDR untuk mengaktifkan relay. Relay yang aktif menswitch
dari LED hijau (saat standby) menjadi LED merah (saat aktif). Relay juga akan mengaktifkan
PTT kemudian masuk ke transmitter kemudian memancarkan frekuensi tertentu. Frekuensi
penerima harus sama dengan frekuensi transmitter pada repeater.
22
DAFTAR PUSTAKA
[1] Balanis, Constantine A. 2005. Antena Theory : Analysis and Design. New Jersey: John
Willey and Sons.
[2] Bareno, Muhammad Tauhid. 2012. Peningkatan Gain Antena Microstrip Dengan
Metamaterial Pada Frekuensi 2.35 Ghz. Seminar. Depok : Universitas Indonesia.
[3] Garg R., Bhartia, P., Bahl, I. dan Ittipiboon, A. 2001. Microstrip Design Handbook. London:
Artech House Inc.
[4] Hermansyah, M. Rudy. 2010. Rancang Bangun Antena Microstrip Patch Segi Empat Untuk
Aplikasi Wireless-LAN. Tugas Akhir. Medan: Universitas Sumatera Utara.
[5] James, J.R. dan P.S. Hall. 1989. Handbook of Microstrip Antenas. London: Peter Peregrinus
Ltd.
[6] Mufti, M Abdi Fadilat. 2014. Rancang Bangun Antena Microstrip Dengan Slot Berbentuk U
Pada Pita Frekuensi UHF Televisi. Tugas Akhir. Padang : Universitas Andalas.
[7] Muhtadi, Aditya. 2010. Laporan Praktikum Instrumentasi (Tkf 3521) Repeater. Jogyakarta :
Universitas Gajah Mada.
[8] Pelawi , Denny Osmond. 2012. Studi Perancangan Antena Microstrip Patch Segiempat
Dengan Tipe Polarisasi Melingkar Menggunakan Ansoft. Tugas Akhir. Medan : Universitas
Sumatera Utara.
[9] Tong, Chin Hong Matthew. 2005. System Study and Design of Broadband U-Slot Microstrip
Patch Antennas for Aperstructures and Opportunistic Arrays. Thesis. California: Naval
Postgraduate School.
[10] Widodo, Rio. 2013. Pengembangan Antena Yagi Sebagai Repeater dalam Ruangan.
Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.