Anda di halaman 1dari 5

PORTOFOLIO

KASUS KEGAWATDARURATAN KEJANG DEMAM SEDERHANA FARINGITIS AKUT

Oleh : dr. Ika Ristianingrum

RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN 2013

Borang Portofolio No. ID dan Nama Peserta :dr. Ika Ristianingrum No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kajen Topik : kegawatdaruratan kedokteran (kejang demam sederhana) Tanggal (kasus) : 22/07/2013 Nama Pasien : An. AR No.dan Nama Pendamping : dr. Imam P Tanggal Presentasi : Tempat Presentasi :RSUD Kajen Obyektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Tujuan : Mengetahui respon kegawatdaruratan kejang terutama pada pasien anak Tinjauan Riset Kasus Audit Bahan Pustaka Bahasan : Diskusi Presentasi E-mail Pos Cara dan diskusi Membahas : Nama : An. A R Nomor Registrasi : 141745 Data Pasien : Telp : Terdaftar sejak : 22 Juli 2013 Nama Klinik: IGD Data utama untuk bahan diskusi : 1.Diagnosis / gambaran klinis : Anak laki-laki, 18 bulan, satu hari sebelum masuk rumah sakit mengeluhkan panas tinggi. Panas disertai dengan batuk, tidak ada pilek, tidak disertai muntah dan sesak napas. Sekitar satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kejang kelojotan seluruh tubuh dengan mata melirik keatas. Kejang berlangsung sebanyak satu kali selama lima menit. Setelah kejang berhenti, pasien langsung menangis. Kemudian saat dibawa ke IGD RSUD Kajen pasien tidak mengalami kejang namun masih panas tinggi dan batuk. Buang air besar satu kali per hari, berwarna kuning dengan konsistensi lembek. Tidak ada keluhan dalam buang air kecil. 2. Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah mengalami kejang sebelumnya 3. Riwayat penyakit : (-) 4. Riwayat keluarga : riwayat penyakit serupa disangkal Daftar Pustaka a. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010. Kejang Demam.Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid I. Hal: 150-3. b. Alldredge BK, Wall DB, Ferriero DM. Effect of prehospital treatment on the outcome of status epilepticus in children. Pediatr Neurol. 1995;12:213-6. c. Van Esch A, dkk. Antipyretic efficacy of ibuprofen and acetaminophen in children with febrile seizures. Arch Pediatr Adolesc Med. 1995 Jun;149(6):632-7. d. Rosman, dkk. A Controlled Trial of Diazepam Administered during Febrile Illnesses to Prevent Recurrence of Febrile Seizures. N Engl J Med 1993; 329:79-84 e. Dreifuss FE, dkk. A Comparison of Rectal Diazepam Gel and Placebo for Acute Repetitive Seizures. N Engl J Med 1998; 338:1869-1875

Hasil Pembelajaran : 1. Mengetahui diagnosis kejang demam 2. Membedakan etiologi kejang 3. Mengatasi kegawatdaruratan kejang 4. Penatalaksanaan kejang demam secara kuratif dan preventif 1. Subyektif : Anak laki-laki, 20 bulan, satu hari sebelum masuk rumah sakit mengeluhkan panas tinggi. Panas disertai dengan batuk, tidak ada pilek, tidak disertai muntah dan sesak napas. Sekitar dua jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kejang kelojotan seluruh tubuh dengan mata melirik keatas. Kejang berlangsung sebanyak satu kali selama lima menit. Setelah kejang berhenti, pasien langsung menangis. Kemudian saat dibawa ke IGD RSUD Kajen pasien tidak mengalami kejang namun masih panas tinggi dan batuk. Buang air besar satu kali per hari, berwarna kuning dengan konsistensi lembek. Tidak ada keluhan dalam buang air kecil. 2. Obyektif : Pemeriksaan Fisik: KU/Kes: kurang aktif/ menangis kuat Status Gizi: Kesan Gizi Baik BB : 10 kg TB : 76 cm VS : Nadi: 120 x/mnt, lemah RR : 32 x/mnt Suhu : 39,50C Kepala : mesocephal Mata : CA -/- , SI -/-, pupil isokor diameter 2 mm/ 2mm, RC (+/+) Mulut : faring hiperemis (+) Leher : limfonodi tidak teraba, kaku kuduk (-), Burdinsky 1 (-) Thorax : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-) Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : SD vesikuler +/+, rhonki -/- , wheezing -/Abdomen : datar, peristaltik (+) normal + + Ekstremitas : akral hangat + + Kernig sign (-) Burdinsky 2 (-) 3. Assessment : Anak laki-laki usia 20 bulan dengan keluhan kejang akan menimbulkan berbagai kemungkinan etiologi. Untuk itu, penilainan secara menyeluruh yang dilakukan secara seksama sangat diperlukan. Pada pasien ini diketahui bahwa pasien mengalami panas tinggi sehari sebelum masuk rumah sakit. Kemungkinan hal inilah yang memicu terjadinya kejang pada pasien ini. Ada dua kelompok besar penyakit yang dapat menjadi etiologi kejang tersebut yaitu infeksi saluran saraf pusat dan kejang demam. Secara kronologis anamnesis disebutkan bahwa pasien menangis (sadar) sebelum dan sesudah kejang akan tetapi saat kejang tidak sadar. Hal ini lebih mengarahkan diagnosis menjadi kejang demam. Untuk memastikan hal tersebut dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang jika ada dan memungkinkan. Terdapat dua tipe kejang demam yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana memiliki beberapa syarat klinis antara lain kejang kurang dari 15 menit dengan frekuensi tidak lebih dari satu kali sehari. Jenis kejang pada kejang demam sederhana adalah kejang umum, tonik maupun klonik tanpa kejang parsial. Jika kejang demam terjadi tanpa tiga syarat tersebut maka klasifikasinya

menjadi kejang demam kompleks. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: KU/ Kes : Aktif/ Menangis Kuat VS: Suhu : 39,50 C Status Generalis: Mata: pupil isokor diameter 2 mm/ 2 mm RC +/+ Leher: kaku kuduk (-), Burdzinksy I (-) Mulut : faring hiperemis (+) Ekstremitas : Kernig (-) Burdzinsky II (-) Dari pemeriksaan fisik diketahui bahwa pasien tidak mengalami defisit neurologis sehingga kecurigaan infeksi saluran saraf pusat dapat sementara dikesampingkan. Oleh karena itu assessment sementara pasien tersebut adalah kejang demam sederhana disertai faringitis akut. 4. Plan : Diagnosis : kejang demam sederhana Terapi: IVFD D5 NS 10 tpm makro Inj. Antrain 100 mg iv Masuk bangsal Flamboyan: Terapi: IVFD D5 NS 10 tpm makro Inj. Cefotaxim 3 x 300 mg iv Inj. Phental 2 x 25 mg iv pelan Inj. Diazepam 3 mg iv bila kejang Kejang demam merupakan kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh diatas 380C (suhu rektal) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Dalam kasus ini suhu axiler pasien adalah 39,5oC dan proses ekstrakranium yang mendasari adalah faringitis akut. Insidensi kejang demam sederhana menduduki persentase 96,9% kasus dibaningkan dengan kejang demam kompleks. Penatalaksanaan kejang demam meliputi tiga hal yaitu: 1. Penatalaksanaan saat kejang Pemberian anti konvulsan segera sewaktu kejang terjadi. Obat yang sering digunakan adalah diazepam. Pilihan utama obat kejang untuk persedian di rumah dan penatalaksanaan awal di IGD adalah diazepam rectal yang lebih praktis. Dosis yang dipakai adalah diazepam 5 mg untuk berat badan dibawah 10 kg dan 10 mg untuk berat badan di atas 10 kg. Pada kasus ini karena pasien sudah masuk bangsal, maka pemberian obat untuk penatalaksaan kejang menggunakan diazepam injeksi dengan dosis 0,3-0,5 mg/ kgBB yaitu 3 mg iv. 2. Pemberian obat saat demam Antipiretik pilihan pertama yang direkomendasikan adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan dosis 10-15 mg/kgBB baik dalam bentuk puyer ataupun sirup. Dapat diberikan sebanyak empat kali. Pada kasus ini, antipiretik yang digunakan adalah antrain dengan dosis yang sama. 3. Pemberian obat rumatan Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan serta kejang demam terjadi lebih dari empat kali dalam setahun. Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif untuk menurunkan

risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menimbulkan efek samping, maka pengobatan rumatan hanya diberikan pada kasus selektif dan dalam jangka waktu pendek. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis dan fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan sampai satu tahun bebas kejang dan diturunkan selama satu sampai dengan dua bulan setelahnya. Edukasi yang dapat diberikan kepada orang tua: 1. Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua 2. Kecemasan dikurangi dengan: a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis baik b. Memberitahukan cara penanganan kejang di rumah c. Memberikan informasi kemungkinan kejang berulang d. Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang baik akan tetapi perlu diingat efek samping obat tersebut e. Tetap tenang dan tidak panik f. Kendorkan pakaian yang ketat g. Bila tidak sadar, posisikan telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan yang ada di mulut dan hidung. Jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut. h. Ukur suhu, catat lama dan bentuk kejang i. Tetap bersama pasien saat kejang j. Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan bila kejang sudah berhenti k. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit.

Anda mungkin juga menyukai