Anda di halaman 1dari 10

BAB III

3.1.

Pandangan Islam tentang Tindakan Pembedahan Sudah menjadi sunnatullah, jika makhluk yang bernyawa, manusia dan

hewan, sakit dengan berbagai cara akan berusaha mengupayakan penyembuhan. Dalam teks hadis Nabi banyak riwayat yang berisi anjuran untuk berobat. Dalam konteks makna hakiki dan batasan global, Tuhan adalah satu-satunya Maha Penyembuh, tidak ada yang dapat menyembuhkan kecuali penyembuhan-Nya.

" ! # ! $ % & (' ) *


rtinya ! Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkannya "#.s. al-Syu$ar%$ "&'(!)*(.+ yat ini menekankan agar orang yang sakit mengupayakan sehat sebagai anjuran agama, dan bahwa Penyembuh yang hakiki adalah llah. Dalam mena,sirkan ayat ini, al-D-ahabi menyatakan, tindakan penyembuhan penyakit secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji, yang juga sejalan dengan pesan Nabi! ./akukanlah penyembuhan secara medis+. 0anyak hadits Nabi menganjurkan berobat, antara lain!

1*

rtinya ! .Sahabat bertanya, Ya Rasulullah saw., apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab: Berobatlah, sebab, llah ti!ak menurunkan penyakit ke"uali juga menurunkan obatnya, !iketahui oleh orang yang mengetahuinya !an !an ti!ak !iketahui oleh orang yang ti!ak mengetahuinya# "23. hmad(.

0edah medis termasuk bagian dari pengobatan.. Secara umu, pengobatan termasuk disyariatkan dalam 4slam namun ulama berbeda tentang hukumnya. 0eberapa pendapat yang terkenal, masing 5 masing didukung oleh dalil yang menguatkannya, diantaranya adalah sebagai berikut ! 6. Mubah, menurut pendapat mayoritas 4lmuwan dari kalangan 7lama 2ana,iyah, Malikiyah, Sya,i8iyah dan 2anabilah, namun mereka berbeda pendapat tentang lebih utamanya, berobat atau tidak. &. 9ajib, merupakan pendapat sebagian ulama 2anabilah. Menurut sebagian ulama yang lain, hal tersebut jika diyakini akan kesembuhannya.

Menurut ,atwa yang dikeluarkan oleh Majma8 al -:i;h al-4slami, hukum berobattergantung pada keadaan dan kondisi pasien!

16

6. 0erobat menjadi 9ajib jika tidak dilakukan akan mengancam jiwa, atau kehilangananggota tubuhnya, atau akan menjadi lemah, atau penyakitnya akan dapat menulariorang lain. &. 0erobat hukumnya sunnah jika tidak dilakukan akan menjadikan tubuhnya lemahnamun tudak separah kondisi yang diatas.. 1. 0erobat hukumnya mubah jika tidak sampai pada kedua kondisi diatas. <. 0erobat hukumnya makruh jika dengan berobat ditakutkan akan mengalami keadaanyang lebih buruk daripada dibiarkan saja. Dengan demikian, hukum bedah medis, secara umum angat tergantung dengan keadaandan kondisi pasien. Secara khusus 7lama sepakat

membolehkan operasi medisrekonstruksi anggota tubuh yang mengalami masalah tertentu. Menurut pala ulama,memperbaiki dan memulihkan kembali ,ungsi organ yang rusak, baik bawaan sejak lahir maupun adanya kecelakaan, dan hal-hal sejenis itu dibenarkan, karena niat dan moti=asiutamanya adalah pengobatan. Diantara ayat yang dijadikan sebagai pembolehan

terhadapoperasi medis, dianggap sebagai upaya menjaga kehidupan dan menghindari kebinasaanatau ma,sadah, antara lain tercakup dalam ayat tersebut!

1&

rtinya ! $leh karena itu %ami tetapkan &suatu hukum' bagi Bani (srail, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu &membunuh' orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan !imuka bumi, maka seakan)akan !ia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang

memelihara kehi!upan seorang manusia, maka seolah)olah !ia telah memelihara kehi!upan manusia semuanya. Dan

sesungguhnya telah !atang kepa!a mereka rasul)rasul %ami !engan &membawa' keterangan)keterangan yang jelas, kemu!ian banyak !iantara mereka sesu!ah itu sungguh)sungguh melampaui batas !alam berbuat kerusakan !imuka bumi. "#.S. 6&*( Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa mempertahankan kehidupan llah menghargai setiap bentuk upaya menjauhkan diri dari hal l-Maidah !

manusia,

11

yangmembinasakan. >perasi medis dilakukan dalam rangka tujuan tersebut. 0nyak jenis penyakit yang pengobatannya hanya dengan operasi, bahkan kadang-kadang jika itu tidak dilakukan atau terlambat dilakukan akan mengancam kehidupannya, dengan dioperasiakhirnya dapat tertolong.

3.+.

Pandangan Islam tentang in,e-tilitas Pada dasarnya, in,ertilitas adalah ketidakmampuan secara biologis dari

seorang laki-laki atau seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan. 4n,ertilitas juga berarti perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya "1?-<& minggu(. Dalam bahasa awam, in,ertil disebut juga tidak subur. Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami-istri dikatakan in,ertil jika! a. Tidak hamil setelah 6& bulan melakukan hubungan intim secara rutin "6-1 kali seminggu( dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 1< tahun. b. Tidak hamil setelah ' bulan melakukan hubungan intim secara rutin "6-1 kali seminggu( dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 1@ tahun. c. Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya "1?-<& minggu(. Masalah in,ertilitas telah dibahas dalam #uran, Surah syuura ! <A-@*!

1<

rtinya ! *ir+aun berkata: # pakah kamu sekalian beriman kepa!a ,usa sebelum aku memberi i-in kepa!amu? Sesungguhnya !ia benar)benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepa!amu maka kamu nanti pasti benar)benar akan mengetahui &akibat perbuatanmu'. sesungguhnya aku akan memotong tanganmu !an kakimu !engan bersilangan &/012' !an aku akan menyalibmu semuanya#.

rtinya ! ,ereka berkata: #3i!ak a!a kemu!haratan &bagi kami'. sesungguhnya kami akan kembali kepa!a 3uhan kami,44 yat diatas menerangkan kekuasaaan llah di ruang angkasa dan di bumi. llah

yang menentukan seseorang akan mendapatkan anak pria atau wanita, begitupula apakan ia kan mandul atau subur "berketurunan banyak.( ketentuan llah ini juga

berlaku menurut sunahnya, jika hendak mempunyai anak tentu harus menikah dan

1@

menjaga kesehatan. Soal mandul atau tidak manusia juga dapat ,mengusahakan obatnya. Bika usahanya tidak berhasil, barulah ia bertawakkal kepada Tuhan. Cemandulan merupakan salah satu bentuk ujian dari llah swt. Seringkali, hal

ini tidak dimengerti dan tidak jarang setan membisikkan godaan sehingga kita berburuk sangka terhadap-Nya. 4nsya llah,melalui tulisan ini, kita akan llah swt. dalam bentuk ujian

mendapatkan dua man,aat, yaitu mengenal rahasia

yang diberikan-Nya "yang sering kali sukar untuk kita mengerti( dan di lain pihak orang yang dikatakan mandul bisa hamil dengan i-in-Nya. Seperti yang dijelaskan oleh ayat tersebut !

rtinya ! .Dan sungguh akan %ami berikan "obaan kepa!amu, !engan se!ikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa !an buah)buahan. Dan berikanlah berita gembira kepa!a orang)orang yang sabar.4

3.3 Pandangan Islam tentang .asekt/mi Sterilisasi ialah membuat mandul lelaki atau wanita dengan jalan operasi "pada umumnya( agar tidak dapat menghasilkan keturunan, dengan demikian sterilisasi

1'

berbeda dengan caraDalat kontrasepsi yang pada umumnya hanya bertujuan menghindari atau menjarangkan kehamilan untuk sementara waktu saja. Sterilisasi pada lelaki disebut 5asektomi atau 5aligation, yaitu operasi pemutusan atau pengikatan saluranDpembuluh yang menghubungkan testis "penghasil sperma( dengan kelenjar prostate "gudang sperma(, sehingga sperma tidak dapat mengalir keluar penis. Sedangkan sterilisasi pada wanita disebut tubektomi atau legation yaitu operasi pemutusan hubungan saluranDpembuluh sel telur "3uba 6alopi( yang menyalurkan o=um dan menutup kedua ujungnya, sehingga sel telur tidak dapat keluar dan memasuki rongga rahim. Sterilisasi baik untuk lelaki "5asektomi( maupun untuk wanita "tubektomi( menurut islam pada dasarnya haram "dilarang( karena ada beberapa hal yang prinsipil yaitu ! a. Sterilisasi "5asektomi7tubektomi( berakibat kemandulan tetap. 2al ini

bertentangan dengan tujuan pokok perkawinan menurut 4slam, yakni perkawinan lelaki dan wanita selain bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan suami istri dalam hidupnya di dunia dan akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang sah yang diharapkan menjadi anak yang saleh sebagai penerus cita-citanya. b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan menghilangkan

sebagian tubuh yang sehat dan ber,ungsi "saluran maniDtelur(.

1?

Mengenai sterilisasi pria "=asektomi( dan sterilisasi wanita "tubektomi(, umat 4slam 4ndonesia telah mendapatkan ,atwa hukumnya berdasarkan hasil musyawarah ulama terbatas pada tahun 6A?& dan Munas M74 tahun 6A)1, yang mengharamkan sterilisasi, kecuali dalam keadaan terpaksa. 0isa berubahnya hukum berdasarkan kaidah-kaidah hukum ulama yang telah disepakati oleh semua ,u;aha "ahli hukum ,i;h( dan ushuliyun "ahli ushul ,i;h( yang di antaranya sebagai berikut !

. .
rtinya ! 8ukum itu berputar bersama illatnya &alas an yang menyebabkan a!anya hukum', ata 7 ti!ak a!a4.

) ) $ % & ". # ' ( ! ( * ( .


rtinya ! 8ukum)hukum itu bisa berubah karena perubahan -aman, tempat !an kea!aan4 Penjarangan kelahiran melalui cara apapun tidak dapat diperkenankan, kalau mencapai batas mematikan ,ungsi berketurunan secara mutlak karenanya sterilisasi yang diperkenankan hanyalah yang bersi,at dapat dipulihkan kembali berketurunan

1)

dan tidak sampai merusak atau menghilangkan bagian tubuh yang ber,ungsi. Sebagaimana dalil !

, .1 1 . - . . -3 /0 " * %2 . + 1 5 6 0 4 & " ; ( 7 .= < : 89 5 -3 % = > ?; & @ @ ( = .


rtinya ! .8aram mempergunakan sesuatu &seperti obat)obatan' yang !apat memutuskan kehamilan sama sekali &sehingga ti!ak bisa hamil kembali selamanya'. Se!angkan yang hanya memperlambat kehamilan untuk sesuatu waktu !an ti!ak memutuskannya sama sekali, amka ti!ak haram !an bahkan ti!ak makruh jika karena sesuatu u-ur, seperti ingin men!i!ik akan lebih !ahulu. 9ika ti!ak a!a sesuatu alasan apapun, hukumnya makruh+.

1A

Anda mungkin juga menyukai